80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan mengenai pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan air minum isi ulang dengan
kualitas bakteriologis Escherichia coli pada 9 sampel AMIU di Kec. Galang
Kab. Deli Serdang Tahun 2015 sebagai berikut:
2. Pemeliharaan peralatan umumnya tidak memenuhi syarat 88,9.
3. Pengawasan internal dilakukan oleh pengelola air minum depot isi ulang
untuk pemeriksaan kualitas air minum setiap 1 bulan sekali umumnya tidak baik 88,9. Pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinkes setiap 6
bulan sekali dikatagorikan tidak baik 66,7. 4.
Pemeriksaan kualitas AMIU di Galang sebagian besar memenuhi syarat 6, yaitu 0 per 100 ml Permenkes, 2010.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat menyarankan sebagai berikut: 1.
Bagi Dinkes agar melakukan pengawasan terhadap kualitas air minum depot isi ulang setiap 6 bulan sekali Permenkes, 2010.
2. Bagi pengelola untuk melakukan pemeliharaan peralatan dan pengawasan
yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan untuk menjaga kualitas air. 3.
Masyarakat harus lebih cermat dalam membeli AMIU, hasil pemeriksaan kualitas AMIU dari 9 sampel 3 sampel tidak memenuhi syarat.
Universitas Sumatera Utara
4. Bagi mahasiswa, sebaiknya meneliti mengenai sumber air pegunungan
yang digunakan karena dari hasil pemeriksaan kualitas AMIU 3 sampel tidak memenuhi syarat, 2 diantaranya berasal dari air pegunungan.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,
antara lain: 1.
Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. 2.
Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. 3.
Tidak berasa dan tidak berbau. 4.
Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI. Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-
bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri Chandra, 2006.
2.1.1 Golongan air
Air secara bakterologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel
airMPN. MPN disini mewakili most probable number jumlah terkaan terdekat bakteri koliform dalam 100 cc air.
Golongan-golongan air tersebut antara lain : 1.
Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPNS50100cc. 2.
Air dengan penjernian lengkap; MPN MPN5000100cc. 3.
Air dengan penjernian tidak lengkap; MPN5000100cc.
Universitas Sumatera Utara
4. Air dengan penjernian khusus water purification; MPN250.000100cc
Chandra, 2006. Golongan kualitas air menurut peruntukannya, antara lain :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2.
Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3.
Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air Peraturan pemerintah, 1990.
2.1.2 Sumber air
Air yang berada di permukaan bumi berasal dari berbagai sumber berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi 4:
2.1.2.1 Air angkasa
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas,
misalnya, karbondioksida, nitrogen, dan amonia Chandra, 2006.
2.1.2.2 Air permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan Mentri pekerjaan Umum, 2001. Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam
Universitas Sumatera Utara
sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumber permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian
akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun yang lainnya Chandra, 2006.
1. Persoalan air permukaan Persoalan air permukaan yang sering terjadi dibagi menjadi Kodoatie dan
Rostam, 2010. A. Ruang jaringan sungai instream
Persoalan menyangkut 3 masalah klasik air yang sering disebut 3 T: too much ,too little, too dirty
. To much
berarti di suatu tempat air terlalu berlebih dan too little berarti di suatu tempat air berkurang. Salah satu indikasi “too much,
too little” dapat dilihat dengan perbandingan Q max biasanya di
musim penghujan dan Q min di musim kemarau suatu sungai. Indikasi lain juga dapat dilihat dari persoalan klasik di Indonesia
sepanjang tahun: banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Di Jawa Tengah persoalan banjir juga meningkat seperti
disimpulkan oleh Program Magister Teknik Sipil Undip dalam Kodoatie dan Rostam, 2010 bahwa debit puncak banjir meningkat
antara 0,11 sampai 3,50 per tahun. Too dirty
berarti sungai terlalu kotor menunjukan masalah polusi sungai yang juga perlu perhatian serius. Di sini persoalan terjadi
Universitas Sumatera Utara
karena kepentingan teknis dan aspek lingkungan berbenturan dengan aspek sosial ekonomi.
