Analisis Pemeliharaan Peralatan dan Pengawasan Pengolahan Air Minum Isi Ulang Terhadap Kualitas Bakteriologis (Escherichia coli) di Kec. Galang Kab. Deli serdang Tahun 2015
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 Persyaratan Kualitas Air
Minum...86
2 Lampiran 2. Jumlah air minum isi ulang di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015...94
3 Lampiran 3. Pergantian Judul...96
4 Lampiran 4. Surat Survai Penelitian...97
5 Lampiran 5. Kuesioner Penelitian...98
6 Lampiran 6. Master Data ...101
7 Lampiran 7. Master Tabel...102
8 Lampiran 8. Gambar Penelitian...108
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Lampiran 2
Jumlah depot yang berada di Kec.Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
No. Tanggal Nama usaha Sumber air Alamat
1. 23 Juli Berkah water Pegunungan Jln. Sempurna no 9 Galang kota
2. Gisel water Pegunungan Jln. Sarsan arifin Galang kota
3. Water Pegunungan Jln. Printis Kemerdekaan
Galang kota
4. Renjaya water Pegunungan Kampung Kotagan
5. Ade water Pegunungan Dusun III Jaharun b
6. Berkah water Pegunungan Dusun III Jaharun b
7. 121 water Air tanah Dusun III Jaharun b
8. Water Pegunungan Dusun VIII b
9. Depot air Pegunungan Dusun VI b
10. Sakinah water Air tanah Dusun VI b
11. Shafiyah water Pegunungan Dusun III Jaharun b 12. Fadil water Air tanah Gg. Ketaren Jaharun b 13. Essemce water Air tanah Dusun II Jaharun a 14. Berkah water Air tanah Jln. Impres tanah merah 15. Depot Water Pegunungan Jln. Pertumbukan
16. Water Pegunungan Pisang pala
17. - Air tanah Pisang pala
18. - Air tanah Jln. Kesehatan
19. Amri water Pegunungan Jln. Kesehatan 20. Azzura water Air tanah Desa pertangguhan 21. 24 Juli Azuar water Air tanah Keramat gajah 22. Indah water Air tanah Dusun pringgan
23. Bila water Pegunungan Jln. Setia desa pasar miring 24. Podo water Air tanah Jln. Setia desa pasar miring 25. Della water Pegunungan Pasar VII keramat gajah 26. Aqua bean Pegunungan Jln. Galang batu VIII desa
jati rejo
27. Wati water Air tanah Sidodadi
28. Depot water Air tanah Jln. Galang batu VIII suka mulia
29. Water Air tanah Jln. Galang batu VIII suka mulia
30. Rahmat water Pegunungan Desa purwodadi dusun a 31. Sofia water Pegunungan Desa purwodadi dusun b I 32. Family water Pegunungan Desa purwodadi dusun b I 33. Fifi water Air tanah Jln. Galang batu VIII
(11)
Sambungan tabel
34. Hafis water Pegunungan Jln Galang Kilometer 5,5 no 159 Desa Tanjung Mulia 35. Naila water Air tanah Desa purwodadi dusun rahayu
36. Ziyya PDAM Desa purwodadi Tanjung mulia
37. Cito PDAM Desa purwodadi Tanjung mulia
38. Ridho water Pegunungan Jln. Galang batu VIII 39. Lubis water Air tanah Desa Tanjung Mulia
(12)
(13)
(14)
Lampiran 5
KUESIONER PENELITIAN
PEMELIHARAAN PERALATAN DAN PENGAWASAN PENGOLAHAN AIR MINUM DEPOT ISI ULANG TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGIS (Eschericia coli) DI KEC. GALANG KAB. DELI SERDANG TAHUN 2015.
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama :
2. Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA
4. PT (Perguruan Tinggi) 3. Lama usaha
9. < 1 tahun 10.1-4 tahun 11.>4 tahun
12. Alamat :
5. Sumber air baku : 5. Air tanah 6. Air pegunungan 7. PDAM
8. Dll ...
II. LEMBAR OBSERVASI
No Jenis peralatan Respon
Memenuhi Syarat (√)
Tidak Memenuhi Syarat (X)
1. Tandon air baku 2. Filter (jumlah filter) 3. Mikrofilter
4. Desinfeksi a.Ozonisasi b.Ultraviolet 5. Alat pencucian 6. Alat pembilasan
(15)
III. ASPEK PEMELIHARAAN
IV. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGAWASAN 4.1 Tindakan Pengawasan Internal
1. Kapan Saudara memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ke Dinas Kesehatan ?
Jawab :
2. Mengapa Saudara tidak memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ke Dinas Kesehatan 1 bulan sekali ?
Jawab :
3. Bagaimana pengawasan yang anda lakukan terhadap dosis desinfektan ? Jawab :
No Pemeliharaan Peralatan Respon
1. Menurut Saudara pemeliharaan peralatan depot air minum isi ulang penting untuk di lakukan ?
2. Tandon air baku
Kapan terakhir Saudara membersihkan tandon sumber air baku ?
3. Filter
Kapan terakhir Saudara membersihkan media filter ? 4. Mikrofilter
Kapan terakhir Saudara mengganti filter catridge dan membersihkan tempat mikrofilter yang digunakan ? 5. Desinfektan
a. Ozonisasi b.Ultraviolet
Jika lampu ultraviolet tidak bisa lagi digunakan bagaimana tindakan Saudara ?
6. Alat pencucian
Kapan Saudara mengganti bulu sikat pada mesin pencucian air minum depot isi ulang ?
7. Alat pembilasan
Kapan terakhir saudara membersihkan tempat pembilasan air minum depot isi ulang ?
(16)
4. Menurut Anda, apakah pemeriksaan kualitas air minum depot isi ulang penting untuk dilakukan, mengapa ?
Jawab :
5. Apakah Anda pernah menanyakan tentang surat keterangan dari Dinas Kesehatan tentang kualitas sumber air baku yang mereka kelolah ?
Jawab :
4.2 Tindakan Pengawasan Ekternal
1. Pernahkah Dinas Kesehatan datang untuk memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ?
Jawab :
2. Jika pernah kapan Dinkes datang untuk memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ?
Jawab:
3. Apa yang dilakukan oleh Dinkes ? Jawab:
(17)
(18)
Lampiran 7
I. Karateristik Responden Tabel 1
Pendidikan
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid SMP 1 11,1 11,1 11,1
SMA 2 22,2 22,2 33,3
PT 6 66,7 66,7 100,0
Total 9 100,0 100,0
Tabel 2
Lama_usaha
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid 1 - 4 tahun 4 44,4 44,4 44,4
> 4 tahun 5 55,6 55,6 100,0
Total 9 100,0 100,0
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Air Tanah 3 33,3 33,3 33,3
Air Pegunungan 6 66,7 66,7 100,0
Total 9 100,0 100,0
II. Hasil Observasi
Tandon
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 9 100,0 100,0 100,0
Filter
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 9 100,0 100,0 100,0
Mikrofilter
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 8 88,9 88,9 88,9
Tidak Memenuhi Syarat 1 11,1 11,1 100,0
(19)
Desinfeksi
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 8 88,9 88,9 88,9
Tidak Memenuhi Syarat 1 11,1 11,1 100,0
Total 9 100,0 100,0
Alat_Pencucuian
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 7 77,8 77,8 77,8
Tidak Memenuhi Syarat 2 22,2 22,2 100,0
Total 9 100,0 100,0
Alat_Pembilasan
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 7 77,8 77,8 77,8
Tidak Memenuhi Syarat 2 22,2 22,2 100,0
Total 9 100,0 100,0
III. Kuesioner Responden 3. 1 Pemeliharaan Peralatan
Menurut Saudara pemeliharaan peralatan depot air minum isi ulang penting untuk di lakukan ?
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid penting 9 100,0 100,0 100,0
Kapan terakhir Saudara membersihkan tandon sumber air baku ?
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid 1 bulan sekali 1 11,1 11,1 11,1
tidak dilakukan atau
dilakukan > 1 bulan
sekali 8 88,9 88,9 100,0
Total 9 100,0 100,0
Kapan terakhir Saudara membersihkan media filter
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid 1 bulan sekali 3 33,3 33,3 33,3
tidak dilakukan atau dilakukan > 1 bulan
sekali 6 66,7 66,7 100,0
(20)
Kapan terakhir Saudara mengganti filter catridge dan membersihkan tempat mikrofilter yang digunakan
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid 1 bulan sekali 3 33,3 33,3 33,3
tidak dilakukan atau dilakukan > 1 bulan
sekali 6 66,7 66,7 100,0
Total 9 100,0 100,0
Apakah saudara mengganti lampu sinar ultraviolet jika sudah tidak bisa lagi digunakan
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid lampu diganti jika tidak bisa lagi
digunakan 8 88,9 88,9 88,9
lampu tidak ada
digantian lampu jika tidak bisa lagi digunakan
1 11,1 11,1 100,0
Total 9 100,0 100,0
Kapan Saudara mengganti bulu sikat pada mesin pencucian air minum depot isi ulang
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid 3 bulan sekali 3 33,3 33,3 33,3
tidak dilakukan 3 bulan
sekali atau > 3 bulan
sekali 6 66,7 66,7 100,0
Total 9 100,0 100,0
Kapan terakhir saudara membersihkan tempat pembilasan air minum depot isi ulang
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid 1 minggu sekali 7 77,8 77,8 77,8
tidak dilakukan atau
dilakukan > 1
minggu sekali 2 22,2 22,2 100,0
Total 9 100,0 100,0
Pemeliharaan
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Memenuhi syarat 1 11,1 11,1 11,1
Tidak memenuhi
syarat 8 88,9 88,9 100,0
Valid Tidak memenuhi
(21)
3.2Pengawasan Pengolahan Air Minum A. Pengawasan Internal
Kapan Saudara memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ke Dinas Kesehatan
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent Valid tidak dilakukan atau
dilakukan > 1 bulan
sekali 9 100,0 100,0 100,0
Mengapa Saudara tidak memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ke Dinas Kesehatan 1 bulan sekali
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid sudah pernah dilakukan
pemeriksaan di awal 5 55,6 55,6 55,6
biayanya mahal 3 33,3 33,3 88,9
air yang diminum aman 1 11,1 11,1 100,0
Total 9 100,0 100,0
Bagaimana pengawasan yang anda lakukan terhadap dosis desinfektan
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid dilakukan pengawasan
dosis desinfeksi 2 22,2 22,2 22,2
tidak pernah dilakukan
pengawasan dosis
desinfeksi 7 77,8 77,8 100,0
Total 9 100,0 100,0
Menurut Saudara pengawasan internal depot air minum isi ulang penting untuk di lakukan ?
