55
kasus nama pengganti dalam satu pekerjaan seseorang Antoniades, 1992. Yang melihat dan menilai serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan
pengkritisi. Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora diterapkan ke dalam bangunan dan apakah metafora yang dimaksud oleh perancang sama dengan
metafora yang dilihat oleh pengguna. Metafora yang baik adalah yang tidak bisaditemukan oleh pengguna atau kritikus. Dalam hal ini metafora merupakan ‘rahasia kecil’ pencipta
Antoniades, 1992. Begitulah metafora dalam arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai sebuah bahasa yang dapat mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan
imaji tidak mampu lagi menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa metafora menjawabnya dengan bentuk, ruang dan fungsi.
3.4. Interpretasi Tema
Penerapan arsitektur metafora pada bangunan adalah dengan mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain serta mencoba atau
berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain. Dalam proyek Medan Wax Sculpture Museum ini, metafora yang akan diterapkan pada bangunan adalah
metafora Legenda Putri Hijau. Legenda Putri Hijau adalah kisah yang popular bagi masyarakat kota Medan. Selain itu, legenda ini juga memiliki peran tertentu dalam
perjalanan sejarah kota Medan, yaitu dengan sejarah Kerajaan Haru, di Deli Tua. Alur cerita kisah Putri Hijau akan ditansformasikan dengan metafora menjadi wujud bangunan
sebuah museum patung lilin yang di dalamnya akan berisi patung-patong tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan.
3.5. Kerajaan HAru dan Legenda Putri Hijau
3.5.1. Kerajaan HAru
Sumber-sumber klasik tentang Aru banyak didasarkan pada tulisan penguasa Portugis di Melaka yakni Mendez Pinto, pengembara China, kisah Pararaton maupun
Sejarah Melayu. Sumber tersebut mengetengahkan bahwa di Sumatra Utara sekarang terdapat satu kerajaan yang besar yakni HAru. Namun, hingga saat ini belum ada suatu
kesimpulan utuh yang menyatakan asal muasal dan lokasi kerajaan Aru, dan lagi disertai adanya tarik menarik antara Karo, Melayu dan Aceh hingga Batak Timur.
Universitas Sumatera Utara
56
Dalam banyak literatur, disebut bahwa Teluk Aru adalah pusat kerajaan ARU dan belum pernah diteliti. Namun, McKinnon menolak apabila kawasan tersebut dinyatakan
belum pernah diteliti sekaligus juga menolak apabila Teluk Aru disebut sebagai pusat kerajaan Aru. Teluk Aru telah diteliti pada tahun 1975-1976 dan hasilnya adalah ”Pulau
Kompei”. Diakui bahwa terdapat peninggalan di wilayah Teluk Aru, tetapi berdasarkan jalur hinterland kurang mendukung Teluk Aru sebagai satu centrum kerajaan. Seperti
diketahui bahwa jalur dari Karo plateau maupun hinterland menuju pantai timur, dari utara ke selatan melalui gunung adalah: Buaya, Liang, Negeri, Cingkem yang menuju ke Sei
Serdang maupun ke Sei Deli, Sepuluhdua Kuta, Bekancan, Wampu ke Bahorok. Maupun jalur sungai diantara Sei Wampu bagian hilir sekitar Stabat dan Sei Sunggal ke Belawan.
Fokusnya diwilayah pantai diantara Sei Wampu dan Muara Deli Catatan Anderson tentang pentingnya Muara Deli.
