Merantai Perilaku Masyarakat Dalam Penanganan Penderita Gangguan Jiwa

mengurung. Suatu tindakan yang akan melindungi anaknya dari pukulan atau cemoohan orang lain.

5.2.2. Merantai

Aini adalah salah satu penderita gangguan jiwa yang ‘pada akhirnya’ ditangani keluarganya dengan cara dirantai. Pada kaki kirinya tampak gelang dari rantai tersebut, kemudian ujung rantai digembok pada sebuah tiang dari gubuk tempat tinggalnya. Aini memang ditempatkan tersendiri, didekat rumah orangtuanya dibangun sebuah gubuk, dan sehari-hari Aini tinggal didalam gubuk tersebut. Makanan dan minuman diletakkan salah seorang anggota keluarganya di depan gubuk tersebut, jika hendak buang air kecil, pihak keluarga telah membuatkan sebuah lubang yang mempunyai saluran keluar, Aini biasa melakukan buang air kecil di lubang tersebut, lalu setiap hari anggota keluarga yang akan menyiramnya. Namun jika hendak buang air besar biasanya Aini mengatakan kepada ayahnya. Ayahnya akan membuka rantai pada tiang dan memegang rantai tersebut dan membawa Aini ke WC. Ketika kunjungan dilakukan ke rumah orangtua Aini, Aini tampak duduk di pintu gubuknya dengan kaki dirantai, saat itu Aini hanya memakai pakaian dalam BH dan celana panjang warna kuning muda yang bagian bawahnya digulung mencapai lutut. Ayah Aini lalu memberikan baju untuk dipakai Aini. Aini tampak apatis, tidak memakainya. Aini tidak begitu memperhatikan sekelilingnya, sepertinya dia asyik dengan pikiran-pikirannya. Universitas Sumatera Utara Ayah Aini yang pertama kali diwawancarai memberikan penjelasan mengapa mereka merantai kaki Aini, seperti ungkapan berikut : “Aini mudah tersinggung, mukanya terkadang merah terkadang tampak pucat karena marah. Aini sebenarnya anak yang baik, dulu dia rajin membantu ibunya mencuci piring, memasak dan ikut ke tambak cari ikan. Umur 14 tahun dia dibawa ke Medan jadi pembantu, semuanya baik-baik saja, sampai dia bergaul dengan laki-laki bejat itu wajah Ayah Aini tampak tegang. Aini sering diejek sama anak-anak sekitar sini, maka kami asingkan ke gubuk ini dan dirantai kakinya. Aini kalo sudah marah suka memukul, katanya ada yang menyuruh dia untuk memukul orang yang menghalangi jalannya. Kalo dia sadar, dia sering tanya kenapa dia dirantai, sedih juga sebenarnya, tapi mau gimana pak, kalo gak dirantai nanti dia jalan-jalan gak karuan, lagian dia anak perempuan, gimana nanti kalo diperkosa orang lain kan bisa hamil, tambah repotlah kami”. Orangtua Aini sudah merasa sangat berusaha untuk menyembuhkan anaknya, sama halnya dengan Miah. Orangtua Aini sudah membawa anak untuk berobat ke rumah sakit jiwa, namun kenyataannya penyakit Aini tidak bisa sembuh secara permanen. Ketika di rumah sakit jiwa, menunjukkan kesembuhan tetapi setelah dibawa kembali pulang maka penyakitnya menjadi kambuh kembali. Aini juga sudah diobati ke dukun, dan orangtuanya pun memang merasa sangat yakin Aini terkena guna-guna. Dukun pun ternyata tidak dapat menyembuhkan penyakit Aini, sehingga diambil sebuah kesimpulan untuk merantai kaki Aini. Merantai merupakan sebuah jalan keluar terbaik dari permasalahan yang ada. Aini tetap dapat diperhatikan, bahkan dapat dicegah dari munculnya persoalan- persoalan baru jika dia dibiarkan bebas berkeliaran. Persoalan-persoalan yang ada dalam benak orangtuanya yaitu Aini akan hamil karena diperkosa pemuda jalanan, Aini akan diejek dan dilempari batu oleh anak-anak, Aini akan mengamuk dan bisa Universitas Sumatera Utara melukai orang lain. Lalu dengan merantai di rumah maka semua persoalan tersebut akan dapat dihindarkan. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain : a didiamkan saja no action, artinya sakit tersebut diabaikan, dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari; b mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri self treatment atau self medication, memiliki dua cara yaitu pengobatan tradisional dan pengobatan modern; c mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yaitu ke fasilitas pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan tradisional atau pelayanan kesehatan modern Notoatmodjo, 2005: 49 Jadi, orangtua Aini mengambil tindakan atau perilaku “didiamkan saja”, karena tindakan atau perilaku dengan mencari penyembuhan tidak memberikan hasil yang optimal.

5.2.3. Memasung