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid penting 9 100,0 100,0 100,0
Apakah Saudara pernah menayakan tentang surat keterangan dari Dinas Kesehatan tentang kualitas sumber air baku yang mereka kelolah
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Pernah ditanya mengenai surat keterangan
mengenai kualitas sumber air baku
2 22,2 22,2 22,2
Tidak pernah ditanya
mengenai surat keterangan mengenai kualitas sumber air baku
7 77,8 77,8 100,0
(22)
Pengawasan_Internal
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Memenuhi syarat 1 11,1 11,1 11,1
Tidak memenuhi syarat 8 88,9 88,9 100,0
Valid Tidak memenuhi syarat 9 100,0 100,0
B. Pengawasan Eksternal
Pernahkah, Dinas Kesehatan datang untuk memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Ya 6 66,7 66,7 66,7
Tidak pernah 3 33,3 33,3 100,0
Total 9 100,0 100,0
Jika pernah kapan dinas kesehatan datang untuk memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Tidak dilakukan
pemeriksaan Mikrobiologi setiap 6 bulan sekali atau pernah dilakukan pemeriksaan > 6 Bulan
9 100,0 100,0 100,0
Apa yang dilakukan oleh petugas kesehatan
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid mengambil sampel 5 55,6 55,6 55,6
penyuluhan kepada
pengelola dan pekerja 1 11,1 11,1 11,1
tidak pernah
3 33,3 33,3 100,0
Total 9 100,0 100,0
Pengawasan eksternal
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Baik 0 0 0 0
tidak baik 9 100,0 100,0 100,0
(23)
3.3 Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang
Kualitas air minum
Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent
Valid Baik 6 66,7 66,7 66,7
tidak baik 3 33,3 33,3 100,0
(24)
Lampiran 8
GAMBAR HASIL PENELITIAN Gambar 1 : Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kualitas Air
(25)
Gambar 3 : Mesin Pencucian AMIU yang Tidak Memenuhi Syarat
(26)
Gambar 5 : Bukti Pemeriksaan Kualitas AMIU Oleh Dinkes
(27)
Gambar 7 : Foto Bersama pengelola AMIU Lubis Water
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
DAFTAR PUSTAKA
Abdilanov, D., 2012. Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Nitrat Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Padang Tahun 2012. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Medan.
Alamsyah, S., 2007. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air. Kawan Pustaka: Jakarta. Arikunto, S., 2013. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Asdak, C., 2007., Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Athena, Sukar dan Haryono., 2004. Kandungan bakteri Total Coli Dan Escherechia coli/ Fecal Coli Air Minum Dari Depot Air Minum Isi Ulang Di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Penelitian Kesehatan: 135-143.
Bibbie, C., 2002. Basic Water Treatment 3. McGraw-Hill: Amerika Serikat. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang., 2014. Statistik Daerah Kabupaten
Deli Serdang 2014, Badan pusat statistik Deli Serdang: Deli Serdang.
Badan Pusat Statistik., 2015. Statistik Indonesia 2015. Badan pusat statistik Indonesia: Jakarta .
Chandra, B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC: Jakarta.
Dake, J.M.K., 1985. Hidrollika Teknik. Penterjemahan : Endang P.Tacyan dan Y.P. Pangaribuan. Erlangga: Jakarta.
Danaryanto, dan Hadipurwo, S., 2006. Konservasi Sebagai Upaya Penyelamatan Air Tanah di Indonesia, disampaikan pada: Seminar Nasional Hari Air Dunia 2006. Direktorat Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
., 2010. Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Persyaratan Kualitas Air Minum. Depkes RI: Jakarta.
., 2010. Permenkes RI No.746/MENKES/PER/VI/2010. Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum. Depkes RI: Jakarta.
Depperindag RI., 2004. Keputusan Menperindag RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. Depperindag RI: Jakarta.
., 2007. Peraturan Menperindag RI No. 36/M-DAG/Per/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Depperindag RI: Jakarta.
(39)
., 2008. Peraturan Menperindag RI No. 41/M-IND/Per/6/2008 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri,Izin Perluasan Industri, dan Tanda Daftar Industri. Depperindag RI: Jakarta.
Dhillon, B.S., 2006. Maintainability, Maintenance, and Reliability for Engineers, Taylor & Francis, Boca Raton.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan . Kanisius: Yoyakarta
Fahmi,I., 2013. Manajemen Kepemimpinan. Alfabeta: Bandung. Gabriel, J.F., 2001. Fisika Lingkungan. Edisi 1, Hipokrates: Jakarta.
Gambaran umum Galang Kabupaten Deli Serdang, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Galang,_Deli_Serdang tanggal 12 November 2015 pada jam 23.30.
Helmi, S., 2008. Analisis Data Penelitian. Edisi 1, USU Pres: Medan.
Kodoatie, R.J dan Roestam S., 2010. Tata Ruang Air. Cv Andi Offest: Yogyakarta. Latterman, R.D., 1985. Water Safe Dringking . Graw Hill: Amerika Serikat. Linsley, R.K, dan Joseph B. Franzin., 1979. Water Resources Engineering. Edisi
ke 3, Graw Hill: Amerika Serikat.
Linsley. J.R., 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Edisi ke 3, Erlangga: Jakarta. ., 1985. Teknik Sumber Daya Air. Penterjemahan : Djoko Sasongko. Edisi ke
3, Erlangga: Jakarta.
Manik, L., 2016. Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Mikrofiltration , diakses dari https://wikepedia.org/wiki/Mikrofiltration tanggal 12 September 2015 pada jam 23.50.
Pencemaran bakteri Escherichia coli, diakses dari http://pekanbaru.tribunnews.com/ tanggal 12 Agustus 2015 pada jam 23.30. Peraturan Pemerintah., 1990. No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air. Permenkes RI: Jakarta.
Permenkes RI., 2010. No.736/MENKES/PER/VI/2010 tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum. Permenkes RI: Jakarta.
(40)
., 2014. No.43 tahun 2014 tentang Sanitasi Hygine Depot Air Minum. Permenkes RI: Jakarta.
Rice, R.G., 1985. Safe Dringking Water. Lewis Publishers: America.
Singarimbun, M dan Sofian E., 1989. Metode Penelitian Survai. PT Midas Surya Grafindo: Jakarta.
Sinulingga, S., 2011. Metode Penelitian. Edisi 1, Usu Press: Medan. Soemarto, S., 2006. Bioindikator Kualita Air. Universitas Trisakti: Jakarta. Sunaryo T.M., 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air. Banyumedia: Malang. Suprato, J., 2012. Metode Riset, Aplikasi dan Pemasaran.PT. Rineka Cipta:
Jakarta.
Suriawira, U., 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Edisi 1 cetakan ke 2. ITB: Bandung.
Sri Malem, I., 2010. Analisi Higiene Sanitai Dan Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU) Berdasarkan Sumber Air Baku Pada Depot Air Minum Di Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Wardhana W., 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset : Yogyakarta.
Yustisa S,F., 2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan dan Kualitas Bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang Kota Batam. Tesis. Sekolah Pascasarjana: Medan.
Yudo, S dan P.Nugro R., 2005. Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang Di DKI Jakarta. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan: Jakarta.
(41)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan survai langsung yang bersifat deskriptif, untuk menggambarkan pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan AMIU terhadap kualitas bakteriologis (Escherichia coli di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kec. Galang Kab. Deli Serdang dengan jumlah sebesar 29 kelurahan. Alasan pemilihan lokasi yang dilakukan karena:
1. Banyaknya pengelola AMIU di Kec. Galang Tahun 2015 sebesar 39 depot.
2. Pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan AMIU tidak ada dilakukan di Kec. Galang Tahun 2015.
3. Lokasi yang mudah dijangkau. 3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Juli 2015. 3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah AMIU dengan jumlah sebesar 39 AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015.
(42)
3.3.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling karena populasi memiliki standart yang sama dalam hal proses produksi yang digunakan, sehingga sampel dianggap homogen. Sampel dipilih secara acak dengan menggunakan undian, masing-masing sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih (Sinulingga, 2011).
Pemilihan elemen dalam penelitian ini dengan with replecment yaitu, elemen yang telah terpilih dikembalikan lagi sehingga ada kemungkinan terpilih kembali (Supranto, 2012).
Perhitungan K= Nn = 32 = 9 Keterangan : K= besar sampel
N= jumlah elemen populasi 3, berdasarkan sumber air baku yang digunakan (air pegunungan, air tanah dan PDAM).
n= jumlah elemen sampel 2, berdasarkan letak lokasi yang dipilih (di desa dan kota).
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 9 sampel dari 39 AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015.
(43)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui :
1. Observasi penilaian peralatan AMIU.
2. Kuesioner mengenai tindakan Responden erhadap pemeliharaan
peralatan dan pengawasan pengolahan AMIU.
