Perkembangan Kognitif dan Karakteristik Siswa SMP

3. Puisi Lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. 4. Puisi Dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. 5. Puisi Didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit. 6. Puisi Satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat. 7. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih. 8. Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang. 9. Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan. 10. Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air. Secara umum unsur-unsur puisi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fisik dan batin. Kedua bagian itu terdiri atas unsur-unsur yang saling mengkait keterjalinan dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh. Menurut Waluyo 1987: 72-133, yang termasuk struktur fisik, yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tata wajah tipografi, sedangkan yang termasuk dalam struktur batin, yaitu makna, tema, amanat, feeling, dan suasana. Berikut ini diuraikan masing-masing struktur fisik dan struktur batin puisi. 1. Struktur Fisik Menurut Waluyo 1987: 72-100, struktur fisik mencakup adalah diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tata wajah tipografi. Berikut adalah enam macam unsur yang termasuk struktur fisik. a. Diksi Diksi atau pemilihan kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolute dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda Waluyo, 1987: 73. Peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata adalah segala-galanya dalam puisi. Begitu pentingnya diksi dalam puisi, sehingga ada yang menyatakan bahwa diksi merupakan esensi penulisan puisi. Abrams dalam Wiyatmi, 2008: 63, menyatakan bahwa diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra. Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan maksud yang diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, dan harus mengenali dengan baik macam corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan penulisan. Berikut contoh puisi yang di dalamnya terdapat diksi berjudul “Karawang Bekasi” karya Chairil Anwar dalam Waluyo, 1987: 75. Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak Merdeka dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan berdegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang-kenanglah kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang-kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi b. Pengimajian Menurut Waluyo 1987: 78, pengimajian adalah kata atau susunan kata- kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Pengimajian disebut juga pencitraan. Sejalan dengan pendapat Effendi dalam Waluyo, 1987: 80-81, menyatakan bahwa pengimajian dalam sajak dapat dijelaskan sebagai usaha penyair untuk menciptakan atau