Subyek Informal Penelitian Teknik Pengumpulan Data

3.5 Subyek Informal Penelitian

1. Subyek penelitian Subyek penelitian ini adalah informan yang merupakan orang tua asuh dengan kliennya yaitu anak tunagrahita. Baik dalam membimbing atau berkomunikasi terhadap kliennya yang tuna grahita. Yang menghasilkan narasi- narasi kualitatif dalam wawancara mendalam in-depth interview. 2. Informan Penelitian Informan penelitian ini tidak ditentukan berapa jumlahnya, tetapi dipilih beberapa informan yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian ini. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan berapa besar juumlah informan, melainkanyang terpenting adalah seberapa jauh penjelasan informan yang diperoleh dalam menjawab permasalahan Suryabrata, 1998 : 89. Namun demikian peneliti akan berusaha menjaring sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari berbagai sumber. Peneliti akan mencari variasi informasi sebanyak-banyaknya dari informan dengan menggunakan tehnik sampling in-depth interview wawancara mendalam, yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian sehingga dapat mengahasilkan data berupa kata-kata dan tindakan, dan memungkinkan narasumber untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkunganny dengan menggunakan istilah-istilah mereka sendiri. Berikut ini merupakan syarat untuk menjadi seorang informan dalam penelitian ini, antara lain 3 tiga orangtua asuh ataupun guru-guru pembimbing yang menghabiskan waktu paling banyak dengan anak-anak tunagrahita dan 3 tiga anak tunagrahita yang menurut pimpinan Dinsos Kalijudan anak tunagrahita tersebut masih bisa diajak komunikasi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah wawancara mendalam in-depth interview yang menghasilkan data berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik ini dinilai paling sesuai, karena hal tersebut memungkinkan pihak yang di wawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan Mulyana, 2002:183. Dengan teknik ini diharapkan informan dapat lebih terbuka dan berani dalam memberikan jawaban dan respon terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti. Kelebihan lain adalah, peneliti secara personal dapat bertanya langsung dan mengamati respon terutama non verbal mereka dengan lebih detail. Sesuai dengan sifat-sifatnya tersebut diatas, teknik in-depth interview dipandang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Sebagai penelitian kualitatif, peneliti harus dapat menampilkan kekayaan dan kerincian data. Sifatnya yang one- on-one juga akan mendukung keberhasilan wawancara karena topik dalam penelitian ini sifatnya cukup pribadi dan sensitif, sehingga memungkinkan informan mengungkapkan opininya secara lebih bebas dan jujur. Namun demikian seperti juga teknik-teknik penelitian lain, in-depth interview juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan utamanya adalah kekayaan data yang diperoleh. In-depth interview mampu menghasilkan respon yang lebih akurat dalam penelitian yang membahas topik-topik sensitive. Hubungan yang dekat antara informan dan peneliti mempermudah untuk menggali topik-topik tertentu yang mungkin masih tabu dalam pendekatan lain Wimmer Dominick, 2002:122. Sedangkan, kelemahan in-depth interview adalah adanya kecenderungan untuk menggeneralisasi. in-depth interview biasanya dilakukan dengan sampel yang kecil dan tidak acak. Karena interview biasanya dilakukan tanpa menggunakan standar- standar tertentu, masing-masing informan dapat memberikan berbagai versi jawaban dari sebuah pertanyaan. Bahkan sangat mungkin bila seorang informan memberikan jawaban atas pertanyaan yang tidak ditanyakan pada informan lain. Kelemahan lain adalah adanya bias dari peneliti. Dalam beberapa interview mungkin saja sikap dan penderian peneliti tanpa sengaja terkomunikasikan, misalnya melalui perilaku nonverbal atau tekanan suara. Hal ini dapat mempengaruhi validitas dari jawaban informan. Studi literature, teknik pengumpulan data dengan mencari data pengunjung dengan mengolah buku-buku dan sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pola Asuh Orang Tua Anak Korban Perceraian Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Sumatera Utara (KPAID-SU)

6 100 113

Pola Asuh Keluarga yag Memiliki Anak Tunagrahita di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan

7 95 103

Perbedaan Tingkat Pola Asuh Orangtua dari Anak Autisme Berdasarkan Usia, Pendidikan, dan Pekerjaan

2 58 76

Gambaran Kemandirian Remaja Dengan Pola Asuh Permisif

0 45 79

Pola Komunikasi orangtua Tunggal Dengan Anak Remaja pada Suku Batak Di Desa Gempolan Kecamatan Sei Bamban

6 98 125

Pengaruh Pola Asuh Anak Terhadap Terjadinya Balita Malnutrisi Di Wilayah Kerja Puskesmas Montasik Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2006

0 33 97

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI KELUARGA DAN PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN Hubungan Antara Komunikasi Keluarga Dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Orangtua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI KELUARGA DAN PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN Hubungan Antara Komunikasi Keluarga Dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Orangtua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja.

0 2 20

PEMBERDAYAAN TUNAGRAHITA DALAM PERSPEKTIF PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PONDOK SOSIAL KALIJUDAN (UPTD PONSOS KALIJUDAN) DINAS SOSIAL KOTA SURABAYA

0 0 10

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA ASUH DENGAN ANAK TUNAGRAHITA (Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua Asuh Dengan Anak Tunagrahita Di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pondok Sosial Kalijudan Surabaya) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyar

0 0 24