Barthes dalam Kusumarini 2006 menjelaskan ” Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang
di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti”. Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik
pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat
yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.
Melalui Teori Semiotik ini, penulis akan menjelaskan secara detail makna pertunjukan barongsai. Dengan Teori Semiotik ini penulis akan
mengetahui makna warna, makna kostum barongsai, makna pertunjukan musik, makna emosi utama barongsai dan makna etika dalam pertunjukan
barongsai. Semuanya itu akan dijelaskan melalui Teori ini.
1.6.3 Tinjauan Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:1198 menyatakan tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau
mempelajari. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:912 pustaka adalah kitab-kitab; buku.
Hanggoro, 2006 dalam jurnalnya: Fungsi dan Makna Kesenian Barongsai bagi Masyarakat Etnis Cina di Semarang. Jurnal ini menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
bahwa barongsai adalah sebuah kesenian yang berasal dari Cina yang masuk ke Indonesia khususnya di semarang yang dibawa oleh para saudagar Cina.
Bentuk pertunjukkan barongsai terbagi kedalam tiga tahap, yaitu permainan bendera, permainan barongsai, dan penutup. Fungsi pertunjukan barongsai
bagi masyarakat etnis Cina Semarang adalah fungsi ritual, fungsi hiburan, dan fungsi politik. Makna pertunjukan barongsai bagi masyarakat etnis Cina
Semarang adalah makna simbolik dan makna strategis. Jurnal ini menjadi bahan acuan penulis untuk memahami fungsi dan makna pertunjukan
barongsai. Harahap, dalam artikel Kompas 2008 : Barongsai, Kesenian
Tradisi yang Mendunia. Artikel ini menjelaskan tentang jenis-jenis barongsai, yaitu dari wilayah Selatan yakni barongsai “Pusan” serta
barongsai “Teksan”. Sedangkan dari wilayah Barat hanya satu jenis yakni “Tekingsan”. Serta merta artikel ini juga menjelaskan tentang jumlah
pemain dalam memainkan kesenian Barongsai. Dengan mempelajari artikel ini, penulis merasa terbantu untuk mendapatkan gambaran umum tentang
barongsai. Namun demikian, artikel tersebut lebih berfokus pada jenis-jenis barongsai.
Indriani, dalam artikel Berita Satu 2012 : Barongsai, Usir Aura Buruk dan Pembawa Keberuntungan. Artikel ini menjelaskan tentang
filosofi dari kesenian barongsai. Artikel ini juga menjelaskan bahwa kehadiran barongsai dapat membawa keberuntungan dan mengusir aura-
aura buruk. Artikel ini juga sangat membantu untuk peneliatian penulis mengenai fungsi dan makna pertunjukan barongsai.
Universitas Sumatera Utara
BAB II METODE PENELITIAN
Menurut Djajasudarma 1993:3, metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksankan penelitian dalam
menggunakan data. Metode memiliki peran yang sangat penting, metode merupakan syarat atau langkah-langkah yang dilakukan dalam sebuah
penelitian. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian Fungsi
dan Makna Pertunjukan Barongsai Bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Sibolga adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variable-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa,
melainkan variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan menurut Hadari dan Martini 1994:176, penelitian yang
bersifat kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi
aspekbidang kehidupan tertentu pada objeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan sampel dan populasi sebagaimana dalam penelitian
kuantitatif.
Universitas Sumatera Utara