sehingga lebih bersifat bottom up dan lebih berkesan non formal. Sedangkan pendidikan sebaliknya lebih bersifat top-down, dan lebih
berkesan formal, inisiatif lebih banyak datang dari sumber belajar atau pengajar.
d. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah upaya bersama suatu
masyarakat untuk memajukan dirinya sendiri secara bersama-sama sesuai dengan ukuran-ukuran idealisasi masyarakat itu sendiri akan makna
kehidupan. Dengan demikian ciri-ciri suatu masyarakat akan sangat kental mewarnai suatu PKBM baik mewarnai tujuan-tujuannya, pilihan dan
disain program dan kegiatan yang diselenggarakan, serta budaya yang dikembangkan dan dijiwai dalam kepemimpinan dan pengelolaan
kelembagaannya. Hal ini juga berarti bahwa dalam suatu masyarakat yang heterogen PKBM akan lebih mencerminkan multikulturalisme sedangkan
dalam masyarakat yang relatif lebih homogen maka PKBM juga akan lebih mencerminkan budaya khas masyarakat tersebut.
PKBM bukanlah suatu institusi yang dikelola secara personal, individual dan elitis. Dengan pemahaman ini tentunya akan lebih baik
apabila PKBM tidak merupakan institusi yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok elitis tertentu dalam suatu masyarakat. Tetapi keberadaan
penyelenggara maupun pengelola PKBM tentunya mencerminkan peran serta seluruh anggota masyarakat tersebut. Dalam situasi transisi ataupun
situasi khusus tertentu peran perorangan atau tokoh-tokoh tertentu atau sekelompok anggota masyarakat tertentu dapat saja sangat dominan dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan PKBM demi efisiensi dan efektivitas
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan, prakteknya tidaklah menjadi kaku, dapat saja lebih fleksibel.
Kata ‘masyarakat’ juga untuk membedakan secara dikotomis dengan pemerintah. Artinya seyogyanya PKBM itu milik masyarakat
bukan milik pemerintah. Kontribusi pemerintah adalah dalam mendukung dan memfasilitasi keberlangsungan dan pengembangan PKBM dapat saja
jauh lebih besar porsinya dibandingkan kontribusi masyarakat dalam nilai kuantitas tetapi semuanya itu haruslah diposisikan dalam kerangka
dukungan bukan mengambil-alih tanggungjawab masyarakat. Hal ini bukanlah mengarah pada seberapa besar proporsi kuantitas, tetapi lebih
kepada semangat, kualitas dan komitmen. Tentu saja hal ini harus didasarkan pada konteks dan potensi
masing masing masyarakat. Ini juga tidak berarti bahwa mustahil adanya pegawai negeri sipil bekerja dalam suatu PKBM baik sebagai tenaga
pendidik maupun tenaga kependidikan, ataupun ini tidak berarti mustahil adanya alokasi anggaran pemerintah untuk membangun dan meningkatkan
sarana dan prasarana PKBM serta dana operasional PKBM. Bahkan sebaliknya, tanggung jawab pemerintah dalam pembangunan dan
pembinaan PKBM haruslah tercermin dalam alokasi-alokasi anggaran pemerintah yang signifikan dalam memperkuat penyelenggaraan dan mutu
program PKBM namun keseluruhannya itu haruslah dikembangkan selaras dengan dukungan bagi penguatan peran dan tanggungjawab masyarakat
dalam menyelenggarakan dan mengelola PKBM.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan PKBM
Pada dasarnya tujuan keberadaan PKBM di suatu komunitas adalah
terwujudnya peningkatan kualitas hidup komunitas tersebut dalam arti luas.
Pemahaman tentang mutu hidup suatu komunitas sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang hidup dan diyakini oleh komunitas tersebut. Nilai-nilai yang diyakini oleh
suatu komunitas akan berbeda dari suatu komunitas ke komunitas yang lain. Dengan demikian rumusan tujuan setiap PKBM tentunya menjadi unik untuk
setiap PKBM. Berbicara tentang mutu kehidupan akan mencakup dimensi yang sangat luas
seluas dimensi kehidupan itu sendiri. Mulai dari dimensi spiritual, sosial, ekonomi, kesehatan, mentalitas dan kepribadian, seni dan budaya dan sebagainya.
Ada komunitas yang hanya menonjolkan satu atau dua dimensi saja sementara dimensi lainnya kurang diperhatikan, tetapi ada juga komunitas yang mencoba
memandang penting semua dimensi. Ada komunitas yang menganggap suatu dimensi tertentu merupakan yang utama sementara komunitas lainnya bahkan
kurang memperhatikan dimensi tersebut. Untuk memperoleh suatu konsep mutu kehidupan yang secara umum dapat
diterima oleh berbagai komunitas yang beragam, dikembangkanlah beberapa konsep seperti Human Development Index Indeks Pembangunan Manusia.
