43
2.2. Kerangka Berpikir
Fungsi utama keluarga yaitu sosialisasi menempatkan keluarga sebagai banteng utama penjaga kepribadian anak. Keluarga menjadi simbol utama untuk
mengajarkan nilai dan norma pada anak. Dalam hal ini peran orang tua sebagai pihak utama dalam keluarga sangat penting untuk melindungi anak dari perilaku
atau lingkungan yang negatif. Remaja adalah individu yang berada dalam proses berkembang atau
menjadi becoming, yaitu berkembang kea rah kematangan atau kemandirian, remaja sering menghadapi tekanan seperti frustasi dan penderitaan, konflik dan
kritik penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta dan perasaan teralineasi tersisihkan dari kehidupan social budaya. Oleh karena itu, remaja memerlukan
bimbingan dari orang tuanya untuk memberikan pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya.
Saat ini maraknya kenakalan remaja akibat dari pengaruh perubahan globalisasi seperti teknologi juga pengaruh dari lingkungan dengan teman
sebayanya yang salah. Anak-anak Polisi yang menginjak usia remaja perlu suatu komunikasi yang efektif dari orang tuanya, mengingat orang tua yang merupakan
Polisi yang dijadikan figur panutan dalam masyarakat. Hilangnya keteladanan dari orang tua yang dirasakan anak memberikan
peluang bagi anak-anak untuk mencari figur yang lain sebagai tumpuan harapan untuk berbagai perasaan dalam suka dan duka. Di luar rumah, anak mencari teman
yang dianggapnya dapat menemani dirinya, perasaannya dan keinginannya. Kegoncangan jiwa anak ini tidak jarang dimanfaatkan oleh anak-anak nakal untuk
44
menyeretnya ke dunia kemaksiatan, seperti obat-obatan terlarang dan pergi ke tempat-tempat hiburan malam Djamarah, 2004:30. Selain itu adanya perubahan
yang di sebabkan semakin canggihnya teknologi telah mengakibatkan perubahan pada nilai-nilai social dan budaya.
Komunikasi dalam keluarga sangat penting, karena dalam hal ini adalah sebagai tempat untuk memberikan pengajaran tentang nilai dan norma pada anak.
Dalam hal ini orang tua yang merupakan Polisi kurang perhatian dalam perilaku anaknya, lemahnya komunikasi interpersonal dalam keluarga tidak hanya
disebabkan oleh sikap orang tua terhadap anak selain faktor dari orang tua, remaja juga mempengaruhi hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak. Hal ini
disebabkan remaja merupakan masa “Stom and Drag’’ yaitu periode yang ditandai dengan rasa pemberontakan terhadap otoritas orang tua . Pada fase pertumbuhan
remaja sering mengalami frustasi dan penderitaan konflik dan perasaan yang tersisihkan dari kehidupan social orang dewasa.
Kurangnya keharmonisan dalam keluarga menyebabkan munculnya ketegangan antara anak dan orang tua akan menyebabkan terciptanya jarak
emosional antara anak dan orang tua. Dalam kondisi demikian, anak akan mencari kepuasan di luar rumah, misalnya dengan mempertinggi keterlibatan remaja
tersebut dengan kelompok teman sebaya. Perhatian orang tua terhadap remaja sangat diperlukan. Perhatian orang tua terhadap remaja sangat diperlukan.
Perhatian orang tua yang penuh kasih saying dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun social budaya yang diberikannya merupakan
faktor yang kondusif untuk mempersiapkan komunikasi keluarga antara orang tua dengan anak.
45
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melihat bagaimana pola komunikasi yang dilakukan oleh orang tua sebagai Polisi dengan anak kandung
yang menginjak remaja agar tidak terkena pengaruh negatif dari faktor lingkungan yang berubah dan pengaruh teknologi. Mengingat orang tua adalah sebagai
panutan maka tingkah laku anak harus sesuai dengan kepribadian orang tua, tujuannya dari penelitian ini agar dapat menjadi pembelajaran bagi orang tua.
Terdapat tiga pola komunikasi dalam lingkungan keluarga antara orang tua dengan anak Yusuf, 2001 : 51 yaitu : Authotarian cenderung bersikap
bermusuhan, Permissif cenderung berperilaku bebas dan Authorative cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam bagan berikut ini :
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pemikiran Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak
Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua Yang Berprofesi Sebagai Polisi Dengan Anak Usia Remaja
Orang Tua POLRI
Pola Komunikasi
Anak Remaja
46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, penelitian ini mencoba menjabarkan tentang pola komunikasi yang dilakukan
orang tua dengan anak dalam keluarga Polisi. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif. Dalam
pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal dan tidak di manipulasi baik kondisi maupun keadaan obyek yang sedang
diteliti dan juga bisa dikatakan menekankan pada keadaan secara alami. Peneliti kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau
samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Disini yang ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data. Krisyantono, 2006:58.
Dalam penelitian ini kedudukan peneliti sebagai instrumen penelitian dan sebagai instrument harus mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri,
menekankan kebutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan
mengikhlaskan serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim Moleong, 2002:121.