penampilannya oleh masyarakat Tionghoa dan masyarakat pribumi. Pertunjukan Barongsai mampu menyatukan berbagai etnik di Kota Sibolga.
3.3 Jenis Barongsai
Pada Umumnya Barongsai memiliki dua jenis yang terkenal, yaitu Tarian Singa Selatan dan Tarian Singa Utara. Masing-masing memiliki ciri
khas tersendiri. Untuk barongsai dari selatan lebih mengutamakan penampilan kuda-kuda saja, tidak menitikberatkan pada unsur akrobatik.
Sementara barongsai dari utara lebih banyak menonjolkan unsur akrobatik. Berikut ini adalah penjelasan mengenai tarian singa selatan dan tarian singa
utara serta perbedaan dari keduanya. 1.
Singa Selatan. Jenis singa selatan merupakan jenis yang paling populer. Dua singa
yang terkenal dari jenis Singa Selatan ini adalah Singa Fat SanFo Shan 佛 山 dan Singa Hok SanHe Shan 鹤山, dinamakan demikian berdasarkan
daerah keduanya diciptakan. Sebenarnya terdapat ada lagi jenis singa yang lain, namun dikarenakan kebanyakan orang Tionghoa bermigrasi dari
Provinsi Guangdong maka hanya kedua jenis inilah yang dikenal di luar Cina. Kedua jenis singa ini biasa ditampilkan oleh tim kung-fu dan para
praktisi kung-fu pada suatu ketika menyebut pertunjukan Singa Selatan sebagai “tarian yang istimewa” karena berdasarkan fakta bahwa singa
adalah simbol keagungan.
Universitas Sumatera Utara
Pada awal kemunculannya di negara Cina, tarian Barongsai ditampilkan oleh para aktor dan penari lokal ataupun rombongan opera
keliling. Tarian Singa Selatan ditampilkan untuk tujuan memberikan berkah sejalan juga untuk kepentingan hiburan, suatu ketika di zaman dinasti Ching
ditampilkan oleh para pemberontak untuk mengumpulkan dana serta menjadi untuk menelurkan informasi rahasia di antara mereka.
Bagian kepala Singa Selatan cenderung berat, satu kostum barongsai lengkap beratnya bervariasi antara 14-16 kilogram tergantung pada jumlah
ornamen-ornamen serta dekorasi-dekorasi yang dikenakan. Kostum Singa Selatan tidak sepenuhnya menutupi badan pemainnya tidak seperti Singa
Utara dan bagian badanekor berukuran panjang dan terbuat dari kain yang warnanya bervariasi. Singa Selatan ini ditampilkan tidak hanya ditujukan
untuk kepentingan agama, namun juga untuk keperluan pelatihan ilmu bela diri. Berat kostum singa ini akan membantu memperkuat bagian tubuh dan
atas mereka. Dapat dikatakan melalui gerakan-gerakan singa ini bagaikan pelatihan aerobik menggunakan beban.
Biasanya bingkai kepala Singa Selatan terbuat dari rotan dan anyaman bambu kemudian akan dilapisi berkali-kali hingga tebal dengan
kain kasa. Langkah ini akan diulang berkali-kali, kemudian kepala Barongsai akan diberi cat dasar sebelum kemudian ditambah lagi varian
warna serta simbol-simbol yang memiliki makna-makna tertentu di atas cat dasar tersebut. Setelah itu, ditambahkan berbagai ornamen di atas kepalanya
seperti cermin. Bagian-bagian yang dapat digerakkan seperti kelopak mata, telinga, dan mulut dimaksudkan untuk memberi kesan hidup dan nyata bagi
Universitas Sumatera Utara
sosok singa. Kedua matanya terbuat dari kayu dengan sebuah lubang di tengahnya yang dilapisi kaca atau plastik. Pada praktik modern, bola lampu
mini yang digerakkan oleh baterai dipasang pada kedua mata untuk memberikan tampilan nyata.
Di masa sekarang, bagian kepala singa sudah menjadi sangat ringan. Desain singa yang baru juga telah menggunakan bentuk ekor yang pendek.
Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada desain dan bahan Barongsai ini dinilai sangat penting seiring semakin populernya kompetisi dan
perlombaan pertunjukan Barongsai. Salah satu gerakan yang sering dinilai dapat menambah poin besar adalah jika para pemain Barongsai dapat
melakukan atraksi berdiri dan menari di atas tiang-tiang yang tinggi dikenal dengan jong, tentu akan sangat memudahkan pergerakan dan atraksi
mereka jika massa tubuh Barongsai yang dimainkan tidak berat seperti massa tubuh Barongsai yang lama. Hampir semua para pemain Barongsai
modern memakai celana yang satu tipe dan satu jenis dengan badan atau ekor singa.
Gambar 3.1 Singa Selatan
Universitas Sumatera Utara
2. Singa Utara
Bentuk Singa Utara sering diidentikkan dengan bentuk anjing pug Peking. Hal ini disebabkan karena pada zaman dahulu kala, sosok singa
yang sebenarnya sangatlah jarang dapat dilihat oleh bangsa Cina pada saat itu kecuali orang-orang yang tinggal dalam lingkungan kerajaan. Para
seniman zaman dulu menggunakan sosok pug Peking mungkin dikarenakan anjing jenis ini sering disebut sebagai anjing singa. Nama ini diberikan
kepada jenis anjing ini kemungkinan karena ditemukannya kemiripan sosok antara patung-patung singa yang menjaga gerbang istana dengan anjing pug.
Jenis anjing pug ini diyakini telah lama eksistensinya di negeri Cina, seperti ditemukannya gambar anjing dalam kuburan-kuburan dari Dinasti Tang
hingga Dinasti Han. Fakta lain terdapat pada sebuah buku berisikan sejarah anjing pug Cina, menyatakan bahwa pihak kerajaan sering mengadakan
kontes tahunan anjing, kontes ini dimenangkan oleh pemilik yang dapat mengembangbiakkan anjingnya menyerupai figur singa.
Pada umumnya Singa Utara dipertunjukkan untuk tujuan hiburan saja dan tidak untuk memberikan berkah. Jenis singa ini memiliki versi
jantan dan betina, yang dibedakan melalui warna pita yang dikenakan di puncak kepalanya, warna merah untuk jantan dan warna biru atau hijau
untuk betina. Dalam gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Singa Utara, banyak juga ditemukan gerakan-gerakan anjing pug. Yang menjadikan
Singa Utara ini menarik adalah gerakan-gerakan yang ditampilkan, yakni gerakan akrobatik menggunakan meja, kursi, bola raksasa, papan jungkat-
jungkit, dan kawat.
Universitas Sumatera Utara
Bahan untuk kostum badan Singa Utara adalah rami, nilon, dan benang. Material-material lain dijahit dan dilapiskan pada kain untuk
memberikan kesan bulu dan rambut singa, kemudian diwarnai dengan warna kuning. Warna kuning ini tidak hanya menggambarkan warna bulu singa
saja, namun juga merupakan simbol warna Kekaisaran, karena pada awal mula kemunculannya pertunjukan Singa Utara hanya ditampilkan di
kalangan kerajaan. Bagian kepala Singa Utara awalnya terbuat dari kayu, namun kemudian digantikan oleh bahan yang lebih ringan, yaitu bambu atau
rotan kemudian dilapisi dengan kertas.
Gambar 3.2 : Singa Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV FUNGSI DAN MAKNA PERTUNJUKAN BARONGSAI