B. Persoalan di daerah aliran sungai Persoalan menyangkut dua hal penting yaitu konservasi sumber daya
air dalam pengelolaan sumber daya air dan kawasan budi daya dalam penata ruangan. Aspek konservasi sumber daya air adalah bagaimana
bisa menahan aliran permukaan run-off yang sebesar-besarnya dan memberi kesempatan selama-lamanya air untuk masuk ke dalam tanah
infiltrasi atau tertahan di permukaan tanah. Dampak yang terjadi adalah peningkatan kualitas dan kuantitas
kebutuhan air sekaligus penurunan ketersediaan air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas di daerah alih fungsi lahan tersebut dan
peningkatan run-off di daerah hilirnya yang berpotensi meningkatkan banjir.
2. Kualitas air permukaan Kualitas air permukaan yang ada dipermukaan bumi ini diharapkan
mampu mendukung kehidupan satwa perairan dan mempunyai nilai estetis. Demikian pula, air permukaan tersebut seharusnya dapat diolah
dengan menggunakan prosedur standart untuk konsumsi manusia. Apabila tujuan pemanfaatan air permukaan telah ditentukan, maka klasifikasi yang
didasarkan pada kareteristik fisik, biologi, dan kimia air permukaan perlu disesuaikan dengan standart baku mutu yang lazim digunakan untuk
menentukan status kualitas air Asdak, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.3 Air tanah
Air tanah ground water berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perlokasi atau penyerapan ke dalam tanah dan
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalananya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi
lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki kelebihan dibandingkan sumber air lain, yaitu persediaan air tanah cukup tersedia
sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Tidak semua air infiltrasi air tanah mengalir ke sungai atau tampungan
air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas top soil untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer
melalui permukaan tanah soil evaporation, dan melalui permukaan tajuk vegetasi transpiration. Selain hal diatas persoalan yang sering kita jumpai pada
air tanah yaitu Kodoatie dan Rostam, 2010. 1.
Persoalan air tanah Persoalan air tanah identik dengan persoalan air permukaan yaitu
menyangkut kuantitas dan kualitas serta dampak lain seperti terjadinya lend subsidance.
Danaryanto, 2008 dalam Kodoatie dan Rostam, 2010 tantangan utama yang dihadapi dalam pengolahan air tanah di Indonesia adalah terbatasnya
pasokan air dari sumber air permukaan, ketergantungan yang tinggi terhadap air tanah untuk penyedian, dan maraknya pengambilan sumber
air ini karena tuntutan kebutuhan akan air semakin meningkat dari tahun
Universitas Sumatera Utara
ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pelayanan umum, sedangkan di wilayah yang sama sekali belum terlayani PDAM,
masyarakat harus berupaya sendiri untuk mendapatkan air bersih, dan air tanah menjadi pilihan pertama dalam memenuhi kebutuhan akan air
bersih. Hal ini mengakibatkan pengambilan air tanah oleh masyarakat menjadi semakin marak, sehingga terjadi penurunan muka air tanah.
2. Dampak pengambilan air tanah
Air tanah erat hubungannya dengan air permukaan. Berdasarkan hukum Darcy, dijelaskan jika tinggi muka air tanah mengalami penurunan yang
berkelanjutan, akibat dari eksplotasi air tanah yang berlebihan maka kemungkinan terjadinya rembesan air sungai ke akuifer sangat besar. Jika
aliran sungai cukup besar, maka rembesan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap debit sungai. Namun jika akuifer terbentuk dari
tanah yang memiliki permeabilitas besar dan pencemaran yang terjadi di sungai cukup tinggi, maka akan berpengaruh terhadap adanya pencemaran
air tanah Kodoatie dan Rostam, 2010. Beberapa wilayah di Indonesia, air tanah masih menjadi sumber air minum
utama. Air tanah yang masih alami tanpa gangguan manusia, kualitasnya belum tentu bagus. Terlebih lagi yang sudah tercemar oleh aktivitas
manusia, kualitasnya akan semakin menurun. Pencemaran air tanah antara lain disebabkan oleh kurang teraturnya pengolahan lingkungan Kodoatie
dan Rostam, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa sumber pencemaran yang menyebabkan menurunnya kualitas air tanah antara lain.
