Budidaya Udang Windu Penyakit Vibriosis Udang Windu

mencapai 34 cm dan berat 270 gram Suyanto, 2001. Oleh karena ukurannya yang relatif besar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi maka udang windu banyak dibudidayakan.

2.1.1 Budidaya Udang Windu

Budidaya udang di tambak budidaya air payau adalah kegiatan usaha pemeliharaan atau pembesaran udang menggunakan campuran antara air laut dan air kolam mulai dari ukuran benih benur sampai menjadi ukuran yang layak dikonsumsi Suyanto, 2001. Kegiatan budidaya udang windu dapat dilakukan dengan pola tradisional, semiintensif maupun intensif. Hambatan dalam pertumbuhan usaha budidaya udang windu adalah adanya serangan bakteri, virus, jamur maupun protozoa. Serangan bakteri merupakan salah satu serangan yang dapat menurunkan produktivitas suatu tambak udang windu. Jenis bakteri yang paling banyak ditemukan terkait dengan penyakit bakterial adalah Vibrio sp.

2.1.2 Penyakit Vibriosis Udang Windu

Genus Vibrio merupakan agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio yang berpendar umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. Ciri-ciri udang yang terserang vibriosis antara lain kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah red discoloration pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala Rozi, 2008. Selain itu, penyakit bakterial yang sering terjadi adalah insang hitam dan membusuk, nekrosis otot dan udang geripis yang disebabkan oleh bakteri yang mampu mendegradasi kitin chitinoclastic bacteria yaitu Bacillus sp Murdjani, 2007. A. Udang tampak normal B. Udang berpendar pada cahaya gelap Gambar 2. Bioluminescens Udang Windu Vibriosis Breed et al., 1948 Berbagai usaha telah dilakukan untuk mendapatkan suatu metode pencegahan dan penanggulangan penyakit udang windu, antara lain penggunaan obat-obatan dan antibiotik yang terdapat pada pakan, pembilasan kolam maupun sebagai desinfektan sebelum udang di proses lebih lanjut Islamulhayati, 2005, Nugraheny, 2001. Salah satu antibiotika yang digunakan adalah kloramfenikol. 2.2 Kloramfenikol 2.2.1 Sifat Fisiko Kimia