3. Hasil pemeriksaan kualitas AMIU pada 9 sampel di laboratorium Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. 3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui kepustakaan berupa buku-buku pendukung, serta informasi yang relevan mengenai penelitian.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya : 3.5.1 Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel air minum
1. Persiapkan segala sesuatu yang di butukan untuk pengambilan sampel AMIU seperti alat tulis dan lainnya.
2. Sebelum pengambilan sampel pastikan dulu botol/ wadah dalam keadaan steril. Botol harus disterilakan dulu ke dalam inkubator.
3. Botol berwarna gelap agar tidak bereaksi dengan cahaya matahari. 4. Siapkan botol sesuai jumlah sample yaitu 9 sample.
(44)
5. Cara pengambilan sampel, botol diisi penuh dengan AMIU yang akan diteliti, jangan ada gelembung di dalam botol tersebut.
6. Botol diberi label yang berisi nomor, kode, sumber sampel dan tanggal pengambilan.
7. Membawa sampel ke laboratorium BTKL Medan dengan tujuan untuk pemeriksakan jumlah Escherichia coli.
3.5.2 Alat dan Bahan A. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur 2. Autoclave 3. Inkubator 4. Kuvet
5. Labu erlenmeyer 6. Pipet ukur
7. Spektrofotometer 8. Spidol
B. Bahan yang digunakan
1. Air minum depot isi ulang 2. Aquades
3.5.3 Cara Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Most Probable Number (MPN)
dilakukan dengan menggunakan metode tabung ganda yang terdiri dari : (3 x 10 ml) : (3 x 1 ml) : (3 x 0,1 ml).
(45)
Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari : I. Test Pendahuluan (Presumtive Test)
Media yang digunakan adalah Laktosa Broth (LB) Cara pemeriksaan :
1. Siapkan tabung reaksi berisi 10 ml Lactosa Broth (LB), kemudian disusun di rak tabung dan diberi tanda nomor urut, jumlah atau volume bahan yang akan diperiksa dan tanggal pemeriksaan.
2. Dengan menggunakan pipet steril, masukkan 10 ml bahan pemeriksaan yang telah disiapkan ke dalam tabung.
3. Masing–masing tabung yang telah terisi sampel dihomogenisasi/dikocok sampai bahan yang diperiksa dan larutan yang digunakan untuk memeriksakan tercampur rata.
4. Setelah tercampur rata, masukkan ke dalam inkubator dengan suhu 370C selama 24 jam.
5. Setelah 24 jam, semua tabung dikeluarkan, catat tabung yang menunjukkan reaksi adanya pembentukan gelembung udara pada tabung durham.
6. Pembentukan gas pada tabung durham pada test pendahuluan dinyatakan hasil test (+)/positif.
7. Hasil positif ini dilanjutkan pada test penegasan. Catat semua tabung yang menunjukkan peragian lactosa (pembentukan gas).
a. Bila terbentuk gas pada tabung dinyatakan positif (+), dan dilanjutkan dengan test penegasan.
(46)
b. Apabila test dalam waktu 24 jam tidak membentuk gas, dimasukkan ke dalam inkubator kembali pada suhu 370C selama 24 jam, bila terbentuk gas pada tabung durham, maka hasilnya positif (+) dan test dilanjutkan pada test penegasan.
c. Bila test negatif (-), berarti Coliform negatif (-) dan tidak perlu dilakukan test penegasan.
II. Test Penegasan ( Convirmative Test) Test Penegasan ( Convirmative Test)
Untuk test lanjutan atau test penegasan media yang digunakan adalah Brilliant Green Laktose Bile Broth (BGLB) 2 %.
1. Dari setiap tabung yang positif (+) dipindahkan (diinokulasikan) sebanyak 1-2 ose ke dalam 2 (dua) tabung konfirmasi masing–masing berisi 10 ml BGLB 2%.
2. Satu tabung tersebut kemudian diinkubasikan pada suhu 35-370C selama 24–48 jam untuk memastikan adanya pertumbuhan bakteri Coliform, tabung kedua yang diisi sampel yang sama diinkubasikan pada suhu 440C selama 24 jam guna memastikan adanya pertumbuhan bakteri Escherichia coli tinja.
3. Pembacaan dilakukan setelah 24–48 jam dengan melihat jumlah tabung yang menunjukkan positif gas. Baik dari tabung yang diinkubasikan pada suhu 370C dan yang diinkubasikan pada suhu 440C.
4. Jumlah tabung yang positif kemudian dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan diperoleh MPN Coliform pada tabung yang diinkubasikan
(47)
pada suhu 370C dan kuman Escherichia coli pada tabung yang diinkubasikan pada suhu 440C. Jumlah tabung yang positif kemudian dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan diperoleh MPN Coliform pada tabung yang diinkubasikan pada suhu 370C dan kuman Escherichia coli pada tabung yang diinkubasikan pada suhu 440C. 3.6 Definisi Operasional
1. AMIU
Usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen.
2. Pendidikan
Pendidikan formal yang terakhir diikuti oleh responden. 3. Lama usaha
Lamanya waktu yang diperlukan untuk membuka AMIU.
4. Pemeliharaan peralatan
Kegiatan perawatan & perbaikan unsur-unsur sarana secara rutin tandon air baku, filter, mikrofilter, desinfektan, alat pencucian, dan alat pembilasan air minum depot isi ulang yang digunakan. Bertujuan untuk menjaga agar peralatan AMIU dapat digunakan dengan sebaiknya.
5. Pengawasan pengolahan 1. Pengawasan internal
Pengawasan internal dilakukan oleh pemilik AMIU untuk pemeriksaan secara fisik dan mikrobiologi setiap 1 bulan sekali,
(48)
sedangkan untuk pemeriksaan parameter kimia wajib dan tambahan setiap 6 bulan sekali.
2. Pengawasan eksternal
Pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinkes untuk pemeriksaan AMIU, jika ditemukan adanya bahan pencemar, setiap 6 bulan sekali.
6. Memenuhi syarat
Data observasi yang dilakukan terhadap penilaian peralatan yang digunakan sesuai dengan Permenkes No 43 Tahun 2014 tentang higiene sanitasi depot air minum.
7. Tidak memenuhi syarat
Data observasi yang dilakukan terhadap penilaian peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan Permenkes No 43 Tahun 2014 tentang higiene sanitasi depot air minum.
8. Baik
Pengawasan internal dan eksternal dilakukan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
9. Tidak baik
Pengawasan internal dan eksternal dilakukan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
10. Tindakan
Perbuatan yang dilakukan dalam pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan AMIU.
(49)
11. Kualitas bakteriologis
Pemeriksaan terhadap Escherichia coli pada AMIU di laboratorium BTKL Medan.
3.7 Aspek Pengukuran 1. Pendidikan
Menggunakan skala ordinal pada lembar kuesioner. Pendidikan dinyatakan berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yang di tempuh (SD, SMP, SMA, PT) semakin tinggi pendidikan responden, diharapkan tingkat pengetahuanya semakin baik.
1. SD 2. SMP 3. SMA
4. PT (Perguruan Tinggi) 2. Lama usaha
Lamanya waktu yang diperlukan untuk membuka usaha AMIU. 1. < 1 tahun
2. 1-4 tahun 3. > 4 tahun 3. Sumber air baku
Sumber air baku yang digunakan, dilakukan dengan observasi langsung dan kuesioner pada AMIU.
1. Air tanah 2. Air pegunungan
(50)
3. PDAM 4. Dll
4. Observasi penilaian peralatan
Peralatan (tandon air baku, filter, mikrofilter, desinfektan, alat pencucian, dan alat pembilasan) yang digunakan pada AMIU dengan menggunakan lembar observasi berupa peralatan apa saja yang digunakan dengan cara beri ceklis (√) jika peralatan memenuhi syarat, jika tidak memenuhi syarat beri tanda silang (×). Jumlah komponen penilaian sebesar 6 pertanyaan.
5. Tindakan pemeliharaan peralatan
Tindakan pemeliharaan peralatan diukur menggunakan kuesioner kepada responden AMIU. Jumlah komponen pertanyaan terdiri dari 7 pertanyaan. Pemeliharaan peralatan 1 minggu sekali untuk alat pembilasan, 1 bulan sekali untuk tandon air baku, filter dan mikroflter, bulu sikat pada alat pencucian sebagian besar tidak diganti setiap 3 bulan, dan mengganti lampu ultraviolet jika tidak bisa lagi digunakan pada alat desinfektan.
Dengan kategori :
1. Memenuhi syarat, apabila total skor yang diperoleh responden >70%. 2. Tidak memenuhi syarat, apabila total skor yang diperoleh responden
(51)
6. Tindakan pengawasan pengolahan
Tindakan pengawasan pengolahan AMIU secara internal dan eksternal diukur melalui kuesioner kepada responden AMIU.
1. Pengawasan Internal
Jumlah komponen pertanyaan terdiri dari 4 pertanyaan, hanya mengacu pada pertanyaan 1.
Dengan kategori
1. Baik, apabila responden melakukan pemeriksaan kualitas AMIU dilakukan 1 bulan terhadap kualitas mikrobilogi .
2. Tidak baik, apabila responden tidak melakukan pemeriksaan kualitas kualitas AMIU dilakukan >1 bulan terhadap kualitas mikrobilogi.
2. Pengawasan eksternal
Jumlah komponen pertanyaan terdiri dari 4 pertanyaan hanya, mengacu pada pertanyaan 2.
Dengan katagori
1. Baik, apabila Dinkes melakukan pemeriksaan kualitas air setiap 6 bulan sekali.
2. Tidak Baik, apabila Dinkes tidak melakukan pemeriksaan kualitas air minum > 6 bulan sekali.
7. Kualitas bakteriologis
Pengukuran kualitas AMIU dilakukan dengan pemeriksaan di laboratorium untuk melihat jumlah Escherichia coli. Katagori
(52)
penilaian yaitu memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat (Permenkes, 2010).