1. Sampah dari TPA
2. Tumpahan minyak
3. Kegiatan pertanian
4. Pembuangan limbah cair pada sumur dalam
5. Pembuangan limbah ke tanah
6. Pembuangan limbah radioaktif
Akibat pengambilan air tanah yang intensif di daerah tertentu dapat menimbulkan pencemaran air tanah, sehingga kualitas air tanah yang semula baik
menjadi menurun dan bahkan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum. Sedangkan di daerah dataran pantai akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya intrusi air laut karena pergerakan air laut ke air tanah Kodoatie dan Rostam, 2010.
Air tanah umumnya tidak memenuhi syarat sebagi sumber air minum, di daerah Bandung. Beberapa parameter yang tidak sesuai persyaratan untuk sumber
air minum antara lain : kekeruhan melebihi 5 NTU, warna lebih dari 15 Pt Co, pH kurang dari 6,5, Fe
3+
lebih dari 0,3 mgl, Mn
2+
lebih dari 0,1 mgl, NH
4+
lebih dari 1,5 mgl, Cl
ˉ
lebih dari 250 mgl, dan NO
3ˉ
lebih dari 50 mgl, serta mengandung bakteri coli yang berasal dari buagan tinja. Rendahnya kualitas air tanah dangkal
di daerah permukaan dan industri ini kemungkinan disebabkan oleh litologi akuifer yang merupakan endapan dan udara pencemaran dari buangan limbah
domestik dan industri Danaryanto, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Air tanah yang baru disedot didiamkan terlebih dahulu selama beberapa saat untuk mengendapkan besi, sebelum digunakan untuk berbagai peruntukan.
Selain itu perlakuan ini juga bertujuan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan menaikan kadar oksigen terlarut Effendi, 2003.
2.1.3 Pengolahan air
Metode yang digunakan untuk pengolahan air berkaitan dengan pencemar yang ada dalam persedian air tertentu yaitu bakteri patogen. Metode yang
digunakan dalam pengolahan air yaitu:
2.1.3.1 Metode pengolahan fisik
Operasi-operasi satuan fisik disusun sesuai dengan urutan paling sering terjadi dalam instalasi pengolahan air, yaitu:
1. Penyarigan
Untuk memastikan bahwa satuan-satuan utama dalam suatu instalasi pengolahan bekerja dengan efisien, maka perlu dilakukan pembuangan
sampah-sampah besar yang mengambang dan terapung, misalnya batang- batang kayu dan cabang-cabang kayu yang mungkin ada di tempat
pengendapan, terutama di sungai-sungai. 2.
Aerasi Aerasi adalah suatu bentuk perpindahaan gas dan dipergunakan dalam
berbagai variasi operasi, meliput sebagai berikut: 1 Tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut.
2 Pembuangan karbon dioksida. 3 Pembuangan hidrogen sulfida untuk menghilangkan bau dan rasa
Universitas Sumatera Utara
4 Pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta
mikroorganisme yang serupa. 3.
Pencampuran Bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat
dimasukan dengan mesin pemasukan larutan. Untuk dapat menjadi efektif, bahan-bahan kimia ini harus tersebar dengan baik dalam air dengan
pencampuran yang sempurna. 4.
Flokulasi Bila bahan-bahan pengental ditambahakan ke air yang mengandung
kekeruhan, akan terbentuk kumpulan partikel yang turun mengendap. Untuk melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya
sangat kecil, pengadukan cepat harus di ikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus flokulasi selama 20 menit.
5. Pengendapan
Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi yang sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan yang terapung
di dalam air dapat diendapkan ke luar. 6.
Flokulasi dan pengendapan di gabungkan Filter yang terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumbukan batu bara,
yang di tunjang diatas suatu tumpukan kerikil. Bila air yang lolos melalui filter tersebut, partikel-partikel terapung dan bahan-bahan flokulan akan
Universitas Sumatera Utara
bersentuhan dengan butir-butir pasir dan melekat kepadanya Linsley dan Joseph, 1979.
2.1.3.2 Metode pengolahan kimiawi
Koagulasi dan desinfeksi adalah merupakan proses yang paling umum dipergunakan dalam pengolahan air secara kimiawi. Rasa dan bau yang tidak enak
dapat dihilangkan dengan adsopsi karbon atau oksidasi kimiawi dengan senyawa- senyawa semacam klorin, ozon dan permanganat.
