operasional formal, diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Menurut Baharuddin 2014: 117, remaja memiliki karakteristik intelektual pada tahapan operasional formal. Pertama, mampu memecahkan masalah yang abstrak.
Artinya, mampu menemukan sebuah cara yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya, struktur fisik puisi siswa pada bunyi tidak beraturan, belum bisa
memilih majas, terdapat citraan yang belum jelas sedangkan struktur batin puisi siswa tema masih terlalu monoton, nada dan suasana yang digunakan hanya yang
tengah dirasakan. Kedua, dapat berpikir logis, artinya meningkatkan daya nalar, kreativitas, daya kritis, dan membangkitkan rasa ingin tahu. Misalnya, siswa dapat
menyusun puisi dengan memperhatikan struktur fisik berupa bunyi, majas, citraan, serta struktur batin berupa tema yang berkesinambungan dengan amanat
yang disampaikan. Ketiga, mengembangkan kepribadian, artinya adanya
dorongan untuk mengembangkan potensi yang dimilik dengan kegiatan yang sesuai dengan kepribadian individu masing-masing. Misalnya, seorang penyair
akan selalu mempunyai dorongan untuk dapat menciptakan karya baru dengan memperhatikan struktur fisik berdasarkan bunyi, majas, citraan dan struktur batin
berdasarkan tema, nada dan suasana, perasaan, amanat yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir dalam menghasilkan karya sastra dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu
menunjukkan fungsinya secara baik. Selain itu, pikiran remaja juga dipengaruhi
lingkungan dan ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap berbagai macam karya sastra Baharuddin, 2014: 118.
D. Unsur-unsur Puisi
Pada hakikatnya puisi merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan perasaan penyair secara imajinatif. Menurut Aminuddin 2009:
134, puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada
dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Menurut Sayuti
2010: 3-4, puisi merupakan bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya yang mengungkapkan pengalaman
imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu,
sehingga puisi tersebut mampu membangkitkan pengalaman dalam diri pembaca. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah suatu karya
imajinatif yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran pembaca akan pengalaman dan mengandung pesan kepada pembaca.
Menurut Aminuddin 2009: 134-136, dilihat dari bentuk maupun isinya, puisi dapat dibagi menjadi beberapa macam.
1. Puisi Epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan.
2. Puisi Naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa yang menjalin suatu
cerita.
3. Puisi Lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang
melingkupinya. 4. Puisi Dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif
menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.
5. Puisi Didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit.
6. Puisi Satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu
masyarakat. 7. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang
kekasih. 8. Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.
9. Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
10. Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
Secara umum unsur-unsur puisi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fisik dan batin. Kedua bagian itu terdiri atas unsur-unsur yang saling mengkait
keterjalinan dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh. Menurut Waluyo 1987: 72-133, yang termasuk struktur fisik, yaitu diksi, pengimajian,
kata konkret, majas, versifikasi, dan tata wajah tipografi, sedangkan yang