Latar Belakang Informan PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN

IV.1 Latar Belakang Informan

Peneliti melakukan penelitian terhadap murid PKBM Emphaty dengan menggunakan teknik purposeful random sampling. Ini bertujuan agar informasi yang diberikan informan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dengan demikian informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang murid, 2 dari paket C dan 2 dari paket B. Adapun pelaksanaan dan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara yang berlangsung dari bulan Mei hingga Juni 2011. Setelah mendapatkan persetujuan tentang judul skripsi ini, peneliti kemudian mengurus surat permohonan izin penelitian untuk diserahkan ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM Emphaty Medan. Beberapa hari kemudian, peneliti mendapatkan surat balasan yang menyatakan persetujuan melakukan penelitian di tempat tersebut, kemudian peneliti meminta data tentang jumlah murid pada masing-masing paket pendidikan kesetaraan. Setelah itu, peneliti memulai serangkaian pelaksanaan penyusunan skripsi. Sebelum melakukan proses wawancara, peneliti melakukan pengamatan langsung ke PKBM Emphaty. Peneliti memasuki ruangan belajar kelas, terlihat tidak terlalu banyak murid yang datang. Peneliti duduk dan mengamati di sekitar ruang kelas, setiap murid sedang dalam situasi belajar dan mengajar. Universitas Sumatera Utara Setelah meminta bantuan dari beberapa teman dari FISIP USU yang mengajar di PKBM Emphaty, kemudian peneliti dikenalkan dengan salah seorang guru disana. Dari guru tersebut peneliti mendapat data murid-murid yang akan peneliti jadikan informan dalam penelitian. Selanjutnya peneliti memilih langsung informan yang menurut peneliti seseuai dengan penelitian. Pencarian informan memang agak sulit dilakukan karena jadwal mereka yang sangat padat. Apalagi pada bulan Mei dan Juni, mereka disibukan pada persiapan ujian akhir semester.. Proses wawancara dilakukan hanya di satu tempat yakni di PKBM Emphaty. Lokasi wawancara dilakukan dalam ruangan kelas saat informan sedang dalam waktu istirahat. Melalui wawancara, peneliti mendapatkan informasi mengenai latar belakang informan, kesehariannya dan hal-hal lain tentang dirinya. Kemudian peneliti mendapatkan penguatan dan informasi tambahan melalui observasi langsung. Proses wawancara berlangsung sesuai dengan pedoman wawancara, yaitu dengan membiarkan informan bercerita untuk memperoleh informasi yang lebih banyak. Tujuan pembuatan karakteristik informan usia, jenis kelamin, kesetaraan paket belajar, dan lama bergabung adalah untuk membantu peneliti menemukan sejumlah kemungkinan terkait hubungan karakteristik informan dengan konstruksi identitas diri yang ada di dalam diri informan, baik itu positif maupun negatif. Untuk itu, peneliti harus menemukan temuan yang dapat dijadikan kesimpulan nantinya apa sebenarnya yang berpengaruh pada konstruksi identitas diri mereka. Universitas Sumatera Utara Tabel 3 Data Murid PKBM Emphaty yang Menjadi Informan No. Nama Jenis Kelami n LP Pendidikan Kesetaraan Kelas Lama Bergabung Alamat 1. Muri Primadani Dolai P Paket C 2010 1 tahun Pancur Batu 2. Sandi Irwansyah L Paket C 2010 1 tahun Karang Rejo 3. Lilik Tri Mayuda L Paket B 2009 2 tahun Jl. Pancur Siwa Perumahan Simalingkar 4. Rinawati Maha P Paket B 2009 2 tahun Jl. Kuntil Pasar 7, Padang Bulan Sumber : Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, telah dipilih 4 informan dengan latar belakang sebagai berikut : Informan yang pertama peneliti wawancarai adalah seorang perempuan bernama Muri Primadani Dolai. Informan adalah salah satu murid paket C setara dengan SMA yang duduk di bangku kelas XII. Kesan pertama peneliti terhadap informan adalah bahwa informan orang yang ramah, dan suka senyum, yang terlihat ketika informan menyambut peneliti. Saat pertama sekali peneliti melihat informan, peneliti tahu bahwa ia adalah seorang Islam yang taat. Terlihat bahwa informan memakai jilbab saat itu, dan kesan itu semakin menguatkan peneliti setelah informan menyatakan bahwa sehari-harinya ia menggunakan jilbab dan juga rajin sholat. Itulah awal perkenalan peneliti dengan informan. Universitas Sumatera Utara Muri Primadani Dolai lahir di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1991. Ia merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara. Memiliki 3 orang saudara laki-laki, sementara ia sendiri merupakan anak perempuan satu-satunya. Meskipun informan merupakan anak satu-satunya perempuan, tidak lantas menjadikannya anak yang manja. Perempuan yang suka dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia ini bersuku Mandailing. Walaupun ia bersuku mandailing cara berbicaranya lebih terkesan bahwa ia bersuku jawa, terlihat dari logatnya dalam berbicara. Ini dikarenakan informan lahir dan besar di Pulau Jawa, sehingga pengaruh khas medok jawa terdapat dalam cara bicara informan. Informan adalah seorang yang sangat sederhana,terlihat dari cara berpakaiannya yang sederhana, yang tidak terlalu banyak memakai aksesoris seperti anak perempuan lainnya, namun tetap terlihat rapi. ia memiliki tubuh sedang seperti perempuan Indonesia pada umumnya, kulit kecoklatan, hidung yang lancip, dan memiliki sederetan gigi yang putih, yang menyempurnakan senyum manisnya. Secara keseluruhan dapat dikatakan informan adalah anak remaja perempuan yang manis. Dari semua informan, ia yang memiliki orang tua dengan pekerjaan yang jelas. Informan berasal dari keluarga yang cukupdari segi finansial. Ayah dan Ibunya bekerja sebagai guru SMP di salah satu SMP swasta. Ayahnya adalah seorang guru fisika, dan Ibunya adalah seorang guru agama. Informan bertempat tinggal di Pancur batu, rumah informan berada dekat dengan kawasan rekreasi Aeros dan juga dekat dengan Pantai Baru. Di rumah yang besar ini dengan 5 kamar termasuk kamar pembantu, dan 2 kamar mandi, informan tinggal dengan kedua orang tuanya, adiknya yang paling kecil, dan dua orang sepupu informan. Sementara kedua orang abang informan sudah tidak lagi Universitas Sumatera Utara menjadi tangungan orang tuanya, kedua abang informan telah bekerja dan sudah mandiri. Informan ke dua yang peneliti wawancarai adalah seorang anak laki-laki. Wawancara peneliti dengan informan diawali dengan perkenalan informan yang bernama Sandi Irwansyah, yang lahir di Medan, 24 Februari 1994. Ia merupakan murid paket C yang duduk di bangku kelas XII juga sama seperti informan pertama. Informan ke dua adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Dia memiliki seorang abang dan seorang adik perempuan. Informan bersuku Jawa, baik ayah maupun ibunya adalah sama-sama bersuku Jawa. Ia memiliki tubuh yang tingginya sekitar 165 cm dan berbadan kurus, dengan kulitnya yang hitam dan rambutnya yang tergolong panjang untuk ukuran laki-laki, tapi tidak gondrong. Pertama sekali melakukan wawancara peneliti merasa sedikit kurang nyaman karena penampilannya yang agak berantakan, serta sederetan gigi depannya yang dapat dikatakan tidak sepenuhnya memenuhi gusinya, yang membuat peneliti ingin bertanya apa sebenarnya yang terjadi dengan gigi-gigi itu. Ia memiliki masalah dengan giginya, dia mengatakan bahwa, sewaktu dia SMP informan pernah mengalami kecelakaan sepeda motor. Dia melakukan taruhan balap sepeda motor dengan temannya, padahal dia sendiri belum mahir mengendarai sepeda motor saat itu. Naas yang tidak bisa terelakkan lagi, yang menyebabkan gigi informan hancur, dan tangan terkilir, serta lecet di bagian muka dan kaki. Anak laki-laki yang juga suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia ini dulunya sempat berganti-ganti sekolah, dan sekolah terakhir yang di jalaninya adalah di SMA Pelita, sebelum akhirnya dia masuk ke PKBM Emphaty. Informan kedua ini berasal dari keluarga yang terbilang cukup. Ayahnya adalah seorang Universitas Sumatera Utara Wartawan di Medan Pos, sementara ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Informan bertempat tinggal di Jl. Karang Rejo. Sama seperti informan pertama dia juga tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua saudaranya. Informan mengatakan bahwa mereka sekeluarga baru saja pindah ke daerah itu. Karena rumah yang dulu kontraknya sudah habis. Sehingga mereka pindah ke rumah kontrakan yang baru ini, yang sederhana saja. Gaya berpakaiannya yang agak berantakan membuat dia kelihatan sedikit kotor, selain karena warna kulitnya yang juga gelap. Anak laki-laki yang menyukai warna hitam ini adalah seorang anak Punk, dia bergabung dalam group Street Punk. Namun dalam pengakuannya, dia bergabung di dalam group ini hanya sekedar saja. Sementara Informan ketiga peneliti adalah seorang anak laki-laki yang bernama Lilik Tri Mayuda, lahir di Medan 16 Juli 1995. Informan ketiga adalah murid paket B yang setara dengan SMP dan saat ini sedang duduk dibangku kelas IX. Informan ketiga merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Dia memiliki seorang