1. Memenuhi syarat, apabila hasil pemeriksaan kualitas AMIU tidak terdapat Escherichia coli dalam sumber air baku.
2. Tidak memenuhi syarat, apabila hasil pemeriksaan kualitas AMIU terdapat Escherichia coli dalam sumber air baku.
8. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan metode Brilliant Green Laktose Bile Broth (BGLB) 2% pada AMIU.
3.8 Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi penilaian peralatan akan di analisis secara deskriptif, kemudian di sajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan dan disesuaikan dengan Kepmenkes RI No. 492/MENKES/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat kualitas air yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada 9 sampel AMIU di laboratorium BTKLPP Medan. Apabila terdapat Escherichia coli pada AMIU maka dikatakan tidak memenuhi syarat. Data yang diperoleh dari kuesioner mengenai tindakan yang dilakukan mengenai pengawasan dan pemeliharaan peralatan AMIU dengan aspek pengukuran tertentu.
(53)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, letaknya sangat strategis mengelilingi kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara. Sebelah Utara, Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Simalungun, sebelah Barat dengan Kabupaten Karo, sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai. Letak geografis berada pada 02°57' - 03°16' LU dan 98°33' - 99°27' BT. Wilayah Kabupaten Deli Serdang tergolong daerah beriklim tropis. Suhu udara rata-rata pada tahun 2013 berkisar antara 23,8 °C sampai dengan 32,1°C (BPS Deli Serdang, 2014).
Galang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Galang terdiri dari 28 desa/kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai 150,29 KM². Jalan lintas Lubuk Pakam-Galang merupakan jalur alternatif menuju Kota Tebing Tinggi dengan melewati Kec. Dolok Masihul (Wikepedia, 2015). 4.2 Karateristik Responden
Karakteristik responden yang diukur dalam penelitian ini, yaitu pendidikan, lama usaha dan sumber air baku yang digunakan pada AMIU. Distribusi frekuensi akan disajakan dalam tabel ini :
(54)
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
No. Pendidikan Frekuensi %
1. SD 0 0
2. SMP 1 11,1
3. SMA 2 22,2
4 PT 6 66,7
Jumlah 9 100,0
No. Lama Usaha Frekuensi %
1. <1 tahun 0 0
2. 1-4 tahun 5 55,6
3. >4 tahun 4 44,4
Jumlah 9 100,0
No. Sumber Air Baku Frekuensi %
1. Air tanah 3 33,3
2. Air pegunungan 6 66,7
3.
4. PDAM Dll 0 0 0 0
Jumlah 9 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 karateristik responden yang diukur yaitu, pendidikan responden AMIU sebagian besar PT (66,7%), lama usaha yang dilakukan sebagian kecil 1-4 tahun (55,6%), dan yang terakhir sumber air baku yang digunakan sebagian besar berasal dari pegunungan (66,7%), jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 9 sampel.
4.3 Observasi
Observasi penilaian yang dilakukan terhadap peralatan seperti tandon, filter, mikrofilter, desinfeksi, alat pencucian dan alat pembilasan dikatakan memenuhi syarat, terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat, tahan pencucian dan tahan disinfeksi ulang (Permenkes, 2014). Distribusi frekuensi akan di sajikan dalam tabel berikut ini:
(55)
Tabel 4.2 Observasi Penilaian Peralatan AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
No. Peralatan Penilaian
Memenuhi syarat
% Tidak
Memenuhi Syarat
%
1. Tandon 9 100 0 0
2. Filter 9 100 0 0
3. Mikrofilter 8 100 1 11,1
4. Desinfeksi a. Ozonisasi
b. Ultraviolet 8 88,9 1 11,1
5. Alat Pencucian 7 77,8 2 22,2
6. Alat
Pembilasan 7 77,8 2 22,2
Berdasarkan tabel 4.2 observasi penilaian yang dilakukan terhadap peralatan AMIU seperti: tandon air baku dan filter seluruhnya memenuhi syarat. Mikrofilter sebagian besar memenuhi syarat (88,9%) karena bisa digunakan dan tidak kadarluarsa. Desinfeksi yang digunakan, seluruh responden menggunakan ultraviolet dengan penilaian umumnya memenuhi syarat (88,9%), alat pencucian sebagian besar memenuhi syarat (77,8%), karena telah melakukan sistem pencucian terbalik (back washing) dan yang terakhir alat pembilasan sebagian besar memenuhi syarat (77,8%).
4.4 Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan peralatan seperti tandon, filter, mikrofilter, desinfeksi, alat pencucian dan alat pembilasan. Seluruh responden mengatakan pemeliharaan peralatan penting untuk dilakukan. Pemeliharaan peralatan dilakukan 1 minggu sekali untuk alat pembilasan, 1 bulan sekali untuk tandon air baku, filter & mikrofilter, 3 bulan sekali dan yang terakhir mengganti lampu ultraviolet pada alat desinfektan, jika tdak bisa lagi digunakan.
(56)
Tabel 4.3 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pemeliharaan Peralatan AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
Tindakan Pemeliharaan Peralatan Ya % Tidak % Tandon air baku dibersihkan setiap 1 bulan
sekali 1 11,1 8 88,9
Media filter air dibersihkan setiap 1 bulan
sekali 3 33,3 6 66,7
Mengganti filter catridge dan membersihkan
tempatnya setiap 1 bulan sekali 3 33,3 6 66,7
Mengganti lampu ultraviolet jika tidak bisa
lagi digunakan 8 88,9 1 11,1
Bulu sikat pada mesin pencucian diganti
setiap 3 bulan sekali 3 33,3 6 66,7
Tempat pembilasan air dibersihkan setiap 1
minggu sekali 7 77,8 2 22,2
Berdasarkan tabel 4.3 tindakan responden terhadap pemeliharaan peralatan AMIU yaitu, tandon air baku umumnya tidak dilakukan pembersihan setiap 1 bulan sekali (88,9%), media filter sebagian besar tidak dibersihkan setiap 1 bulan sekali (66,7%), filter catridge dan tempat filter sebagian besar juga tidak dilakukan pembersihan setiap 1 bulan sekali (66,7%), lampu ultraviolet umumnya diganti jika tidak bisa lagi digunakan (88,9%), bulu sikat pada alat pencucian sebagian besar tidak diganti setiap 3 bulan sekali (66,7%), pembersihan pada alat pembilasan sebagian besar dilakukan setiap 1 minggu sekali (77,8%) yang bertujuan untuk mencegah tumbuhnya lumut.
4.4 Distribusi Katagori Pemeliharaan Peralatan AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
No. Katagori Penilaian Jumlah %
1.
2. Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat 1 8 11,1 88,9
(57)
Berdasarkan tabel 4.4 katagori penilaian pemeliharaan peralatan umumnya tidak memenuhi syarat (88,9%), karena total skor yang diperoleh responden <70%.
4.5 Pengawasan Pengolahan AMIU
Pengawasan internal maupun eksternal dilakukan dengan 2 cara yaitu, pengawasan berkala dan pengawasan atas indikasi pencemaran. Pengawasan internal berkala dilakukan di unit produksi dan pengisian galon/wadah air minum sedangkan eksternal berkala dilakukan hanya di unit pengisian galon/wadah air minum. Pengawasan internal dan eksternal atas indikasi pencemaran dilakukan pada seluruh unit penyelenggara penyedian air minum (Permenkes, 2010).
4.4.5.1 Pengawasan Internal
Pengawasan internal dilakukan 1 bulan sekali oleh pengelola AMIU. Jumlah komponen pertanyaan pengawasan internal yaitu 4, hanya mengacu pada pertanyaan 1.
Tabel 4.5 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pengawasan Internal AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
N o.
Tindakan Pengawasan Internal Ya % Tidak % 1. Pemeriksakan kualitas air minum isi ulang
ke Dinkes setiap 1 bulan sekali 0 0 9 100
2. Alasan tidak memeriksakan kualitas air minum isi ulang ke Dinkes 1 bulan sekali
1. Sudah pernah dilakukan 2. Biayanya mahal
3. Air yang diminum aman
0 0 0 0 0 0 5 3 1 55,6 33,3 11,1 3. Pengawasan terhadap dosis desinfeksi 2 22,2 7 77,8
Menanyakan surat keterangan dari Dinkes tentang kualitas sumber air baku yang di suplai
(58)
Berdasarkan tabel 4.5 tindakan responden terhadap pengawasan internal, seluruh responden tidak melakukan pemeriksaan kualiatas AMIU setiap 1 bulan sekali, dengan alasan sebagian kecil sudah pernah dilakukan (55,6%), sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kualitas AMIU, pengawasan terhadap dosis desinfeksi sebagian besar tidak dilakukan (77,8%), dan sebagian besar responden tidak ada menanyakan tentang surat keterangan dari Dinkes mengenai kualitas sumber air yang digunakan (77,8%). Seluruh responden mengatakan pengawasan pengolahan penting dilakukan, untuk menjaga kualitas air yang dijual, tetapi tindakan yang dilakukan responden untuk pemeriksaan kualitas air yang dilakukan.
Tabel 4.6 Distribusi Kategori Pengawasan Internal pada AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
No. Katagori Pengawasan Internal Jumlah % 1.
2. Baik Tidak baik 0 9 100,0 0
Total 9 100,0
Berdsarkan tabel 4.6 katagori pengawasan internal seluruhnya tidak baik karena tidak ada dilakukan pengawasan kualitas air setiap 1 bulan sekali atau waktunya >1 bulan.
4.4.5.2Pengawasan Eksternal
Pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinkes setiap 6 bulan sekali (Permenkes, 2010). Jumlah komponen pengawasan eksternal yaitu 3 pertanyaan tetapi hanya mengacu pertanyaan 2.
