4.2.3. Iyan
Iyan saat ini telah berusia 23 tahun, merupakan anak kedua dari empat orang bersaudara. Tinggal bersama orangtua dan kedua saudaranya di Idi Cut. Ayah Iyan
hanya memiliki pekerjaan “mocok-mocok” yang memberikan penghasilan tidak tetap setiap bulannya, ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja
mengurus rumah tangga dan keperluan Iyan. Abang tertua di keluarga Iyan yang saat ini telah berusia 25 tahun dan tinggal bersama dengan mereka juga belum memiliki
perkerjaan yang memberikan penghasilan tetap setiap bulannya. Adik Iyan saat ini berusia 15 tahun dan menjadi pelajar pada sebuah SMP di Idi Cut, sedangkan adik
Iyan yang paling kecil telah tiada. Iyan menderita gangguan jiwa sejak berusia 16 tahun dan saat itu masih
pelajar kelas 2 pada sebuah SMA di kotanya. Saat itu propinsi Aceh masih berstatus Daerah Operasional Militer. Pada masa kecil Iyan tumbuh seperti anak-anak
seusianya, tidak ada tanda-tanda atau kelainan yang menunjukkan terjadinya gangguan jiwa. Namun, ketika ia berusia 16 tahun, Iyan pernah dipukul oleh seorang
tentara TNI, serta saat itu sedang terjadi konflik antara Gerakan Aceh Merdeka GAM dengan penduduk setempat yang bersuku Jawa, dimana banyak penduduk
bersuku Jawa yang dibunuh oleh tentara GAM. Ayah Iyan juga bersuku Jawa, sehingga setiap hari dia dirundung perasaan cemas akan keselamatan ayah dan
keluarganya. Kecemasan Iyan setiap hari semakin bertambah karena dia beberapa kali melihat peristiwa berdarah yang terjadi didepan matanya. Beberapa warga setempat
Universitas Sumatera Utara
yang menjadi korban GAM merupakan sebuah pemandangan yang selalu menghantui jiwanya.
Sebenarnya Iyan termasuk salah seorang anak yang mendukung perjuangan GAM, dan amat membenci tentara yang dianggapnya berlaku tidak adil terhadap
masyarakat Aceh. Tetapi, sebuah dilema muncul ketika GAM juga memusuhi suku Jawa. Ayah Iyan bersuku Jawa dan sering dipanggil oleh masyarakat di sekitar
lingkungan mereka dengan sebutan “man jawa” Sulaiman adalah nama ayah Iyan. Dua kepentingan yang bertolak belakang menjadi suatu tekanan yang cukup berat,
sehingga pada suatu malam di tahun 2003, tiba-tiba Iyan marah-marah dengan mata merah kemudian mengamuk.
Orangtuanya kemudian membawa Iyan ke dukun karena beranggapan Iyan dibawah pengaruh “guna-guna”. Penyakit mengamuk Iyan hanya dapat disembuhkan
jika keluarga menyediakan seekor kambing sebagai sesajen, kata Dukun yang mengobatinya. Sesajen telah disediakan tetapi penyakit tidak kunjung sembuh.
Pada tahun 2004, Iyan dibawa oleh orangtuanya untuk berobat ke Rumah Sakit Jiwa RSJ Banda Aceh, selama 2 bulan dirawat Iyan sembuh dan dibawa
pulang oleh orangtuanya bahkan kemudian kembali ke bangku sekolah. Enam bulan Iyan sempat menjadi pelajar sekolah menengah pertama, sampai kemudian di suatu
hari penyakit mengamuk Iyan kembali kambuh. Iyan kembali menjadi penghuni RSJ Banda Aceh selama 1½ bulan, sampai kemudian dia merasa sembuh dan pulang
sendiri ke rumah orangtuanya.
Universitas Sumatera Utara
Kesembuhan Iyan tidak lama, penyakit mengamuknya hysteria kembali kambuh sampai kemudian orangtuanya merasa kewalahan, pada akhirnya merantai
kaki Iyan di sebuah batang pohon kapuk kapas di dekat rumahnya. Enam bulan Iyan hidup dengan kaki dirantai di pohon kapuk dengan kondisi beratap langit dan
berlantai tanah. Ayahnya kemudian merasa prihatin dengan masa depan anaknya yang masih sangat muda, kemudian kembali membawanya ke RSJ Banda Aceh. Tiga
bulan di RSJ keadaan Iyan menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Iyan kembali kerumah orangtuanya dan dianjurkan untuk tetap mengkonsumsi obat dari
RSJ, tetapi setelah di rumah Iyan tidak mau mengkonsumsi obat karena merasa bosan. Bahkan, pernah Iyan mengkonsumsi obat dari RSJ sekaligus, sehingga dia
harus dibawa ke puskesmas karena hampir keracunan obat. Keadaan perekonomian yang tidak menentu dan kondisi Iyan yang tidak
sembuh-sembuh menyebabkan Iyan akhirnya dipasung dirumahnya sejak tahun 2007. Sampai sekarang Iyan masih dipasung dibagian belakang dari rumah orangtuanya.