1. Koagulasi
Koagulan bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh untuk membentuk endapan flokulan. Partikel-partikel yang lebih besar
mempunyai kekerapatan yang cukup memungkinkan pembuangannya dengan cara pengendapan gravitasi. Koagulan yang paling dikenal adalah
alum [Al
2
SO
4 3
18 H
2
O]. Bila air tidak mengandung alkalinitas yang diperlukan, maka perlu
ditambahkan kapur CaO atau abu soda Na
2
CO
3
. 2.
Desinfeksi Klorin terbukti sebagai desinfeksi yang ideal. Bila dimasukkan ke dalam
air akan mempunyai pengaruh yang cepat dan menghilangkan mikrobiologi.
Jumlah klorin yang dibutuhkan tergantung pada jumlah bahan anorganik dan organik yang berkurang di dalam air. Bila persediaan air mengandung
fenol, penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang
Universitas Sumatera Utara
enak akibat klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelumnya.
3. Klorinasi
Klorinasi digunakan dalam berbagai cara, tergantung pada mutu air mentah dan kondisi-konsisi lainnya. Klorinasi air, yaitu pemakain klorin
setelah pengolahan, merupakan metode yang umum. Klorinasi awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan, akan menyempurnakan koagulsi,
mengurangi beban filter dan mencegah tumbuhnya ganggang. 4.
Adsorpsi Adsorpsi adalah suatu fenomena permukaan, adsorben haruslah mempuyai
permukaan yang luas dan harus bebas dari bahan-bahan diadsorp. Karbon yang diaktifkan diperoleh dengan cara membakar kayu, lignit, batu bara,
residu minyak tanah dan kulit kacang agar diperoleh suatu bahan residu yang permukaanya luas. Oleh sebab itu, adsopsi kabon biasanya dilakukan
setelah filtrasi. 5.
Oksidasi Oksidasi kimiawi adalah suatu peroses di mana keadaan oksidasi dari
suatu bahan ditingkatkan melalui suatu reaksi kimiawi Kodoatie dan Rostam, 2010.
2.1.3.3 Metode pengolahan khusus
Metode-metode khusus sering dipergunakan untuk mencapai tujuan pengolahan yang spesifik. Beberapa metode untuk menghilangkan rasa
dan bau, besi dan mangan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Pembuangan rasa dan bau
Rasa dan bau di dalam air disebabkkan oleh : a.
Gas-gas terlarut, misalnya hidrogin sulfida b.
Zat-zat organik hidup, misalnya ganggang c.
Zat-zat organik yang d.
Membusuk e.
Limbah industri f.
Klorin Aerasi adsropsi dan oksidasi adalah beberapa diantara metode-metode
yang telah dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau. 2.
Pembuangan besi dan mangan Di antara metode-metode yang dipergunakan untuk menghilangkan besi
dan mangan adalah : a.
Oksidasi dan presipitasi b.
Penambahan bahan-bahan kimia dan pengendapan serta filtrasi c.
Filtrasi melalui zeolit mangan d.
Pertukaran ion Di antara metode-metode ini yang paling sering dipergunakan yaitu
oksidasi dan presipitasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.4 Metode pengolahan garam
Beberapa proses untuk membuang garam dari air di antara proses-proses yang ada:
1. Distilasi
Distilasi air laut telah dilaksanakan selama bertahun-tahun. Tenaga matahari telah dipergunakan untuk produksi terbatas di daerah-daerah
yang banyak mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun. Walaupun demikian, produksi sekala besar dengan tenaga matahari dari segi
ekonomis tidak nampak layak dalam waktu dekat ini. 2.
Pembekuan Dalam proses pembekuan, suhu air laut diturunkan perlahan-lahan hingga
terbentuk kristal-kristal es. Kristal ini bebas dari garam dan dapat dipisahkan dari batu garam.
a. Demineralisasi Garam-garam dapat dihilangkan dari air melalui pemakaian alat
penukar ion yang serupa dengan yang dipergunakan untuk menghilangan kesadahan.
b. Elektrodialisis Dengan metode ini ion-ion dihamburkan oleh kerja suatu potensi
listrik melalui membran-membran yang secara selektif dapat ditembus berbagai ion.