Indeks ini menggambarkan tingkatan mutu kehidupan suatu komunitas. Dengan menggunakan indeks ini kita dapat membandingkan tinggi rendahnya mutu
kehidupan suatu komunitas relatif dengan komunitas yang lain. Dengan menggunakan indeks ini juga kita dapat memonitor kemajuan upaya peningkatan
mutu kehidupan suatu komunitas tertentu secara kuantitatif. Suatu PKBM dapat
Universitas Sumatera Utara
saja memanfaatkan indeks tersebut sebagai wahana dalam merumuskan tujuannya serta dalam mengukur sudah sejauh mana PKBM tersebut telah efektif dalam
memajukan mutu kehidupan komunitas sekitarnya.
3. Bidang Kegiatan PKBM
Selaras dengan tujuan PKBM yaitu terwujudnya peningkatan mutu hidup komunitas, dimana dimensi mutu kehidupan itu sangatlah luas, maka bidang
kegiatan yang dicakup oleh suatu PKBM pun sangatlah luas mencakup semua dimensi kehidupan itu sendiri. Untuk memudahkan dalam analisis, perencanaan
dan evaluasi, keragaman bidang kegiatan yang diselenggarakan di PKBM ini dapat saja dikelompokkan dalam beberapa kelompok kegiatan yang lebih sedikit
namun menggambarkan kemiripan ciri dari setiap kegiatan yang tergolong di dalamnya. Khusus untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia,
berdasarkan pengalaman PKBM, seluruh kegiatan PKBM dapat dikelompokkan
dalam tiga bidang kegiatan, yaitu bidang kegiatan pembelajaran learning activities, bidang kegiatan usaha ekonomi produktif business activities dan
bidang kegiatan pengembangan masyarakat community development
activities. 1.
Kegiatan Pembelajaran Yang termasuk dalam bidang kegiatan pembelajaran adalah semua kegiatan
yang merupakan proses pembelajaran bagi anggota komunitas dan berupaya melakukan transformasi kapasitaskemampuankecerdasan intelektual, emosi dan
spiritual, watak dan kepribadian meliputi aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik. Pembelajaran juga mencakup seluruh kalangan baik dari usia dini sampai lanjut
Universitas Sumatera Utara
usia, pria dan wanita, dan semua orang tanpa terkecuali. Yang termasuk dalam bidang kegiatan ini antara lain :
a. Program Pendidikan Anak Usia Dini
b. Program Pendidikan Kesetaraan SD Paket A, SMP Paket B, SMA Paket
C c.
Program Pendidikan Mental dan Spiritual d.
Program Pendidikan Keterampilan e.
Program Pendidikan Vokasional f.
Program Pendidikan Kewarganegaraan g.
Program Pendidikan Kerumahtanggaan h.
Program Pendidikan Kewirausahaan i.
Program Pendidikan Seni dan Budaya j.
Program Pendidikan Hobi dan Minat k.
Pendidikan Keaksaraan Fungsional 2.
Kegiatan UsahaEkonomi Produktif Bisnis Bidang kegiatan usaha ekonomi produktif mencakup semua kegiatan yang
berkaitan dengan upaya peningkatan kapasitaspemberdayaan ekonomi anggota komunitas. Di dalamnya mencakup semua program antara lain :
a. Unit usaha PKBM
b. Kelompok Belajar Usaha
c. Pengembangan usaha warga masyarakat
d. Kerjasama dan jaringan usaha masyarakat
e. Upaya-upaya peningkatan produktivitas masyarakat
f. Penciptaan lapangan kerja baru, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Di dalamnya juga meliputi seluruh aspek usaha mulai dari : a.
pembangunan usaha baru b.
perluasan pemasaran c.
pengembangan permodalan d.
peningkatan mutu e.
peningkatan kemampuan manajemen usaha f.
peningkatan kemampuan inovasi dan perancangan produk. 3.
Kegiatan Pengembangan Masyarakat Bidang pengembangan masyarakat mencakup berbagai kegiatan dalam rangka
penguatan kapasitas komunitas tersebut sebagai suatu kelompok komunal. Di dalamnya tercakup berbagai jenis kegiatan seperti :
a. penguatan saranaprasaranainfrastruktur baik fisik maupun non fisik
b. penguatan kohesivitas di antara masyarakat
c. perbaikan dan pengembangan lingkungan
d. Penggalian, pengembangan dan pembudayaan bahasa dan budaya asli
komunitas tersebut e.
Pembaharuan sistem kaderisasi kepemimpinan di komunitas tersebut f.
Pembaharuan sistem administrasi pemerintahan di komunitas tersebut g.
Pembaharuan dan penguatan pranata sosial yang ada di komunitas tersebut h.
penyuluhan hukum, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain. i.
penciptaan, penguatan dan reorientasi suatu budaya tertentu.
Universitas Sumatera Utara
4. Komponen PKBM 1.
Komunitas BinaanSasaran
Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran pengembangannya. Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah geografis tertentu
ataupun komunitas dengan permasalahan dan kondisi sosial ekonomi tertentu. Misalnya komunitas warga kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung, komunitas anak-anak jalanan di Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung , dan lain-lain.
2. Warga Belajar
Warga belajar adalah sebagaian dari komunitas binaan atau dari komunitas tetangga yang dengan suatu kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih
program pembelajaran yang ada.
3. PendidikGuruInstrukturNarasumber Teknis
Pendidikguruinstrukturnarasumber teknis adalah sebagian dari warga komunitas tersebut ataupun dari luar yang bertanggungjawab langsung atas
proses-proses pembelajaran yang ada. 4.
Penyelenggara dan Pengelola
Penyelenggara dan pengelola PKBM adalah satu atau beberapa warga masyarakat setempat yang bertanggungjawab atas kelancaran dan pengembangan
PKBM serta bertanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkannya. Didalamnya termasuk penyelenggara kelembagaan PKBM, pengelola operasional
lembaga PKBM dan pengelola suatu program tertentu yang diselenggarakan oleh PKBM tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5. Mitra PKBM
Adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun lembaga-lembaga yang memiliki agen atau perwakilan atau aktivitas atau kepentingan atau kegiatan
dalam komunitas tersebut yang dengan suatu kesadaran dan kerelaan telah turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan dan pengembangan suatu
PKBM.
6. Parameter PKBM
a. Partisipasi masyarakat Community participation
Salah satu ukuran kemajuan suatu PKBM adalah kualitas dan kuantitas partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pendirian, penyelenggaraan
maupun pengembangan PKBM. Semakin tinggi jumlah anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam suatu PKBM maka semakin tinggi
pula dianggap keberhasilan dan kemajuan PKBM tersebut. Demikian juga semakin tinggi mutu keterlibatan masyarakat setempat dalam suatu PKBM
menggambarkan semakin tinggi kemajuan suatu PKBM. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu PKBM, akan terlihat dalam
setiap proses manajemen yang ada. Baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian maupun dalam berbagai
kegiatan dan permasalahan yang ada di PKBM tersebut. Partisipasi masyarakat juga dapat ditunjukkan dalam dukungan dalam penyediaan
sarana dan prasarana, dana, tenaga personalia, ide dan gagasan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Manfaat bagi masyarakat Impact
Parameter berikutnya untuk mengukur tingkat kemajuan suatu PKBM adalah manfaat bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan manfaat impact
adalah seberapa besar PKBM tersebut telah memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan mutu kehidupan komunitas tersebut. Sumbangan
ini dapat berupa peningkatan pengetahuan anggota masyarakat, peningkatan keterampilan, perbaikan perilaku, peningkatan pendapatan,
penciptaan lapangan kerja, penciptaan keharmonisan dan lain-lain. c.
Mutu dan relevansi program Mutu dan relevansi program yang diselenggarakan oleh PKBM merupakan
parameter berikutnya bagi kemajuan suatu PKBM. Untuk menilai mutu dan relevansi program yang diselenggarakan, perlu memperhatikan input,
proses dan output dalam pelaksanaan program. Untuk mengukur mutu dan relevansi program-program pembelajaran yang diselenggarakan telah
banyak dikembangkan model-model pengukuran dan evaluasi pendidikan maupun model-model pengukuran dan evaluasi mutu yang lebih general,
misalnya Manajemen Mutu Total Total Quality Management atau TQM, seri International Standard Organization ISO dan lain-lain.
d. Kemandirian dan Keberlanjutan lembaga Sustainability
Yang dimaksud kemandirian di sini adalah kemampuan PKBM untuk tetap berjalan dengan baik melaksanakan berbagai programnya tanpa harus
bergantung kepada berbagai pihak lain di luar dirinya. Sedangkan yang dimaksud dengan keberlanjutan lembaga di sini adalah kemampuan
PKBM untuk tetap bertahan terus menerus melaksanakan seluruh
Universitas Sumatera Utara
programnya sesuai dengan dinamika kebutuhan yang ada di komunitas tersebut. Untuk meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan lembaga
perlu dikembangkan sistem pendanaan yang lebih mandiri dan berkelanjutan, meningkatkan kemampuan lembaga dalam melakukan
inovasi program, membangun system manajemen yang baik, melakukan pelatihan dan pengembangan personalia yang baik dan melakukan sistem
kaderisasi kepemimpinan yang baik.
6. Karakter PKBM
Karakter merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari PKBM. Karakter PKBM menunjukkan nilai-nilai yang harus selalu menjiwai seluruh kegiatan
PKBM. Untuk membangun PKBM yang baik maka harus juga dibentuk dan diperkuat terus karakter PKBM. Tanpa memiliki karakter, PKBM akan sulit
bertahan dan berkembang dengan baik dalam mencapai tujuan-tujuannya. Setidaknya ada 7 karakter yang harus dimiliki dan dikembangkan dalam suatu
PKBM yaitu : 1.
Keperdulian terhadap yang lebih berkekurangan 2.
Kemandirian dalam penyelenggaraan 3.
Kebersamaan dalam kemajuan 4.
Kebermaknaan setiap program dan kegiatan 5.
Kemitraan dengan semua pihak yang ingin berpartisipasi dan berkontribusi 6.
Fleksibilitas program dan penyelenggaraan 7.
Pembaharuan diri yang terus menerus continuous improvement.
Universitas Sumatera Utara
8. Program PKBM
Program-program yang diselenggarakan di PKBM sangat beragam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat di mana PKBM itu berada. Namun
secara umum antara lain : 1.
Pendidikan Kesetaraan : Paket A, Paket B dan Paket C. a.
Paket A adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SD Sekolah Dasar. Program ini ditujukan bagi yang ingin mendapatkan pendidikan
setingkat SD. b.
Paket B adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SMPSLTP Sekolah MenengahLanjutan Tingkat Pertama.
c. Paket C adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SMASLTA
Sekolah MenengahLanjutan Tingkat Atas. 2.
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Program ini ditujukan bagi anak-anak dalam rentang usia 0 - 6 tahun.
3. Keaksaraan Fungsional bagi Buta Aksara.
Program ini adalah pengembangan program pemberantasan buta aksarahuruf. Program ini dilaksanakan selain bertujuan untuk pemberantasan
buta huruf juga diharapkan para peserta didik dapat meningkatkan keterampilan yang dimilikinya sehingga kesejahteraan hidupnya dapat
ditingkatkan pula. 4.
Taman Bacaan Masyarakat TBM TBM merupakan
wadah masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan melalui membaca secara umum dan hampir sama seperti perpusatakaan.
Universitas Sumatera Utara
5. Pendidikan Keterampilan dan Kecakapan Hidup life skill
Life Skill merupakan keterampilan yang diberikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
6. Pendidikan Kewarganegaraan dan kerumahtanggan
7. Pendidikan Mental dan Spiritual Keagamaan.
8. Pendidikan Kewirausahaan dan Usaha Produktif Kelompok Belajar Usaha
KBU. 9.
Pendidikan Seni dan Budaya, dll.
III.1.2 Sejarah Berdiri PKBM
Emphaty
PKBM Emphaty Medan Sumut adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang mendampingi masyarakat miskin perkotaan khususnya anak-anak yang
beraktifitas dan mencari penghidupan di jalan. LSM ini muncul saat para pendiri LSM ini mengadakan investigasi dan melihat perkembangan secara langsung dan
turun ke jalan yang diakibatkan oleh adanya krisis ekonomi yang masih berkepanjangan dan adanya PHK Pemutusan Hubungan Kerja oleh pihak
perusahaan sehingga membuat kemacetan di jalan dan mengganggu ketertiban lalu lintas.
Melihat masalah tersebut, maka pada tahun 1999 didirikan Yayasan PKBM Emphaty dan dinotariskan pada tanggal 26 November 2002 oleh Lolita
Pulungan SH. Yayasan ini berlokasi di Jl. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan, Jl. Mataram Jl. Kota Baru II No. 3 Petisah, dan Jl. Bunga Ester No. 4 Padang
Bulan.
Universitas Sumatera Utara
Yayasan ini berdiri pada tahun 1999 dengan nama Yayasan Bina Emphaty Bangsa, dengan penanganan anak-anak bermasalah melalui open house. Adapun
yang melatar belakangi berdirinya Yayasan EMPHATY ini adalah : 1.
Krisis ekonomi yang diperberat oleh terjadinya berbagai persoalan dinegara kita, bencana alam, PHK, kehilangan pekerjaan, menurunnya
budaya beli masyarakat serta harga barang yang melambung. Salah satu akibatnya adalah tidak terpenuhinya hak dan kebutuhan anak untuk
tumbuh kembang sehingga banyak anak-anak yang terpaksa harus meninggalkan orang tua serta sekolah guna mencari nafkah di jalanan
yang akhir-akhir ini meningkat dan dibutuhkan penanganan yang lebih serius.
2. Seiring dengan perjalanan bangsa Indonesia yang tidak lepas dari
perkembangan rakyat Indonesia sendiri, perkembangan ini senantiasa diwarnai fluktuasi yang tidak menentu sehingga rakyat kecil lemah selalu
berada pada posisi yang paling terpuruk dan inilah yang harus kita bantu bersama.
3. Keadaan anak-anak jalanan menambah besarnya resiko bagi proses
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang mereka yang akibat lebih lanjutnya dapat mengganggu upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Yayasan Bina Emphaty melihat persoalan yang terjadi sekarang ini harus
perlu penanganan serius oleh elemen-elemen masyarakat khususnya pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
III. 1.3 Visi dan Misi Lembaga
Adapun Visi dan Misi dari Yayasan EMPHATY, antara lain : Visi :
Menjadikan PKBM
Emphaty sebagai lembaga dan pusat pendidikanpengembangan yang berbasis kepada masyarakat ekonomi lemah
kurang mampu dan anak-anak yang putus sekolah akibat masalah-masalah ekonomi.
Misi : 1.
Menyelenggarakan sosialisasi pendidikan kesetaraan, pendidikan keakasaraan, pendidikan anak usia dini PAUD, Life Skill, dan Kursus.
2. Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran.
3. Menjalin kerjasama dengan Pemerintah setempat untuk merekrut warga
belajar. 4.
Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain untuk peningkatan mutu PKBM.
III.1.4 Letak Kedudukan Lembaga
Nama Organisasi : PKBM Emphaty
Alamat Kantor : Jln. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan Medan
Kel. Beringin Alamat PKBM ini tepat berada di tepi jalan besar, sehingga mudah untuk
di jangkau. Didirikan pada Tahun 1999 dan diaktekan notaris pada tanggal 26 November 1999 oleh Lolita Pulungan SH yang kemudian berubah pada tanggal 5
April 2002 oleh Merci Ruminis SH, Msi yang didirikan oleh tokoh masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
pengamat politik dan alumni FISIP USU. Pada tahun 2003 dibentuklah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dengan prgram belajar Keaksaraan Fungsional KF,
Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Paket C. LSM ini terletak di daerah pinggiran jalan besar yang sangat mudah sekali
ditemukan, dengan demikian banyak warga belajar memilih PKBM Emphaty karena sangat strategis.
III.1.5 Fasilitas Sarana Prasarana
Adapun fasilitassaranaprasarana yang ada di PKBM Emphaty terdiri dari:
2 ruangan belajar yang dilengkapi kursi, meja dan papan tulis ruang taman bacaan.
1 ruang komputer yang terdiri dari 10 unit Komputer 1 ruang keterampilan yang terdiri dari 5 unit mesin jahit
1 ruang kantor administrasi dan ruang guru Toilet
Kantin
III.1.6 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi di PKBM Emphaty Medan Sumut yaitu : A.
Penasehat Pembina Drs. Bukti Nainggolan
Drs. Henry Sitorus MSi. Drs. Hery Zukarnaen MSc.
Universitas Sumatera Utara
B. Badan Pengawas
Drs. Tunggul Siagian Hj. Riris Hasibuan
Ngalehken Ginting SH
C. Badan Pengurus Harian
Pengelola :
Electa S.sos
Sekretaris :
Desna SE
Bendahara : Tiur MN S.sos
Staff Administrasi : Devi Okta Lubis
D. Kordinator Program
Pendidikan Keaksaraan : Irmawaty Harahap
Pendidikan Kesetaraan -
Paket A : Yon Ance Ginting Ssos
- Paket B
: Binsar Damanik -
Paket C : Tiur MN Ssos
- Taman Bacaan Masyarakat : Jhon Polo Tarigan
- Life skill Keterampilan
: Anjuaris ST
Universitas Sumatera Utara
PembinaPenasehat
Kasubdis PLS Provinsi Sumatera Utara
Kasubdis PLS Kota Medan
Kadis Kota Medan
Yayasan Emphaty
Bukti S. P
Pengelola PKBM
Electa S.os
Bendahara Tiur
MN S.Sos Sekretaris
Desnal SE
Koord. PAUD
Labora Koord.
KF Irmawaty
Koord. KPB
Binsar Damanik
Koord. KPC
Tiur MN S.Sos
Koord. TBM
Ajuaris Koord.LifeskillKBU
Nuel S
Warga BelajarMasyarakat
Tutor
Universitas Sumatera Utara
III.1.7 Pendidikan dan Pengalaman Pengelola Lembaga
1. Pendidikan
Nama : Electa S.Sos
Tanggal lahir : 22 Oktober 1975
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Bunga Ester No 4 Pasar V
Riwayat Pendidikan : SD 1982-1987 SD Negeri 030404 Bulu Duri
Dairi SMP 1987-1991 SMP Negeri Lae Parare Dairi
SMA 1991-1994 SMA Negeri 1 Sidikalang S1 1994-1999 Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP
USU 2.
Pengalaman Tahun 2006
: Pelatihan penanganan Anak Jalanan oleh Save The Children , Yogyakarta
Tahun 2008 : Pelatihan Silabus dan RTP, Medan
Tahun 2008 : Pelatihan Pengembangan Kursus dan kelembagaan,
Medan Tahun 2009
: Pelatihan Peningkatan Kapasitas, Bandung Tahun 2009
: Penyusunan Pedoman pendidikan Kesetaraan, Solo Tahun 2009
: Pelatihan Standard Isi dan Proses, Pendidikan Kesetaraan Medan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 DAFTAR NAMA STAFF PENGAJAR DI
YAYASAN EMPHATY SUMUT TAHUN 2010
No. Nama Keterangan
1. Tiur M.N, S.Sos
Guru Biologi Sejarah 2.
Lenni Mariani Silalahi, S.Pd Guru Bahasa Inggris
3. Ervi Guru
PKN 4.
Binsar Damanik Guru Matematika Bahasa Inggris
5. R. Tarigan, S.pd
Guru Bahasa Indonesia 6.
R.Sagala, S.pd Guru Fisika Matematika
7. B. Panjaitan, BA
Guru Sejarah Geografi 8. Ustad
Dedi Pengajian
9. Pdt. B. Saragih
Pendalaman Alkitab 10. Lukas,
S.sos Ekonomi
11. Alexander S.sos
Sosiologi
III.1.8 ProgramKegiatan yang sudah Dilaksanakan
1. Tahun 2006 – 2009 sebagai penyelenggara UNPK Paket A, B dan C di
Kecamatan Medan Selayang yang dilaksanakan di YP. Muhammadiyah II Jl. Abdul Hakim no. 2 Tanjung Sari Medan.
Dengan perincian yang sudah lulusselesai sebagai berikut : Tahun 2006 Paket B sebanyak 45 orang.