(59)
Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Pengawasan Eksternal pada AMIU di Kec. Galang Kab.Deli Serdang Tahun 2015 No. Tindakan Pengawasan Eksternal Baik % Tidak
Baik
% 1. Dinkes pernah datang untuk
pemeriksakan kualitas AMIU 6 66,7 3 33,3
2. Pemeriksakan kualitas air minum
setiap 6 bulan sekali 0 100 9 0
3. Dinkes datang untuk melakukan 1. Mengambil sampel
2. Memberikan penyuluhan 3. Tidak pernah
5 1 3 55,6 11,1 33,3
Berdasarkan tabel 4.7 tindakan responden terhadap pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Dinkes sebagian besar pernah datang, untuk pemeriksaan kualitas air minum (66,7%), pemeriksaan kualitas AMIU seluruh responden tidak ada melakukannya setiap 6 bulan sekali, Dinkes umumnya mengambil sampel untuk pemeriksaan kualitas AMIU (55,6%).
Tabel 4.8 Distribusi Katagori Pengawasan Eksternal pada AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
No. Katagori Pengawasan Eksternal
Jumlah %
1. Baik 0 0,0
2. Tidak baik 9 100,0
Total 9 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 katagori pengawasan eksternal seluruhnya dikatagorikan tidak baik karena Dinkes tidak melakukan pemeriksaan terhadap kualitas AMIU setiap 6 bulan sekali atau dilakukan pemeriksaan kualitas air >6 bulan.
4.4.6 Kualitas AMIU
Air minum yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologi, kimiawi dan radioaktif. Dikatakan memenuhi syarat, jika tidak ada
(60)
ditemukan Escherichia coli pada sampel AMIU. Pemeriksaan secara kuantitatif Escherichia coli pada beberapa AMIU di Galang, dilakukan pada tanggal 22 November 2015 di Laboratorium BTKL Medan. Hasil pemeriksaan Escherichia coli pada 9 sampel AMIU dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kualitas AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015
No. Kode Sampel Sumber air baku
E.coli MPN
1. 3783/B/AM/2015 Air tanah Tidak ada 0
2. 3784/B/AM/2015 Pegunungan Ada 15
3. 3785/B/AM/2015 Pegunungan Tidak ada 0
4. 3786/B/AM/2015 Pegunungan Tidak ada 0
5. 3787/B/AM/2015 Air tanah Tidak ada 0
6. 3788/B/AM/2015 Pegunungan Tidak ada 0
7. 3789/B/AM/2015 Air tanah Ada 12
8. 3790/B/AM/2015 Pegunungan Tidak ada 0
9. 3791/B/AM/2015 Pegunungan Ada 4
Keterangan* : Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010
Berdasarkan tabel 4.9 hasil pemeriksaan kualitas AMIU dengan jumlah sampel yaitu 9 sampel, sebagian besar memenuhi syarat sebesar 6, sesuai dengan baku mutu yaitu 0 per 100 ml (Permenkes, 2010).
(61)
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Pemeliharaan Peralatan AMIU
Manajemen pemeliharaan dapat dijelaskan sebagai fungsi dari panduan kebijakan aktifitas-aktifitas pemeliharaan, teknik pelatihan dan manajemen kontrol dari program-program pemeliharaan.
Fungsi dari pemeliharaan diantaranya menjaga peralatan/fasilitas beroperasi secara memuaskan, perencanaan dan perbaikan peralatan/fasilitas pada standar-standar yang ditetapkan (Dhilon, 2006).
Observasi penilaian yang dilakukan terhadap peralatan AMIU, dari 9 sampel yang diamati: tandon air baku dan filter seluruhnya memenuhi syarat. Mikrofilter sebagian besar memenuhi syarat (88,9%) karena bisa digunakan dan tidak kadarluarsa. Desinfeksi yang digunakan, seluruh responden menggunakan ultraviolet dengan penilaian umumnya memenuhi syarat (88,9%), alat pencucian sebagian besar memenuhi syarat (77,8%), karena telah melakukan sistem pencucian terbalik (back washing) dan yang
terakhir alat pembilasan sebagian besar memenuhi syarat (77,8%).
Tindakan responden terhadap pemeliharaan peralatan AMIU yaitu, tandon air baku umumnya tidak dilakukan pembersihan setiap 1 bulan sekali (88,9%), media filter sebagian besar tidak dibersihkan setiap 1 bulan sekali (66,7%), filter catridge dan tempat filter sebagian besar juga tidak dilakukan pembersihan setiap 1 bulan sekali (66,7%), lampu ultraviolet umumnya diganti jika tidak bisa lagi digunakan (88,9%), bulu sikat pada alat pencucian sebagian besar tidak diganti setiap 3 bulan sekali (66,7%), pembersihan pada alat pembilasan sebagian besar dilakukan setiap 1 minggu sekali (77,8%) yang bertujuan untuk mencegah
(62)
tumbuhnya lumut. Rendahnya tindakan pemeliharaan peralatan yang dilakukan menunjukkan bahwa higine sanitasi yang di terapkan pengelola AMIU masih kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lisdawati Manik (2015) seluruh tindakan responden tentang higiene sanitasi depot air minum berada dalam katergori sedang yaitu 7 orang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa tindakan pengelola AMIU masih kurang baik atau belum cukup baik dalam pelaksanaan higiene sanitasi depot air minum. Higine sanitasi yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas AMIU seperti pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sri Malem Indirawati (2009) ada hubungan higiene sanitasi depot AMIU dengan kualitas AMIU.
Pemeliharaan peralatan umumnya tidak memenuhi syarat (88,9%), karena total skor yang diperoleh responden <70%. Alasan responden tidak melakukan pemeliharaan peralatan karena responden AMIU tidak tahu bagaimana cara melakukan pemeliharaan terhadap peralatan yang digunakan. Dinkes tidak ada melakukan pembinaan terhadap responden AMIU pada saat membuka usaha.
Pendidikan responden AMIU sebagian besar PT (66,7%), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuan yang dimiliki Nya juga semakin tinggi dan lama usaha yang dilakukan sebagian kecil 1-4 tahun (55,6%) tidak menjamin pemeliharaan peralatan yang digunakan memenuhi syarat.
5.2 Gambaran Pengawasan Pengolahan AMIU
Persyaratan kualitas air minum tujuan dilakukan pengawasan untuk menjaga kualitas air minum baik secara internal dan secara eksternal (Permekes, 2010).
(63)
Hasil observasi yang dilakukan dari 9 sampel penelitian sebagian besar AMIU di kelola langsung oleh pengelolanya mulai dari proses pencucian, pembilasan, pengisian, pengemasan dan penjualan dilakukan sendiri, jika pengawasan pengolahan AMIU dikatagorikan buruk berarti tidak ada kesadaran dari pengelolanya untuk menjaga kualitas AMIU yang di kelolanya.
5.2.1 Gambaran Pengawasan Internal AMIU
Pengawasan internal merupakan tugas dan tanggung jawab pengelola AMIU untuk pemeriksaan kualitas air 1 bulan sekali. Tujuannya untuk mencapai kualitas air minum sesuai persyaratan yang di tetapkan (Permenkes, 2010).
Tindakan responden terhadap pengawasan internal, seluruh responden tidak ada melakukan pemeriksaan kualiatas AMIU setiap 1 bulan sekali, dengan alasan sebagian kecil sudah pernah dilakukan (55,6%), sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kualitas AMIU, pengawasan terhadap dosis desinfeksi sebagian besar tidak dilakukan (77,8%), dan sebagian besar responden tidak ada menanyakan tentang surat keterangan dari Dinkes mengenai kualitas sumber air yang digunakan (77,8%). Seluruh responden mengatakan pengawasan pengolahan AMIU penting dilakukan untuk menjaga kualitas air yang di jual, tetapi tidak ada tindakan yang dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air yang dilakukan. Kesadaran responden AMIU terhadap kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air yang dijual masih kurang baik karena responden tidak ada melakukan pemeriksaan kualitas AMIU.
Katagori pengawasan internal seluruhnya tidak baik karena tidak ada dilakukan pengawasan kualitas air setiap 1 bulan sekali atau waktunya >1 bulan.
(64)
Dinkes harus memberi pemahaman kepada pengelola AMIU agar mereka mau untuk melakukan pemeriksaan kualitas air yang di kelolanya setiap 1 bulan sekali.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdilanov (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar depot air minum isi ulang tidak memenuhi syarat sebesar 17 depot air minum isi ulang (70,8%). Banyaknya depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat pengawasan internal mengindikasian bahwa rendahnya kemampuan manajerial pengelola depot air minum isi ulang dalam meningkatkan kinerja dan mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana-rencana dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
Pengawasan internal depot air minum isi ulang merupakan tugas dan tanggung jawab pengelola depot air minum isi ulang itu sendiri. Pengawasan internal depot air minum isi ulang perlu ditingkatkan agar kualitas air minum yang dihasilkan dapat terjamin.
5.2.2 Gambaran Pengawasan Eksternal AMIU
Pengawasan eksternal merupakan tugas dan tanggung jawab Dinkes untuk memeriksakan kualitas AMIU jika ditemukan adanya bahan pencemar di dalamnya. Tujuannya untuk mencapai kualitas air minum sesuai persyaratan yang di tetapkan (Permenkes, 2010).
Tindakan responden terhadap pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Dinkes sebagian besar pernah datang untuk pemeriksaan kualitas air minum (66,7%), pemeriksaan kualitas AMIU seluruhnya tidak ada dilakukan setiap 6 bulan sekali, Dinkes umumnya mengambil sampel untuk pemeriksaan kualitas AMIU (55,6%).
(65)
Katagori pengawasan eksternal seluruhnya dikatagorikan tidak baik karena Dinkes tidak melakukan pemeriksaan terhadap kualitas AMIU setiap 6 bulan sekali atau dilakukan pemeriksaan kualitas air >6 bulan. Pemeriksaan dilakukan sebagian besar hanya pada saat membuka usaha (66,7%), sedangkan lainnya tidak pernah dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas air yang di jual. Dinkes tidak melakukan tugas dan kewajibanya sesuai dengan waktu yang ditetapkan, padahal ini dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat secara langsung.