Rumah orangtua Iyan kurang memadai untuk sebuah tempat tinggal, jauh dari kondisi yang layak untuk dihuni. Dibangun di atas lahan orang lain, memiliki ukuran 4x6
meter, dindingnya terbuat dari papan bekas sedangkan atapnya dari rumbia. Rumah ini tidak memiliki kamar mandi untuk melakukan mandi, cuci dan kakus. Keluarga
Iyan jika hendak mandi, mencuci atau membuang air kecil ataupun air besar melakukannya di pinggir rawa-rawa yang berada tidak jauh dari rumah tersebut.
Ruang dapur keluarga ini juga sangat sederhana dan seadanya, tampak hanya ada
Universitas Sumatera Utara
beberapa peralatan memasak dan makan yang sangat sederhana. Proses memasak dilakukan dengan menggunakan kayu bakar, sehingga dapur tampak hitam dan gelap.
Ruangan tempat Iyan dipasung bersebelahan dengan kamar tidur keluarga. Sehari-harinya Iyan tinggal diruangan tersebut, beralaskan empat buah keping papan
yang ukurannya tidak sama ruangan tersebut berlantaikan tanah, kaki kirinya berada pada sebuah kayu yang memiliki lubang seukuran pergelangan kakinya. Keadaan
ruangan tersebut sangat kotor dan bau karena Iyan makan, tidur, buang air kecil dan besar di ruangan tersebut. Hanya saja, jika Iyan buang air besar, maka ibunya akan
membuang kotoran Iyan keluar. Iyan mandi seminggu sekali, dan yang sangat menyedihkan sehari-harinya dia tidak pernah memakai selembar baju dalam keadaan
telanjang bulat. Setiap diberikan baju maka baju tersebut dirobeknya. Kegiatan yang dilakukan Iyan sehari-hari selama dipasung adalah mengorek
tanah disekitarnya dan melemparkan tanah-tanah tersebut ke dinding kamarnya. Selain itu Iyan juga merokok, setiap harinya dia menghabiskan 2 batang rokok yang
diperolehnya dari pemberian keluarganya atau orang-orang yang datang menjenguknya. Untuk lebih dapat memahami gambaran keadaan Iyan dapat terlihat
pada Gambar 4.3 berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3. Iyan, Rumah Orangtuanya dan Pohon Kapuk
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Penyebab Gangguan Jiwa
Penyakit jiwa atau gangguan jiwa seperti halnya penyakit-penyakit umum lainnya dapat disebabkan oleh beberapa penyebab. Secara biologis, gangguan jiwa
disebabkan karena gangguan fungsi komunikasi sel-sel saraf di otak, dapat berupa kekurangan maupun kelebihan neurotransmitter di otak atau substansi tertentu.
Pada sebagian kasus gangguan jiwa terdapat kerusakan organik yang nyata pada struktur otak misalnya pada demensia. Pada kebanyakan kasus, faktor perkembangan
psikologis dan sosial memegang peranan yang lebih krusial. Jadi, penyakit gangguan jiwa merupakan penyakit medis yang kompleks, meliputi segi fisik, pola
hidup dan juga riwayat perkembangan psikologis atau kejiwaan seseorang Anonymous, 2009 ; 1
Pada dua objek penelitian maka faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa pada mereka adalah pengetahuan yang minim dan ketidaksiapan
menjalin hubungan dengan lawan jenis. Kedua objek penelitian tidak memiliki sebuah pengetahuan yang cukup baik tentang pergaulan lawan jenis. Sehingga ketika
apa yang menjadi harapan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan menjadi timbulnya suatu masalah. Masalah yang tidak mendapat jalan keluar, menjadi bahan pemikiran
sendiri pada akhirnya menimbulkan depresi dan menderita gangguan jiwa.
Universitas Sumatera Utara