yang bertentangan dengan ajaran agama mereka tinggalkan karena tidak ada masyarakat yang mendukung. Masyarakat yang dianggap berhasil adalah masyarakat
yang mematuhi ajaran agamanya. Rasa sosial yang muncul ditengah-tengah masyarakat lebih besar didasarkan atas agama dibanding dengan ikatan kekeluargaan.
Setiap bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat dibicarakan dalam persatuan gereja atau dimasukkan ke dalam warta jemaat.
2.3 Stuktur Sosial Ekonomi
Umumnya masyarakat karo sangat bergantung kepada hasil pertanian, karena kebanyakan dari masyarakat karo bermata pencaharian sebagai petani. Begitu juga
masyarakat yang ada di Desa Bukit, mereka bercocok tanam untuk pemenuhan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan. Hampir dari setiap masyarakat di Desa Bukit
memiliki areal pertanian, dan umumnya mereka sangat berkeinginan untuk memiliki tanah pertanian. Sehingga sangat jarang bagi masyarakat di tanah karo tidak memiliki
tanah sendiri. Hakekatnya di Desa Bukit ini terdapat lahan yang tidak begitu sempit, ini dapat dilihat dari jumlah masyarakat yang hanya 844 orang dan memiliki areal
yang luas yaitu seluas 466 ha. Sehingga tidak jarang kita temui masyarakat memiliki 2½ ha areal untuk pertanian. Biasanya masyarakat mendapatkan tanah dari warisan
orangtuanya, karena hal ini maka mereka jarang untuk menjualnya kepada orang lain. Tanah tersebut ditanami dengan tanaman palawija dan tanaman keras seperti jeruk
dan kopi. Sebelum tahun 1965 umumnya mereka belum mengetahui mekanisasi
pertanian seperti traktor, pupuk kimia dan pola tanam berganda, para petani hanya menanam padi untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Penanaman padi ini dilakukan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sekali setahun secara serentak, jika tidak ditanami maka masyarakat membiarkan lahan itu kosong dan menunggu untuk ditanami kembali. Bagi
masyarakat yang memiliki lahan yang lebih luas, tidak akan ditanami seluruhnya, karena tidak memiliki tenaga kerja yang banyak, jenis tanaman juga belum terlalu
banyak, modal juga belum terlalu memadai selain itu alat-alat pertaniannya juga belum maju. Namun pada kenyataanyan mereka harus tetap mengusahakan lahan
mereka agar dapat menyambung hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Hal ini akan tercapai apabila mereka dapat meningkatkan hasil pertanian dan juga mereka harus lebih meningkatkan mekanisasi pertanian agar dapat mengikuti
perkembangan ekonomi. Karena pertanian merupakan sumber utama dalam kelangsungan hidup masyarakat, maka harus ada usaha meningkatkan pendapatan
melalui peningkatan sistem pertanian agar terlihat dikalangan masyarakat petani itu sendiri.
Selain itu mereka juga harus memiliki modal yang cukup, karena dengan semakin banyaknya modal maka peningkatan sistem pertanian akan semakin baik.
Modal diolah secara perorangan walaupun terjadi pinjam meminjam antar masyarakat, karena dalam masyarakat pedesaan terdapat rasa solidaritas yang tinggi
terhadap masyarakat yang lain. Sehingga tidak memerlukan pinjaman ke bank, namun tidak sepenuhnya sebagai solusi dalam peningkatan sistem pertanian karena
sering terjadi kerugian. Sehingga muncul sebuah perkumpulan yang saling percaya dalam penyimpanan uang yaitu koperasi kredit. Karena adanya kebersamaan tersebut
maka didapat solusi untuk pemenuhan modal pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Ketika mereka belum mengetahui koperasi kredit dan sistem pertanian yang cukup modern serta masih minimnya modal usaha, maka dampak yang jelas terlihat
adalah mereka tidak mampu untuk menyekolahkan anak ke luar daerah, dan juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti barang-barang yang
mewah. Mereka hanya dapat memenuhi kebutuhan primer atau kebutuhan vital saja. Barang-barang lux atau barang mewah seperti televisi, kulkas, radio dan lain-lain
tidak pernah dimiliki oleh masyarakat kalangan petani. Setelah adanya penambahan modal dan pengenalan sistem pertanian yaitu dari menanam padi beralih ke
penanaman sayur-mayur, maka jelas terlihat perubahan-perubahan dari sebelumnya. Dimana terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan sekunder atau barang-barang
mewah, ditengah-tengah masyarakat banyak yang sudah memakai televisi dan kendaraan pribadi seperti mobil dan kendaraan roda dua. Suatu kenyataan yang
benar-benar terlihat jelas berbeda dari dampak perubahan mekanisasi pertanian dan permodalan yang memadai.
Dari segi lain seperti pendidikan juga terkena dampak, yaitu ketika ekonomi masyarakat meningkat maka pendidikan juga semakin maju. Contohnya adalah dari
276 kepala keluarga terdapat pelajar sebagai berikut: SD 200 orang, SLTP 105 orang, SLTA 90 orang, SMU 112 orang, perguruan tinggi 20 orang, dan sarjana muda 10
orang. Sebagian pelajar yang sudah lulus dan tamat dari perguruan tinggi tidak tinggal di desa lagi. Dapat disimpulkan bahwa mereka telah dipakai tenaganya dalam
dunia kerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun semakin bertambah besarnya biaya pendidikan ditengah-tengah masyarakat, namun dari hasil penelitian tidak
ditemukan seseorang putus sekolah karena kekurangan biaya.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan prasarana sosial seperti kantor kepala desa, gereja, kamar mandi umum, dan jambur desa keseluruhan prasarana itu ditanggung oleh
masyarakat. Yang dilaksanakan seluruhnya secara gotong royong dan melalui swadaya masyarakat berupa sumbangan-sumbangan uang. Kebutuhan-kebutuhan
pokok dari kepala desa dan guru-guru agama disediakan oleh masyarakat itu sendiri. Keberhasilan tingkat kehidupan ditengah-tengah masyarakat Desa Bukit yang
tergambar sekarang adalah sesuai dengan pengakuan mereka ketika diwawancarai, hal ini karena sudah terjadi perubahan yang besar akibat perubahan mekanisme
pertanian serta permodalan yang memadai dengan adanya koperasi kredit tempat simpan pinjam uang yang sangat efektif dan cukup mudah tidak rumit untuk Desa
Bukit yang memiliki permodalan yang rendah.
11
11
Wawancara, dengan Pt. Dasar Bukit SH kepala Desa Bukit, Bukit 7 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB III BERDIRINYA CREDIT UNION ORA ET LABORA 1985-1995