5.3 Analisis Kualitas AMIU
Hasil pemeriksaan kualitas AMIU menggunakan metode tabung ganda yang terdiri dari test pendahuluan dan test Penegasan (Convirmative Test) terdapat Eschericia coli, dengan jumlah yaitu 9 sampel, sebagian besar memenuhi syarat sebesar 6, sesuai dengan baku mutu Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 0 per 100 ml. Terdapat Ereschericia coli pada sumber air baku yang berasal dari pegunungan dengan jumlah MPN sebesar 15 dan 4, air tanah sebesar 12 MPN. Analisis yang dilakukan pencemaran terjadi kemungkinan karena sumber air baku yang digunakan sudah terkontaminasi dengan fases sehingga tidak layak untuk di konsumsi menjadi air minum,
Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa sumber air baku yang berasal dari pegunungan lebih beresiko 66,6% tercemar Eschericia coli dibandingkan dengan air tanah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Firdaus Yustisia Sembiring (2008) menunjukkan ada hubungan kondisi sanitasi lingkungan dengan kualitas
(66)
bakteriologis, apabila kondisi sanitasi lingkungan baik, maka kualitas bakteriologis AMIU memenuhi syarat.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas air hasil produksi adalah air baku, jenis peralatan yang digunakan, pemeliharaan peralatan dan penanganan pengolahan dan pendistribusian air, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Athena et.al, (2004) tentang kandungan bakteri total Coli form dan E. Coli air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
Eschericia coli dapat menyebabkan diare akut, dikelompokkan menjadi 4 kategorik yaitu: Escherichia colienteropatogenik menyebabkan gastroentritis pada bayi yang baru lahir hingga umur 2 tahun, Escherichia colienteroinfasive penyebab diare akut pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa, Escherichia colienterotoksigenik merupakan penyebab utama travellers diarrehed (diare pelancong) yang menyerang bayi-bayi di negara berkembang, dan Escherichia colienterotoksigenik, Escherichia colientrohemorganik sering di jumpai pada makanan yang tercemar feses sapi (Soepangat, 2006).
Pencegahan dapat dilakukan, jika pengelola dan Dinkes melakukan pemeriksaan kualitas air AMIU sesuai dengan waktu yang ditentukan, sehingga kita bisa mengetahui kualitas air sebelum di jual kepada konsumen AMIU.
(67)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan mengenai pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis (Escherichia coli) pada 9 sampel AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015 sebagai berikut:
2. Pemeliharaan peralatan umumnya tidak memenuhi syarat (88,9%).
3. Pengawasan internal dilakukan oleh pengelola air minum depot isi ulang untuk pemeriksaan kualitas air minum setiap 1 bulan sekali umumnya tidak baik (88,9%). Pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinkes setiap 6 bulan sekali dikatagorikan tidak baik (66,7%).
4. Pemeriksaan kualitas AMIU di Galang sebagian besar memenuhi syarat 6, yaitu 0 per 100 ml (Permenkes, 2010).
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat menyarankan sebagai berikut: 1. Bagi Dinkes agar melakukan pengawasan terhadap kualitas air minum
depot isi ulang setiap 6 bulan sekali (Permenkes, 2010).
2. Bagi pengelola untuk melakukan pemeliharaan peralatan dan pengawasan yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan untuk menjaga kualitas air. 3. Masyarakat harus lebih cermat dalam membeli AMIU, hasil pemeriksaan
(68)
4. Bagi mahasiswa, sebaiknya meneliti mengenai sumber air pegunungan yang digunakan karena dari hasil pemeriksaan kualitas AMIU 3 sampel tidak memenuhi syarat, 2 diantaranya berasal dari air pegunungan.
(69)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain:
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. 2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. 3. Tidak berasa dan tidak berbau.
4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI.
Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2006). 2.1.1 Golongan air
Air secara bakterologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat bakteri koliform dalam 100 cc air).
Golongan-golongan air tersebut antara lain :
1. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN<S50/100cc. 2. Air dengan penjernian lengkap; MPN MPN<5000/100cc. 3. Air dengan penjernian tidak lengkap; MPN<5000/100cc.
(70)
4. Air dengan penjernian khusus (water purification); MPN>250.000/100cc (Chandra, 2006).
Golongan kualitas air menurut peruntukannya, antara lain :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Peraturan pemerintah, 1990).
2.1.2 Sumber air
Air yang berada di permukaan bumi berasal dari berbagai sumber berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi 4:
2.1.2.1 Air angkasa
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas, misalnya, karbondioksida, nitrogen, dan amonia (Chandra, 2006).
2.1.2.2Air permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan (Mentri pekerjaan Umum, 2001). Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam
(71)
sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumber permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun yang lainnya (Chandra, 2006).
1. Persoalan air permukaan
Persoalan air permukaan yang sering terjadi dibagi menjadi (Kodoatie dan Rostam, 2010).
A. Ruang jaringan sungai (instream)
Persoalan menyangkut 3 masalah klasik air yang sering disebut 3 T: too much ,too little, too dirty.
To much berarti di suatu tempat air terlalu berlebih dan too little berarti di suatu tempat air berkurang. Salah satu indikasi “too much, too little” dapat dilihat dengan perbandingan Q max (biasanya di musim penghujan) dan Q min (di musim kemarau) suatu sungai. Indikasi lain juga dapat dilihat dari persoalan klasik di Indonesia sepanjang tahun: banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Di Jawa Tengah persoalan banjir juga meningkat seperti disimpulkan oleh Program Magister Teknik Sipil Undip dalam Kodoatie dan Rostam, 2010 bahwa debit puncak banjir meningkat antara 0,11% sampai 3,50% per tahun.
Too dirty berarti sungai terlalu kotor menunjukan masalah polusi sungai yang juga perlu perhatian serius. Di sini persoalan terjadi
(72)
karena kepentingan teknis dan aspek lingkungan berbenturan dengan aspek sosial ekonomi.
B. Persoalan di daerah aliran sungai
Persoalan menyangkut dua hal penting yaitu konservasi sumber daya air dalam pengelolaan sumber daya air dan kawasan budi daya dalam penata ruangan. Aspek konservasi sumber daya air adalah bagaimana bisa menahan aliran permukaan (run-off) yang sebesar-besarnya dan memberi kesempatan selama-lamanya air untuk masuk ke dalam tanah (infiltrasi) atau tertahan di permukaan tanah.
Dampak yang terjadi adalah peningkatan kualitas dan kuantitas kebutuhan air sekaligus penurunan ketersediaan air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas di daerah alih fungsi lahan tersebut dan peningkatan run-off di daerah hilirnya yang berpotensi meningkatkan banjir.
2. Kualitas air permukaan
Kualitas air permukaan yang ada dipermukaan bumi ini diharapkan mampu mendukung kehidupan satwa perairan dan mempunyai nilai estetis. Demikian pula, air permukaan tersebut seharusnya dapat diolah dengan menggunakan prosedur standart untuk konsumsi manusia. Apabila tujuan pemanfaatan air permukaan telah ditentukan, maka klasifikasi yang didasarkan pada kareteristik fisik, biologi, dan kimia air permukaan perlu disesuaikan dengan standart baku mutu yang lazim digunakan untuk menentukan status kualitas air (Asdak, 2007).
(73)
2.1.2.3 Air tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perlokasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalananya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki kelebihan dibandingkan sumber air lain, yaitu persediaan air tanah cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun.
Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau tampungan air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (soil evaporation), dan melalui permukaan tajuk vegetasi (transpiration). Selain hal diatas persoalan yang sering kita jumpai pada air tanah yaitu (Kodoatie dan Rostam, 2010).
1. Persoalan air tanah
Persoalan air tanah identik dengan persoalan air permukaan yaitu menyangkut kuantitas dan kualitas serta dampak lain seperti terjadinya lend subsidance.
Danaryanto, 2008 dalam Kodoatie dan Rostam, 2010 tantangan utama yang dihadapi dalam pengolahan air tanah di Indonesia adalah terbatasnya pasokan air dari sumber air permukaan, ketergantungan yang tinggi terhadap air tanah untuk penyedian, dan maraknya pengambilan sumber air ini karena tuntutan kebutuhan akan air semakin meningkat dari tahun
(74)
ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pelayanan umum, sedangkan di wilayah yang sama sekali belum terlayani PDAM, masyarakat harus berupaya sendiri untuk mendapatkan air bersih, dan air tanah menjadi pilihan pertama dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih. Hal ini mengakibatkan pengambilan air tanah oleh masyarakat menjadi semakin marak, sehingga terjadi penurunan muka air tanah. 2. Dampak pengambilan air tanah
Air tanah erat hubungannya dengan air permukaan. Berdasarkan hukum Darcy, dijelaskan jika tinggi muka air tanah mengalami penurunan yang berkelanjutan, akibat dari eksplotasi air tanah yang berlebihan maka kemungkinan terjadinya rembesan air sungai ke akuifer sangat besar. Jika aliran sungai cukup besar, maka rembesan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap debit sungai. Namun jika akuifer terbentuk dari tanah yang memiliki permeabilitas besar dan pencemaran yang terjadi di sungai cukup tinggi, maka akan berpengaruh terhadap adanya pencemaran air tanah (Kodoatie dan Rostam, 2010).
Beberapa wilayah di Indonesia, air tanah masih menjadi sumber air minum utama. Air tanah yang masih alami tanpa gangguan manusia, kualitasnya belum tentu bagus. Terlebih lagi yang sudah tercemar oleh aktivitas manusia, kualitasnya akan semakin menurun. Pencemaran air tanah antara lain disebabkan oleh kurang teraturnya pengolahan lingkungan (Kodoatie dan Rostam, 2010).