Penulis Karo mengemukakan bahwa HAru adalah asal kata ”Karo” yang berevolusi. Oleh karena itu, kelompok ini mengklaim bahwa masyarakat kerajaan Aru
adalah masyarakat yang memiliki clan Karo dan didirikan oleh clan Kembaren. Walau demikian, penulis Karo seperti Brahmo Putro 1979 sependapat dan mengakui bahwa
centrum kerajaan ini berpindah-pindah hingga ke Aceh, Deli Tua, Keraksaan Batak Timur, Lingga, Mabar, maupun Barumun. Disebutkan bahwa HAru berada di Balur
Lembah Gunung Seulawah di Aceh Besar sekarang yang pada awalnya juga telah banyak dihuni oleh orang Karo, dan telah ada sebelum kesultanan Aceh pertama yakni Ali
Mukhayat Syah pada tahun 1492-1537. Lebih lanjut disebut bahwa kerajaan HAru Balur ditaklukkan oleh Sultan Aceh pada tahun 1511 dalam rencana unifikasi Aceh hingga ke
Melaka dan salah seorang rajanya clan Karo dan keturunan Hindu Tamil menjadi Islam bersama seluruh rakyatnya dan bertugas sebagai Panglima Sultan Aceh di wilayah Batak
Karo. Demikian pula penulis Melayu yang mengemukakan bahwa kerajaan ARU adalah
kerajaan Melayu yang sangat besar pada zamanya, lokasi kerajaanya tidak menetap akibat gempuran musuh terutama yang datangnya dari Aceh. Hal ini telah banyak dicatat oleh
Lukman Sinar dalam jilid pertama bukunya dengan judul Sari Sedjarah Serdang 1986. Menurutnya, nama ARU muncul pertama kalinya dalam catatan resmi Tiongkok pada saat
ARU mengirimkan misi ke Tiongkok pada tahun 1282 pada era kepemimpinan Kublai- Khan. Demikian pula dalam buku ”Sejarah Melayu” yang banyak menyebut tentang
Universitas Sumatera Utara
57
kerajaan ARU. Berdasarkan literatur tersebut, Lukman Sinar dalam penjelasan lebih lanjut mengemukakan bahwa pusat kerajaan ARU adalah Deli Tua dan telah menganut Islam.
Namun, seperti yang telah diingatkan oleh Prof. Wolters bahwa data-data yang bersumber dari tulisan China dari abad ke 13-15 bukan nyata dari penelitian namun sebatas
pengamatan pintas. Oleh sebab itu, pembuktian terhadap tulisan itu harus diarahkan kedalam tanah ekskavasi yakni untuk merekontruksi jejak-jejak peradaban HARU di
lokasi dimaksud. Barangkali, yang dimaksud oleh tulisan-tulisan tersebut adalah Kota Rentang
karena berdasarkan bukti-bukti arkeologis banyak ditemukan batu kubur nisan yang terbuat dari batu Cadas Volcanoic tuff dengan ornamentasi Jawi dan nisan sejenis banyak
ditemukan di tanah Aceh. Sedangkan tanda-tanda ARU Deli Tua dinyatakan islam hampir tidak diketemukan selain sebuah meriam buatan portugis bertuliskan aksara Arab dan
Karo. Lagi pula, berdasarkan laporan kunjungan admiral Cheng Ho yang mengunjungi Pasai pada tahun 1405-1407 menyebut bahwa nama raja ARU pada saat itu dituliskan So-
Lo-Tan Hut-Sing Sultan Husin dan membayar upeti ke Tiongkok. Kemudian, dalam ”Sejarah Melayu” juga diceritakan suatu keadaan bahwa ARU telah berdiri sekurang-
kurangnya telah berusia 100 tahun sebelum penyerbuan Iskandar Muda pada tahun 1612 dan 1619. Dengan demikian, kuat dugaan bahwa centrum ARU yang telah terpengaruh
Islam yang dimaksud pada laporan-laporan penulis Cina dan ”Sejarah Melayu” tersebut adalah Kota Rentang.
Diyakini bahwa kerajaan ARU adalah kerajaan yang besar dan kuat sehingga dianggap musuh oleh kerajaan Majapahit. Hal ini dapat dibuktikan dari sumpah Amukti
Palapa sebagaimana yang ditulis dalam kisah Pararaton 1966, yaitu: Sira Gajah Madapatih amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah mada: ”Lamun awus kalah
nusantara isun amuktia palapa, amun kalah ring Guran, ring Seran, Tanjung Pura, ring HARU, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti
Palapa”. Hal senada juga dikemukakan oleh Muh. Yamin dalam bukunya dengan judul ”Gajah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara ”2005.
