Kondisi Geografis GAMBARAN UMUM DESA BUKIT TAHUN 1985

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BUKIT TAHUN 1985

2.1 Kondisi Geografis

Lebih dari 90 jumlah bangsa Indonesia, yang jumlahnya 94 juta orang banyaknya berada di desa. Mereka hidup dalam kelompok besar dan kecil yang merupakan masyarakat yang memiliki hukum sendiri, dalam ikatan yang sangat kuat. Setiap tindakan yang mereka lakukan baik yang bersifat menguntungkan dan merugikan akan selalu dinikmati dan dipikul bersama-sama. Alangkah kuatnya rasa persatuan dan kesatuan hukum yang dibuat di desa. Desa merupakan suatu kesatuan hukum dan juga sebagai tempat tinggal masyarakat yang berkuasa menggunakan pemerintahan sendiri. 9 Desa Bukit merupakan salah satu desa yang terletak di daerah dataran tinggi karo yang termasuk ke wilayah Kecamatan Tiga Panah, dengan luas wilayah sekitar 466 ha . Desa ini berjarak 76 km dari Medan dan lebih kurang 6 km dari simpang jalan besar Medan-Berastagi, tepatnya dari desa Lau Gendek. Pusat kegiatan desa tersebut terdapat di desa itu sendiri, di mana terdapat fasilitas kantor kepala desa, sekolah dasar negeri SD, tempat peribadatan gereja, puskesmas, jambur los, pemandian umum dan kedei koperasi. Keadaan jalannya dapat ditempuh oleh angkutan umum atau mobil pribadi. Sepanjang jalannya banyak ditemui areal pertanian yang begitu luas, dimana seluruh areal pertanian dimiliki oleh penduduk 9 Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, Jogyakarta: Sumur Bandung, 1965. Universitas Sumatera Utara Desa Bukit tersebut secara pribadi. Jalan yang dibangun di tempat ini adalah jalan yang dibangun sejak tahun 1946. Sampai saat ini jalan tersebut masih terpelihara dengan baik, walaupun sudah cukup sering diperbaiki karena memiliki peranan penting. Jalan tersebut memiliki peranan sebagai penghubung Desa Bukit dengan pusat pasar dan berfungsi sebagai jalan penghubung dengan desa lainnya. Suhu udara di Desa Bukit minimum sekitar 18°C dan maximum sekitar 28°C yang sangat cocok untuk daerah pertanian. Jenis tanah yang terdapat di Desa Bukit ini adalah tanah humus. Sehingga seluruh areal dimanfaatkan serta diusahakan seefektif mungkin untuk areal pertanian dengan menanam sayur-mayur dan tanaman keras seperti jeruk dan kopi. Curah hujannya berkisar antara kurang lebih 1725 mmtahun yang turun pada bulan Agustus hingga bulan Desember dan bulan berikutnya terdapat musim kemarau yang diselengi oleh hujan yang tidak teratur. Tanah kering banyak ditanami penduduk dengan tanaman sayur-mayur seperti tanaman kol, kentang, tomat, sayur putih, cabai dan lain-lain sedangkan tanaman keras yang ditanam adalah seperti kopi dan jeruk. Perbandingan pemakaian areal pertanian antara tanaman sayur-mayur dan tanaman keras hampir seimbang. Keadaan tanah Desa Bukit sebagian kecil terdapat alur yang berupa lembah. Tanah yang berupa lembah tersebut terdiri dari areal persawahan. Dimana saat masyarakat Desa Bukit belum mengenal tanaman jenis sayur-mayur digunakan sebagai tempat menanam padi, tetapi sejak tahun 1924 masyarakat dipengaruhi oleh tanaman ekspor yang dibawa oleh pedagang-pedagang Cina. Dengan berkembangnya tanaman ekspor tersebut mengakibatkan jenis tanaman padi menjadi hilang yaitu sejak tahun 1970. Areal persawahan yang dulunya Universitas Sumatera Utara digunakan sebagai tempat menanam padi ditinggalkan begitu saja tanpa ditanami dengan tanaman padi. Sebagian kecil diubah fungsinya sebagai kolam tempat untuk memelihara ikan. Usaha ini hanya digunakan sebatas usaha sambilan dari penduduk Desa Bukit tersebut. Desa Bukit terdiri dari 2 dua lorong kesain yaitu lorong rumah gerga dan lorong rumah kerbo, kedua lorong tersebut tertumpu pada suatu tempat yang memiliki batas areal sama. Lorong atau kesain secara harafiah berarti sama dengan halaman, namun dalam arti yang lebih luas adalah adanya dua komunitas marga Bukit, artinya pembagian lorong atau kesain ini erat kaitannya dengan sejarah keturunan dua bersaudara dari marga Bukit yang mendiami desa tersebut. Pada jaman kolonial Belanda dan Jepang kedua lorong kesain tersebut dibagi atas dua wilayah kampung dan dipimpin oleh kepala kampung yang berbeda, tetapi setelah kemerdekan maka disatukan menjadi satu kepala kampung dan kepala desa. Kedua lorong kesain tersebut memiliki batas-batas sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah menjadi satu desa yaitu Desa Bukit. Adapun batas-batas wilayah administratif Desa Bukit adalah sebagai berikut: Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Aji Buhara. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sampun. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bertah. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ujung Sampun. Jarak antara Desa Bukit dan desa-desa lainnya tidak begitu jauh. Dimana antara satu desa dengan desa yang lainnya dipisahkan oleh areal pertanian penduduk. Hubungan antara satu desa dengan desa yang lain dihubungkan oleh jalan yang telah Universitas Sumatera Utara dibangun berdasarkan biaya pemerintah dan dibantu oleh swadaya masyarakat. Masyarakat antar desa umumnya hidup rukun karena masih kental rasa persaudaraan, sehingga hampir tidak pernah terjadi bentrok antara satu desa dengan desa lainya atau masalah-masalah lain yang sering menjadi sumber permasalahan seperti karena batas areal tanah, masalah perbedaan pendapat, atau masalah internal masyarakat itu sendiri. 10

2.2 Keadaan Penduduk