(75)
Beberapa sumber pencemaran yang menyebabkan menurunnya kualitas air tanah antara lain.
1. Sampah dari TPA 2. Tumpahan minyak 3. Kegiatan pertanian
4. Pembuangan limbah cair pada sumur dalam 5. Pembuangan limbah ke tanah
6. Pembuangan limbah radioaktif
Akibat pengambilan air tanah yang intensif di daerah tertentu dapat menimbulkan pencemaran air tanah, sehingga kualitas air tanah yang semula baik menjadi menurun dan bahkan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum. Sedangkan di daerah dataran pantai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya intrusi air laut karena pergerakan air laut ke air tanah (Kodoatie dan Rostam, 2010).
Air tanah umumnya tidak memenuhi syarat sebagi sumber air minum, di daerah Bandung. Beberapa parameter yang tidak sesuai persyaratan untuk sumber air minum antara lain : kekeruhan melebihi 5 NTU, warna lebih dari 15 Pt Co, pH kurang dari 6,5, Fe3+ lebih dari 0,3 mg/l, Mn2+ lebih dari 0,1 mg/l, NH4+ lebih dari 1,5 mg/l, Clˉlebih dari 250 mg/l, dan NO3ˉ lebih dari 50 mg/l, serta mengandung
bakteri coli yang berasal dari buagan tinja. Rendahnya kualitas air tanah dangkal di daerah permukaan dan industri ini kemungkinan disebabkan oleh litologi akuifer yang merupakan endapan dan udara pencemaran dari buangan limbah domestik dan industri (Danaryanto, 2006).
(76)
Air tanah yang baru disedot didiamkan terlebih dahulu selama beberapa saat untuk mengendapkan besi, sebelum digunakan untuk berbagai peruntukan. Selain itu perlakuan ini juga bertujuan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan menaikan kadar oksigen terlarut (Effendi, 2003).
2.1.3 Pengolahan air
Metode yang digunakan untuk pengolahan air berkaitan dengan pencemar yang ada dalam persedian air tertentu yaitu bakteri patogen. Metode yang digunakan dalam pengolahan air yaitu:
2.1.3.1 Metode pengolahan fisik
Operasi-operasi satuan fisik disusun sesuai dengan urutan paling sering terjadi dalam instalasi pengolahan air, yaitu:
1. Penyarigan
Untuk memastikan bahwa satuan-satuan utama dalam suatu instalasi pengolahan bekerja dengan efisien, maka perlu dilakukan pembuangan sampah-sampah besar yang mengambang dan terapung, misalnya batang-batang kayu dan cabang-cabang kayu yang mungkin ada di tempat pengendapan, terutama di sungai-sungai.
2. Aerasi
Aerasi adalah suatu bentuk perpindahaan gas dan dipergunakan dalam berbagai variasi operasi, meliput sebagai berikut:
1) Tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut. 2) Pembuangan karbon dioksida.
(77)
4) Pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta mikroorganisme yang serupa.
3. Pencampuran
Bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat dimasukan dengan mesin pemasukan larutan. Untuk dapat menjadi efektif, bahan-bahan kimia ini harus tersebar dengan baik dalam air dengan pencampuran yang sempurna.
4. Flokulasi
Bila bahan-bahan pengental ditambahakan ke air yang mengandung kekeruhan, akan terbentuk kumpulan partikel yang turun mengendap. Untuk melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya sangat kecil, pengadukan cepat harus di ikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus (flokulasi) selama 20 menit.
5. Pengendapan
Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi yang sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan yang terapung di dalam air dapat diendapkan ke luar.
6. Flokulasi dan pengendapan di gabungkan
Filter yang terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumbukan batu bara, yang di tunjang diatas suatu tumpukan kerikil. Bila air yang lolos melalui filter tersebut, partikel-partikel terapung dan bahan-bahan flokulan akan
(78)
bersentuhan dengan butir-butir pasir dan melekat kepadanya (Linsley dan Joseph, 1979).
2.1.3.2Metode pengolahan kimiawi
Koagulasi dan desinfeksi adalah merupakan proses yang paling umum dipergunakan dalam pengolahan air secara kimiawi. Rasa dan bau yang tidak enak dapat dihilangkan dengan adsopsi karbon atau oksidasi kimiawi dengan senyawa-senyawa semacam klorin, ozon dan permanganat.
1. Koagulasi
Koagulan bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh untuk membentuk endapan flokulan. Partikel-partikel yang lebih besar mempunyai kekerapatan yang cukup memungkinkan pembuangannya dengan cara pengendapan gravitasi. Koagulan yang paling dikenal adalah alum [Al2 (SO4)3 18 H2O].
Bila air tidak mengandung alkalinitas yang diperlukan, maka perlu ditambahkan kapur (CaO) atau abu soda (Na2CO3).
2. Desinfeksi
Klorin terbukti sebagai desinfeksi yang ideal. Bila dimasukkan ke dalam air akan mempunyai pengaruh yang cepat dan menghilangkan mikrobiologi.
Jumlah klorin yang dibutuhkan tergantung pada jumlah bahan anorganik dan organik yang berkurang di dalam air. Bila persediaan air mengandung fenol, penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang
(79)
enak akibat klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelumnya.
3. Klorinasi
Klorinasi digunakan dalam berbagai cara, tergantung pada mutu air mentah dan kondisi-konsisi lainnya. Klorinasi air, yaitu pemakain klorin setelah pengolahan, merupakan metode yang umum. Klorinasi awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan, akan menyempurnakan koagulsi, mengurangi beban filter dan mencegah tumbuhnya ganggang.
4. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu fenomena permukaan, adsorben haruslah mempuyai permukaan yang luas dan harus bebas dari bahan-bahan diadsorp. Karbon yang diaktifkan diperoleh dengan cara membakar kayu, lignit, batu bara, residu minyak tanah dan kulit kacang agar diperoleh suatu bahan residu yang permukaanya luas. Oleh sebab itu, adsopsi kabon biasanya dilakukan setelah filtrasi.
5. Oksidasi
Oksidasi kimiawi adalah suatu peroses di mana keadaan oksidasi dari suatu bahan ditingkatkan melalui suatu reaksi kimiawi (Kodoatie dan Rostam, 2010).
2.1.3.3 Metode pengolahan khusus
Metode-metode khusus sering dipergunakan untuk mencapai tujuan pengolahan yang spesifik. Beberapa metode untuk menghilangkan rasa dan bau, besi dan mangan yaitu:
(80)
1. Pembuangan rasa dan bau
Rasa dan bau di dalam air disebabkkan oleh :
a. Gas-gas terlarut, misalnya hidrogin sulfida b. Zat-zat organik hidup, misalnya ganggang c. Zat-zat organik yang
d. Membusuk e. Limbah industri f. Klorin
Aerasi adsropsi dan oksidasi adalah beberapa diantara metode-metode yang telah dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau.
2. Pembuangan besi dan mangan
Di antara metode-metode yang dipergunakan untuk menghilangkan besi dan mangan adalah :
a. Oksidasi dan presipitasi
b. Penambahan bahan-bahan kimia dan pengendapan serta filtrasi c. Filtrasi melalui zeolit mangan
d. Pertukaran ion
Di antara metode-metode ini yang paling sering dipergunakan yaitu oksidasi dan presipitasi.
(81)
2.1.3.4 Metode pengolahan garam
Beberapa proses untuk membuang garam dari air di antara proses-proses yang ada:
1. Distilasi
Distilasi air laut telah dilaksanakan selama bertahun-tahun. Tenaga matahari telah dipergunakan untuk produksi terbatas di daerah-daerah yang banyak mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun. Walaupun demikian, produksi sekala besar dengan tenaga matahari dari segi ekonomis tidak nampak layak dalam waktu dekat ini.
2. Pembekuan
Dalam proses pembekuan, suhu air laut diturunkan perlahan-lahan hingga terbentuk kristal-kristal es. Kristal ini bebas dari garam dan dapat dipisahkan dari batu garam.
a. Demineralisasi
Garam-garam dapat dihilangkan dari air melalui pemakaian alat penukar ion yang serupa dengan yang dipergunakan untuk menghilangan kesadahan.
b. Elektrodialisis
Dengan metode ini ion-ion dihamburkan oleh kerja suatu potensi listrik melalui membran-membran yang secara selektif dapat ditembus berbagai ion.
(82)
c. Osmosis terbalik
Proses ini juga mempergunakan membran-membran, tetapi yang secara selektif dapat ditembus oleh air, bukanya oleh garam (Linsley dan Joseph, 1979).
2.1.3.5Metode pembuangan lumpur instalasi pengolahan
Pembuangan lumpur instalasi pengolahan telah menjadi masalah besar karena tidak terdapat lahan ditempat pengolahan untuk instalasi pemrosesan lumpur.
Tabel 2.1 Metode Pemerosesan dan Pembuangan Lumpur Instalasi Pengolahan Air.
Metode Penggunaan
Pengentalan gravitasi Lagoon Lapisan pengering Pengaliran keselokan Sentifugasi Pembekuan Pemadatan Filtrasi hampa
Lumpur dari operasi pengolahan air relatif encer sehingga dibutuhkan pengentalan tertentu untuk mengurangi volume cair yang harus dibuang pada langkah-langkah peroses selanjutnya. Lumpur ditahan dan dikentalkan dalam lagoon (kolam)
penampungan air,
Lapisan-lapisan pasir dipergunakan untuk mengeringkan lumpur.
Bila mungkin, pengaliran ke selokan merupakan salah satu cara yang paling sederhana dan memuaskan untuk membuang lumpur. Praktek ini dapat mengimbangi operasi sarana-sarana penaganan air limbah.