Demikian pula dalam hikayat ”Parpadanan Na Bolag” yang mengisahkan kerajaan ”Nagur” yakni kerajaan Batak Timur Raya. Dalam catatan pengembara asing, kerajaan ini
sering disebut ”Nakur”, atau ”Nakureh” maupun ”Jakur”. Kerajaan ini, menurut M.O. Parlindungan dalam bukunya Tuanku Rao 1964 berdiri pada abad ke 6-12. Rajanya yang
Universitas Sumatera Utara
58
terkenal adalah Mara Silu yang oleh penulis Karo disebut bermarga Ginting Pase dan masyarakat Batak Timur Raya menyebut marga Damanik. Nama Mara Silu banyak disebut
didalam ”Hikayat Raja-raja Pasai”, ”Sejarah Melayu”, dan ”Parpadanan Na Bolag” dan diyakini sebagai Raja Nagur dari Batak Timur Raya. Menurut catatan MOP dalam
bukunya ”Tuanku Rao” sepenakluk Aceh terhadap ”Nagur”, Mara Silu dan laskar yang tersisa menghancurkan bandar Pase Aceh pada tahun 1285 dan masuk Islam serta
berganti nama menjadi Malikul Saleh, Sultan Samudra Pase yang pertama. Sejak saat itu, kerajaan Nagur tidak lagi ditemukan dalam tulisan-tulisan selanjutnya.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa berdasarkan periodeisasinya maka kerajaan ARU berdiri pada abad ke-13 yakni pasca runtuhnya kerajaan NAGUR pada tahun 1285.
Pusat kerajaan ARU yang pertama ini adalah Kota Rentang dan telah terpengaruh Islam yang sesuai dengan bukti-bukti arkeologis yakni temuan nisan dengan ornamentasi Jawi
yang percis sama dengan temuan di Aceh. Demikian pula temuan berupa stonewares dan earthenwares ataupun mata uang yang berasal dari abad 13-14 yang banyak ditemukan dari
Kota Rentang. Bukti-bukti ini telah menguatkan dugaan bahwa lokasi ARU berada di Kota Rentang sebelum diserang oleh laskar Aceh.
Tentang hal ini, McKinnon 2008 menulis:”Aru was attacked by Aceh and the ruler killed by subterfuge and treachery. His wife fled into the surrounding forest on the
back of an elephant and eventually made her way to Johor, where she married the ruling Sultan who helped her oust the Acehnese and regain her kingdom”. Pada akhirnya, sebagai
dampak serangan Aceh yang terus menerus ke Kota Rentang, maka ARU pindah ke Deli Tua yakni pada pertengahan abad ke-14, dan pada permulaan abad ke-15 Sultan Alauddin
Riayat Syah Al Kahar mulai berkuasa di Aceh. McKinnon 2008 menulis “a sixteenth century account by the Portuguese writer Pinto states that Aru was conquered by the
Acehnese in 1539 and recounts how the Queen of Aru made her way to Johor and the events that transpired thereafter”.
21
3.5.2. Kisah Putri Hijau
Diatas telah disebut bahwa pasca serangan Aceh ke ARU terdahulu, telah menyebabkan berpindahnya ARU ke Deli Tua. Bukti-bukti peninggalan ARU Deli Tua
adalah seperti benteng pertahanan kombinasi alam dan bentukan manusia yang masih
21
http:pussisunimed.wordpress.com20100125situs-sejarah-2
Universitas Sumatera Utara
59
bisa ditemukan hingga saat ini. Catatan resmi tentang benteng ini dapat diperoleh dari catatan P.J. Vet dalam bukunya Het Lanschap Deli op Sumatra 1866-1867 maupun
Anderson pada tahun 1823 dimana digambarkan bahwa di Deli Tua terdapat benteng tua berbatu yang tingginya mencapai 30 kaki dan sesuai untuk pertahanan. Menurut Pinto,
penguasa Portugis di Malaka tahun 1512-1515 bahwa ibukota HARU berada di sungai ‘Panecitan’ yang dapat dilalui setelah lima hari pelayaran dari Malaka. Pinto juga mencatat
bahwa raja HARU sedang sibuk mempersiapkan kubu-kubu dan benteng-benteng dan letak istananya kira-kira satu kilometer kedalam benteng. HARU mempunyai sebuah
meriam besar, yang dibeli dari seorang pelarian Portugis. Temuan lainnya adalah mata uang Aceh yang terbuat dari emas, dimana
masyarakat disekitar benteng masih kerap menemukanya. Temuan ini sekaligus menjadi bukti bahwa Aceh pernah menyerang ARU Deli Tua dengan menyogok pengawal kerajaan
dengan mata uang emas. Selanjutnya, menurut Lukman Sinar 1991 di Deli Tua pada tahun 1907 dijumpai guci yang berisi mata uang Aceh dan kini tersimpan di Museum
Raffles Singapura. Temuan lainnya adalah berupa keramik dan tembikar yang pada umumnya percis sama dengan temuan di Kota Rentang. Temuan keramik dan tembikar ini
adalah barang bawaan dari Kota Rentang pada saat masyarakatnya mencari perlindungan dari serangan Aceh.
Hingga saat ini, temuan berupa uang Aceh, keramik dan tembikar dapat ditemukan disembarang tempat disekitar lokasi benteng. Akan tetapi, dari bukti-bukti yang ada itu,
tidak diketahui secara jelas apakah ARU Deli Tua telah menganut Islam. Pendapat yang mengemukakan bahwa ARU Deli Tua adalah Islam didasarkan pada sebuah meriam
bertuliskan Arab dengan bunyi: ’Sanat… alamat Balun Haru’ yang ditemukan oleh kontrolir Cats de Raet pada tahun 1868 di Deli Tua Lukman Sinar, 1991. Akan tetapi di
tengah meriam tersebut terdapat tulisan buatan Portugis. Hal ini senada dengan tulisan Pinto bahwa ARU memiliki sebuah meriam yang besar. Meriam inilah yang kemudian di
sebut dalam kisah Putri Hijau ditembakkan secara terus menerus hingga terbagi dua. Faktor penyebab serangan Aceh ke ARU yang berlangsung terus menerus adalah
dalam rangka unifikasi kerajaan dalam genggaman kesultanan Aceh. Lagipula, seperti yang telah disebutkan diatas bahwa ARU terdahulu ditaklukkan oleh laskar Aceh yang
mengakibatkan berpindahnya ARU ke Deli Tua. Hal ini menjadi jelas bahwa hubungan diplomatik antara ARU dengan Aceh tidak pernah harmonis. Dalam kisah Putri Hijau
Universitas Sumatera Utara
60
disebut bahwa faktor serangan Aceh ke Deli Tua adalah akibat penolakan sang Putri untuk dinikahkan dengan Raja Aceh.
Mengingat kuatnya benteng pertahanan ARU Deli Tua yang ditumbuhi bambu, sehingga menyulitkan serangan Aceh. Menurut catatan Pinto, dua kali serangan Aceh ke
Deli Tua mengalami kegagalan. Pada akhirnya pasukan Aceh melakukan taktik sogok yakni dengan memberikan uang emas kepada pengawal benteng. Dalam kisah Putri Hijau
disebut bahwa pasukan Aceh menembakkan meriam berpeluru emas, sehingga pasukan ARU berhamburan untuk mencari emas. Penyogokan pasukan ARU yang dilakukan oleh
pasukan Aceh, menjadi penyebab kehancuran kerajaan ARU Deli Tua. Benteng dapat direbut dan rajanya dapat ditewaskan.
Permaisuri kerajaan dengan laskar yang tersisa mencoba merebut Benteng, tetapi tetap gagal. Akhirnya permaisuri dengan sejumlah pengikutnya berlayar menuju Malaka
dan menghadap kepada gubernur Portugis. Tetapi ia tidak disambut dengan baik. Akhirnya permaisuri menjumpai Raja Johor, Sultan Alauddin Riayatsyah II dan bersedia menikah
dengan raja Johor apabila ARU dapat diselamatkan dari penguasaan Aceh. Akan tetapi, ARU telah dikuasai oleh Aceh yang dipimpin oleh panglima Gocah Pahlawan. Akhirnya
permaisuri raja ARU menikah dengan raja Johor. Gocah Pahlawan sebagai wali negeri Aceh di ARU yakni kesultanan DELI.
Putri Hijau Green Princess adalah salah satu ’cerita’ kepahlawanan folk hero yang dikenal dan berkembang luas, paling tidak pada tiga kelompok suku yakni Melayu,
Karo dan Aceh. Sebagai cerita rakyat folktale kisah Putri Hijau pada awalnya merupakan tradisi lisan oral milik bersama masyarakat communal, berasal dari satu daerah local
dan diturunkan secara informal Toelken, 1979:31. Kisah ini memiliki sifat oral dan informal sehingga cenderung mengalami perubahan baik penambahan maupun
pengurangan. Oleh karenanya, tidak mengherankan apabila dikemudian hari terdapat versi cerita yang berbeda-beda. Wan Syaiffuddin 2003 mengemukakan versi cerita dimaksud
seperti: Syair Puteri Hijau A. Rahman, 1962; Sejarah Putri Hijau dan Meriam Puntung Said Effendi, 1977; Puteri Hijau Hans M. Nasution, 1984 dan Kisah Puteri Hijau
Burhan AS, 1990. Adanya unsur-unsur pseudo-historis, yakni anggapan kejadian dan kekuatan yang
digambarkan luar biasa dalam kisah Putri Hijau cenderung merupakan tambahan dari kisah yang sebenarnya dengan tujuan euhemerisme yakni menimbulkan kekaguman para
Universitas Sumatera Utara
pend ”kisa
Putri Sinar
dapa tujua
3.6. •
oleh terse
pame masa
Gamb
22
http
dengarnya. S ah’ cenderu
i Hijau adal r, 1991. De
at kisah ters an euhemeri
Studi Ba Danish J
Museum Y Raja Chris
ebut .Hubun eran yang u
a sekarang .
bar 18. Pintu m p:pussisunim
Sejalan den ung menunju
lah suatu pe engan begit
ebut tidak p isme.
22
anding Tem Jewish Mu
G
Yahudi Den stian IV pa
ngan antara unik memb
masuk Danish med.wordpress
ngan hal ini ukkan cerit
eristiwa yan tu, sifat ima
perlu ditafsi
ma Sejenis useum
Gambar17. Ek
nmark terle ada tahun 1
struktur lam bentuk dialo
h Jewish muse s.com201001
i, seperti ya ta yang ben
ng benar-be ajinatif-dilu
irkan secara
ksterior Danis
tak pada ba 598, pada
ma bangunan og yang din
eum 125situs-seja
ang diingatk nar-benar te
enar terjadi uar kelogisa
a mendalam
sh Jewish mus
angunan Ro bagian tertu
n yang terb namis antar
Gambar 1 arah-2
kan oleh Ba rjadi. Deng
Husny, 19 an nalar man
m karena sif
seum
oyal Boatho ua dari per
buat dari bat ra arsitektur
19. Simbol Me
aried 1985 gan demikia
975; Said, 1 nusia-yang
fat itu di bu
ouse yang d rpustakaan
tu bata deng r masa lalu
etzvah
61
5 bahwa an, kisah
1980 dan terdapat
uat untuk
dibangun kerajaan
gan areal u dengan
Universitas Sumatera Utara
berar , men
yang Dida
deng perpu
meng secar
meny Dani
peng •
Pintu depa rti “ Perbua
nghubungk g dibuat ole
alam bidang gan mengak
ustakaan . ggunakan k
ra dramatis
Keseluruh yimbolkan
iel Libeskin gunjung mus
Notre D
an yang ma atan yang ba
an exterior eh Daniel L
g urban , dia ktifkan tem
Dalam ha kitab kejadi
menceritak
han areal pa mikrokosm
nd membua seum meras
Dame du Ha
ssive tertuli aik”. Skylig
terhadap in Libeskind m
a menghubu mpat pedes
al simbolis ian, memb
kan keunikan
Gambar 20. I
ameran diter mos dari Mit
at dinding sa dirinya b
aut – Le Co
Gambar. 21.
is dengan ka ght yang sem
nterior bang memiliki as
ungkan perp strian sepa
s , dia me entuk ruan
n dari komu
Interior Danis
rangi oleh je tzvah . Did
melengkun erada di ata
orbusier
Eksterior Not
ata hebrew mpit pada pa
gunan dalam spek urban
pusakaan la anjang tam
enggunakan g urban di
unitas Yahu
sh Jewish mus
endela kaca dalam museu
ng dan mem as sebuah ka
tre Dame du H
yang bertul aving meng
m cara yang dan arsitek
ama dengan an yang t
n salah bid imana air d
udi Denmark
seum
a yang meili um tidak te
mbuat lanta apal .
Haut
liskan mitzv gikuti huruf
g simbolis ktural didal
n perpustaka terdapat di
dang sisi dan kapal
k .
iki zat warn erdapat gari
ai berkontu
62
vah yang f mitzvah
. Desain lamnya .
aan baru tengah
dalam , simbolis
na , yang is lurus .
ur , agar
Universitas Sumatera Utara
63
Notre Dame du Haut merupakan master piece dari Le Corbusier yang dibangun pada tahun 1955 dengan langgam ekspresionis modern. Bangunan ini berupa kapel yang
dibuat tanpa mementingkan prinsip kebebasan, melainkan mementingkan kemurnian alam. Kapel ini terletak di atas kaki bukit di pegunungan Vosges. Secara keseluruhan,
bentuk bangunan ini sederhana tetapi juga rumit. Dikatakan sederhana karena bangunan terbentuk dari bidang atap dan dinding massif dari beton kasar sehingga memberikan citra
berani tetapi sederhana. Dikatakan rumit karena bangunan tidak seperti kapel pada umumnya, pertemuan bidang dinding dan atap tersusun secara diagonal membentuk
perbedaan yang sangat kontras.
Gambar 22. Tampak utara Notre Dame du Haut Gambar 23. Tampak selatan Notre Dame du Haut
Pada bagian depan dinding bagian selatan dan timur yang cekung seakan tertarik ke suatu titik tertentu di bawah atap yang menggantung over hang yang sangat lebar. Sedang
pada bagian belakang, dinding utara dan barat berbentuk melengkung hingga ke menara tanpa atap. Antara utara dan barat dipersatukan dengan sebuah pintu di antara dinding yang
melengkung. Sedangkan pada bagian dalam, ruangan berbentuk segi empat yang tidak teratur memanjang ke tenggara sampai ke altar. Pada rancangan kapelnya, Le Corbusier
memadukan potensi-potensi alam pada daerah tersebut dengan makna-makna religius Kristiani sehingga bentuknya mengandung banyak arti dan memberi bermacam-macam
simbol.
Gambar 24. Potongan Notre Dame du Haut
Universitas Sumatera Utara
64 Gambar 25. Berbagai macam interpretasi terhadap Notre Dame du Haut
Sudut dinding yang menjorok ke atas diasumsikan sebagai haluan kapal. Atapnya diibaratkan sebagai perahu Nabi Nuh yang miring pada sisinya yang menyelamatkan umat
manusia dari air bah. Kapel yang merupakan perpaduan gaya purbakal dan gaya Kristian ini menggunakan sistem struktur dinding pemikul dan atapnya merupakan suatu struktur
rongga yang ditopang sebagian kolomnya dan sebagian lagi menopang pada blok di puncak dinding.
Gambar 26. Denah Notre Dame du Haut
Universitas Sumatera Utara
altar, parab
ke le terda
bang
•
muse Basq
meru Gugg
Pada bag , mengikut
bola yang te embah. Ben
ahulu yaitu gunan post m
Guggen
Museum G eum seni .
que Country upakan sala
genheim Fo gian interio
ti bentuk a erdapat pad
ntuk geomet u fractal da
modern pert
heim Muse
G
Guggenheim Museum in
y , Spanyol ah satu da
oundation. or kapel, din
alami dari da dinding ti
tri dari ban an bentuk-
tama.
Gambar 27.
eum , Bilba
Gambar 28. Ex
m Bilbao m ni didesain
. Bangunan ari beberap
nding, atap lembah. B
imur untuk ngunan ini d
-bentuk ala
Interior Notr
ao – Frank
xterior museu
merupakan s oleh arsite
n ini terletak pa museum
p dan lantain Bentuk kom
memantulk didapat dar
ami yang m
re Dame du H
O. Gehry
um Guggenhei
sebuah mus ek Frank O
k di pinggir m yang ber
nya membe mpleksnya
kan suara da ri gaya bang
membuat R
Haut
im, Bilbao
seum moder O. Gehry , t
r sungai Ne rnaung diba
entuk kurva bermula d
ari luar altar gunan Le C
Ronchamp
rn yang me terletak di
ervion . Mus awah Solo
65
a menuju ari tema
r kembali Corbusier
menjadi
erupakan Bilbao ,
seum ini omon R.
Universitas Sumatera Utara
berat cahay
deng kontu
reflek untuk
meru seri v
dan b yang
muse ketin
meru yang
diaks yang
atrium dan m
G
Bentuk b turan. Menu
ya . Bangun gan gaya D
ur yang org ktifnya men
k membantu Bangunan
upakan sala volume yan
bentuk leng g solid ini d
eum . Ban nggian bang
Setelah m upakan sala
g berbentuk ses melalui
g ditahan de m ini dan te
menara tang
Gambar 29. In
angunan in urut Frank
nan ini dino ekonstruksi
ganik . Ban nyimbolakn
u visualisas n dengan lu
ah satu gerb ng saling ter
gkung dan dikombinas
ngunan den gunan sekita
melewati foy ah satu kara
k bunga yan atrium mem
engan pilar t erkoneksi d
gga .
nterior galeri m
ni terdiri d O.Gehry , b
obatkan seb i .Struktur b
ngunan ini b n sisik ikan
sinya dan pe uas lahan
bang masuk rkoneksi . B
terpelintir y sikan denga
ngan luas 2 arnya .
yer dan aka akteristik u
ng memban miliki pand
tunggal. Ke dengan temp
museum
dari bentuk bentuk tidak
agai salah s bangunan i
bertujuan un n . Banguna
erhitungan s 32.500 m
2
k menuju ko Beberapa or
yang ditutu an curtain w
24.000m
2
d
an memasuk utama dari
njiri ruanga dangan ke e
etiga tingkat pat berjalan
Gamba
lengkunga k beraturan
satu bangun ini terdiri d
ntuk menyi an ini dides
strukturnya.
2
terletak d ota . Bangu
rtogonal dan upi oleh bah
wall yang m dan ketingg
ki ruang pa bangunan i
an dengan c stuary dan
tan dari rua kaki yang m
r 30. Interior
an yang m n ini tercipta
nan paling s dari bentuk
imbolkan se sain dengan
. di Puente
unan utama n clad dalam
han titanium memberikan
gian 50m
ameran , te ini , diman
cahaya mat taman air d
ang galeri te membentuk
Atrium museu
muncul seca a untuk me
spektakuler yang radik
ebuah kapal n bantuan k
de la Salv terdiri dari
m lapisan ba m . Bentuk
n transparan ini tidak m
erdapat atriu na terdapat
tahari . Ter ditutupi oleh
erorganisasi k kurva seja
66 um
ara tidak nangkap
di dunia kal , dan
l . Panel komputer
ve yang i sebuah
atu gua , k volume
nsi pada melebihi
um yang skylight
ras yang h kanopi
i dantara ajar, lift ,
Universitas Sumatera Utara
67
•
Nationale-nederlanden building The Dancing House – Frank O. Gehry
Gambar 31. Nationale-nederlanden building The Dancing House
Bangunan ini terletak di distrik bersejarah Praha, sepanjang sungai Vltava, yang memberikan latar belakang kontekstual yang kayabagi Gehry untuk bekerja dengan
menghabiskan 10 hari di Praha sebelum ia mulai merancang, dan dengan bantuan Milunic Vladmir arsitek lokal beberapa pengamatan dibuat tentang arsitektur yang ada. Di Praha,
bangunan tua dirancang dengan menara tersirat dan banyak bangunan memiliki topi dekoratif atau topi di atas. Gehry dan milunic mengambil ide-ide ini untuk membuat
konsep bangunan nationale-Nederlanden, yang melalui banyak transformasi sepanjang masa perancangan.
Gambar 32. Sketsa ide Nationale-nederlanden building The Dancing House
Universitas Sumatera Utara
68
Dua menara dengan bentuk yang berbeda, satu menghadap ke alun-alun dan yang
lainnya menghadap sungai. Menara kaca dikatakan feminin dengan
bentuk lengkung dan seperti pinggang, Sedangkan menara silinder beton maskulin
menciptakan sebuah dikotomi yin dan yang.
Sirkulasi di core berbentuk L dan terletak di tengah struktur.
Tekstur diciptakan dengan memproyeksikan jendela jauh dari kulit
bangunan. Jendela memainkan peranan penting. Bangunan sekitarnya lima tingkat dan
sementara Nederlanden-nationale memiliki tujuh lantai. Gehry mengaburkan perbedaan ini dengan menggelombangkan jendela ke atas dan ke bawah pada fasad. Ada sebuah jendela
dibuah keluar, seolah-olah tergantung seperti gambar di dinding untuk membuat kualitas tekstur yang berhubungan dengan bangunan yang ada lagi. Untuk alasan yang sama, garis-
garis bergelombang diciptakan di fasad kulit bangunan.
Gambar 34. Fasad Nationale-nederlanden building The Dancing House Gambar 33. Denah Nationale-nederlanden
building The Dancing House
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.1. 4.1.1