Mengurung Miah adalah penderita gangguan jiwa yang mendapat penanganan dari

kembali ke rumah sakit jiwa. Sampai pada akhirnya keluarga merasa putus asa dan mengambil langkah penanganan yang terakhir, yaitu dengan cara merantai, mengurung dan memasung.

5.2.1. Mengurung Miah adalah penderita gangguan jiwa yang mendapat penanganan dari

keluarganya dengan cara dikurung pada sebuah kamar berukuran 3x2½ m di dalam rumah tersebut. Keadaan kamar Miah cukup memprihatinkan, gelap dan pengap. Di dalam kamar ada sebuah tempat yang disediakan keluarga sebagai tempat untuk BAK, berupa sebuah lubang kecil yang mempunyai saluran keluar. Miah tidur di lantai semen yang beralaskan lembaran-lembaran karton bekas kotak mie instant. Orangtuanya memang tidak memberikan kasur karena akan dibakar oleh Miah. Jendela kamar Miah ditutupi oleh beberapa keping papan yang meninggalkan celah kecil diantara pertemuan papan-papan tersebut. Celah tersebut memang sengaja dibuat kecil agar Miah tidak bisa menjulurkan tangannya keluar, karena ketika penyakitnya kambuh Miah suka berteriak-teriak, menggedor-gedor pintu kamar dan melemparkan benda-benda yang ada di dalam kamar keluar melalui jendela kamar. Dengan kondisi seperti ini otomatis kamar Miah tampak sumpek, lembab dan gelap. Dari wawancara dengan ayahnya diketahui beberapa alasan mengapa Miah dikurung di dalam kamar, seperti ungkapan berikut ini : “Kami memang sengaja mengurungnya di dalam kamar ini, ini jauh lebih baik dibandingkan kami menitipkan Miah di rumah sakit jiwa di Banda Aceh. Kami tidak sanggup mengirimi biaya perawatannya setiap bulan dan lagi dulu Universitas Sumatera Utara dia pernah tinggal selama sebulan di rumah sakit jiwa, tapi tubuhnya tambah kurus dan malah wajahnya benjol-benjol karena dipukuli kawan-kawannya sesama penderita di rumah sakit jiwa. Kami mengurungnya karena Miah suka mengamuk, kalo sakitnya mulai kumat maka dia akan pergi tanpa tujuan, suka mengganggu orang lain dan merusak lingkungan sekitarnya. Kemarin dulu pernah kami keluarkan, Miah keluar rumah dan berjalan seorang diri tanpa tujuan, trus anak-anak suka mengejekinya, untung ada tetangga yang melihat dan ngasi tau kami, kalo tidak dia mungkin sudah hilang dan bisa diperkosa. Miah kalo kumat suka memukul, aku terutama ibunya selalu menjadi sasaran pemukulannya. Kalo dia sudah sadar kami Tanya kenapa memukul, dia bilang ada bisikan-bisikan halus ditelinganya untuk memukul”. Wawancara dengan ibunya juga memberikan pendapat yang sama tentang penanganan yang mereka lakukan terhadap Miah : “Ibu Miah mengemukakan bahwa kalo Miah dikirim ke rumah sakit jiwa sama saja dengan membuang Miah dari keluarganya. Kami bukannya tidak sayang sama Miah, karena sayanglah maka kami mengurungnya di kamar, dulu sewaktu di RS Miah sangat menderita, tubuhnya kurus sekali, lagian peraturan di rumah sakit jiwa sangat ketat, pelayanannya sangat buruk. Dokter dan perawat sama sekali gak perduli dengan keadaan pasien, apa mereka pikir kami membuang anak kami. Miah sering mendapat perlakuan tidak wajar dari teman-teman sekamarnya, anehnya perlakukan ini dibiarkan saja sama perawat, sampai Miah kurus sekali dan makannya tidak teratur”. Keluarga Miah merasa bahwa dengan mengurung Miah merupakan suatu tindakan yang jauh lebih baik daripada membiarkan Miah berada di rumah sakit jiwa. Orangtua Miah telah berupaya untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit anaknya, atau dapat dikatakan merupakan suatu perilaku orang yang sakit atau terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan health seeking behavior. Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila anaknya sakit agar memperoleh kesembuhan atau terlepas dari Universitas Sumatera Utara masalah kesehatan yang dideritanya. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas pelayanan kesehatan tradisional dukun, sinshe, paranormal, maupun pengobatan modern atau professional rumah sakit jiwa dan Puskesmas Notoatmodjo, 2005:47 Namun, ketika penyakit atau permasalahan tersebut tidak kunjung dapat diselesaikan, maka individu akan melakukan suatu tindakan yang menurut dirinya adalah sebuah tindakan atau jalan keluar yang terbaik. Dari narasi di atas jelas terlihat bahwa pengobatan yang dilakukan secara tradisional tidak memberikan kesembuhan, dukun yang pernah mengobati Miah juga menyerah, menurut sang dukun : …..”Miah itu diguna-guna oleh pacarnya yang kecewa karena diputuskan, ilmu magis yang dikirimnya sangat kuat. Waktu saya obati dia, malamnya batin saya didatangi oleh “orang halus”, katanya “jangan coba-coba mengobati dia, nanti kau tau resikonya”. Saya sudah mencoba semua kemampuan saya, waktu saya jampi-jampi dia, eh dia malah melempar saya dengan botol air mineral dan meludahi saya sambil bilang “pergi kau, pergi kau, jangan datang lagi kemari”. Saya rasa ilmu saya gak cukup kuat melawan ilmu orang yang mengirim guna-guna, ya saya menyerahlah”. Begitu juga dengan pengobatan secara modern, Miah sudah dibawa ke rumah sakit jiwa, tetapi tidak memperoleh kesembuhan. Orangtua Miah merasa setelah anaknya berada di rumah sakit jiwa menjadi tidak terurus, kurus dan menjadi sering dipukuli teman-teman sekamarnya. Jadi, Orangtua Miah sudah merasa cukup usaha yang dilakukan untuk mengobatinya, sebagai alternatif terakhir adalah tindakan Universitas Sumatera Utara mengurung. Suatu tindakan yang akan melindungi anaknya dari pukulan atau cemoohan orang lain.

5.2.2. Merantai