4.2.2. Pendidikan
Dalam membangun dunia pedesaan tidak hanya melalui peningkatan hasil pertanian saja, melainkan ada hal lain yang juga tidak kalah pentingnya. Jika kita lihat
pada kenyataannya bahwa pendidikan juga merupakan salah satu cara didalam mengembangkan perkembangan desa. Hal ini terbukti ketika mewawancarai
masyarakat yang ada di Desa Bukit tersebut, mereka menyatakan bahwa setiap kegiatan pertanian yang mereka lakukan untuk mendapatkan hasil yang lumayan,
tidak hanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup tetapi juga mereka seakan- akan terdesak dari adanya tuntutan diluar kebutuhan primer, yaitu untuk membiayai
pendidikan anak-anaknya. Sebagai bahan perbandingan yaitu ketika pada tahun 1965, masyarakat yang
ada di Desa Bukit tersebut belum terlalu memikirkan untuk pendidikan. Dengan kata lain bahwa ketika mereka bertani dan mendapatkan hasil dari pertanian tersebut
mereka hanya menggunakanya untuk kebutuhan hidup. Para generasi muda tidak terlalu penting untuk mengikuti pendidikan atau untuk belajar. Biaya-biaya untuk
pendidikan belum terpikirkan, karena pemikiran yang kolot dan perkembangan pergaulan hanya sebatas antar kampung. Namun dengan kemajuan mekanisme
pertanian maka pendidikan sudah semakin terasa penting serta sudah menyusup ke tengah-tengah masyarakat petani. Maka nampak sebuah perubahan terhadap pola
pikir dan pola hidup masyarakat petani di Desa Bukit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dari situasi tersebut maka didalam setiap keluarga selalu mengusahakan hasil pertanian misalnya tanaman jeruk untuk menanggulangi biaya untuk sekolah
anaknya. Mereka berlomba-lomba untuk meningkatkan hasil pertanian tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan primer tetapi juga untuk biaya pendidikan anak-anaknya.
Mereka berinvestasi atau menyimpan uang mereka dalam bentuk tanah dan emas. Mereka kelihatan lebih mementingkan pendidikan anaknya di banding apapun seperti
kemewahan hidup. Seperti contoh ketika mereka bertemu dengan kerabat pada suatu acara maka hal utama yang ditanyakan adalah berapa anaknya sekolah, bukan berapa
mobil, rumah atau kekayaan mereka. Dapat kita lihat dari jumlah pelajar sekolah dasar sampai perguruan tinggi pada tahun 1980 mencapai 414 orang.
Pendidikan merupakan pilar kekuatan dari credit union, disamping dua pilar lain yaitu swadaya dan solidaritas. Melalui pendidikan, setiap anggota yang ada di
credit union dapat membangun kesadaran untuk tanggap terhadap segala situasi yang ada. Selain itu, melalui pendidikan yang ada di credit union setiap anggota
mengetahui potensi dirinya, bagaimana cara mengelola pendapatan untuk masa depan keluarganya, dan juga kritis terhadap kondisi yang ada di credit union serta dapat
merasakan kebahagian tanpa ketakutan, tanpa kebohongan dan juga tanpa lepas tanggung jawab.
Begitu juga masyarakat Desa Bukit yang merasakan bahwa pendidikan itu sangatlah penting. Disamping mereka berusaha untuk menuntut ilmu ketika mau
menjadi anggota dari koperasi kredit, mereka juga berlomba-lomba untuk meningkatkan taraf kehidupan melalui menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah
Universitas Sumatera Utara
yang lebih tinggi dan lebih baik lagi. Namun untuk menuntut ilmu dalam pendidikan formal tidaklah mudah dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Selain untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk modal dalam meningkatkan pertanian maka mereka harus memiliki uang yang lebih agar mereka dapat
menyekolahkan anak-anak mereka. Jika untuk memenuhi kebutuhan saja mereka tidak sangggup, bagaimana mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka ke
sekolah yang lebih baik. Namun setelah Credit Union Ora Et Labora ini berdiri pada tahun 1985, maka
semua anggota yang mayoritas adalah orang karo dan bertani, sudah dapat bernafas lega, karena selain dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan modal untuk bertani,
mereka juga dapat menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang lebih baik bahkan dapat ke jenjang sarjana perguruan tinggi. Hal ini sangat berbanding terbalik
sebelum Credit Union Ora Et Labora ini berdiri, dimana banyak anak-anak dari Desa Bukit tersebut berhenti sekolah karena kekurangan biaya. Dengan adanya Credit
Union Ora Et Labora ini maka segala struktur kehidupan berubah, para masyarakat anggota yang kebanyakan adalah para petani tidak ragu untuk menyekolahkan
anaknya. Dengan adanya sistem peminjaman dari Credit Union Ora Et Labora tersebut maka para masyarakat tidak takut untuk biaya pendidikan sekalipun hasil
dari pertanian tidak seperti yang mereka harapkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan di atas, penulis dapat menyimpulkan tentang peranan perempuan didalam perkembangan Credit Union Ora
Et Labora terhadap kehidupan masyarakat Desa Bukit dari tahun 1985-1995 yaitu sebagai berikut:
1. Masyarakat di Desa Bukit kesulitan mencari modal untuk meningkatkan
produksi pertaniaan dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Masyarakat khususnya perempuan tidak secara keseluruhan diijinkan untuk memegang
kendali didalam rumah tangga terutama dalam permasalahan uang. Sehingga menambah kesulitan didalam mengatur uang, seperti yang diketahui bahwa
didalam sebuah keluarga pada umumnya perempuan yang memegang kendali dalam mengatur keuangan keluarga. Untuk menanggulangi masalah
pemenuhan modal, masyarakat saling meminjam namun cara ini tidak terlalu efektif. Hal inilah yang melatarbelakangi berdirinya Credit Union Ora Et
Labora Desa Bukit pada tahun 1985. Pendirian credit union ini memiliki tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan di pedesaan serta
menyejahterakan masyarakat khususnya anggotanya.
Universitas Sumatera Utara