Penyajian Data Identitas Responden

masalah dalam berinteraksi dengasn anak asuhnya yang merupakan penyandang tunagrahita.

4.1.2 Penyajian Data

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Ponsos Kalijudan Surabaya. Dan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, subyek penelitian yang dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan pola komunikasi antara orangtua asuh pada anak tunagrahita khususnya yang masih memiliki IQ sedang atau anak tunagrahita yang masih bisa diajak komunikasi. Data diperoleh dengan melakukan observasi dan melalui in depth interview yang dilakukan terhadap orangtua asuh yang mendampingi anak-anak tunagrahita dengan berbagai cara pola asuh. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan, dan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan perkembangan dari situasi yang diteliti itu sendiri. Data yang diperoleh tersebut akan disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan kualitatif sehingga diperoleh gambaran, jawaban serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang diangkat.

4.1.3 Identitas Responden

Dalam penelitian ini yang disajikan responden atau informan adalah orangtua asuh anak tunagrahita yang tinggal didalam UPTD Ponsos Kalijudan Surabaya. Dalam proses pemilihan inforiman, peneliti dibantu oleh penanggung jawab Unit 52 Pelaksana Teknis Dinas Ponsos Kalijudan Surabaya untuk memilah-milah orangtua asuh yang membina atau mendampingi anak tunagrahita selama 24 jam didalam ponsos tersebut. Dari total anak asuh tunagrahita hanya ada beberapa anak yang menyandang tunagrahita sedang atau anak tunagrahita yang masih bisa diajak komunikasi bicara, untuk dijadikan informan peneliti hanya menggunakan 3 anak tunagrahita karena dari 23 anak tunagrahita hanya ada 6 anak tunagrahita saja yang masih bisa berkomunikasi. Selanjutnya 3 orangtua asuh yang membina atau mendampingi anak tunagrahita selama 24 jam. INFORMAN 1 Orangtua asuh yang pertama bernama Bu.Nur yang berumur 38 tahun, informan tersebut bekerja mendampingi anak tunagrahita mulai bulan Agustus 2009. Bu nur bertugas mendampingi 7 anak dimana senua anak tunagrahita yang diasuhnya semua perempuan. Anak asuh informan 1 tersebut adalah Neneng12, Ekhy13, Novi13, Titik14, Amarah9, Yanti17, Anggi12. Informan 1 salah satu pengasuh yang pertama di dalam ponsos diantara orangtua asuh yang lainnya, jika dilihat dari peneliti informan 1 ini adalah orangtua asuh yang berwatak cukup keras dalam mengasuh anak tunagrahita. Orangtua asuh ini berasal dari kota Surabaya dan pendidikan akhir informan 1 ini adalah SMK selain itu Ibu N pernah bekerja di luar negri sebagai TKW. Selama proses interview informan ini sambil mengawasi anak-anak asuhnya yang sedang istirahat sekolah dan membagikan kue jatah untuk anak asuhnya. 53 INFORMAN 2 Informan 2 adalah orangtua asuh yang terbilang masih muda dan pemalu, informan 2 ini Bapak Udin, berumur 22tahun dari tingkat pendidikan orangtua asuh tersebut berpendidikan akhir Aliyah SMA sederajat. Bapak udin masuk di dalam Ponsos untuk menjadi orangtua asuh sejak bulan Oktober 2009, sebelum bekerja di dalam ponsos informan 2 yang berasal dari kota Kediri ini bekerja sebagai buruh tani. informan 2 mengasuh 8 anak tunagrahita yang semuanya laki- laki. Anak asuh informan 2 tersebut adalah Dimas7, Toha14, Surip14, Ferdi14, Imam15, Ali12, Babil7, Kiki14. Dari semua anak asuh yang di damping oleh informan 2 ada empat anak asuh yang dapat diajak komunikasi walaupun tidak maksimal yaitu Toha, Ferdi, Ali, dan Babil, dan salah satunya akan menjadi informan bagi peneliti yakni Babil. Selama interview informan 3 sambil mengarahkan anak asuhnya untuk ganti pakaian selesai sekolah. INFORMAN 3 Pada informan ketiga ini merupakan orangtua asuh yang memiliki jiwa agamis, Orangtua asuh ini bernama Bapak Jamil berumur 39 tahun. Pak Jamil mengasuh 8 anak tunagrahita semuannya anak laki-laki. Anak asuh dari informan 3 ini bernama Theo 14, Pongadi15, Sugeng14, Najib13, Tepak15, Ridho4, Rizki14, Bagus12. Diantara semua anak yang diasuhnya salah satunya ada yang mengalami cacat fisik yaitu Tepak, untuk berkomunikasi dengan anak ini informan 3 menggunakan bahasa tubuh atau langsung dengan mengarahkan atau menuntun anak tersebut sasuai dengan kebutuhan. 54 Informan 3 ini termasuk orangtua yang sabar, bisa dikatakan bahwa Bp.Jamil adalah orang yang halus, pada saat melakukan interview informan tersebut menjawab dengan suara yang cukup lembut, selain itu informan 3 ini telah menganggap anak asuhnya sebagai anak kandungnya sendiri. Informan 3 berasal dari kota Pamekasan, bergelar S1 dari IAIN, sebelum bekerja disini informan 3 ini bekerja sebagai guru SD dan SMP selama 3,5 tahun. INFORMAN 4 Informan 4 ini bernama Yanti 17, didalam ponsos yanti paling tua diantara teman-temannya yang lain. Yanti anak asuh dari ibu Nur, dilihat dari fisik yanti seperti anak normal karena yanti mempunyai fisik dan style yang cukup bagus, selain itu yanti masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah misalnya mencuci baju, menyapu,dan lain-lain seperti anak perempuan normal seumurannya, namun setelah diajak komunikasi baru informan 4 tersebut mengalami keterbelakangan mental, bahkan untuk membaca, mengenal warna saja tidak bisa dan jika ditanyai cita-citanya apa yanti tidak bisa menjawab lantaran dia tidak yau arti cita-cita sendiri. Menurut cerita dari informan 4 bahwa dia lebih betah tinggal didalam ponsos lantaran dirumah tempat tinggal dia dulu selain tidak ada temannya informan 4 tersebut mengaku sering dipukuli oleh orangtua ibu tirinya hal tersebut tidak ditanyakan oleh peneliti namun informan 4 menceritakan sendiri. Yanti sering disuruh ibu tirinya mengamen sampai tidur dijalanan, dan jika dia membantah 55 informan 4 akan menerima pukulan dari ibu tirinya tersebut sehingga informan 4 ini trauma jika disuruh pulang. Saat melakukan interview informan 4 sedang istirahat sekolah dan terlihat sekali dia ingin mendapatkan perhatian lebih, Yanti tidur dibahu peneliti dan melarang peneliti pulang. INFORMAN 5 Anak asuh yang menjadi informan 5 ini bernama Babil yang berumur 7 tahun, Babil cukup jelas jika diajak komunikasi namun kadang kala dia jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaanya dan terbatah-batah. Babil anak asuh dari Bapak Udin, informan 5 ini memiliki watak yang cukup keras namun sering kali babil mengajari teman-temannya untuk bermain, babil termasuk anak asuh yang lincah, tampan dan bersihan. Jika ditanya dimana rumahnya informan 5 hanya menjawab Kertosono, keisengan Babil sering membuat informan 5 ini dimarahi selain itu jika bermain informan 5 ini terlalu lincah sehingga sering jatuh hal inilah yang membuat informan 5 dimarahi oleh pengasuhnya. Babil masih bisa menyebutkan dia tidur dengan siapa atau dia bisa menyebutkan siapa saja nama kelompoknya. Informan 5 mempunyai cita-cita ingin bisa mengemudi helikoptrer pilot. INFORMAN 6 Informan 6 ini bernama Theo 14 yang beragama nasrani, menurut informasi Theo masih mempunyai keluarga, namun kunjungan dari keluarga theo tidak pasti hanya hari-hari besar saja. Yang masih sering berkunjung adalah ibu dan kakak- kakak kandungnya saja ayah kandungnya sejak theo masuk didalam panti sampai 56 sekarang tidak pernah menjenguk. Theo masih bisa diajak komunikasi tapi tidak maksimal dan suara atau bahasa informan 6 ini tidak seberapa jelas. Seringkali pada saat interview dia mengatakan ingin pulang, namun menurut bapak Jamil itu hanya ungkapan seekilas saja. Menurut informasi informan 6 ini dimasukan dalam ponsos tersebut karena keluarga theo tidak sanggup merawat atau menangani theo, informan 6 tersebut sering bikin onar di tetangga-tetangga sebelah. Seringkalin informan tersebut melakukan hal yang menurut pengasuh itu perilaku yang reflek atau mendadak yang sering dilakukan theo, misalnya jika informan 6 ini mengingkan sesuatu yang dimiliki temannya maka dia akan mengambilnya kalau tidak dapat dia akan memukul temannya tersebut, hal demikianlah yang sering dilakukan informan 6 didalam ponsos dan di rumah asalnya hingga sampai dititipkan didalam ponsos ini. Pada saat melakukan interview peneliti melihat sendiri informan melakukan hal tersebut dan cukup bahaya jika tidak ada pengawasan. 4.2 Analisis Data 4.2.1 Pola Komunikasi Pada Anak Tunagrahita

Dokumen yang terkait

Pola Asuh Orang Tua Anak Korban Perceraian Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Sumatera Utara (KPAID-SU)

6 100 113

Pola Asuh Keluarga yag Memiliki Anak Tunagrahita di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan

7 95 103

Perbedaan Tingkat Pola Asuh Orangtua dari Anak Autisme Berdasarkan Usia, Pendidikan, dan Pekerjaan

2 58 76

Gambaran Kemandirian Remaja Dengan Pola Asuh Permisif

0 45 79

Pola Komunikasi orangtua Tunggal Dengan Anak Remaja pada Suku Batak Di Desa Gempolan Kecamatan Sei Bamban

6 98 125

Pengaruh Pola Asuh Anak Terhadap Terjadinya Balita Malnutrisi Di Wilayah Kerja Puskesmas Montasik Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2006

0 33 97

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI KELUARGA DAN PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN Hubungan Antara Komunikasi Keluarga Dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Orangtua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI KELUARGA DAN PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN Hubungan Antara Komunikasi Keluarga Dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Orangtua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja.

0 2 20

PEMBERDAYAAN TUNAGRAHITA DALAM PERSPEKTIF PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PONDOK SOSIAL KALIJUDAN (UPTD PONSOS KALIJUDAN) DINAS SOSIAL KOTA SURABAYA

0 0 10

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA ASUH DENGAN ANAK TUNAGRAHITA (Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua Asuh Dengan Anak Tunagrahita Di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pondok Sosial Kalijudan Surabaya) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyar

0 0 24