Tahun 2007 Paket B sebanyak 90 orang, Paket C : 132 orang Tahun 2008 Paket B sebanyak 98 orang, Paket C : 133 orang
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2009 Paket A : 10 org, Paket B : 107 orang, Paket C : 169
orang.
2. Tahun 2007 – 2008 pembagian jamkesmas kepada peserta didik dan
orang tua sebanyak 217 orang. 3.
Mengikuti Porseni PKBM se Sumatera Utara yang diadakan di Sibolangit, Juara II Futsal dan Juara I Lomba Lari Perempuan 100 m,
Lomba tata busana Harapan I. 4.
Tahun 2009 mengikuti Festival Olahraga Paket B yang diadakan di Semarang, dan mengirimkan peserta didik 8 orang.
5. Mengikuti festival lagu-lagu gereja dengan memperoleh Juara II.
6. Mengikuti temu ramah bakti sosial bersama pengurus dan anggota
DPRD dari Partai Demokrat. 7.
Mengikuti kegiatan gerak jalan sehat 1000 orang perempuan oleh gubernur Sumatera Utara, dengan mengirimkan peserta didik sebanyak
20 orang. 8.
Pembagian sembako kepada peserta didik dan orang tua dari : PSM Sumatera Utara
Partai Demokrat Sumut GBKP Padang Bulan
GMKI Cabang Medan FISIP USU
Bank BNI 46 Cabang Medan Pemuda Naposo HKBP Sudirman
PT. Masindo Arthatama
Universitas Sumatera Utara
III.1.8 Pendanaan Lembaga
Untuk mendukung pencapaian Proses dan Tujuan PKBM Emphaty tentu membutuhkan sumber dana, dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka
sumber-sumber dananya bekerjasama dengan pemerintah dan donateur, adapun perinciannya sebagai berikut :
1. Pendanaan untuk Program Paket A dan B dari APBN pusat dan
APBD daerah melalui Dinas Pendidikan. 2.
Pendanaan Untuk Program Paket C dari Swadana dari Lembaga Emphaty sendiri yang diusahakan sendiri, yang didanai dari
APBD hanya untuk Tutor 2 Orang yaitu Rp 60.000bulan 3.
Dari dermawandonatur yang memberikan sumbangan demi peningkatan mutu PKBM Emphaty
III.1.9 Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar
Emphaty yang berada ditengah-tengah masyarakat menjalin hubungan dengan lingkungannya. Hubungan Lembaga dengan lingkungannya tercermin dari
1. Masyarakat di sekitar lingkungan Emphaty mengetahui bahwa disana ada
sebuah lembaga yang dinamakan denga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang utamanya untuk membantu mereka-mereka yang tidak
mampu bersekolah. 2.
Penyidik pemantau bertanya langsung kepada masyarakat disekitar bagaimana proses belajar-mengajar di PKBM Emphaty dan ternyata
jawaban mereka memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
3. Penduduk sekitar tidak pernah merasa terganggu dengan kehadiran
Emphaty disana, justru mereka senang karena PKBM ini membantu mereka-mereka yang kurang mampu sehingga dapat bersekolah.
III.1.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan non formal, tepatnya di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM Emphaty Medan yang berada di
Jalan Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan, Medan. Meskipun demikian, waktu dan tempat penelitian dikondisikan dengan jadwal dan keinginan subjek
penelitian.
III.1.5 Subjek penelitian
Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik yang berlaku pada waktu dan
tempat tertentu sewaktu riset dilakukan, karena itu pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek
riset, yaitu orang-orang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset bukan objek karena informan dianggap aktif
mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner Kriyantono, 2008: 163.
Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat
dijadikan informan adalah orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja yang mudah diakses.
Melalui metode kualitatif kita dapat mengenal orang subjek secara pribadi dan
Universitas Sumatera Utara
melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi yang mereka lakukan. Kita dapat merasakan apa yang mereka alami
dalam pergaulan masyarakat mereka sehari-hari. Melalui metode ini memungkinkan kita menyelidiki konsep yang dalam pendekatan lainnya akan
hilang Bodgan, 1992: 5. Subjek penelitian ini murid remaja di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Emphaty Medan yang dibatasi pada warga belajar paket B dan Paket C. Sesuai dengan pembatasan masalah dalam penelitian ini bahwa yang menjadi subjek
penelitian adalah murid remaja di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Emphaty Medan yang berusia 13-20 tahun yang merupakan murid dari paket B dan paket
C. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah murid paket B dan C jumlahnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Rekap Peserta Didik PKBM EMPATHY
No Jenis Program
Jenis Kursus
Tahun Jumlah L P
Keterangan
1 Pendidikan Keaksaraan
2010 1
39 2 Pendidikan
Kesetaraan Paket A
2010 27
13
3 Pendidikan Kesetaraan Paket
B 2010
73 40
4 Pendidikan Kesetaraan Paket
C 2010
142 36
5 Kursus dan
Pelatihan Menjahit
2010 - 20
6 Kursus dan
Pelatihan Komputer
2010 6 4
Sumber : Bagian Pendidikan Yayasan PKBM Emphaty Medan
Universitas Sumatera Utara
III.2 Paradigma dan Metodologi Penelitian III.2.1 Paradigma Konstruktivisme
Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam sesuai sudut pandang masing-masing orang. Ada yang mengatakan bahwa paradigm merupakan suatu
citra yang fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Menurut Guba dalam Salim 2001, paradigm adalah seperangkat keyakinan mendasar yang
memandu tindakan-tindakan kita. Paradigma ilmu ini adalah : Positivisme, Postpositivisme, Critical Theory, dan Constructivisme.
Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas itu ada dalam
bentuk bermacam-macam konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukannya.
Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap
para pelaku sosial dalam setting sehari-hari yang alamiah, untuk memahami bagaimana pelaku sosial menciptakan dan mengelola dunia sosial mereka. Kajian
paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan
mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti.
III.2.2 Metode Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Jadi dapat disederhanakan bahwa metodologi adalah pendekatan umum untuk mengkaji
Universitas Sumatera Utara
topik yang akan diteliti. Metodologi dipengaruhi oleh perspektif teoritis yang digunakan dalam melakukan penelitian. Perspektif teoritis merupakan suatu
interpretasi yang memungkinkan peneliti untuk memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain Mulyana,
2001:145-146. Untuk menelaah hasil penelitian dengan benar, tidak cukup sekedar
melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya
Mulyana, 2001:146. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau
samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan dapat menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data. Dalam riset ini, periset adalah bagian integral dari
data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung di
lapangan. Karena itu riset ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan Kriyantono, 2008:56-57.
III.2.3 Studi Kasus
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek
seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi komunitas, suatu program,
Universitas Sumatera Utara
atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti Mulyana, 2001:201. Pengertian lain
studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data sebanyak mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan
menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis Kriyantono, 2008:66.
Seorang peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap- lengkapnya dari kasus tersebut unuk mengetahui sebab-sebab yang sesungguhnya
bilamana terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki Nawawi, 1995:72. Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek
penelitian di lokasi penelitian. Semua hasil pengamatan dituangkan dalam pembahasan. Hasil wawancara nantinya akan dianalisis dan dipilih jawaban yang
paling mendekati dan berkaitan dengan tujuan penelitian. Adapun tujuan studi kasus adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa
komunikasi yang nyata dalam berbagai konteks. Selain itu, pernyataan tentang bagaimana dan mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam sebuah situasi tertentu, atau
apa yang terjadi di sini. Pada hakikatnya, peneliti sedang mencoba menghidupkan nuansa komunikasi dengan menguraikan kenyataan. Peneliti akan melakukannya
dengan cara: 1.
Melakukan analisis mendetail mengenai kasus dan situasi tertentu. 2.
Berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang bekerja di sana. 3.
Mencatat bermacam-macam pengaruh dan aspek-aspek hubungan komunikasi dan pengalaman.
Universitas Sumatera Utara
4. Membangkitkan perhatian pada faktor-faktor tersebut berhubungan satu sama
lain Daymon, 2007:162. Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus memiliki beberapa
keuntungan. Keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut: 1.
Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami orang dalam kehidupan. 3.
Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden
4. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas. 5.
Studi kasus terbuka bagi penelitian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Menurut Mulyana, studi kasus periset berupaya secara saksama dan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus khusus.
Dengan mempelajari seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian semaksimal mungkin, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan
mendalam mengenai subjek yang diteliti. Karena itu, studi kasus mempunyai ciri- ciri:
1. Partikularistik. Artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program
atau fenomena tertentu. 2.
Deskriptif. Hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
3. Heuristik. Metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang
sedang diteliti. 4.
Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori Kriyantono, 2008:66.
Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain
mengenai kasus tersebut. Pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh,
yang disebut kasus-kasus. Contoh-contoh dikemukakan berdasarkan isu-isu penting, sering diwujudkan dalam pertanyaan-pertanyaan. Dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan, analisis studi kasus menunjukkan kombinasi pandangan, pengetahuan dan kreativitas dalam mengidentifikasikan dan membahas isu-isu
relevan dalam kasus yang dianalisisnya, menganalisis isu-isu ini dari sudut pandang teori dan riset yang relevan serta dalam merancang strategi yang realistik
dan layak untuk mengatasi situasi problematik yang teridentifikasi dalam kasus Mulyana, 2001:202.
Menurut Ragin dalam Mulyana 2001, metode berorientasi kasus bersifat holistik-metode ini menganggap kasus sebagai entitas menyeluruh dan bukan
sebagai kumpulan bagian-bagian atau kumpulan skor mengenai variabel. Jadi, hubungan antara bagian-bagian dalam keseluruhan itu dipahami dalam konteks
keseluruhan, bukan dalam konteks pola-pola umum kovariasi antara variabel- variabel yang menandai anggota-anggota suatu populasi unit-unit yang sebanding.
Selain itu, hubungan sebab-akibat dipahami sebagai perkiraan. Akibat dianalisis berdasarkan persimpangan berbagai kondisi dan biasanya diasumsikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
hubungan manapun mungkin menimbulkan suatu akibat. Sifat ini dan sifat lain metode berorientasi kasus memungkinkan peneliti menafsirkan kasus-kasus
secara historis dan merumuskan pernyataan mengenai asal-mula perubahan kualitatif yang penting dalam situasi-situasi yang spesifik Mulyana, 2001:203.
III.2.4 Teknik Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang akan diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Dalam hal ini informan adalah orang yang diperkirakan menguasai
dan memahami data,informasi, maupun fakta dari suatu objek penelitian Bungin, 2007:108-109.
Dalam penelitian ini pemilihan informan diambil berdasarkan teknik purposeful random sampling. Ini bertujuan supaya informasi yang diberikan oleh
informan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dengan kata lain, informasi yang diberikan adalah informasi yang sesuai dan berkaitan dengan yang
akan diteliti. Purposeful random sampling terbagi ke dalam beberapa jenis sampling, untuk penelitian ini peneliti memilih Maximum Variation heteroginity
Sampling. Maximum Variation Sampling ini adalah sebuah proses pemilihan sampel dimana beda karakteristik yang diinginkan oleh pengamatanpenelitian
dapat tampak secara nyata. Dapat pula disebut sebagai quota sampling Patton, 2001:234-235.
Dalam studi kasus, jumlah individu yang dijadikan informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Individu yang dapat dijadikan informan
adalah individu-individu yang mempunyai pengalaman yang sesuai dengan penelitian. Dengan kata lain, individu-individu dengan peran tertentu dan juga
mudah untuk dijangkau. Melalui metode kualitatif, subjek penelitian dapat dikenal
Universitas Sumatera Utara
secara pribadi. Kita dapat melihat gambaran mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi. Maka, dalam penelitian ini peneliti akan mengambil 4 informan
dengan karakteristik yang berbeda-beda, agar dapat melengkapi data yang diperlukan selama penelitian.
Karakteristik keempat informan adalah sebagai berikut : 1.
Jenis Kelamin 2.
Usia 13-20 tahun 3.
Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C 4.
Lama bersekolah di PKBM Emphaty minimal 1 tahun
III.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode
pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari metode yang ada tergantung masalah
yang dihadapi Kriyantono, 2008:93. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Penelitian Lapangan Field Research
a. Wawancara mendalam depth interview
Wawancara mendalam depth interview merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara
mendalam dan terus-menerus untuk menggali informasi dari responden Kriyantono, 2008:63. Wawancara mendalam adalah wawancara secara
intensif untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini wawancara yang dilakukan disesuaikan dengan waktu dari informan. Peneliti mewawancarai keempat informan pada saat jam
istirahat belajar. Sementara tempat wawancara dilakukan di PKBM Emphaty. Ke empat informan diwawancarai lebih dari satu kali sesuai
dengan data yang diperlukan. b.
Observasi, diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan pada riset
kualitatif. Yang diobservasi adalah interaksi perilaku dan percakapan yang terjadi antara subjek yang diteliti Kriyantono, 2008:108. Sedangkan
observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan, yang merupakan metode observasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti
yang dilakukan kelompok yang diteliti, baik kehadirannya diketahui atau
tidak Kriyantono, 2008:110. 2.
Penelitian Kepustakaan Library Research
Yaitu dengan cara mengumpulkan data mengenai permasalahan yang sesuai dengan penelitian dengan membaca literature yang relevan serta bacaan
pendukung, seperti buku, majalah, jurnal dan internet mengenai konstruksi identitas diri.
III.2.6 Teknik Analisis Data
Bodgan Biklen mengemukakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain Moleong, 2006:248.
Universitas Sumatera Utara
Tahap analisis data memegang peranan penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas riset. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis data kualitatif dimana analisis data yang digunakan bila data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata-kata, kalimat-kalimat,
atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi Kriyantono, 2008:194. Melalui data kualitatif, data yang diperoleh
dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi.
Dalam menganalisis data, peneliti melakukan 1 open coding, 2 axial coding dan 3 selective coding.
Open coding merupakan proses pengidentifikasian kategori dan dimensinya. Data-data diperoleh selanjutnya
diberi label, dipilah dan dicatat, sehingga data-data tersebut kemudian dapat dijadikan konsep yang pada akhirnya bisa dikelompokkan dalam kategori-kategori
tertentu. Axial coding merupakan pengorganisasian data melalui pengembangan hubungan diantara kategori dan sub kategori. Selective coding merupakan seleksi
kategori yang paling mendasar karena dihubungkan dengan kategori lain untuk menyusun story line, yang kemudian divalidasi. Sehingga dalam selective coding,
peneliti dapat menyajikan konseptualisasi cerita, menghubungkan kategori pendukung dengan kategori inti menggunakan paradigma, menghubungkan
kategori berdasarkan dimensinya, memvalidasi kategori yang diperoleh dari tahap sebelumnya dengan menggunakan data, dan melengkapi kategori yang
memerlukan perbaikan atau perkembangan Moleong, 2006:103.
Universitas Sumatera Utara
Langkah-langkah analisis data dlam studi kasus, yakni : 1.
Mengorganisir informasi. 2.
Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode. 3.
Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya. 4.
Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
5. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan
generalisasi natural dari kasus, baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.
6. Menyajikannya secara naratif Bungin,2003:30.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN