Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah upaya bersama suatu

sehingga lebih bersifat bottom up dan lebih berkesan non formal. Sedangkan pendidikan sebaliknya lebih bersifat top-down, dan lebih berkesan formal, inisiatif lebih banyak datang dari sumber belajar atau pengajar.

d. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah upaya bersama suatu

masyarakat untuk memajukan dirinya sendiri secara bersama-sama sesuai dengan ukuran-ukuran idealisasi masyarakat itu sendiri akan makna kehidupan. Dengan demikian ciri-ciri suatu masyarakat akan sangat kental mewarnai suatu PKBM baik mewarnai tujuan-tujuannya, pilihan dan disain program dan kegiatan yang diselenggarakan, serta budaya yang dikembangkan dan dijiwai dalam kepemimpinan dan pengelolaan kelembagaannya. Hal ini juga berarti bahwa dalam suatu masyarakat yang heterogen PKBM akan lebih mencerminkan multikulturalisme sedangkan dalam masyarakat yang relatif lebih homogen maka PKBM juga akan lebih mencerminkan budaya khas masyarakat tersebut. PKBM bukanlah suatu institusi yang dikelola secara personal, individual dan elitis. Dengan pemahaman ini tentunya akan lebih baik apabila PKBM tidak merupakan institusi yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok elitis tertentu dalam suatu masyarakat. Tetapi keberadaan penyelenggara maupun pengelola PKBM tentunya mencerminkan peran serta seluruh anggota masyarakat tersebut. Dalam situasi transisi ataupun situasi khusus tertentu peran perorangan atau tokoh-tokoh tertentu atau sekelompok anggota masyarakat tertentu dapat saja sangat dominan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan PKBM demi efisiensi dan efektivitas Universitas Sumatera Utara penyelenggaraan, prakteknya tidaklah menjadi kaku, dapat saja lebih fleksibel. Kata ‘masyarakat’ juga untuk membedakan secara dikotomis dengan pemerintah. Artinya seyogyanya PKBM itu milik masyarakat bukan milik pemerintah. Kontribusi pemerintah adalah dalam mendukung dan memfasilitasi keberlangsungan dan pengembangan PKBM dapat saja jauh lebih besar porsinya dibandingkan kontribusi masyarakat dalam nilai kuantitas tetapi semuanya itu haruslah diposisikan dalam kerangka dukungan bukan mengambil-alih tanggungjawab masyarakat. Hal ini bukanlah mengarah pada seberapa besar proporsi kuantitas, tetapi lebih kepada semangat, kualitas dan komitmen. Tentu saja hal ini harus didasarkan pada konteks dan potensi masing masing masyarakat. Ini juga tidak berarti bahwa mustahil adanya pegawai negeri sipil bekerja dalam suatu PKBM baik sebagai tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan, ataupun ini tidak berarti mustahil adanya alokasi anggaran pemerintah untuk membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana PKBM serta dana operasional PKBM. Bahkan sebaliknya, tanggung jawab pemerintah dalam pembangunan dan pembinaan PKBM haruslah tercermin dalam alokasi-alokasi anggaran pemerintah yang signifikan dalam memperkuat penyelenggaraan dan mutu program PKBM namun keseluruhannya itu haruslah dikembangkan selaras dengan dukungan bagi penguatan peran dan tanggungjawab masyarakat dalam menyelenggarakan dan mengelola PKBM. Universitas Sumatera Utara

2. Tujuan PKBM

Pada dasarnya tujuan keberadaan PKBM di suatu komunitas adalah terwujudnya peningkatan kualitas hidup komunitas tersebut dalam arti luas. Pemahaman tentang mutu hidup suatu komunitas sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang hidup dan diyakini oleh komunitas tersebut. Nilai-nilai yang diyakini oleh suatu komunitas akan berbeda dari suatu komunitas ke komunitas yang lain. Dengan demikian rumusan tujuan setiap PKBM tentunya menjadi unik untuk setiap PKBM. Berbicara tentang mutu kehidupan akan mencakup dimensi yang sangat luas seluas dimensi kehidupan itu sendiri. Mulai dari dimensi spiritual, sosial, ekonomi, kesehatan, mentalitas dan kepribadian, seni dan budaya dan sebagainya. Ada komunitas yang hanya menonjolkan satu atau dua dimensi saja sementara dimensi lainnya kurang diperhatikan, tetapi ada juga komunitas yang mencoba memandang penting semua dimensi. Ada komunitas yang menganggap suatu dimensi tertentu merupakan yang utama sementara komunitas lainnya bahkan kurang memperhatikan dimensi tersebut. Untuk memperoleh suatu konsep mutu kehidupan yang secara umum dapat diterima oleh berbagai komunitas yang beragam, dikembangkanlah beberapa konsep seperti Human Development Index Indeks Pembangunan Manusia. Indeks ini menggambarkan tingkatan mutu kehidupan suatu komunitas. Dengan menggunakan indeks ini kita dapat membandingkan tinggi rendahnya mutu kehidupan suatu komunitas relatif dengan komunitas yang lain. Dengan menggunakan indeks ini juga kita dapat memonitor kemajuan upaya peningkatan mutu kehidupan suatu komunitas tertentu secara kuantitatif. Suatu PKBM dapat Universitas Sumatera Utara saja memanfaatkan indeks tersebut sebagai wahana dalam merumuskan tujuannya serta dalam mengukur sudah sejauh mana PKBM tersebut telah efektif dalam memajukan mutu kehidupan komunitas sekitarnya.

3. Bidang Kegiatan PKBM

Selaras dengan tujuan PKBM yaitu terwujudnya peningkatan mutu hidup komunitas, dimana dimensi mutu kehidupan itu sangatlah luas, maka bidang kegiatan yang dicakup oleh suatu PKBM pun sangatlah luas mencakup semua dimensi kehidupan itu sendiri. Untuk memudahkan dalam analisis, perencanaan dan evaluasi, keragaman bidang kegiatan yang diselenggarakan di PKBM ini dapat saja dikelompokkan dalam beberapa kelompok kegiatan yang lebih sedikit namun menggambarkan kemiripan ciri dari setiap kegiatan yang tergolong di dalamnya. Khusus untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, berdasarkan pengalaman PKBM, seluruh kegiatan PKBM dapat dikelompokkan dalam tiga bidang kegiatan, yaitu bidang kegiatan pembelajaran learning activities, bidang kegiatan usaha ekonomi produktif business activities dan bidang kegiatan pengembangan masyarakat community development activities. 1. Kegiatan Pembelajaran Yang termasuk dalam bidang kegiatan pembelajaran adalah semua kegiatan yang merupakan proses pembelajaran bagi anggota komunitas dan berupaya melakukan transformasi kapasitaskemampuankecerdasan intelektual, emosi dan spiritual, watak dan kepribadian meliputi aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik. Pembelajaran juga mencakup seluruh kalangan baik dari usia dini sampai lanjut Universitas Sumatera Utara usia, pria dan wanita, dan semua orang tanpa terkecuali. Yang termasuk dalam bidang kegiatan ini antara lain : a. Program Pendidikan Anak Usia Dini b. Program Pendidikan Kesetaraan SD Paket A, SMP Paket B, SMA Paket C c. Program Pendidikan Mental dan Spiritual d. Program Pendidikan Keterampilan e. Program Pendidikan Vokasional f. Program Pendidikan Kewarganegaraan g. Program Pendidikan Kerumahtanggaan h. Program Pendidikan Kewirausahaan i. Program Pendidikan Seni dan Budaya j. Program Pendidikan Hobi dan Minat k. Pendidikan Keaksaraan Fungsional 2. Kegiatan UsahaEkonomi Produktif Bisnis Bidang kegiatan usaha ekonomi produktif mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kapasitaspemberdayaan ekonomi anggota komunitas. Di dalamnya mencakup semua program antara lain : a. Unit usaha PKBM b. Kelompok Belajar Usaha c. Pengembangan usaha warga masyarakat d. Kerjasama dan jaringan usaha masyarakat e. Upaya-upaya peningkatan produktivitas masyarakat f. Penciptaan lapangan kerja baru, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Di dalamnya juga meliputi seluruh aspek usaha mulai dari : a. pembangunan usaha baru b. perluasan pemasaran c. pengembangan permodalan d. peningkatan mutu e. peningkatan kemampuan manajemen usaha f. peningkatan kemampuan inovasi dan perancangan produk. 3. Kegiatan Pengembangan Masyarakat Bidang pengembangan masyarakat mencakup berbagai kegiatan dalam rangka penguatan kapasitas komunitas tersebut sebagai suatu kelompok komunal. Di dalamnya tercakup berbagai jenis kegiatan seperti : a. penguatan saranaprasaranainfrastruktur baik fisik maupun non fisik b. penguatan kohesivitas di antara masyarakat c. perbaikan dan pengembangan lingkungan d. Penggalian, pengembangan dan pembudayaan bahasa dan budaya asli komunitas tersebut e. Pembaharuan sistem kaderisasi kepemimpinan di komunitas tersebut f. Pembaharuan sistem administrasi pemerintahan di komunitas tersebut g. Pembaharuan dan penguatan pranata sosial yang ada di komunitas tersebut h. penyuluhan hukum, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain. i. penciptaan, penguatan dan reorientasi suatu budaya tertentu. Universitas Sumatera Utara

4. Komponen PKBM 1.

Komunitas BinaanSasaran Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran pengembangannya. Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah geografis tertentu ataupun komunitas dengan permasalahan dan kondisi sosial ekonomi tertentu. Misalnya komunitas warga kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung, komunitas anak-anak jalanan di Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung , dan lain-lain.

2. Warga Belajar

Warga belajar adalah sebagaian dari komunitas binaan atau dari komunitas tetangga yang dengan suatu kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih program pembelajaran yang ada.

3. PendidikGuruInstrukturNarasumber Teknis

Pendidikguruinstrukturnarasumber teknis adalah sebagian dari warga komunitas tersebut ataupun dari luar yang bertanggungjawab langsung atas proses-proses pembelajaran yang ada. 4. Penyelenggara dan Pengelola Penyelenggara dan pengelola PKBM adalah satu atau beberapa warga masyarakat setempat yang bertanggungjawab atas kelancaran dan pengembangan PKBM serta bertanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkannya. Didalamnya termasuk penyelenggara kelembagaan PKBM, pengelola operasional lembaga PKBM dan pengelola suatu program tertentu yang diselenggarakan oleh PKBM tersebut. Universitas Sumatera Utara

5. Mitra PKBM

Adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun lembaga-lembaga yang memiliki agen atau perwakilan atau aktivitas atau kepentingan atau kegiatan dalam komunitas tersebut yang dengan suatu kesadaran dan kerelaan telah turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan dan pengembangan suatu PKBM.

6. Parameter PKBM

a. Partisipasi masyarakat Community participation Salah satu ukuran kemajuan suatu PKBM adalah kualitas dan kuantitas partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pendirian, penyelenggaraan maupun pengembangan PKBM. Semakin tinggi jumlah anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam suatu PKBM maka semakin tinggi pula dianggap keberhasilan dan kemajuan PKBM tersebut. Demikian juga semakin tinggi mutu keterlibatan masyarakat setempat dalam suatu PKBM menggambarkan semakin tinggi kemajuan suatu PKBM. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu PKBM, akan terlihat dalam setiap proses manajemen yang ada. Baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian maupun dalam berbagai kegiatan dan permasalahan yang ada di PKBM tersebut. Partisipasi masyarakat juga dapat ditunjukkan dalam dukungan dalam penyediaan sarana dan prasarana, dana, tenaga personalia, ide dan gagasan, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara b. Manfaat bagi masyarakat Impact Parameter berikutnya untuk mengukur tingkat kemajuan suatu PKBM adalah manfaat bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan manfaat impact adalah seberapa besar PKBM tersebut telah memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan mutu kehidupan komunitas tersebut. Sumbangan ini dapat berupa peningkatan pengetahuan anggota masyarakat, peningkatan keterampilan, perbaikan perilaku, peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, penciptaan keharmonisan dan lain-lain. c. Mutu dan relevansi program Mutu dan relevansi program yang diselenggarakan oleh PKBM merupakan parameter berikutnya bagi kemajuan suatu PKBM. Untuk menilai mutu dan relevansi program yang diselenggarakan, perlu memperhatikan input, proses dan output dalam pelaksanaan program. Untuk mengukur mutu dan relevansi program-program pembelajaran yang diselenggarakan telah banyak dikembangkan model-model pengukuran dan evaluasi pendidikan maupun model-model pengukuran dan evaluasi mutu yang lebih general, misalnya Manajemen Mutu Total Total Quality Management atau TQM, seri International Standard Organization ISO dan lain-lain. d. Kemandirian dan Keberlanjutan lembaga Sustainability Yang dimaksud kemandirian di sini adalah kemampuan PKBM untuk tetap berjalan dengan baik melaksanakan berbagai programnya tanpa harus bergantung kepada berbagai pihak lain di luar dirinya. Sedangkan yang dimaksud dengan keberlanjutan lembaga di sini adalah kemampuan PKBM untuk tetap bertahan terus menerus melaksanakan seluruh Universitas Sumatera Utara programnya sesuai dengan dinamika kebutuhan yang ada di komunitas tersebut. Untuk meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan lembaga perlu dikembangkan sistem pendanaan yang lebih mandiri dan berkelanjutan, meningkatkan kemampuan lembaga dalam melakukan inovasi program, membangun system manajemen yang baik, melakukan pelatihan dan pengembangan personalia yang baik dan melakukan sistem kaderisasi kepemimpinan yang baik.

6. Karakter PKBM

Karakter merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari PKBM. Karakter PKBM menunjukkan nilai-nilai yang harus selalu menjiwai seluruh kegiatan PKBM. Untuk membangun PKBM yang baik maka harus juga dibentuk dan diperkuat terus karakter PKBM. Tanpa memiliki karakter, PKBM akan sulit bertahan dan berkembang dengan baik dalam mencapai tujuan-tujuannya. Setidaknya ada 7 karakter yang harus dimiliki dan dikembangkan dalam suatu PKBM yaitu : 1. Keperdulian terhadap yang lebih berkekurangan 2. Kemandirian dalam penyelenggaraan 3. Kebersamaan dalam kemajuan 4. Kebermaknaan setiap program dan kegiatan 5. Kemitraan dengan semua pihak yang ingin berpartisipasi dan berkontribusi 6. Fleksibilitas program dan penyelenggaraan 7. Pembaharuan diri yang terus menerus continuous improvement. Universitas Sumatera Utara

8. Program PKBM

Program-program yang diselenggarakan di PKBM sangat beragam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat di mana PKBM itu berada. Namun secara umum antara lain : 1. Pendidikan Kesetaraan : Paket A, Paket B dan Paket C. a. Paket A adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SD Sekolah Dasar. Program ini ditujukan bagi yang ingin mendapatkan pendidikan setingkat SD. b. Paket B adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SMPSLTP Sekolah MenengahLanjutan Tingkat Pertama. c. Paket C adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SMASLTA Sekolah MenengahLanjutan Tingkat Atas. 2. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Program ini ditujukan bagi anak-anak dalam rentang usia 0 - 6 tahun. 3. Keaksaraan Fungsional bagi Buta Aksara. Program ini adalah pengembangan program pemberantasan buta aksarahuruf. Program ini dilaksanakan selain bertujuan untuk pemberantasan buta huruf juga diharapkan para peserta didik dapat meningkatkan keterampilan yang dimilikinya sehingga kesejahteraan hidupnya dapat ditingkatkan pula. 4. Taman Bacaan Masyarakat TBM TBM merupakan wadah masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan melalui membaca secara umum dan hampir sama seperti perpusatakaan. Universitas Sumatera Utara 5. Pendidikan Keterampilan dan Kecakapan Hidup life skill Life Skill merupakan keterampilan yang diberikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 6. Pendidikan Kewarganegaraan dan kerumahtanggan 7. Pendidikan Mental dan Spiritual Keagamaan. 8. Pendidikan Kewirausahaan dan Usaha Produktif Kelompok Belajar Usaha KBU. 9. Pendidikan Seni dan Budaya, dll. III.1.2 Sejarah Berdiri PKBM Emphaty PKBM Emphaty Medan Sumut adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang mendampingi masyarakat miskin perkotaan khususnya anak-anak yang beraktifitas dan mencari penghidupan di jalan. LSM ini muncul saat para pendiri LSM ini mengadakan investigasi dan melihat perkembangan secara langsung dan turun ke jalan yang diakibatkan oleh adanya krisis ekonomi yang masih berkepanjangan dan adanya PHK Pemutusan Hubungan Kerja oleh pihak perusahaan sehingga membuat kemacetan di jalan dan mengganggu ketertiban lalu lintas. Melihat masalah tersebut, maka pada tahun 1999 didirikan Yayasan PKBM Emphaty dan dinotariskan pada tanggal 26 November 2002 oleh Lolita Pulungan SH. Yayasan ini berlokasi di Jl. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan, Jl. Mataram Jl. Kota Baru II No. 3 Petisah, dan Jl. Bunga Ester No. 4 Padang Bulan. Universitas Sumatera Utara Yayasan ini berdiri pada tahun 1999 dengan nama Yayasan Bina Emphaty Bangsa, dengan penanganan anak-anak bermasalah melalui open house. Adapun yang melatar belakangi berdirinya Yayasan EMPHATY ini adalah : 1. Krisis ekonomi yang diperberat oleh terjadinya berbagai persoalan dinegara kita, bencana alam, PHK, kehilangan pekerjaan, menurunnya budaya beli masyarakat serta harga barang yang melambung. Salah satu akibatnya adalah tidak terpenuhinya hak dan kebutuhan anak untuk tumbuh kembang sehingga banyak anak-anak yang terpaksa harus meninggalkan orang tua serta sekolah guna mencari nafkah di jalanan yang akhir-akhir ini meningkat dan dibutuhkan penanganan yang lebih serius. 2. Seiring dengan perjalanan bangsa Indonesia yang tidak lepas dari perkembangan rakyat Indonesia sendiri, perkembangan ini senantiasa diwarnai fluktuasi yang tidak menentu sehingga rakyat kecil lemah selalu berada pada posisi yang paling terpuruk dan inilah yang harus kita bantu bersama. 3. Keadaan anak-anak jalanan menambah besarnya resiko bagi proses kelangsungan hidup dan tumbuh kembang mereka yang akibat lebih lanjutnya dapat mengganggu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Yayasan Bina Emphaty melihat persoalan yang terjadi sekarang ini harus perlu penanganan serius oleh elemen-elemen masyarakat khususnya pemerintah. Universitas Sumatera Utara

III. 1.3 Visi dan Misi Lembaga

Adapun Visi dan Misi dari Yayasan EMPHATY, antara lain : Visi : Menjadikan PKBM Emphaty sebagai lembaga dan pusat pendidikanpengembangan yang berbasis kepada masyarakat ekonomi lemah kurang mampu dan anak-anak yang putus sekolah akibat masalah-masalah ekonomi. Misi : 1. Menyelenggarakan sosialisasi pendidikan kesetaraan, pendidikan keakasaraan, pendidikan anak usia dini PAUD, Life Skill, dan Kursus. 2. Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran. 3. Menjalin kerjasama dengan Pemerintah setempat untuk merekrut warga belajar. 4. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain untuk peningkatan mutu PKBM. III.1.4 Letak Kedudukan Lembaga Nama Organisasi : PKBM Emphaty Alamat Kantor : Jln. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan Medan Kel. Beringin Alamat PKBM ini tepat berada di tepi jalan besar, sehingga mudah untuk di jangkau. Didirikan pada Tahun 1999 dan diaktekan notaris pada tanggal 26 November 1999 oleh Lolita Pulungan SH yang kemudian berubah pada tanggal 5 April 2002 oleh Merci Ruminis SH, Msi yang didirikan oleh tokoh masyarakat, Universitas Sumatera Utara pengamat politik dan alumni FISIP USU. Pada tahun 2003 dibentuklah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dengan prgram belajar Keaksaraan Fungsional KF, Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Paket C. LSM ini terletak di daerah pinggiran jalan besar yang sangat mudah sekali ditemukan, dengan demikian banyak warga belajar memilih PKBM Emphaty karena sangat strategis. III.1.5 Fasilitas Sarana Prasarana Adapun fasilitassaranaprasarana yang ada di PKBM Emphaty terdiri dari:  2 ruangan belajar yang dilengkapi kursi, meja dan papan tulis ruang taman bacaan.  1 ruang komputer yang terdiri dari 10 unit Komputer  1 ruang keterampilan yang terdiri dari 5 unit mesin jahit  1 ruang kantor administrasi dan ruang guru  Toilet  Kantin III.1.6 Struktur Organisasi Struktur Organisasi di PKBM Emphaty Medan Sumut yaitu : A. Penasehat Pembina  Drs. Bukti Nainggolan  Drs. Henry Sitorus MSi.  Drs. Hery Zukarnaen MSc. Universitas Sumatera Utara B. Badan Pengawas  Drs. Tunggul Siagian  Hj. Riris Hasibuan  Ngalehken Ginting SH C. Badan Pengurus Harian  Pengelola : Electa S.sos  Sekretaris : Desna SE  Bendahara : Tiur MN S.sos  Staff Administrasi : Devi Okta Lubis D. Kordinator Program  Pendidikan Keaksaraan : Irmawaty Harahap  Pendidikan Kesetaraan - Paket A : Yon Ance Ginting Ssos - Paket B : Binsar Damanik - Paket C : Tiur MN Ssos - Taman Bacaan Masyarakat : Jhon Polo Tarigan - Life skill Keterampilan : Anjuaris ST Universitas Sumatera Utara PembinaPenasehat Kasubdis PLS Provinsi Sumatera Utara Kasubdis PLS Kota Medan Kadis Kota Medan Yayasan Emphaty Bukti S. P Pengelola PKBM Electa S.os Bendahara Tiur MN S.Sos Sekretaris Desnal SE Koord. PAUD Labora Koord. KF Irmawaty Koord. KPB Binsar Damanik Koord. KPC Tiur MN S.Sos Koord. TBM Ajuaris Koord.LifeskillKBU Nuel S Warga BelajarMasyarakat Tutor Universitas Sumatera Utara III.1.7 Pendidikan dan Pengalaman Pengelola Lembaga 1. Pendidikan Nama : Electa S.Sos Tanggal lahir : 22 Oktober 1975 Agama : Kristen Protestan Alamat : Jl. Bunga Ester No 4 Pasar V Riwayat Pendidikan : SD 1982-1987 SD Negeri 030404 Bulu Duri Dairi SMP 1987-1991 SMP Negeri Lae Parare Dairi SMA 1991-1994 SMA Negeri 1 Sidikalang S1 1994-1999 Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU 2. Pengalaman Tahun 2006 : Pelatihan penanganan Anak Jalanan oleh Save The Children , Yogyakarta Tahun 2008 : Pelatihan Silabus dan RTP, Medan Tahun 2008 : Pelatihan Pengembangan Kursus dan kelembagaan, Medan Tahun 2009 : Pelatihan Peningkatan Kapasitas, Bandung Tahun 2009 : Penyusunan Pedoman pendidikan Kesetaraan, Solo Tahun 2009 : Pelatihan Standard Isi dan Proses, Pendidikan Kesetaraan Medan Universitas Sumatera Utara Tabel 1 DAFTAR NAMA STAFF PENGAJAR DI YAYASAN EMPHATY SUMUT TAHUN 2010 No. Nama Keterangan 1. Tiur M.N, S.Sos Guru Biologi Sejarah 2. Lenni Mariani Silalahi, S.Pd Guru Bahasa Inggris 3. Ervi Guru PKN 4. Binsar Damanik Guru Matematika Bahasa Inggris 5. R. Tarigan, S.pd Guru Bahasa Indonesia 6. R.Sagala, S.pd Guru Fisika Matematika 7. B. Panjaitan, BA Guru Sejarah Geografi 8. Ustad Dedi Pengajian 9. Pdt. B. Saragih Pendalaman Alkitab 10. Lukas, S.sos Ekonomi 11. Alexander S.sos Sosiologi III.1.8 ProgramKegiatan yang sudah Dilaksanakan 1. Tahun 2006 – 2009 sebagai penyelenggara UNPK Paket A, B dan C di Kecamatan Medan Selayang yang dilaksanakan di YP. Muhammadiyah II Jl. Abdul Hakim no. 2 Tanjung Sari Medan. Dengan perincian yang sudah lulusselesai sebagai berikut :  Tahun 2006 Paket B sebanyak 45 orang.  Tahun 2007 Paket B sebanyak 90 orang, Paket C : 132 orang  Tahun 2008 Paket B sebanyak 98 orang, Paket C : 133 orang Universitas Sumatera Utara  Tahun 2009 Paket A : 10 org, Paket B : 107 orang, Paket C : 169 orang. 2. Tahun 2007 – 2008 pembagian jamkesmas kepada peserta didik dan orang tua sebanyak 217 orang. 3. Mengikuti Porseni PKBM se Sumatera Utara yang diadakan di Sibolangit, Juara II Futsal dan Juara I Lomba Lari Perempuan 100 m, Lomba tata busana Harapan I. 4. Tahun 2009 mengikuti Festival Olahraga Paket B yang diadakan di Semarang, dan mengirimkan peserta didik 8 orang. 5. Mengikuti festival lagu-lagu gereja dengan memperoleh Juara II. 6. Mengikuti temu ramah bakti sosial bersama pengurus dan anggota DPRD dari Partai Demokrat. 7. Mengikuti kegiatan gerak jalan sehat 1000 orang perempuan oleh gubernur Sumatera Utara, dengan mengirimkan peserta didik sebanyak 20 orang. 8. Pembagian sembako kepada peserta didik dan orang tua dari :  PSM Sumatera Utara  Partai Demokrat Sumut  GBKP Padang Bulan  GMKI Cabang Medan  FISIP USU  Bank BNI 46 Cabang Medan Pemuda  Naposo HKBP Sudirman  PT. Masindo Arthatama Universitas Sumatera Utara III.1.8 Pendanaan Lembaga Untuk mendukung pencapaian Proses dan Tujuan PKBM Emphaty tentu membutuhkan sumber dana, dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka sumber-sumber dananya bekerjasama dengan pemerintah dan donateur, adapun perinciannya sebagai berikut : 1. Pendanaan untuk Program Paket A dan B dari APBN pusat dan APBD daerah melalui Dinas Pendidikan. 2. Pendanaan Untuk Program Paket C dari Swadana dari Lembaga Emphaty sendiri yang diusahakan sendiri, yang didanai dari APBD hanya untuk Tutor 2 Orang yaitu Rp 60.000bulan 3. Dari dermawandonatur yang memberikan sumbangan demi peningkatan mutu PKBM Emphaty III.1.9 Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar Emphaty yang berada ditengah-tengah masyarakat menjalin hubungan dengan lingkungannya. Hubungan Lembaga dengan lingkungannya tercermin dari 1. Masyarakat di sekitar lingkungan Emphaty mengetahui bahwa disana ada sebuah lembaga yang dinamakan denga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang utamanya untuk membantu mereka-mereka yang tidak mampu bersekolah. 2. Penyidik pemantau bertanya langsung kepada masyarakat disekitar bagaimana proses belajar-mengajar di PKBM Emphaty dan ternyata jawaban mereka memuaskan. Universitas Sumatera Utara 3. Penduduk sekitar tidak pernah merasa terganggu dengan kehadiran Emphaty disana, justru mereka senang karena PKBM ini membantu mereka-mereka yang kurang mampu sehingga dapat bersekolah. III.1.4 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan non formal, tepatnya di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM Emphaty Medan yang berada di Jalan Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan, Medan. Meskipun demikian, waktu dan tempat penelitian dikondisikan dengan jadwal dan keinginan subjek penelitian. III.1.5 Subjek penelitian Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan, karena itu pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek riset, yaitu orang-orang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset bukan objek karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner Kriyantono, 2008: 163. Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja yang mudah diakses. Melalui metode kualitatif kita dapat mengenal orang subjek secara pribadi dan Universitas Sumatera Utara melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi yang mereka lakukan. Kita dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan masyarakat mereka sehari-hari. Melalui metode ini memungkinkan kita menyelidiki konsep yang dalam pendekatan lainnya akan hilang Bodgan, 1992: 5. Subjek penelitian ini murid remaja di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Emphaty Medan yang dibatasi pada warga belajar paket B dan Paket C. Sesuai dengan pembatasan masalah dalam penelitian ini bahwa yang menjadi subjek penelitian adalah murid remaja di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Emphaty Medan yang berusia 13-20 tahun yang merupakan murid dari paket B dan paket C. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah murid paket B dan C jumlahnya adalah sebagai berikut: Tabel 2 Rekap Peserta Didik PKBM EMPATHY No Jenis Program Jenis Kursus Tahun Jumlah L P Keterangan 1 Pendidikan Keaksaraan 2010 1 39 2 Pendidikan Kesetaraan Paket A 2010 27 13 3 Pendidikan Kesetaraan Paket B 2010 73 40 4 Pendidikan Kesetaraan Paket C 2010 142 36 5 Kursus dan Pelatihan Menjahit 2010 - 20 6 Kursus dan Pelatihan Komputer 2010 6 4 Sumber : Bagian Pendidikan Yayasan PKBM Emphaty Medan Universitas Sumatera Utara III.2 Paradigma dan Metodologi Penelitian III.2.1 Paradigma Konstruktivisme Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam sesuai sudut pandang masing-masing orang. Ada yang mengatakan bahwa paradigm merupakan suatu citra yang fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Menurut Guba dalam Salim 2001, paradigm adalah seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan kita. Paradigma ilmu ini adalah : Positivisme, Postpositivisme, Critical Theory, dan Constructivisme. Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas itu ada dalam bentuk bermacam-macam konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukannya. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap para pelaku sosial dalam setting sehari-hari yang alamiah, untuk memahami bagaimana pelaku sosial menciptakan dan mengelola dunia sosial mereka. Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti. III.2.2 Metode Penelitian Kualitatif Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Jadi dapat disederhanakan bahwa metodologi adalah pendekatan umum untuk mengkaji Universitas Sumatera Utara topik yang akan diteliti. Metodologi dipengaruhi oleh perspektif teoritis yang digunakan dalam melakukan penelitian. Perspektif teoritis merupakan suatu interpretasi yang memungkinkan peneliti untuk memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain Mulyana, 2001:145-146. Untuk menelaah hasil penelitian dengan benar, tidak cukup sekedar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya Mulyana, 2001:146. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam- dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan dapat menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data. Dalam riset ini, periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu riset ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan Kriyantono, 2008:56-57. III.2.3 Studi Kasus Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi komunitas, suatu program, Universitas Sumatera Utara atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti Mulyana, 2001:201. Pengertian lain studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data sebanyak mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis Kriyantono, 2008:66. Seorang peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap- lengkapnya dari kasus tersebut unuk mengetahui sebab-sebab yang sesungguhnya bilamana terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki Nawawi, 1995:72. Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lokasi penelitian. Semua hasil pengamatan dituangkan dalam pembahasan. Hasil wawancara nantinya akan dianalisis dan dipilih jawaban yang paling mendekati dan berkaitan dengan tujuan penelitian. Adapun tujuan studi kasus adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi yang nyata dalam berbagai konteks. Selain itu, pernyataan tentang bagaimana dan mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam sebuah situasi tertentu, atau apa yang terjadi di sini. Pada hakikatnya, peneliti sedang mencoba menghidupkan nuansa komunikasi dengan menguraikan kenyataan. Peneliti akan melakukannya dengan cara: 1. Melakukan analisis mendetail mengenai kasus dan situasi tertentu. 2. Berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang bekerja di sana. 3. Mencatat bermacam-macam pengaruh dan aspek-aspek hubungan komunikasi dan pengalaman. Universitas Sumatera Utara 4. Membangkitkan perhatian pada faktor-faktor tersebut berhubungan satu sama lain Daymon, 2007:162. Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus memiliki beberapa keuntungan. Keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut: 1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti. 2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami orang dalam kehidupan. 3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden 4. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas. 5. Studi kasus terbuka bagi penelitian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut. Menurut Mulyana, studi kasus periset berupaya secara saksama dan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus khusus. Dengan mempelajari seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian semaksimal mungkin, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Karena itu, studi kasus mempunyai ciri- ciri: 1. Partikularistik. Artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu. 2. Deskriptif. Hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti. Universitas Sumatera Utara 3. Heuristik. Metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. 4. Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori Kriyantono, 2008:66. Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus tersebut. Pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh, yang disebut kasus-kasus. Contoh-contoh dikemukakan berdasarkan isu-isu penting, sering diwujudkan dalam pertanyaan-pertanyaan. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, analisis studi kasus menunjukkan kombinasi pandangan, pengetahuan dan kreativitas dalam mengidentifikasikan dan membahas isu-isu relevan dalam kasus yang dianalisisnya, menganalisis isu-isu ini dari sudut pandang teori dan riset yang relevan serta dalam merancang strategi yang realistik dan layak untuk mengatasi situasi problematik yang teridentifikasi dalam kasus Mulyana, 2001:202. Menurut Ragin dalam Mulyana 2001, metode berorientasi kasus bersifat holistik-metode ini menganggap kasus sebagai entitas menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian atau kumpulan skor mengenai variabel. Jadi, hubungan antara bagian-bagian dalam keseluruhan itu dipahami dalam konteks keseluruhan, bukan dalam konteks pola-pola umum kovariasi antara variabel- variabel yang menandai anggota-anggota suatu populasi unit-unit yang sebanding. Selain itu, hubungan sebab-akibat dipahami sebagai perkiraan. Akibat dianalisis berdasarkan persimpangan berbagai kondisi dan biasanya diasumsikan bahwa Universitas Sumatera Utara hubungan manapun mungkin menimbulkan suatu akibat. Sifat ini dan sifat lain metode berorientasi kasus memungkinkan peneliti menafsirkan kasus-kasus secara historis dan merumuskan pernyataan mengenai asal-mula perubahan kualitatif yang penting dalam situasi-situasi yang spesifik Mulyana, 2001:203. III.2.4 Teknik Pemilihan Informan Informan adalah orang yang akan diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Dalam hal ini informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data,informasi, maupun fakta dari suatu objek penelitian Bungin, 2007:108-109. Dalam penelitian ini pemilihan informan diambil berdasarkan teknik purposeful random sampling. Ini bertujuan supaya informasi yang diberikan oleh informan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dengan kata lain, informasi yang diberikan adalah informasi yang sesuai dan berkaitan dengan yang akan diteliti. Purposeful random sampling terbagi ke dalam beberapa jenis sampling, untuk penelitian ini peneliti memilih Maximum Variation heteroginity Sampling. Maximum Variation Sampling ini adalah sebuah proses pemilihan sampel dimana beda karakteristik yang diinginkan oleh pengamatanpenelitian dapat tampak secara nyata. Dapat pula disebut sebagai quota sampling Patton, 2001:234-235. Dalam studi kasus, jumlah individu yang dijadikan informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Individu yang dapat dijadikan informan adalah individu-individu yang mempunyai pengalaman yang sesuai dengan penelitian. Dengan kata lain, individu-individu dengan peran tertentu dan juga mudah untuk dijangkau. Melalui metode kualitatif, subjek penelitian dapat dikenal Universitas Sumatera Utara secara pribadi. Kita dapat melihat gambaran mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi. Maka, dalam penelitian ini peneliti akan mengambil 4 informan dengan karakteristik yang berbeda-beda, agar dapat melengkapi data yang diperlukan selama penelitian. Karakteristik keempat informan adalah sebagai berikut : 1. Jenis Kelamin 2. Usia 13-20 tahun 3. Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C 4. Lama bersekolah di PKBM Emphaty minimal 1 tahun III.2.5 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari metode yang ada tergantung masalah yang dihadapi Kriyantono, 2008:93. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian Lapangan Field Research a. Wawancara mendalam depth interview Wawancara mendalam depth interview merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus untuk menggali informasi dari responden Kriyantono, 2008:63. Wawancara mendalam adalah wawancara secara intensif untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini wawancara yang dilakukan disesuaikan dengan waktu dari informan. Peneliti mewawancarai keempat informan pada saat jam istirahat belajar. Sementara tempat wawancara dilakukan di PKBM Emphaty. Ke empat informan diwawancarai lebih dari satu kali sesuai dengan data yang diperlukan. b. Observasi, diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan pada riset kualitatif. Yang diobservasi adalah interaksi perilaku dan percakapan yang terjadi antara subjek yang diteliti Kriyantono, 2008:108. Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan, yang merupakan metode observasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diteliti, baik kehadirannya diketahui atau tidak Kriyantono, 2008:110. 2. Penelitian Kepustakaan Library Research Yaitu dengan cara mengumpulkan data mengenai permasalahan yang sesuai dengan penelitian dengan membaca literature yang relevan serta bacaan pendukung, seperti buku, majalah, jurnal dan internet mengenai konstruksi identitas diri. III.2.6 Teknik Analisis Data Bodgan Biklen mengemukakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain Moleong, 2006:248. Universitas Sumatera Utara Tahap analisis data memegang peranan penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas riset. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dimana analisis data yang digunakan bila data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata-kata, kalimat-kalimat, atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi Kriyantono, 2008:194. Melalui data kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Dalam menganalisis data, peneliti melakukan 1 open coding, 2 axial coding dan 3 selective coding. Open coding merupakan proses pengidentifikasian kategori dan dimensinya. Data-data diperoleh selanjutnya diberi label, dipilah dan dicatat, sehingga data-data tersebut kemudian dapat dijadikan konsep yang pada akhirnya bisa dikelompokkan dalam kategori-kategori tertentu. Axial coding merupakan pengorganisasian data melalui pengembangan hubungan diantara kategori dan sub kategori. Selective coding merupakan seleksi kategori yang paling mendasar karena dihubungkan dengan kategori lain untuk menyusun story line, yang kemudian divalidasi. Sehingga dalam selective coding, peneliti dapat menyajikan konseptualisasi cerita, menghubungkan kategori pendukung dengan kategori inti menggunakan paradigma, menghubungkan kategori berdasarkan dimensinya, memvalidasi kategori yang diperoleh dari tahap sebelumnya dengan menggunakan data, dan melengkapi kategori yang memerlukan perbaikan atau perkembangan Moleong, 2006:103. Universitas Sumatera Utara Langkah-langkah analisis data dlam studi kasus, yakni : 1. Mengorganisir informasi. 2. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode. 3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya. 4. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori. 5. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus, baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain. 6. Menyajikannya secara naratif Bungin,2003:30. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN