HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN PARTISIPASI DALAM KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NAHDLATUT THULLAB DESA MANGGARWETAN KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN PARTISIPASI DALAM KEBERSIHAN LINGKUNGAN

SEKOLAH PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) NAHDLATUT THULLAB DESA MANGGARWETAN

KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Oleh :

Ahmad Misbakhul Munir S820809001

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN PARTISIPASI DALAM KEBERSIHAN LINGKUNGAN

SEKOLAH PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) NAHDLATUT THULLAB DESA MANGGARWETAN

KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

Disusun oleh :

Ahmad Misbakhul Munir S820809001

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Pembimbing I Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. NIP.194804041975011001

1.

………. 1.

... 2. Pembimbing II Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si.

NIP.194309011968091001

2.

... 2.

... Mengetahui

Ketua Program

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP.195009301976031004


(3)

commit to user

iii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN PARTISIPASI DALAM KEBERSIHAN LINGKUNGAN

SEKOLAH PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) NAHDLATUT THULLAB DESA MANGGARWETAN

KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

Disusun oleh :

Ahmad Misbakhul Munir S820809001

Telah Disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. ...

...

Sekretaris Prof. Dr. Ir. S. Minardi, M.P

...

...

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U.

2. Prof.Drs.Indrowuryatno, M.Si.

...

...

...

...

Mengetahui Ketua Program

Studi PKLH Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. ... ...

Direktur Program


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Ahmad Misbakhul Munir NIM : S820809001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Tentang Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 12 Oktober 2010 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v MOTTO

”Kebersihan itu sebagian daripada Iman” (Al Hadits)


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan kasih sayang, tesis ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda H. Ali Munawar serta Ibunda Umi Mujayanah.

2. Ibu Hj. Amin Zahroh. 3. Istriku Amirotul Azizah, SH.

4. Kakanda Abdur Rohman, M.Si. beserta istri Iis Amah, M.Hut. dan si kecil Aya’.


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa terhatur kehadirat Allah SWT, Tuhan penguasa alam, atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini, dan tak lupa sholawat senantiasa terucap kepada baginda Nabi Muhammad SAW atas segala jasanya.

Tesis yang berjudul Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Tentang

Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan ini adalah salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada program pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini banyak pihak yang membantu, mulai dari pengumpulan data hingga pada penyusunan akhir tesis ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti baik dalam perkuliahan maupun tugas-tugas yang lain.


(8)

commit to user

viii

2. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. selaku pembimbing I yang telah meluang waktu serta penuh kesabaran memberikan saran, masukan, petunjuk dan himbauan yang sangat membantu terselesaikannya penulisan tesis ini dengan baik dan benar.

3. Prof. Dr. Indrowuryatno, M.Si. selaku pembimbing II atas waktu dan bimbingan

serta arahan yang sangat berharga dalam mempercepat penyelesaian penulisan tesis, sehingga menjadi tesis yang baik.

4. Tim Penguji Tesis Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan menguji, memberikan saran dan bimbingan untuk penyempurnaan tesis.

5. Ali As’ad, S.Ag. selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Nahdlatut Thullab

Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan atas segala bantuan dan ijin yang diberikan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Muh Khozin selaku karyawan Madrasah Tsanawiyah Nahdlatut Thullab

Manggarwetan, atas segala bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup angkatan 2009 atas semangat yang tak kenal henti dan tak kenal lelah dalam memotivasi.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya dengan sangat sadar atas terbatasnya kemampuan yang ada dalam diri penulis, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan dalam upaya untuk memperbaiki apa yang telah peneliti tulis. Semoga hasil dari


(9)

commit to user

ix

penelitian tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti secara khusus dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, 12 Oktober 2010 Penulis


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN …... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR FOTO ... xviii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9


(11)

commit to user

xi

Halaman

BAB II. KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS ... 11

A. Persepsi ... 11

1. Pengertian Persepsi ... 11

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 12

3. Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ... 13

B. Sikap ... 15

1. Pengertian Sikap... 15

2. Pembentukan Sikap... 16

3. Sikap Terhadap Lingkungan Hidup ... 19

C. Lingkungan Hidup ... 20

1. Pengertian Lingkungan Hidup ... 20

2. Kebersihan Lingkungan ... 23

D. Partisipasi ... 30

1. Pengertian Partisipasi ... 30

2. Tahapan-tahapan Dalam Partisipasi ... 31

3. Partisipasi Dalam Kebersihan Sekolah ... 32

E. Siswa ... 32

F. Penelitian Yang Relevan ... 34

G. Kerangka Berfikir ... 35

H. Hipotesis ... 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38


(12)

commit to user

xii

Halaman

B. Metode Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

D. Teknik Penarikan Sampel ... 39

E. Variabel Penelitian ... 40

1. Variabel Bebas ... 40

2. Variabel Terikat ... 40

F. Batasan Operasional Variabel Penelitian ... 40

1. Variabel Bebas ... 40

2. Variabel Terikat ... 41

G. Sumber Data ... 41

H. Instrumen Penelitian ... 42

1. Uji Validitas ... 42

2. Uji Reliabilitas ... 44

I. Kisi-kisi Alat Ukur Instrumen ... 46

J. Metode Pengumpulan Data ... 48

1. Angket ... 48

2. Metode Wawancara ... 52

K. Teknik Analisis Data ... 53

1. Uji Persyaratan Analisis ... 54

2. Analisis Data ... 56 Halaman


(13)

commit to user

xiii

BAB IV. HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 61

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

1. Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ... 63

2. Sikap Tentang Lingkungan Hidup ... 64

3. Partisipasi Siswa Dalam Kebersihan Sekolah ... 65

C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 67

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Linieritas ... 68

3. Uji Independensi ... 68

D. Pengujian Hipotesis ... 69

1. Pengujian Hasil Analisis Data ... 69

2. Penafsiran Hasil Pengujian Hipotesis ... 71

3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis ... 72

E. Pembahasan Hasil Analisis ... 73

BAB V. PENUTUP ... 77

A.Kesimpulan ... 77

B.Implikasi ... 78

1. Implikasi Teoretis ... 78

2. Implikasi Praktis ... 78

C.Saran ... 79


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 85


(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Untuk Penafsiran Korelasi Koefisien ... 44 2. Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 46 3. Kisi-kisi Alat Ukur Persepsi, Angket Sikap, dan Partisipasi ... 46 4. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Tentang Lingkungan

Hidup (X1) ... 63 5. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Tentang Lingkungan

Hidup (X2) ... 64 6. Distribusi Frekuensi Variabel Partisipasi Siswa Dalam Kebersihan

Lingkungan Sekolah ... 65


(16)

commit to user

xvi

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Berpikir Penelitian ... 36

2. Skema Hubungan Variabel Penelitian …... 40

3. Histogram Variabel Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ... 64

4. Histogram Variabel Sikap Tentang Lingkungan Hidup ... 65

5. Histogram Variabel Partisipasi Tentang Lingkungan Hidup ... 66


(17)

commit to user

xvii

Lampiran Halaman

1. Petunjuk Pengisian Angket Penelitian ... 85

2. Angket Penelitian Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ... 86

3. Angket Penelitian Sikap Tentang Lingkungan Hidup …... 87

4. Angket Penelitian Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Sekolah.. 88

5. Lembar Jawab Angket Penelitian ... 89

6. Data X1, X2 dan Y ... 90

7. Uji Normalitas Variabel X1 ... 92

8. Uji Normalitas Variabel X2 ... 93

9. Uji Normalitas Variabel Y ... 94

10.Uji Independensi Antar Variabel Bebas ... 95

11.Perhitungan Uji Linieritas X1 Terhadap Y ... 96

12.Perhitungan Uji Linier X1 Terhadap Y ... 100

13.Perhitungan Uji Linieritas X2 Terhadap Y ... 101

14.Perhitungan Uji Linier X2 Terhadap Y ... 105

15.Uji Keberartian Korelasi ... 106

16.Perhitungan Uji Linier X1 dan X2 Terhadap Y ... 107

17.Foto Tempat dan Proses Penelitian …………... 108

18.Surat Ijin Penelitian ... 113


(18)

commit to user

xviii

Foto Halaman

1. Gedung MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan ……… 108

2. Papan Nama MTs Nahdlatut Thullab ……… 108

3. Kamar Mandi dan WC siswa ……… 109

4. Teras Depan Kelas Lantai 1 ……… 109

5. Teras Depan Kelas Lantai 2 ………. 110

6. Papan Profil, Visi dan Misi Sekolah ………. 110

7. Pengisian Angket Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ………. 111

8. Pengisian Angket Sikap Tentang Lingkungan Hidup ….……… 111

9. Pengisian Angket Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Seklah.. 112


(19)

commit to user

xix

Ahmad Misbakhul Munir, S820809001. 2010. Hubungan Antara Persepsi dan Sikap

Tentang Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dalam penelitian tesis ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan, (2) hubungan antara sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan, (3) hubungan antara persepsi tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

Penelitian tesis ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan korelasi dalam pemecahan masalahnya. Populasi dalam penelitian tesis ini adalah semua siswa MTs Nahdlatut Thullab yang berjumlah 329 siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik random sampling sebesar 150 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji linieritas dan uji independensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan positif antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan (rhitung = 0,17928 > rtabel = 0,1603 pada α = 0,05), (2) terdapat hubungan positif antara sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan (rhitung = 0,44384 > rtabel= 0,1603 pada α = 0,05), (3) terdapat hubungan positif antara persepsi tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan (ry1,2 = 0,4636 dengan Fhitung = 20,1221 > Ftabel = 3,058 pada α = 0,05). Model hubungan antara X1 dan X2 dengan Y adalah y = -8,6 + 0,385X1 + 0,566X2 model ini signifikan secara statistik.


(20)

commit to user

xx

Ahmad Misbakhul Munir, S820809001. 2010. The Correlation of the Perception and Attitude on Environment towards the Participation in the School Environment Cleanliness of the Students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan Village, Godong Sub-dsitrict, Grobogan Regency. Thesis: Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

The objectives of this research are to investigate: (1) the correlation between the perception on environment and the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency; (2) the correlation between the attitude on environment and the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency; and (3) the simultaneous correlation of the perception and attitude on environment towards the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency.

This research used a descriptive research method with a correlational approach. Its population was all of the 329 students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency, its samples consisted of 150 students. The samples were taken by using a random sampling technique. The data of the research were gathered through questionnaire. The data were then analyzed by using a multiple regression and correlation model of analysis with the analysis prerequisites of normality test, linearity test, and independency test.

The results of the research are as follows: (1) there is a positive correlation between the perception on environment and the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency as indicated by rcount = 0.17928 > rtable = 0.1603 at the significance level of α = 0.05; (2) there is a positive correlation between the attitude on environment and the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency as shown by rcount = 0.44384 > rtable = 0.1603 at the significance level of α =; and (3) there is a simultaneous correlation of the perception and attitude on environment towards the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency as pointed out by ry1,2 = 0.4636 with Fcount = 20.1221 > Ftable = 3.058 at the significance level of α = 0.05. The model of the correlation of X1 and X2 towards Y is y = -8.6 + 0.385X1 + 0.566 X2. This model is statistically significant.


(21)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebersihan sekolah merupakan kewajiban bersama antara guru, siswa, karyawan, dan semua unsur yang ada di dalamnya. Akan tetapi kebisaaan yang terjadi adalah kebersihan sekolah tersebut dibebankan kepada penjaga sekolah. Hal ini merupakan contoh yang kurang baik dalam pelaksanaan pendidikan khususnya di sekolah. Seperti contohnya peserta didik atau siswa dibebani untuk membersihkan kelas, akan tetapi berbeda dengan guru, sebagai pendidik guru sudah tidak perlu membersihkan kantornya lagi karena sudah ada penjaga sekolah yang membersihkannya. Akhirnya membuat persepsi siswa peserta didik menjadi negatif terhadap kebersihan lingkungan sekolah.

Persepsi yang benar akan menjadikan siswa mampu memiliki dan memahami apa yang ada disekitarnya. Seperti halnya kebersihan sekolah, jika persepsi siswa benar, maka siswa atau peserta didik akan mampu bersikap yang benar terhadap kebersihan sekolahnya sehingga akhirnya memiliki kesadaran, memberikan dukungan, berperilaku yang benar terhadap upaya kebersihan lingkungan hidup khususnya disekitar sekolahnya masing-masing.

Wisnu (2001: 27) memberikan pengertian tentang batasan lingkungan hidup, yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan


(22)

(1992: 27) menguraikan bahwa lingkungan hidup terdiri atas tiga komponen, yaitu: lingkungan fisik, lingkungan hayati, dan lingkungan sosial. Dengan bahasa yang berbeda bahwa lingkungan hidup itu terdiri atas lingkungan abiotik, biotik dan lingkungan sosial. Lingkungan abiotik atau bisa disebut dengan lingkungan fisik meliputi; udara, air, tanah dan bangunan secara fisik. Lingkungan biotik/hayati meliputi semua jenis makhluk hidup termasuk hewan dan tumbuhan. Lingkungan yang terakhir adalah lingkungan sosial, yaitu meliputi interaksi atau hubungan manusia dengan manusia yang lain.

Menurut Ismail dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1988: 107), mengemukakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup diartikan sebagai suatu upaya yang terpadu dalam mempertahankan keseimbangan dan pengembangan lingkungan untuk kelangsungan makhluk hidup. Jika pengertian pengelolaan lingkungan hidup diartikan sebagai upaya dalam mempertahankan kelangsungan makhluk hidup, maka hal ini dapat diartikan bahwa pengelolaan lingkungan hidup sangat erat hubungannya dengan masalah kesehatan lingkungan pada umumnya. Otto Soemarwoto (1997: 96) memberikan contoh dalam pengelolaan lingkungan hidup seperti pembuangan sampah, pembuatan saluran limbah dari dapur, pembuatan saluran pembuangan dari kamar mandi.

Upaya pengelolaan lingkungan hidup sudah menjadi tugas dan kewajiban kita bersama. Seperti lingkungan tempat tinggal adalah menjadi tugas bagi semua warga yang tinggal dan menetap di sekitar lingkungan tersebut, tidak berbeda juga kebersihan lingkungan sekolah, maka kewajiban menjaga dan mengelola lingkungan hidup di sekolah adalah semua komponen sekolah, yaitu guru atau pendidik, siswa


(23)

commit to user

atau peserta didik, karyawan, petugas kebersihan, sehingga pada akhirnya tercipta lingkungan sekolah yang bersih, sehat dan nyaman.

Kebersihan sekolah walaupun sudah diprogramkan dalam institusi sekolah namun banyak sekolah yang masih kotor dan terkesan kurang nyaman untuk belajar mengajar. Hal ini dikarenakan belum dilakukannya upaya kebersihan sekolah oleh seluruh komponen yang ada didalam sekolah, yaitu pendidik, peserta didik, karyawan, ataupun petugas kebersihan.

Berkaitan dengan upaya melaksanakan dan menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat serta nyaman, Engkos dalam bukunya Pendidikan Kesehatan (1980: 42) mengemukakan bahwa supaya tujuan pendidikan yang berkaitan dengan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dapat tercapai dengan hasil yang baik, maka hendaknya selalu memperhatikan:

1. Kesehatan Lingkungan Fisik (Health Physical Environment)

Upaya untuk menjaga lingkungan fisik yang bersih dan sehat adalah melalui menjaga kebersihan komponen lingkungan fisik tersebut, yaitu meliputi: a. Gedung dan kelas tempat belajar

b. Membersihkan meja dan bangku, baik meja dan bangku siswa maupun

bangku dan meja guru

c. Sinar matahari yang masuk kedalam kelas termasuk tempat sirkulasi udara

d. Tempat pembuangan sampah, didalam kelas maupun diluar kelas

e. Wastafel atau tempat cuci tangan


(24)

commit to user

2. Kesehatan Lingkungan Mental (Healthfull Emotional Environment)

Dalam upaya menjaga kesehatan lingkungan mental ini sangat diharapkan peranan guru, karena peranan guru dalam menjaga kesehatan mental anak didiknya sangat menentukan dalam usaha mendidik dan membimbing anak didiknya kearah pendidikan yang sehat. Contoh, menanamkan disiplin dengan jalan kasih sayang, memperingatkan anak didiknya dengan lemah lembut, dan lain-lain. Berkaitan dengan kesehatan mental di lingkungan sekolah ini harus memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:

a. Hubungan antar siswa atau peserta didik

b. Hubungan antara siswa dan guru pendidik

c. Hubungan antara siswa dengan orang tua/wali siswa d. Hubungan antara guru dengan orang tua/wali siswa

3. Kesehatan Lingkungan Berpraktek (Healthfull Practices)

Dalam usaha menjaga kesehatan lingkungan hal yang paling utama dan yang paling penting adalah dipraktekkan. Artinya usaha tersebut dijalankan dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh seluruh komponen lingkungan yang ada. Begitu juga halnya di lingkungan sekolah, walaupun pelajarannya setiap hari disisipkan materi tentang upaya menjaga kesehatan lingkungan akan tetapi tidak dipraktekkan, maka pelajaran tersebut tidak akan mempunyai makna dan tidak mempunyai arti yang signifikan.

Dimyati dan Mujiono (1994: 91) mengemukakan bahwa sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Kalau hal ini dikaitkan dengan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah, maka


(25)

commit to user

kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup dan ketertiban dalam pergaulan yang ditingkatkan dengan mutunya, lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar akan mudah untuk diperkuat atau ditingkatkan.

Upaya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan harus senantiasa ditanamkan mulai dari sejak dini. Terlebih lagi dalam lingkungan sekolah, pendidikan tentang kesehatan lingkungan, kebersihan diri, dan kesehatan sangat perlu ditanamkan dan dipraktekkan kepada dan oleh siswa dimasing-masing sekolah. Sehingga akhirnya akan menjadi sebuah kebisaaan atau budaya yang akan mampu menumbuhkan kesadaran untuk berpartisipasi dan berperan serta secara aktif dalam pengelolaan kebersihan lingkungan sekitarnya dimana dia tinggal dan khususnya di sekolah.

Pemberian materi yang berhubungan dengan upaya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan terhadap siswa di sekolah diharapkan akan tumbuh kesadaran siswa terhadap tanggung jawab menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan, dan akhirnya siswa akan menjalankan dan melaksanakan hidup sehat dan bersih. Hal ini sama dengan yang diuraikan Sonti dan Purnomo (1999: 7), yaitu dengan memberikan materi tersebut, diharapkan siswa melaksanakan pola hidup bersih dan sehat sehingga dalam kehidupan sehari-hari dia akan selalu memelihara kebersihan lingkungan, kebersihan diri, dan kebersihan makanan.

Pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah seharusnya mampu menjadikan siswa untuk ikut menjaga dan melaksanakan


(26)

kebersihan di lingkungan sekolah. Namun, hal ini (sesuai dengan pengamatan penulis) belum terjadi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan. Walaupun pendidikan tersebut berbasis Islam yang senantiasa mengajarkan hidup bersih, akan tetapi perilaku hidup bersih dan sehat belum dilaksanakan dengan baik oleh siswa-siswa di MTs tersebut, hal ini dapat dilihat dari: (1) Siswa-siswi masih banyak membuang sampah sembarangan, (2) Dinding kelas yang masih banyak coretan, (3) Kamar mandi dan toilet siswa yang kotor dan berbau, (4) Kerapian pakaian dan tas yang masih belum terlihat, (5) Jajan di sembarang tempat yang jauh dari kata bersih.

Pendidikan kebersihan lingkungan, kebersihan diri, kebersihan dan kesehatan makanan perlu ditingkatkan pada siswa, khususnya di MTs Nahdlatut Thullab yang pendidikannya berbasis agama Islam. Pada akhirnya siswa mampu berperan dan berpartisipasi secara aktif melibatkan diri dalam pengelolaan kebersihan lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar. Menurut Sudomo (1988:77), sekolah sebagai tempat mendidik anak dapat dipakai sebagai agen pembaharuan masyarakat dan harapan bangsa, khususnya yang berkenaan dengan masalah lingkungan hidup, sehingga kelak anak-anak yang menjadi penerus mampu melaksanakan pembaharuan masyarakat dan bangsa tanpa menimbulkan kerawanan sosial.

Dari latar belakang tersebut membuat penulis tertarik dan ingin mengadakan penelitian yang berhubungan dengan persepsi dan sikap terhadap lingkungan hidup di sekolah. Lebih lengkapnya penulis memberikan judul “Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Tentang Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Dalam Kebersihan


(27)

commit to user

Lingkungan Sekolah Pada Siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan muncul berbagai macam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apakah dapat diketahui persepsi siswa tentang lingkungan hidup dalam rangka

menumbuhkan pemahaman terhadap kebersihan lingkungan di sekitar sekolah? 2. Apakah lingkungan hidup di sekolah perlu dijaga dan dipelihara supaya tetap

bersih dan sehat serta nyaman dalam rangka menumbuhkan motivasi belajar siswa?

3. Apakah pola hidup yang bersih dan sehat sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik?

4. Apakah sudah diketahui sikap siswa tentang lingkungan hidup dalam

menumbuhkan kesadaran, dukungan, dan perilaku setiap usaha terhadap kebersihan lingkungan sekolah?

5. Apakah partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan di sekolah sangat penting untuk mewujudkan suatu keberhasilan dalam menerapkan pendidikan lingkungan hidup, dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan untuk membatasi agar penelitian tidak membahas terlalu menjauh dari tema pokok yang hendak diteliti. Sehingga dalam penelitian ini, permasalahannya dibatasi pada:


(28)

1. Sasaran pokok dalam penelitian ini adalah hubungan antara persepsi dan sikap siswa tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan.

2. Aspek-aspek atau variabel yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah: a. Persepsi tentang lingkungan hidup

Persepsi diberikan definisi sebagai pemahaman siswa dari hasil proses pengamatan penginderaan tentang lingkungan hidup.

b. Sikap tentang lingkungan hidup

Sikap didefinisikan sebagai reaksi afeksi baik bersifat kesadaran, dukungan, dan perilaku tentang lingkungan hidup.

c. Partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah

Partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan siswa secara aktif disertai rasa tanggung jawab dalam kebersihan di lingkungan sekolah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dibahas, maka dalam penelitian ini akan merumuskan beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan?

2. Apakah terdapat hubungan antara sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan?


(29)

commit to user

3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi dan sikap tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan?

E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

2. Hubungan antara sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

3. Hubungan antara persepsi dan sikap tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis harapkan mampu memberi manfaat pada: 1. Secara Teoretis

Bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu dalam bidang pengetahuan lingkungan hidup di sekitar sekolah.


(30)

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan dalam usaha meningkatkan kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah.

b. Sebagai sumbangan informasi bagi para pendidik agar dapat menanamkan suatu persepsi dan sikap yang benar tentang lingkungan hidup kepada anak didiknya, sehingga pada akhirnya mampu menumbuhkan suatu kesadaran dan berperan aktif terhadap kebersihan lingkungan sekolah dan lingkungan sekitarnya.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dan kebersihan lingkungan sekolah, disamping itu dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.


(31)

commit to user 11 BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS

A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan sebuah pemikiran yang dihasilkan oleh manusia dan setiap manusia pasti pernah memiliki sebuah persepsi. Persepsi juga dianggap salah satu peristiwa kejiwaan bagi manusia. Menuru Sarlito (2002: 94) persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Sedangkan alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Pengertian persepsi menurut Djalaludin adalah proses memberi makna pada sensori sehingga manusia memperoleh pengertian (Sutarmi, 2000: 39).

Persepsi selalu berkaitan dengan pengalaman dan tujuan seseorang pada waktu terjadinya prses persepsi tersebut. Hal tersebut merupakan tingkah laku selektif dan bertujuan, ia juga merupakan proses pencapaian makna. Dalam persepsi pengalaman merupakan faktor penting dalam menentukan hasil persepsi. (Sutopo, 1996: 133).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pertama; persepsi berkaitan dengan aspek proses. Melalui proses ini diperlukan waktu, semakin lama waktu yang digunakan ada kecenderungan semakin baik dalam mencerna segala sesuatu. Kedua; persepsi merupakan proses pengamatan dari penginderaan manusia yang diolah oleh otak manusia, kemudian menghasilkan pemahaman arti


(32)

atau makna mengenai apa yang diamati. Ketiga; persepsi merupakan totalitas artinya persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan kebulatan dari peristiwa kejiwaan dalam memahami suatu obyek, sehingga menimbulkan pengertian yang benar melalui obyek tersebut. Keempat; sebuah persepsi sangat ditentukan oleh siapa yang mempersepsikannya dan situasi lahirnya persepsi berikutnya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Jalaluddin Rahmat (1989: 52-58) adalah (a) Faktor perhatian (attention), (b) Faktor fungsional, (c) Faktor struktur.

Bila persepsi dihubungkan dengan masalah lingkungan hidup, menurut Sarlito (2002: 45) bahwa dalam kenyataannya lingkungan hidup terdiri atas obyek-obyek yang harus ditangkap keberadaannya melalui indera-indera, antara lain; indera penglihatan, menangkap gelombang suara, indera pengecap menangkap rasa.

Dalam pembahasan selanjutnya mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan dapat didasarkan pada dua pendekatan, yaitu pendekatan konvensional dan pendekatan ekologik. Pendekatan konvensional, bermula dari adanya rangsangan dari luar individu (stimulus), individu menjadi sadar akan adanya stimulus ini melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu (cahaya, suara, suhu). Apabila sumber energi ini cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor maka terjadilah penginderaan. Jika sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di


(33)

commit to user

dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai obyek-obyek maka keadaan ini dinamakan persepsi.

Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekologik. Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson dalam Carolina (1984: 24) yang mengatakan bahwa individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya karena sesungguhnya makna itu sudah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya. Persepsi terjadi secara spontan dan langsung, jadi bersifat holistic. Spontanitas itu terjadi karena organisme selalu menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajahan itu ia melibatkan setiap obyek yang ada pada lingkungannya dan setiap obyek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas untuk untuk organisme bersangkutan. Obyek-obyek atau stimuli itu sendiri pun pasif berinteraksi dengan makhluk yang mengindera sehingga akhirnya timbullah makna-makna spontan itu. Adapun kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuannya untuk mengubah kemanfaatan dari suatu stimulus sehingga lebih memenuhi keperluannya sendiri.

Dari hasil pembahasan tersebut secara singkat dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses pengamatan penginderaan untuk memperolah pemahaman tentang lingkungan hidup.

3. Persepsi Tentang Lingkungan Hidup

Di Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup telah dilakukan sejak tahun 1960-an. Tonggak pertama sejarah tentang permasalahan lingkungan hidup dipancangkan melalui seminar tentang Pengelolaan lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional yang diselenggarakan di Universitas Padjajaran pada


(34)

tanggal 15 - 18 Mei 1972. Hasil yang dapat diperoleh dari pertemuan itu yaitu terkonsepnya pengertian umum permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam hal ini, perhatian terhadap perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat mengancam kepunahan makhluk hidup dapat digunakan sebagai petunjuk munculnya permasalahan lingkungan hidup.

Pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai masalah lingkungan hidup sering menimbulkan ketidak harmonisan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Akibatnya seringkali terjadi kekurang-tepatan dalam menerapkan berbagai perangkat peraturan, yang justru menguntungkan perusak lingkungan dan merugikan masyarakat dan pemerintah.

Dari uraian tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa dalam menyikapi terjadinya pencemaran lingkungan baik akibat teknologi, perubahan lingkungan, industri dan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi, diperlukan itikad yang luhur dalam tindakan dan perilaku setiap orang yang peduli akan kelestarian lingkungan hidup.

Walaupun telah ditetapkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982, PP No. 19 tahun 1994 dan Keppres No .7 tahun 1994 yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan, jika tidak ada kesamaan persepsi dan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan hidup maka berbagai upaya pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat tidak akan dapat dinikmati secara tenang dan aman, karena kekhawatiran akan bencana

dari dampak negatif pencemaran lingkungan (http://www.scribd.com/


(35)

commit to user

Persepsi tentang lingkugan hidup jika dihubungkan dengan siswa maka mencakup persepsi yang positif dan persepsi yang negatif. Persepsi positif terjadi apabila siswa memiliki kemampuan perceptual atau kemampuan derajat pengamatan yang tinggi. Ia akan menanggapi stimulus (lingkungan hidup) secara obyektif dan tepat. Persepsi negatif terjadi bila siswa memiliki kemampuan perceptual atau derajat pengamatan yang rendah dalam menanggapi stimulus (lingkungan hidup) kurang obyektif. Pada akhirnya siswa kurang memahami dan kurang mengerti terhadap pengetahuan yang diberikan.

B. Sikap 1. Pengertian Sikap

Pengertian sikap menurut para ahli bermacam-macam, menurut Luis dalam Saifudin (1995: 5) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada obyek tertentu.

Menurut Bruno, sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu (Muhibbin, 1999: 111). Menurut Carolina (1984: 97) sikap merupakan suatu sistem yang mengandung komponen kognisi, perasaan dan kecenderungan bereaksi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan apabila dikaitkan dengan perilaku belajar siswa, maka sikap adalah suatu gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dan merespon (response tendency) hal


(36)

commit to user

yang baru dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang, peristiwa, tata nilai dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.

Komponen-komponen yang membentuk sikap manusia adalah:

a. Komponen Kognitif,

Komponen ini berisi tentang kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap. Komponen kognisi berhubungan erat dengan pengetahuan, ide, keyakinan dan konsep seseorang terhadap obyek sikapnya.

b. Komponen Afektif,

Komponen ini menyangkut masalah emosional subyektid seseorang terhadap obyek sikap, yang berhubungan dengan perasaan pada obyek tertentu pada diri manusia.

c. Komponen Konatif (perilaku),

Dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada pada diri manusia berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi, berhubungan dengan tindakan, kegiatan bertingkah laku dalam sikap tertentu.

2. Pembentukan Sikap

Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Saifuddin, 1995: 30).


(37)

commit to user

Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Oleh karena itu, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Kemudian untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi tersebut haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional, sehingga penghayatan akan pengalaman menjadi lebih mendalam dan lebih lama membekas.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya, seseorang yang berarti khusus banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang bisa dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang statusnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru dan istri atau suami.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan adalah kebiasaan yang dilakukan seseorang. Jelaslah bahwa kebudayaan tempat asal kita dibesarkan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah yang kita hadapi.


(38)

d. Media massa

Semakin banyaknya media yang beredar dalam masyarakat, membuat sebagian dari kita tidak mau ketinggalan berita terbaru, media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam pemberitaan yang seharusnya disampaikan bisaanya akan disisipi berbagai hal yang subyektif, sehingga obyektifitas berita sudah tidak terpenuhi. Hal ini sering kali mempengaruhi sikap pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita yang sudah dimasuki unsur subyektif tersebut, maka terbentuklah sikap-sikap tertentu terhadap suatu peristiwa.

e. Lembaga pendidikan atau lembaga agama

Lembaga sebagai sistem adalah yang meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu, sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan sikap. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajarannya, hal ini dikarenakan konsep moral dalam ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan.

f. Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap terkadang merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai ancaman penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Akan tetapi sikap yang demikian ini adalah bersifat sementara, begitu emosinya hilang maka sikap tersebut juga


(39)

commit to user

akan hilang, namun dapat pula mmenjadi sikap yang lebih konsisten dan tahan lama.

Dari beberapa faktor pembentukan sikap tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan reaksi efektif baik bersifat kesadaran, dukungan, perilaku (siswa) tentang lingkungan hidup.

3. Sikap Terhadap Lingkungan Hidup

Dalam bersikap selalu ada obyek yang disikapi. Obyek disini mempunyai arti yang luas seperti masalah atau pokok persoalan, tindakan, perilaku, cara kerja, orang atau peristiwa. Dalam obyek perilaku konsumen, obyek dapat diartikan sebagai kategori produk. Kemudian obyek tersebut adalah segala hal yang dapat mempengaruhi atau berdampak pada sikap.

Ketika konsumen sudah menentukan sikap mereka terhadap lingkungan hidup, khususnya jika mereka bersikap baik terhadap lingkungan hidup mereka, dalam artian mereka peduli terhadap lingkungan, mereka akan berusaha untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup mereka. Banyak cara yang dapat mereka lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan, salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi atau menggunakan produk yang ramah lingkungan. Akan tetapi produk ramah lingkungan itu pada dasarnya mempunyai harga yang lebih mahal dibandingkan produk biasa pada umumnya. Namun demikian sikap konsumen terhadap lingkungan dapat mempengaruhi kesediaan mereka membayar lebih untuk produk ramah lingkungan, dengan kata lain konsumen akan berani membayar lebih mahal untuk produk ramah lingkungan.


(40)

Dari uraian diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sikap konsumen terhadap lingkungan adalah predisposisi (kecenderungan umum) yang dipelajari atau dibentuk dalam merespon secara konsisiten terhadap kesatuan ruang yang terdiri atas sumberdaya alam hayati dan sumberdaya alam non- hayati, yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup guna melangsungkan kehidupannya dan terbagi atas lingkungan fisik dan lingkungan biologis, dalam bentuk suka (positif) atau tidak suka (negatif), yang didasarkan pada komponen kognitif yaitu pengetahuan dan prsepsi mereka mengenai masalah lingkungan, afektif yaitu emosi atau perasaan mereka terhadap lingkungan dan konatif yaitu perilaku mereka terhadap lingkungan

(http://www.scribd.com/doc/24661694/Sikap-Terhadap-Lingkungan-Hidup).

Apabila dihubungkan dengan sikap siswa tentang lingkungan hidup, maka siswa diharapkan mampu mensikapi secara positif tentang lingkugan hidup, yaitu untuk menjaga lingkungan hidup khususnya di lingkungan sekolah.

C. Lingkungan Hidup 1. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik yang menempati suatu ruangan tertentu. Dalam ruangan tersebut terdapat juga benda tak hidup seperti udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu (Otto, 1994: 51). Dalam buku Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Emil Salim (1979: 16) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah segala kondisi atau keadaan dan pengaruh


(41)

commit to user

lingkungan yang terdapat dalam ruang yang ditempati manusia dan mempengaruhi hal-hal yang termasuk kehidupan manusia. Berbeda dengan yang lain, Soerjani (1987: 3) memberikan definisi tentang lingkungan hidup adalah sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistemnya. Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan yang berhubungan dengan makhluk hidup baik berupa manusia, tumbuhan, maupun hewan.

Komponen dari lingkungan hidup dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu lingkungan fisik, lingkungan hayati dan lingkungan sosial (Shalihuddin, 1992: 27). Berbeda dengan pendapat tersebut, Soedjiran (1985: 145) mengemukakan bahwa lingkungan hidup terdiri dari unsur biotik dan abiotik. Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya tidak hanya ditentukan oleh jenis dan jumlah benda hidup dan mati dari lingkungan alam, melainkan oleh kondisi dan sifat benda biotik maupun abiotiknya.

Sementara itu menurut Ismail (1988: 22) lingkungan kehidupan manusia dapat dikelompokkan dalam tiga macam lingkungan, yaitu; lingkungan fisik, lingkungan hayati dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik terdiri atas berbagai macam benda, zat, dan keadaan tanah, air, dan udara dengan seluruh kekayaan alam fisik yang ada di atas dan didalamnya. Lingkungan hayati meliputi segala makhluk hidup dari yang paling kecil (mikroorganisme) sampai yang pada tingkatan besar, baik yang berupa hewan mupun yang tumbuh-tumbuhan. Lingkungan sosial adalah kehidupan manusia dengan interaksinya dengan sesamannya.


(42)

Berdasarkan uraian diatas disebutkan bahwa lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan biotik dan abiotik atau non biotik. Lingkungan biotik adalah segala hal yang menyangkut dengan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, bakteri, virus. Jika kita melihat lingkungan biotik disekitar sekolah berarti segala hal yang menyangkut manusia tumbuhan, hewan, bakteri maupun virus yang terdapat di sekitar sekolah. Sementara itu lingkungan non biotik disekitar sekolah misalnya gedung sekolah, kursi, meja, papan tulis dan lain-lain (Dwijo, 1982: 15).

Pengertian pengelolaan lingkungan hidup menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliptui kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pada pasal berikutnya dijelaskan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah (1) Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, (2) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup, (3) Tercapainya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa mendatang, (4) Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup, (5) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk hidup, baik berupa manusia, hewan, maupun tumbuhan. Pengelolaan lingkungan hidup adalah segala upaya


(43)

commit to user

terpadu dan terprogram dalam mempertahankan keseimbangan dan kelestarian lingkungan untuk kelangsungan makhluk hidup, sehingga pada akhirnya tujuan pengelolaan lingkungan hidup yang sudah dicantumkan dalam Undang-undang yaitu terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak dan atau perusakan lingkungan hidup dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.

2. Kebersihan Lingkungan

Lingkungan yang bersih mencerminkan pribadi yang sehat. Dalam agama Islam kebersihan merupakan sebagian dari Iman (al Hadits). Menurut Sapardi (1984: 111) kegiatan mengadakan kebersihan dan kesehatan lingkungan yang baik meliputi masalah penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, air bekas, dan sampah-sampah, pemberantasan cacing, dan pemberantasan penyakit menular. Selain dari pada itu kebersihan perorangan juga termasuk salah satu kegiatan mengadakan kebersihan, yaitu meliputi minum air masak, buang air besar di kakus, memakai alas kaki, dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan dalam rangka menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan tersebut harus senantiasa dilaksanakan dimana setiap manusia tinggal, baik itu di lingkungan sekitar rumah, maupun tempat kerja setiap individu. Sehingga pada akhirnya kita dapat hidup bersih dan sehat dimanapun kita berada.

Kesehatan merupakan kebutuhan hidup yang mendasar. Berjalannya kehidupan kita setiap hari akan sangat membutuhkan kesehatan, hal ini diartikan bahwa dalam kehidupan kita yang senantiasa berinteraksi dengan orang lain, akan sangat memerlukan kesehatan, jika hal ini tidak kita miliki maka kehidupan


(44)

kita akan terganggu. Oleh karena itu, setiap orang harus senantiasa menjaga dirinya agar selalu sehat dalam arti yang menyeluruh yaitu sehat fisik, mental, dan sosial. Hal ini dimaksudkan agar seseorang dapat melakukan keseluruhan aktivitas dan proses kehidupan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, karena hal itu merupakan salah satu langkah untuk menuju hidup bahagia yang selalu diharapkan oleh setiap individu.

Kehidupan bersih, sehat, rapi, dan ramah harus ditanamkan sedini mungkin, sehingga kebisaaan yang sudah dilakukan oleh anak kita pada masa kecil akan menjadi budaya pada saat mereka sudah dewasa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Otto Soemarwoto (1997: 87) bahwa budaya itu harus dikembangkan sejak kecil dengan mendidik anak-anak untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Walaupun hal ini nampak sulit untuk dilakukan akan tetapi jika ini dilaksanakan akan memperlihatkan hasil yang nyata, misalnya sudah mulai banyak anak yang mengerti dan mengetahui untuk tidak membuang sampah disembarang tempat, melainkan membuang sampah pada tempat sampah. Seperti halnya membuang sampah, contoh yang lain dapat diajarkan kepada anak-anak kita, seperti mengambil makan secukupnya, jika kelebihan nanti akan terbuang, mengajarkan anak kita untuk suka membaca, mengajarkan anak-anak kita untuk menanam pohon dan merawatnya, sehingga pada akhirnya akan tumbuh rasa memiliki dan memelihara lingkungan disekitarnya, sehingga pada akhirnya pelajaran tersebut menjadi budaya yang selalu dilaksanakan bagi anak-anak kita hingga usia mereka dewasa. Selain daripada itu anak-anak-anak-anak juga akan


(45)

commit to user

mengenal lingkungan secara nyata, mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menjaga lingkungan dan mencegah perbuatan yang dapat merusak lingkungan.

Budaya yang ditanamkan kepada anak-anak kita sejak usia dini akan terbawa terus hingga dewasa. Budaya yang kita ajarkan dirumah, juga akan dilakukan disekolah tempat belajar anak kita. Pada akhirnya anak kita akan menjaga lingkungan sekolahnya supaya tetap sehat bersih dan nyaman. Menurut Dwijo (1982: 19) bahwa aspek-aspek sekolah hidup dan bernaung di sekolah selama pertumbuhannya, sehingga perlu dilindungi oleh lingkungan hidup sekolah yang sehat dan terawat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kehidupan yang sehat adalah:

a. Persediaan air bersih

Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia, maka dimana ada kehidupan disitulah akan membutuhkan air. Begitu juga dalam lingkungan sekolah, air merupakan kebutuhan, baik untuk membersihkan tangan, membersihkan sisa air seni, dan lain-lain. Begitu penting air bagi kehidupan kita, maka kita harus menjaga air agar tetap bersih dan sehat untuk digunakan tidak terkecuali di lingkungan sekolah.

b. Sistem pembuangan sampah

Di sekolah diharapkan disediakan tempat sampah di dalam kelas, sehingga siswa tidak membuang sampah sembarangan, begitu juga di luar kelas harus disiapkan tempat sampah yang tertutup, sehingga tidak akan menimbulkan hewan lalat, tikus, maupun hewan lain yang dapat menyebabkan penyakit,


(46)

selain itu pula tidak menimbulkan bau busuk yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.

Ajarkan kepada siswa untuk memisahkan sampah kering dan sampah basah, sehingga dapat tercipta lingkungan yang benar-benar bersih dan sehat di lingkungan sekolah tempat belajar mengajar.

c. Toilet dan WC

Di lingkungan sekolah juga harus diperhatikan toilet tempat buang air kecil dan WC atau kakus untuk buang air besar. Pembuatan tempat pembuangan akhir atau lebih dikenal dengan septic tank harus memperhatikan letak, diantaranya tidak dekat dengan ruangan. Selain itu, toilet dan kakus harus dibedakan antara laki-laki dan perempuan dan memperhatikan pula jumlah pemakainya, artinya satu kakus dibuat untuk 30-50 orang, dan yang terpenting adalah menjaga kebersihan toilet dan kakus tersebut.

d. Tempat cuci tangan

Di sekolah perlu disediakan kran air atau dibuatkan wastafel untuk cuci tangan, maupun cuci muka siswa-siswi. Selain itu sediakanlah sabun mandi atau sabun cuci tangan agar kehidupan siswa benar-benar diajak kepada pembelajaran hidup sehat.

e. Program sanitasi warung sekolah

Program ini bertujuan untuk menjaga kebersihan warung atau kantin-kantin sekolah. Sanitasi warung sekolah ini dibuat supaya tidak menganggu proses belajar mengajar di sekolah dan pada akhirnya kebersihan dari setiap kantin sekolah akan terjaga dan kesehatan anak didikpun tercapai.


(47)

commit to user

f. Letak bangunan sekolah

Letak sekolah sangat berpengaruh kepada proses belajar siswa, jadi letak bangunan sekolah harus memperhatikan hal-hal dibawah ini:

1). Jauh dari jalan besar yang ramai lalu lintasnya 2). Sebaiknya dekat dengan pusat perumahan

3). Sebaiknya dekat dengan tanah lapang, taman, kolah renang, dan perpustakaan diluar sekolah

4). Sebaiknya paling tidak berjarak 0,5–1 km dari sungai yang keadaannya kotor, daerah pembuangan sampah, pabrik atau bengkel yang bising, daerah rawa, dan lalu lintas jalan raya maupun kereta api.

g. Bangunan

Bangunan gedung sekolah harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan anak didik, seperti contoh:

1). Tempat bermain anak didik sebaiknya dilindungi atau ditutup dengan atap agar anak didik dapat bermain pada waktu hujan maupun terik matahari.

2). Gedung sekolah sebaiknya dibuat memanjang kesamping dan tidak menjulang keatas, jika luas tanah mencukupi, hal ini dikarenakan untuk menjaga keamanan anak didik dalam bermain.

3). Bahan bangunan gedung dipilih dari bahan material yang tahan lama, aman bagi kesehatan dan enak dipandang mata.


(48)

4). Atap sebaiknya terbuat dari bahan yang mengacu pada kesehatan, tidak menggunakan asbes yang dapat merusak kesehatan, dan awet untuk digunakan.

h. Ruangan kelas

Ruang kelas adalah tempat belajar anak didik, sehingga keadaan ruang kelas harus senantiasa dijaga kebersihan dan kerapiannya. Selain dari pada itu, ruang kelas harus memperhatikan hal-hal berikut:

1). Jumlah ruang kelas ditentukan oleh jumlah anak didik, dan sebaiknya 1 ruang kelas diisi dengan 35-40 anak didik.

2). Selain itu juga harus ada ruang guru, ruang kesehatan, ruang administrasi.

3). Pengaturan ruang kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga anak didik dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

4). Sebaiknya ruangan kelas berukuran tinggi 4 meter, panjang 8 meter, dan lebar 7 meter.

5). Lantai kelas sebaiknya tidak terbuat dari tanah, namun terbuat dari keramik atau tegel.

6). Langit-langit ruang kelas sebaiknya terbuat dari enternit, triplek atau bahan yang lain yang aman bagi kesehatan dan nyaman dalam pemakaian.

7). Tiap-tiap ruang kelas sebaiknya mempunyai ventilasi udara dan cahaya yang cukup.


(49)

commit to user i. Ventilasi dan penerangan

Dalam pembuatan gedung, harus senantiasa memperhatikan ventilasi udara, hal ini harus memperhatikan jalan masuk dan keluar udara supaya udara dalam ruangan dapat berganti terus menerus. Selain udara sinar atau cahaya matahari harus dapat masuk kedalam ruangan dengan lancar, baik itu melalui jendela atau melalui atap. Penerangan ini juga menyangkut pemasangan alat penerangan listrik didalam ruangan. Hal ini diperuntukkan jika suatu saat musim hujan dan gelap.

j. Perlengkapan kelas

Segala peralatan didalam kelas harus disesuaikan dengan ukuran kelas, misalnya lemari kelas, meja dan kursi yang dapat dipindah-pindahkan, sehingga dapat disusun sesuai dengan keinginan dan kenyamanan bersama. Pengaturan meja dan kursi, baik meja guru maupun meja dan kursi anak didik harus diatur sedemikian rupa agar suasana belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif.

k. Tempat bermain

Di setiap sekolah harus memperhatikan halaman tempat bermain anak didik. Hal ini meliputi; luas arena bermain, rindang, nyaman, disertai dengan rerumputan, area tanah yang rata. Selain itu sarana permainan sebisa mungkin disediakan untuk kegiatan bermain anak didik.

l. Tempat sepeda

Apabila alat transportasi anak didik adalah sepeda, maka tempat sepeda menjadi kebutuhan yang utama. Sediakan tempat parkir sepeda yang


(50)

mencukupi dan dekat dengan bangunan sekolah agar kelancaran proses belajar mengajar dapat tercapai.

Keadaan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman diharapkan akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar peserta didik yang optimal, sehingga tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan baik.

D. Partisipasi 1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri. Menurut Talizidulu (1987: 102) partisipasi adalah sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Menurut Keith Davis dalam Santoso (1988: 13) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam dunia usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian partisipasi diatas, partisipasi dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Bahwa partisipasi dicirikan sebagai keikutsertaan atau berperan serta, yang disertai dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama.


(51)

commit to user

b. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dalam situasi kelompok dengan memberikan sumbangan pemikiran dan perasaan, serta daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. Partisipasi tersebut disertai dengan rasa kesadaran dan kerelaan atau keikhlasan tanpa paksaan.

2. Tahapan-tahapan Dalam Partisipasi

Tahap-tahap dalam berpartisipasi menurut Soekadi (1985: 60) adalah sebagai berikut:

a. Idea planning stage, yaitu suatu tahapan dimana seseorang ikut aktif dengan mengembangkan pikirannya di dalam merencanakan suatu kegiatan organisasi.

b. Implementation stage, adalah tahapan dimana seseorang ikut aktif dalam pelaksanaan kegiatan organisasi.

c. Utilization stage, adalah suatu tahapan dimana seseorang ikut menggunakan atau memanfaatkan hasil-hasil dari usaha bersama yang telah disepakati. d. Responsibility stage, adalah sutau tahap dimana seseorang ikut bertanggung

jawab semua yang telah dilakukannya serta hasil yang telah dicapai.

Tahapan-tahapan partisipasi tersebut, jika diterapkan dalam kegiatan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah adalah (a) Peran aktif siswa dalam mengembangkan pemikiran, ide/gagasan dalam merencanakan kebersihan lingkungan sekolah, (b) Peran aktif siswa dalam pelaksanaan kegiatan kebersihan lingkungan sekolah, (c) Peran aktif dalam menggunakan atau memanfaatkan hasil dari pengelolaan kebersihan lingkungan sekolah, (d) Ikut


(52)

commit to user

serta bertanggung jawab atas semua yang telah dilakukan serta hasil yang telah dicapai dalam pengelolaan kebersihan lingkungan sekolah.

3. Partisipasi Dalam Kebersihan Sekolah

Sekolah adalah lingkungan yang mencetak generasi bangsa untuk masa yang akan datang. Sudah seharusnya sekolah harus selalu terjaga kebersihannya agar suasana belajar siswa menjadi kondusif dan sehat. Hal inilah yang akhirnya menjadi kewajiban bersama oleh komponen sekolah dalam menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan sehat, sehigga pelaksanaan pendidikan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

Partisipasi siswa khususnya dalam kebersihan lingkungan sekolah adalah diharapkan anggota masyarakat (yang dalam hal ini adalah siswa atau peserta didik) memiliki kesadaran yang disertai dengan rasa tanggung jawab untuk terlibat atau berperan aktif dalam kebersihan lingkungan sekolah.

Selanjutnya setelah memiliki kesadaran yang disertai rasa tanggung jawab, siswa diharapkan mampu berperan aktif dalam mengembangkan pemikiran, aktif dalam pelaksaan, dalam mengelola kebersihan lingkungan sekolahnya dan senantiasa menjaga kebersihan sekolah setiap saat.

E. Siswa

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 menyebutkan bahwa peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Lebih lanjut


(53)

commit to user

menyebutkan bahwa untuk dapat diterima sebagai siswa SLTP seseorang harus tamat Sekolah Dasar atau satuan pendidikan dasar yang sederajat.

Menurut Sudomo Hadi (1988: 58), siswa atau anak didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan. Selanjutnya dikemukakan tentang 4 konsep mengenai pembawaan terhadap siswa atau anak didik, yaitu:

1. John Locke, menyebutkan bahwa anak dilahirkan didunia ini tanpa pembawaan,

melainkan sebagai tabula rasa.

2. Schopenhaver, berpendapat bahwa bayi lahir dengan pembawaan baik dan

pembawaaan buruk.

3. J.J. Rousseau berpendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu baru dating dari sang pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan manusia.

4. William Stern, berpendapat bahwa baik pembawaan maupun lingkungan

keduanya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak didik.

Sudomo Hadi (1988: 67) juga menjelaskan bahwa anak didik adalah Pertama; anak sebagai tempat kosong, dalam hal ini anak dianggap tidak mempunyai cipta, rasa dan karsa. Anak didik sering disamakan sebagai suatu tempat yang harus selalu menerima apa yang diberikan, tanpa ada kekuasaan untuk menolak atau memilih mana yang disenangi. Anak dipandang tidak mengetahui suatu apapun karena dianggap tidak mempunyai peran apa-apa. Kedua; Anak dianggap sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil, kebalikan dari uangkapan yang pertama bahwa dalam hal ini anak dianggap mempunyai cipta, rasa dan karsa yang sama dengan


(54)

commit to user

orang tua, artinya sudah mencapai kematangan. Hal ini dapat menyebabkan kematangan dini pada anak itu sendiri. Ketiga; Anak adalah manusia yang sedang tumbuh yang diakui memiliki kemampuan, hasrat keinginan, aktif, memiliki daya seleksi dan memegang peran serta dalam menentukan berhasil tidaknya pendidikan.

Siswa sebagai pelajar tugas utamanya adalah belajar. Menurut Prayitno (1999: 22) dalam belajar kesuksesannya ditunjang oleh lima pilar utama, yaitu (1) Learning to know; belajar untuk mengembangkan kemampuan dalam pengetahuan dan ilmu. (2) Learning to do; belajar untuk mengembangkan kemampuan beraktifitas atau bekerja dan berketerampilan. (3) Learning to live together; belajar untuk mengembangkan kemampuan hidup bersama orang lain baik dalam keluarga, kelompok dan masyarakat yang lebih luas. (4) Learning to be; belajar untuk mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin menjadi manusia seutuhnya. (5) Learning to believe in God; belajar untuk mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dalam kerangka kehidupan beragama.

F. Penelitian yang Relevan

1. Indro Siswoyo, 2002, “Hubungan Antara Partisipasi, Sikap dan Adaptasi Dalam

Tugas Keluarga Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SLTP Negari 1 Jiwan Kabupaen Madiun”. Penelitian ini menggunakan meode ex post facto. Teknik pengambilan sampel secara acak (random sampling) dengan sampel sejumlah 170 siswa. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi korelasi. Kesimpulan yang diperoleh adalah pastisipasi siswa, sikap dan penyesuaian diri siswa dalam tugas keluarga memiliki hubungan yang cukup kuat dengan prestasi belajar di sekolah, dan berdasarkan perolehan angka analisis data tersebut


(55)

commit to user

terdapat kecenderungan bahwa sikap memiliki peran yang menonjol daripada partisipasi dan adaptasi.

2. Dzoehara, 2002, “Hubungan Antara Persepsi dan Partisipasi Ibu Rumah Tangga

Dalam Upaya Memelihara Kesehatan Lingkungan Dengan Pertambahan Bobot Berat Badan Harian Bayi”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara partisipasi dengan pertambahan bobot berat badan harian ternyata sangat tinggi dan dinyatakan ada korelasi dengan bentuk hubungan parabola. Tingkat keeratan hubungan antara persepsi dan partisipasi secara bersama dengan pertambahan bobot berat badan harian ternyata sangat tinggi dan mempunyi korelasi bentuk hubungan persamaan regresi berganda.

G. Kerangka Berfikir

Untuk menghasilkan suatu partisipasi siswa yang aktif dalam kebersihan lingkungan sekolah, diperlukan suatu persepsi yang benar dari siswa tentang lingkungan hidup.

Munculnya persepsi apabila terdapat proses pengamatan penginderaan dan wujudnya berupa pemahaman tentang lingkungan. Pemahaman yang baik bisa menumbuhkan partisipasi aktif siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Selain daripada itu, diperlukan suatu sikap yang positif tentang pengelolaan lingkungan hidup. Sikap yang positif muncul dari reaksi afektif siswa dan diwujudkan dalam bentuk kesadaran, perilaku dan dukungan yang bisa menumbuhkan partisipasi aktif siswa.

Persepsi yang benar tentang lingkungan hidup dan sikap yang positif tentang lingkungan hidup diharapkan menghasilkan suatu partisipasi siswa yang aktif dalam


(56)

commit to user

kebersihan lingkungan sekolah yang secara nyata berupa terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman.

Kerangka berfikir diatas dapat digambarkan dalam diagram alir sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Penelitian Lingkungan

biotik, abiotik dan

sosial Pengamatan

Lingkungan sekolah yang bersih dan

nyaman Keikutsertaan

secara aktif Persepsi tentang

lingkungan hidup

Pemahaman tentang lingkungan

Partisipasi dalam kebersihan

sekolah

Kesadaran, Dukungan,

Prilaku Sikap tentang lingkungan hidup


(57)

commit to user H. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

2. Terdapat hubungan yang positif antara sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

3. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.


(58)

commit to user 38 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau sekolah setingkat SLTP, tepatnya di MTs Nahdlatut Thullab di Desa Manggarwetan, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan. Untuk mempermudah dalam memperoleh data dan mempersingkat waktu demi terselesainya penelitian ini, maka penelitian ini direncanakan mulai bulan Juni 2010 sampai bulan Agustus 2010.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional (correlational study) yaitu mencari hubungan antara variable bebas dengan variable terikat. Metode korelasi ini mempunyai tujuan meneliti kaitan variasi pada satu faktor dengan variasi pada faktor yang lain (Jalaludin Rahmat, 1998: 27). Dalam hal ini, penelitian ini akan mencari kaitan antara persepsi tentang lingkungan hidup (X1) dan sikap tentang lingkungan hidup (X2) dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah (Y).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Suharsimi, 1997: 108). Populasi dirumuskan sebagai anggota sekelompok orang, kejadian atau obyek


(59)

commit to user

yang telah dirumuskan dengan jelas (Sudjana, 1996: 6). Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan yang berjumlah 329 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi (Sudjana, 1996: 6). Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupaan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar diambil antara 10-15% atau lebih (Suharsimi, 1997: 112). Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 150 siswa.

D. Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dengan “Simple Random Sampling” yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan acak sederhana dengan cara random.

Langkah-langkah pengundian yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Menulis nomor subyek pada kertas kecil, satu nomor untuk setiap kertas. b. Kertas digulung.

c. Gulungan kertas dimasukkan ke dalam kaleng.

d. Kaleng dikocok hingga gulungan kertas keluar.

e. Gulungan kertas yang sudah keluar dimasukkan lagi kedalam kaleng, agar propabilitasnya tetap.

f. Pengocokan dihentikan setelah keluar gulungan kertas sesuai jumlah sampel. g. Nomor-nomor yang keluar dari kaleng itu menjadi subyek sampel penelitian.


(60)

E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Variabel bebas

a. Persepsi tentang lingkungan hidup (X1) b. Sikap tentang lingkungan hidup (X2)

2. Variabel terikat

Partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah (Y)

Bagan hubungan variabel bebas dan variabel terikat adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Hubungan Variabel Penelitian

F. Batasan Operasional Variabel Penelitian

Batasan operasional dari masing-masing variable dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas

a. Persepsi tentang lingkungan hidup (X1) Persepsi tentang

lingkungan hidup (X1)

Partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan

sekolah (Y) Sikap tentang


(61)

commit to user

Persepsi tentang lingkungan hidup adalah pemahaman yang diperoleh dari pengamatan tentang lingkungan hidup, yaitu biotik, abiotik dan sosial pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

b. Sikap tentang lingkungan hidup (X2)

Definisi secara operasional sikap tentang lingkungan hidup merupakan reaksi afeksi yang bersifat kesadaran, dukungan, dan perilaku tentang lingkungan hidup pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

2. Variabel Terikat (Y)

Partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah didefinisikan sebagai keikutsertaan siswa secara aktif disertai rasa tanggung jawab dalam setiap kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

G. Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua data yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan dengan memberikan angket yang berupa daftar pertanyaan atau pernyataan mengenai data yang akan dianalisis.

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui pihak kedua antara lain data yang ada di sekolah, mengenai jumlah siswa, kependudukan, luas wilayah, dan lain-lain.


(62)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi, 1998: 150). Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket persepsi tentang lingkungan hidup, angket sikap tentang lingkungan hidup dan koesioner tentang partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah.

1. Uji Validitas

Validitas akan berhasil bila alat yang digunakan untuk mengukur itu benar-benar dapat mengukur kajian validitas. Validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (1997: 145) sebuah instrumen dikatakan valid harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (a) Apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, (b) Apabila dapat mengungkap variabel yang diteliti secara tepat, (c) Tinggi rendahnya instrumen menunjukkan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel.

Lebih lanjut dalam menyelesaikan penilaian dapat ditempuh dengan dua jalan, yaitu Pertama; Mengecek kecocokan antara item dengan keseluruhan item. Kedua; Mengecek kecocokan antara item dengan alat ukur lain yang telah memiliki validitas tinggi.


(1)

commit to user

76

dan sikap tentang lingkungan hidup yang benar, pada akhirnya siswa secara sukarela akan menjaga lingkungannya karena mereka memahami pentingnya kebersihan lingkungan sekolah dalam proses belajar mengajar bahkan dalam kehidupan mereka masing-masing.


(2)

commit to user

77 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan analisis data yang telah dilakukan dari penelitian ini yaitu terhadap siswa MTs Nahdlatut Thullab Manggarwetan dengan menggunakan signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan

partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab desa Manggarwetan, sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebernarannya.

2. Terdapat hubungan positif antara sikap tentang lingkungan hidup dengan

partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab desa Manggarwetan, sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebernarannya.

3. Terdapat hubungan positif antara persepsi tentang lingkungan hidup dan sikap

tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab desa Manggarwetan, sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebernarannya.


(3)

commit to user

78

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretis

Berdasarkan hasil penelitian ternyata persepsi dan sikap siswa tentang lingkungan hidup mempunyai hubungan dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab desa Manggarwetan. Dalam penelitian ini terbukti bahwa persepsi dan sikap siswa tentang lingkungan hidup mendukung partisipasi siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah.

Hasil ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa persepsi positif terjadi bila siswa memiliki kemampuan perceptual atau derajat pengamatan dan penginderaan, sehingga ia akan menanggapi stimulus berupa lingkungan hidup secara obyektif dan tepat dalam rangka memperoleh pemahaman yang benar. Demikian juga dengan sikap positif bila siswa memiliki reaksi afektif bersifat kesadaran, dukungan, dan perilaku yang benar.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian saudara Dzoeharza yang menyatakan ada tingkat keeratan hubungan antara persepsi dan partisipasi secara bersama yang sangat tinggi juga dalam penelitian saudara Indrosiswoyo yang menyimpulkan bahwa partisipasi siswa, sikap, dan penyesuaian diri siswa dalam tugas keluarga memiliki hubungan yang cukup kuat dengan prestasi belajar di sekolah.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa persepsi dan sikap siswa tentang lingkungan hidup mempunyai hubungan dengan partisipasi dalam kebersihan


(4)

commit to user

lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab desa Manggarwetan. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa siswa memiliki persepsi yang benar tentang kebersihan lingkungan, maka siswa semakin memiliki partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah. Selain persepsi, sikap siswa juga mempengaruhi partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam rangka mewujudkan suatu kebersihan lingkungan sekolah, maka masalah persepsi terhadapa lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup sangat perlu mendapatkan perhatian yang lebih baik dari berbagai pihak, khususnya para pendidik. Pembentukan persepsi yang positif dan pembentukan sikap siswa yang positif dapat diperoleh melalui keteladanan para pendidik dalam kegiatan sehari-hari, khususnya berupa perilaku yang berkaitan dengan masalah kebersihan lingkungan sekolah dan selain daripada itu melalui mata pelajaran yang sudah ada, misalnya pada pendidikan olah raga dan kesehatan, IPA biologi, maupun dalam mata pelajaran yang lainnya.

Adanya keterpaduan antara persepsi terhadap lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah yang positif, diharapkan persepsi dan sikap siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah semakin baik dan berkualitas.

C. Saran

Dari kesimpulan dan implikasi penelitian diatas, maka dalam hal ini penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:


(5)

commit to user

80

1. Dengan terdapatnya hubungan yang positif antara persepsi siswa dengan

partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab desa Manggarwetan, maka untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah tersebut, seluruh komponen sekolah khususnya kepala Madrasah dan pendidik di MTs Nahdlatut Thullab harus senantiasa menanamkan persepsi yang berwawasan lingkungan kepada siswanya, sehingga pada akhirnya siswa dapat menciptakan lingkungan yang bersih baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga masing-masing siswa.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang menyebutkan adanya hubungan positif antara

sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah, maka bagi pendidik di MTs Nahdlatut Thullab perlu menumbuhkan motivasi siswanya khususnya mengenai rasa kesadaran, kepedulian, dan tindakan yang nyata, serta dukungan terhadap setiap upaya peningkatan pelaksanaan kebersihan lingkungan sekolah.

3. Dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara persepsi

tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab, maka seluruh komponen sekolah yang meliputi guru dan karyawan secara bersama-sama memberikan contoh keteladanan bagi siswa untuk selalu berperilaku yang berhubungan dengan menjaga kebersihan, seperti contohnya; membuang sampah ditempat sampah, tidak merokok didalam ruangan belajar, dan lain-lain. Selain dari pada itu sikap peduli terhadap lingkungan juga harus didukung oleh pemerintah, khususnya pemerintah desa dan masyarakat


(6)

commit to user

yang berada dilingkungan sekolah. Hal ini supaya tercipta lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam kegiatan yang lainnya.


Dokumen yang terkait

Pandangan dan sikap siswa madrasah terhadap masalah kebersihan dan limbah di lingkungannya

0 5 38

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU Hubungan Antara Persepsi Tentang Kesehatan Lingkungan Sekolah Dan Sikap Terhadap Otoritas Guru Dengan Minat Belajar Siswa.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU Hubungan Antara Persepsi Tentang Kesehatan Lingkungan Sekolah Dan Sikap Terhadap Otoritas Guru Dengan Minat Belajar Siswa.

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Tentang Kesehatan Lingkungan Sekolah Dan Sikap Terhadap Otoritas Guru Dengan Minat Belajar Siswa.

0 2 10

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Lingkungan Sekolah Dengan Motivasi Belajar.

1 4 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Lingkungan Sekolah Dengan Motivasi Belajar.

0 3 13

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN KEBERADAAN Hubungan Perilaku Masyarakat Tentang Kebersihan Lingkungan Dengan Keberadaan Tikus Di Desa Lencoh Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

0 2 16

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN KEBERADAAN Hubungan Perilaku Masyarakat Tentang Kebersihan Lingkungan Dengan Keberadaan Tikus Di Desa Lencoh Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

0 2 14

SIKAP MAHASISWA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP : HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN LINGKUNGAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN DENGAN SIKAP MAHASISWA FKIP UISU TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP (2005).

0 1 30

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DENGAN PERILAKU SISWA MENGENAI KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEMASAN 1 NO.64 SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2013/2014.

0 1 16