Keadaan Penduduk GAMBARAN UMUM DESA BUKIT TAHUN 1985

dibangun berdasarkan biaya pemerintah dan dibantu oleh swadaya masyarakat. Masyarakat antar desa umumnya hidup rukun karena masih kental rasa persaudaraan, sehingga hampir tidak pernah terjadi bentrok antara satu desa dengan desa lainya atau masalah-masalah lain yang sering menjadi sumber permasalahan seperti karena batas areal tanah, masalah perbedaan pendapat, atau masalah internal masyarakat itu sendiri. 10

2.2 Keadaan Penduduk

Pada umumnya desa-desa yang terdapat di wilayah Tanah Karo didiami oleh suku atau masyarakat karo. Demikian halnya masyarakat yang terdapat di Desa Bukit, mayoritas penduduknya adalah suku Batak Karo yang mata pencaharian pokoknya adalah bertani. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1985 Desa Bukit mempunyai 844 jiwa yang terdiri dari 276 kepala keluarga. Jumlah penduduk tersebut dapat diperinci berdasarkan jenis kelamin, seperti berikut: 10 Wawancara dengan kepala desa Bukit Pt Dasar Bukit S.H Bukit 13 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara Tabel 1 : Jumlah Penduduk Desa Bukit berdasarkan jenis kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah 1. Laki-laki 412 2. Perempuan 432 Jumlah 844 Sumber: Kantor Kepala Desa Bukit Tahun 1985 Dari 844 jiwa penduduk Desa Bukit penduduknya mayoritas menganut agama Kristen Protestan. Mereka mengenal agama Kristen sejak tahun 1905 yang dibawa oleh missionaries Jerman yang bernama JH Neuman. Baru pada tahun 1953 penduduk desa ini berhasil memeluk agama Kristen hampir secara keseluruhan, dengan jumlah 200 rumah tangga. Peranan agama Kristen dikalangan penduduk cukup tinggi. Kegiatan-kegiatan sosial seperti: perkawinan, masuk rumah baru dan lain-lain, yang terlaksana selalu dikaitkan dengan kehidupan beragama. Hal-hal atau kegiatan-kegiatan sosial yang bertentangan dengan ajaran agama seperti: memanggil roh nenek moyang, waktu memasuki rumah baru, membuka areal pertanian dan lain- lain, mereka hindarkan sedapat mungkin. Bagi mereka yang belum memeluk agama kristen hanya turut serta dalam anggota kelompok sosial berdasarkan adat yang berlaku. Sehingga bagi mereka yang menjadi kelompok minoritas tidak akan bertahan lama untuk mempertahankan kedudukannya ditengah-tengah masyarakat. Namun untuk kelompok mayoritas selalu memberikan kesempatan kepada kelompok minoritas yang belum memeluk agama Kristen Protestan untuk berusaha. Untuk lebih Universitas Sumatera Utara jelasnya maka dapat diperinci dari tabel dibawah ini yaitu jumlah penduduk berdasarkan kepercayaan yang dianut sampai tahun 1995: Tabel 2 : Jumlah penduduk Desa Bukit berdasarkan agama yang dianut No. Agama yang di anut Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. Kristen Protestan Roma Khatolik Islam BudhaHindu Pemena 836 - - - 8 Jumlah 844 Sumber: Kantor Kepala Desa Bukit Tahun 1985 Dari awal terbentuknya Desa Bukit mereka sudah memiliki sebuah aliran kepercayaan yang disebut dengan kepercayaan pemena, sebelum akhirnya mereka mengenal agama Kristen. Agama pemena adalah dimana masyarakat masih percaya kepada roh-roh nenek moyang dan kekuatan-kekuatan gaib. Mereka melakukan upacara-upacara pada saat tertentu yaitu pada musim panen pada pertanian. Hal ini mereka lakukan untuk tujuan meminta rejeki kepada roh-roh dan unsur-unsur yang mereka anggap dapat memberikan rejeki tersebut. Setelah agama Kristen masuk dan diperkenalkan kepada masyarakat maka sedikit demi sedikit kebiasaan tradisional dan upacara-upacara tersebut pun lenyap. Universitas Sumatera Utara Masyarakat tidak lagi mengaitkan segala kebiasaan dengan kekuatan gaib dan kekuatan roh nenek moyang, mereka lebih percaya kepada ajaran yang telah mereka dapatkan dari agama Kristen yaitu hanya percaya kepada Tuhan yang Maha Esa. Setelah mereka belajar tentang agama Kristen semua kegiatan selalu dikaitkan dengan agama yang mereka anut. Segala kegiatan adat istiadat tetap dipertahankan selama tidak bertentangan dengan ajaran agama masyarakat. Sebagai contoh acara memasuki rumah baru, acara adat diselingi dengan acara agama. Pada awalnya dibuat ke acara agama, dimana ketika memasuki rumah baru maka mereka mengadakan kebaktian di rumah baru tersebut, tujuannya agar rumah tersebut dapat ditempati dengan tenang dan Tuhan yang menjadi tiang penyangga rumah tersebut, sehingga semua keluarga dapat hidup damai didalamnya. Setelah dibuat acara agama maka dibuat ke acara adat, acara adat ini sesuai dengan tradisi yang sudah ada, setelah kedua acara tersebut diadakan baru dinyatakan sah dimata masyarakat. Kehidupan sosial masyarakat tercermin dari hidup antar agama, hal ini karena sebagian besar masyarakat Desa Bukit sudah memeluk agama Kristen. Selain itu beberapa sarana-sarana atau fasilitas sosial dipelihara oleh masyarakat dengan baik, beberapa sarana dipakai untuk mendukung kegiatan keagaaman, misalnya gereja, jambur los, dan tempat-tempat umum lainnya. Melalui kegiatan keagamaan banyak informasi-informasi diketahui, misalnya informasi kelahiran, perkawinan maupun kematian diberitakan melalui gereja setiap hari minggu setelah acara kebaktian selesai. Fasilitas ini semakin memudahkan masyarakat untuk berinteraksi dan mengetahui informasi tentang keadaan di desa mereka. Beberapa sarana atau fasilitas Universitas Sumatera Utara yang ada di Desa Bukit yang sangat berguna untuk mempermudah penyampaian informasi dan tempat untuk berinteraksinya para pejabat desa dan masyarakatnya antara lain yaitu: Tabel 3 : Jumlah Sarana dan Fasilitas yang ada di Desa Bukit No. Jenis sarana dan Fasilitas Jumlah 1. Kantor Kepala Desa 1 2. Sekolah Dasar 1 3. Puskesmas 1 4. Kedai Koperasi 1 5. Gereja 1 6. Kamar mandi umum 1 Jumlah 6 Sumber: Kantor Kepala Desa Bukit tahun 1985 Dilihat dari segi kepemimpinannya, Desa Bukit dipimpin oleh seorang kepala desa beserta lembaga-lembaga desanya. Masyarakat sangat mematuhi peraturan dari pemimpinnya. Pemimpin inilah yang menjadi panutan masyarakat yang ada di Desa Bukit tersebut, sehingga pemimpin yang baik akan menghasilkan masyarakat yang aman dan nyaman. Ketika penelitian dilakukan di Desa Bukit tersebut kondisi kepemimpinannya sudah cukup baik, hal ini diketahui dari hasil wawancara yang Universitas Sumatera Utara menyatakan mereka nyaman dengan hasil kepemimpinan formal kepala desa. Selain pemimpin formal terdapat juga pemimpin informal seperti pendeta, pertua pengurus gereja dan pemuka-pemuka adat. Segala kewenangan pemimpin formal tadi dapat juga dijalankan melalui kepemimpinan informal, misalnya kebersihan lingkungan dan perawatan fasilitas-fasilitas atau sarana desa, sehingga kepemimpinan formal dan informal saling mendukung demi terwujudnya keadaan yang semakin baik bagi pembangunan desa. Pembangunan didalam meningkatkan infrastruktur selalu diterapkan didalam kegiatan-kegiatan agama dan ceramah-ceramah yang berhubungan dengan agama disamping mengikuti perintah dari pemimpin formal. Berikut adalah struktur pemerintahan formal yang ada di Desa Bukit. Bagan1: Struktur Pemerintahan Desa Bukit Sumber: Kantor Kepala Desa Bukit Kepala Desa Organisasi Pedesaan Sekretaris Desa Perangkat Desa Lembaga Musyawarah Desa Kepala Dusun Universitas Sumatera Utara Dari tahun 1985-1995 yang menjabat menjadi kepala desa adalah Bukit Karo- Karo Bukit. Tidak ada pergantian karena pada masa tersebut kepemimpinannya cukup baik dan masyarakat merasa nyaman akan kepemimpinan bapak Bukit tersebut. Jauh sebelum agama Kristen masuk ke Tanah Karo, sudah terdapat pelapisan sosial menurut fungsinya. Di mana pelapisan sosial dianggap lebih tinggi atau dapat dikatakan bahwa golongan elite adalah keturunan marga taneh dan dukun-dukun. Pelapisan sosial lainnya didasarkan pada perbedaan umur dan perkawinan. Namun tidak sama dengan pengaruh langsung dari Hindu. Perbedaan ini tidaklah terdapat pada semua lapisan kehidupan, tapi hanya di dalam lapisan adat atau pesta-pesta adat saja yang sedang berlangsung. Dimana masyarakat umum lebih menghormati merga taneh dan dukun-dukun dibandingkan dengan marga-marga yang lain. Masyarakat selalu mendengarkan dan menghargai perkataan mereka karena hal itu sudah jauh tertanam dihati mereka sejak dulu, sehingga membudaya dan hal ini yang dianggap benar. Namun ketika agama Kristen sudah masuk ke Desa Bukit maka kebiasaan tersebut berubah, semua orang dianggap sama derajat sesuai dengan ajaran yang mereka dapatkan. Mereka lebih menghargai merga taneh, pendeta dan pengurus gereja pertua dibanding dukun-dukun. Hingga saat ini peranan para dukun sudah tidak ada lagi, pengaruh mereka tidak terlihat lagi, sehingga mereka tidak mampu menonjolkan diri untuk menarik perhatian masyarakat. Segala kegiatan dan pembicaraan-pembicaraan selalu diawali dengan doa bersama yang bertujuan untuk menggantungkan seluruh kehidupan kepada Tuhan yang Maha Esa. Segala kegiatan Universitas Sumatera Utara yang bertentangan dengan ajaran agama mereka tinggalkan karena tidak ada masyarakat yang mendukung. Masyarakat yang dianggap berhasil adalah masyarakat yang mematuhi ajaran agamanya. Rasa sosial yang muncul ditengah-tengah masyarakat lebih besar didasarkan atas agama dibanding dengan ikatan kekeluargaan. Setiap bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat dibicarakan dalam persatuan gereja atau dimasukkan ke dalam warta jemaat.

2.3 Stuktur Sosial Ekonomi