Masing-masing metode ini telah dipergunakan untuk
(83)
Sambungan tabel
Hasil kerjanya tergantung pada ciri-ciri lumpur dan kondisi operasi setempat.
2.1.4 Sistem Distribusi Air
Sistem distribusi air yang akan di bahas yaitu : 2.1.4.1 Jenis-jenis sistem distribusi air
Bila kondisi topografiya baik, dipergunakan distribusi gravitasi. Ini menurut adanya suatu waduk pada elevasi yang cukup di atas kota yang bersangktuan, sehingga air dapat mencapai setiap bagian dari sistem distribusi dengan tekanan yang cukup (Linsley dan Joseph, 1979).
2.1.4.2 Waduk-waduk distribusi
Waduk haruslah terletak sedekat mungkin ke pusat pemakaian. Berbagai jenis waduk distribusi dibangun untuk memenuhi kondisi topografi dan struktural yang dijumpai. Waduk-waduk kecil dapat berupa galian sederhana yang lebih besar membutuhkan lapisan beton, dengan tembok sisi yang direncanakan sebagai tembok penahan untuk menahan beban-beban luar dari tanah bila waduk sedang kosong (Kodoatie dan Rostam, 2010).
2.1.4.3 Konstruksi dan pemeliharaan sistem ditribusi air
Syarat pokok bagi pipa untuk sistem distribusi air adalah cukupnya kekuatan dan ketahanan terhadap karat setinggi mungkin. Besi tulang, baja berlapis semen, plasitk dan semen asbes dapat diandalkan untuk ukuran kecil, sedangkan baja dan beton bertulang lebih kompetitif untuk ukuran besar.
(84)
Pipa-pipa pelayanan dari Pipa-pipa utama menuju ke para langganan biasanya terbuat dari pipa tembaga atau baja disapuh (Linsley dan Joseph, 1979).
2.1.5 Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan sumber daya air yang sering terjadi di Indonesia yaitu : 2.1.5.1 Kerusakan daerah tangkapan hujan
Kerusakan daerah tangkapan hujan terutama disebabkan oleh ketimpangan dalam pemanfaatan lahan. Ketimpangan tersebut disebabkan oleh perubahan lahan yang tidak terkendali, sehingga kawasan hutan yang semula dilindungi oleh vegetasi alami berubah menjadi kawasan terbuka sedangkan kawasan pertanian dan pedesaan berubah derastis menjadi kawasan industri dan perkotaan (Sunaryo, 2005).
Saat ini makin banyak daerah tangkapan hujan yang mengalami pengurangan luasan kawasan bervegetasi, bahkan dibeberapa DAS terjadi perubahan tata guna lahan yang demikian pesat sehingga luas hutan menurun derastis sampai mencapai ambang batas kritis (Linsley dan Joseph, 1979).
2.1.5.2 Erosi dan sedimentasi
Pada dasarnya erosi adalah hilang atau terkikisnya bagian tanah di suatu tempat yang disertai terangkutnya bagian tanah itu.
Hujan yang jatuh di lahan yang terbuka merupakan penyebab utama erosi, karena tetesan air membawa momentum yang secara mekanis dapat mengubah ikatan antara butiran tanah (Linsley dan Joseph, 1979).
(85)
2.1.5.3 Kekeringan
Debit sungai pada musim kemarau akan menjadi kecil dan mengakibatkan keterbatasan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Fenomenal tersebutlah yang disebut dengan kekeringan (Linsley dan Joseph, 1979).
2.1.5.4 Pencemaran air
Pencemaran air merupakan persoalan yang khas yang terjadi di sungai-sungai dan badan air. Sumber pencemaran disebabkan oleh aktivitas manusia seperti sektor domestik, berupa limbah cair dari rumah tangga dan industri (Kodoatie dan Rostam, 2010).
2.1.5.5Banjir
Penyebab bencana khususnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu ada di muka bumi seperti gunung meletus, tsunami dan curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu banjir dapat juga terjadi karena limpasan permukaan. Bencana oleh aktifitas manusia adalah akibat eksploitasi alam yang berlebihan. (Kodoati dan Roestam Sjarief, 2010).
2.2 Depot AMIU
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes, 2010).
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).
(86)
2.2.1 Desain dan Konstruksi Depot
Air Minum harus terbebas dari pencemaran yang berasal dari debu disekitar Depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat penumpukan barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik, system saluran pembuangan air dan tempat-tempat lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).
Proses produksi menyediakan tempat yang cukup untuk penempatan peralatan proses produksi. Area produksi harus dapat dicapai untuk inspeksi dan pembersihan disetiap waktu (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).
Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu bersih. Dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Pembersihan dilakukan secara rutin dan dijadwalkan. Dinding dan plafon harus rapat tanpa ada keretakan. Tempat pengisian harus didesain hanya untuk maksud pengisian produk jadi dan harus menggunakan pintu yang dapat menutup rapat. Desain tempat pengisian harus sedemikian rupa sehingga semua permukaan dan semua peralatan yang ada di dalamnya dapat dibersihkan serta disanitasi setiap hari (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).
(87)
Penerangan diarea proses produksi, tempat pencucian/pembilasan/sterilisasi/pengisian galon harus cukup terang untuk mengetahui adanya kontaminasi fisik (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).
Ventilasi harus cukup untuk meminimalkan bau, gas atau uap berbahaya dan kondensat dalam ruang proses produksi, pencucian/ pembilasan/sterilisasi dan pengisian galon. Pengecekan terhadap perlengkapan ventilasi perlu dilakukan secara rutin agar tidak ada debu dan dijaga tetap bersih (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).
2.2.2 Peralatan Depot AMIU
Alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum: 1. Storage Tank
Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat
menampung air sebanyak 3000 liter.
2. Stainless Water Pump
Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat storage tank kedalam tabung filter.
3. Tabung Filter
Tabung Filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :
a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring partikel – partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.
(1)
2.2.6 Penyimpanan Air Baku dan Penjualan ... 44
2.2.7 Persyaratan Usaha AMIU ... 44
2.3 Pengawasan Kualitas AMIU ... 45
2.3.1 Kegiatan Pengawasan Kualitas Air ... 46
2.4 Air dan Penyakit ... 48
2.4.1 Bakteri Coli fecal ... 50
2.4.2 Erescheria coli ... 52
2.5 Kerangka Konseptual ... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54
3.1 Jenis Penelitian ... 54
3.2 Lokasi dan Waktu ... 54
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 54
3.2.2 Waktu Penelitian ... 54
3.3 Populasi dan Sampel ... 55
3.3.1 Populasi Penelitian ... 55
3.3.2 Sampel Penelitian ... 56
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 57
3.4.1 Data Primer ... 57
3.4.2 Data Skunder ... 57
3.5 Pelaksanaan Penelitian ... 57
3.5.1 Pengambilan Sample ... 57
(2)
x
BAB IV HASIL ... 67
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 67
4.2 Karateristik Responden ... 67
4.3 Observasi ... 67
4.4 Pemeliharaan Peralatan ... 69
4.5 Pengawasan Pengolahan AMIU ... 68
4.5.1 Pengawasan Internal ... 71
4.5.2 Pengawasan Eksternal ... 72
4.6 Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang ... 74
BAB V PEMBAHASAN ... 75
5.1Gambaran Pemeliharaan Peralatan AMIU ... 75
5.2Gambaran Pengawasan Pengolahan AMIU ... 76
5.2.1 Gambaran Pengawasan Internal AMIU ... 77
5.2.2 Gambaran Pengawasan Exsternal AMIU ... 78
5.3Analisis Kualitas AMIU ... 79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 80
5.4Kesimpulan ... 80
5.5Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
(3)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1 Tabel 2.1 Metode pemerosesan dan pembuangan lumpur instalasi pengolahan air ... 22
2 Tabel 2.2 Jumlah sampel dan frekuensi pengujian sampel ... 47 3 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015... 68 4 Tabel 4.2 Observasi Penilaian Peralatan AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015 ... 69 5 Tabel 4.3 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pemeliharaan Peralatan AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015 ... 70 6 Tabel 4.4 Distribusi Katagori Pemeliharaan Peralatan AMIU Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015 ... 70 7 Tabel 4.5 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pengawasan Internal AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015 ... 71 8 Tabel 4.6 Distribusi Katagori Pengawasan Internal AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang 2015 ... 72 9 Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pengawasan Eksternal yang Dilakukan pada AMIU di Kec.Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015 ... 73 10 Tabel 4.8 Distibusi Katagori Pengawasan Eksternal AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang 2015 ... 73 11 Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kualitas AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang 2015 ... 74
(4)
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1 Gambar 2.1 Tandon air baku 1... 29 2 Gambar 2.2 Tangki stenlies ... 29 3 Gambar 2.3 Kerangka konsep ... 53
(5)
DAFTAR ISTILAH
AMIU : Air Minum Isi Ulang
AMDK : Air Minum dalam Kemasan
BTKLPP : Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian penyaikit
MPN : Most Probabel Number
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
RO : Reserve Osmosis
SPAM : Sistem Penyediaan Air Minum
(6)
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yuni Marsela Tarigan
Tempat Lahir : Galang Kota Kab. Deli Serdang
Tanggal Lahir : 23 Maret 1994
Suku Bangsa : Karo
Agama : Islam
Nama Ayah : Junianto Tarigan
Suku Bangsa Ayah : Karo
Nama Ibu : Nurlela Rangkuti
Suku Bangsa Ibu : Mendailing
Pendidikan Formal
1. TK Mutiara Bunda : 1999 s/d 2000
2. SD Negeri 105382 : 2000 s/d 2006
3. SMP Al-Azhar Medan : 2006 s/d 2009
4. SMA Negeri 1 Galang : 2009 s/d 2012 5. Universitas Sumatera Utara : 2012 s/d 2016
Fakultas Kesehatan Masyarakat