Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif

hati. Perlakuan penambahan n-heksana diulangi kembali. Penambahan n-heksana sebagai pelarut nonpolar ditujukan untuk mengekstraksi lemak yang terikut pada proses ekstraksi sampel karena lemak larut dalam pelarut nonpolar. Kemudian lapisan asetonitril dikeringkan dengan vacuum rotary evaporator hingga hampir kering. Selanjutnya ekstrak dilarutkan kembali hingga 5 ml dengan pelarut.

4.3 Analisis Kualitatif

Larutan sampel yang telah diperoleh diatas kemudian diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan membandingkan waktu tambat dari sampel terhadap waktu tambat kloramfenikol BPFI dan dari hasil uji kualitatif tersebut menunjukkan bahwa terdapat kloramfenikol dalam sampel udang windu. Dari hasil penyuntikan sampel udang windu diperoleh waktu tambat salah satu puncak yaitu 5,91 menit. Waktu tambat ini berdekatan dengan waktu tambat kloramfenikol BPFI yang dianalisis pada kondisi KCKT yang sama yaitu 5,95 menit. Meskipun waktu tambat yang dihasilkan tidak sama persis namun waktu tambat 5,91 menit masih berada di dalam rentang waktu tambat yang dapat diterima yaitu ± 5 dari waktu tambat 5,95 menit Weston and Brown, 1997. Kedua kromatogram ini dapat dilihat pada Gambar 3A dan 3B. Untuk mempertegas identifikasi, maka ditambahkan sedikit larutan kloramfenikol BPFI ke dalam larutan sampel spiking method, kemudian dianalisis kembali pada kondisi KCKT yang sama. Hasil analisis menunjukkan terjadi peningkatan luas dan tinggi puncak kloramfenikol dari yang diamati sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa puncak yang diamati dalam larutan sampel adalah benar merupakan puncak kloramfenikol. Kromatogram larutan sampel yang dianalisis setelah spiking dapat dilihat pada Gambar 3C. A B RT Luas Puncak 5,95 166900 RT Luas Puncak 1,40 2,27 2,55 3,11 5,91 6,65 7,17 28310 79903 1745200 37702 7390 3656 10918 C Gambar 3. Kromatogram hasil penyuntikan kloramfenikol baku 10 µgml A, larutan sampel udang windu B, dan larutan sampel yang telah di- spike dengan larutan baku pembanding kloramfenikol C dengan kondisi KCKT yang sama.

4.4 Analisis Kuantitatif

Analisis secara kuantitatif ditentukan dari kurva kalibrasi kloramfenikol BPFI berdasarkan luas puncak. Kurva kalibrasi kloramfenikol baku dibuat dengan konsentrasi yang meningkat dimulai dari konsentrasi 0 µgml, 0,03 µgml, 0,07 µgml, 0,1 µgml, 0,3 µgml, dan 0,5 µ gml. Kurva kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 4. Dari kurva kalibrasi diperoleh hubungan yang linier antara luas area dan konsentrasi dengan koefisien korelasi r = 0,9997. Koefisien korelasi yang diperoleh ini memenuhi persyaratan yaitu nilai koefisien korelasi lebih besar dari RT Luas Puncak 2,27 2,56 3,12 4,65 5,89 67924 1086100 30159 6858 19325 0,999 Kromidas, S., 2005. Dari hasil perhitungan, diperoleh persamaan regresi 5765 , 44 4589 , 15754 − = X Y . Gambar 4. Kurva Kalibrasi Kloramfenikol BPFI Hasil pengolahan data penetapan kadar kloramfenikol dalam udang windu yang diperoleh dari berbagai tambak secara KCKT menggunakan kolom C18 250 mm x 4,60 mm pada kondisi yang optimal dapat dilihat pada lampiran 10. Hasil penetapan kadar kloramfenikol dalam sampel udang windu secara statistik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil penetapan kadar kloramfenikol dalam sampel udang windu secara statistik No. Lokasi pengambilan sampel Kadar kloramfenikol µgg 1. Kelurahan Labuhan 0,1038 ± 0,0021 2. Kelurahan Sicanang 0,4623 ± 0,0046 3. Kelurahan Sei Mati 0,0436 ± 0,0040

4.5 Validasi Metode