kakak, dan seorang abang. Informan merupakan anak bungsu, namun dia bukan lah anak yang manja karena kebungsuannya. Informan ketiga ini memiliki wajah tirus, perawakan tinggi kurus, agak sedikit membungkuk, dengan kulit kecoklatan, dan rambut ikal yang panjang, namun tidak terbilang gondrong. Anak laki-laki ini juga memiliki senyum yang lebar dengan gigi-gigi besar yang rapi. Informan sempat bersekolah di SMP Swasta Alwasliyah selama 2 tahun sebelum akhirnya dia bersekolah di PKBM Emphaty. Pertama sekali peneliti mewawancarai informan, dia terlihat kaku. Dari caranya menjawab dan ekspresi wajahnya yang juga kaku. Kekakuan ini dikatakan informan karena dia baru saja mengenal peneliti dan belum mengetahui tentang peneliti, saat wawancara Universitas Sumatera Utara berikutnya. Walaupun setelah wawancara berikutnya dia sudah bisa lebih rileks dan tidak sekaku saat wawancara pertama. Anak laki-laki yang lebih dekat dengan ibunya ini berasal dari keluarga yang pas-pasan. Ayahnya bekerja sebagai seorang tukang bangunan, sementara ibunya hanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Informan tinggal di Jl. Pancur Siwa, Simalingkar. Informan tinggal dengan orang tuanya di sebuah rumah kontrakan yang terbuat dari beton, dengan 2 kamar tidur. Mereka hanya tinggal bertiga di rumah, tanpa kakak dan abang informan. Kakak informan tinggal dengan neneknya di kampung sedangkan abang informan tinggal dengan paman informan. Dan informan keempat yang merupakan informan terakhir yang peneliti wawancarai adalah seorang anak perempuan yang bernama Rina, lengkapnya Rinawati Maha, ia adalah anak yang berumur 14 tahun yang lahir pada tanggal 20 Juni 1997. Perempuan yang bersuku batak pakpak karo ini merupakan anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara. Dia memiliki 4 saudara perempuan, dan 5 saudara laki-laki. Di PKBM Emphaty ia masuk pada Pendidikan Kesetaraan Paket B, setara SMP, dan sedang duduk dibangku kelas VIII. Informan keempat ini wajah oval, dia memiliki tahi lalat di bawah hidungnya yang tidak mancung itu, memiliki tubuh yang kecil dengan tinggi yang dapat dikatakan pendek, berkulit sawo matang,dan rambut lurus sepanjang bahu yang di rebonding, dan memiliki bibir yang tipis. Informan juga memiliki logat berbicara karo yang cukup terlihat kental. Dia mengatakan bahwa di rumah dia memakai bahasa karo saat berkomunikasi dengan orang tuanya selain berbahasa Indonesia. Informan senang menyanyi, dia memiliki suara yang bagus. Semenjak kelas 1 SD dia sudah mulai menyukai Universitas Sumatera Utara musik. Dia sering mengikuti acara tujuh belasan untuk mengembangkan hobinya itu. Informan mengatakan dia mendapatkan suara yang bagus itu dari ibunya, yang juga memiliki suara bagus dan suka menyanyi. Informan berasal dari keluarga yang cukup-cukup makan, ayahnya bekerja sebagai seorang supir bus pinem, sementara ibunya mencari nafkah dengan bertani, menanam jagung, dan menanam padi. Jagung-jagung tersebut ditanam pada lahan seluas 1 hektar, sementara padi hanya di lahan setapak saja. Lahan ini bertempat di pasar 6, tidak jauh dari kediaman mereka yang berada di JL. Kuntil, Pasar 7, Padang Bulan. Informan mengatakan bahwa lahan untuk menanam jagung yang dipakai ibunya adalah tanah garapan, sementara lahan yang digunakan untuk menanam padi adalah lahan milik sendiri. Penghasilan ibunya di dapat dari penjualan jagung-jagung itu. Sementara padi untuk kebutuhan persedian beras mereka pribadi. Informan terakhir ini merupakan informan yang paling muda. Dari semua saudaranya, informan lebih dekat dengan abangnya yang bernama Tetap 31 tahun.Dia mengaku dekat dengan abangnya itu, karena abangnnya baik terhadap dia dan sering mengabulkan keinginannya dalam hal apa pun dibandingkan saudaranya yang lain. Misalnya saat informan meminta uang, atau meminta dibelikan baju. Selain itu juga karena informan merasa abangnya itu adalah tempat bercerita paling tepat untuknya. Di rumah yang setengah papan itu, informan tinggal bersama kedua orang tuanya, dan bersama seorang kakaknya dan seorang adiknya. Informan mengatakan bahwa rumah itu adalah rumah saudaranya dan mereka mengontrak rumah itu karena tidak ada yang menempati, mereka sudah tinggal disana selama 12 tahun. Informan dulunya sempat mengecap pendidikan Universitas Sumatera Utara formal di SD Islam selama 6 tahun sebelum akhirnya ia bergabung di PKBM Emphaty. IV.2 Analisis IV.2.1 Proses Pembentukan Identitas Diri Sebelum Masuk PKBM