Universitas Sumatera Utara
c. Osmosis terbalik Proses ini juga mempergunakan membran-membran, tetapi yang
secara selektif dapat ditembus oleh air, bukanya oleh garam Linsley dan Joseph, 1979.
2.1.3.5 Metode pembuangan lumpur instalasi pengolahan
Pembuangan lumpur instalasi pengolahan telah menjadi masalah besar karena tidak terdapat lahan ditempat pengolahan untuk instalasi pemrosesan
lumpur.
Tabel 2.1 Metode Pemerosesan dan Pembuangan Lumpur Instalasi Pengolahan Air.
Metode Penggunaan
Pengentalan gravitasi
Lagoon
Lapisan pengering
Pengaliran keselokan Sentifugasi
Pembekuan Pemadatan
Filtrasi hampa Lumpur dari operasi pengolahan air relatif encer sehingga
dibutuhkan pengentalan tertentu untuk mengurangi volume cair yang harus dibuang pada langkah-langkah peroses selanjutnya.
Lumpur ditahan dan dikentalkan dalam lagoon kolam penampungan air,
Lapisan-lapisan pasir dipergunakan untuk mengeringkan lumpur.
Bila mungkin, pengaliran ke selokan merupakan salah satu cara yang paling sederhana dan memuaskan untuk membuang
lumpur. Praktek ini dapat mengimbangi operasi sarana-sarana penaganan air limbah.
Masing-masing metode ini telah dipergunakan untuk mengeringkan mengentalkan lumpur instalsi pengolahan air.
Universitas Sumatera Utara
Sambungan tabel Hasil kerjanya tergantung pada ciri-ciri lumpur dan kondisi
operasi setempat.
2.1.4 Sistem Distribusi Air
Sistem distribusi air yang akan di bahas yaitu :
2.1.4.1 Jenis-jenis sistem distribusi air
Bila kondisi topografiya baik, dipergunakan distribusi gravitasi. Ini menurut adanya suatu waduk pada elevasi yang cukup di atas kota yang
bersangktuan, sehingga air dapat mencapai setiap bagian dari sistem distribusi dengan tekanan yang cukup Linsley dan Joseph, 1979.
2.1.4.2 Waduk-waduk distribusi
Waduk haruslah terletak sedekat mungkin ke pusat pemakaian. Berbagai jenis waduk distribusi dibangun untuk memenuhi kondisi topografi dan struktural
yang dijumpai. Waduk-waduk kecil dapat berupa galian sederhana yang lebih besar membutuhkan lapisan beton, dengan tembok sisi yang direncanakan sebagai
tembok penahan untuk menahan beban-beban luar dari tanah bila waduk sedang kosong Kodoatie dan Rostam, 2010.
2.1.4.3 Konstruksi dan pemeliharaan sistem ditribusi air
Syarat pokok bagi pipa untuk sistem distribusi air adalah cukupnya kekuatan dan ketahanan terhadap karat setinggi mungkin. Besi tulang, baja
berlapis semen, plasitk dan semen asbes dapat diandalkan untuk ukuran kecil, sedangkan baja dan beton bertulang lebih kompetitif untuk ukuran besar. Pipa-
Universitas Sumatera Utara
pipa pelayanan dari pipa utama menuju ke para langganan biasanya terbuat dari pipa tembaga atau baja disapuh Linsley dan Joseph, 1979.
2.1.5 Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan sumber daya air yang sering terjadi di Indonesia yaitu :
2.1.5.1 Kerusakan daerah tangkapan hujan
Kerusakan daerah tangkapan hujan terutama disebabkan oleh ketimpangan dalam pemanfaatan lahan. Ketimpangan tersebut disebabkan oleh perubahan lahan
yang tidak terkendali, sehingga kawasan hutan yang semula dilindungi oleh vegetasi alami berubah menjadi kawasan terbuka sedangkan kawasan pertanian
dan pedesaan berubah derastis menjadi kawasan industri dan perkotaan Sunaryo, 2005.
Saat ini makin banyak daerah tangkapan hujan yang mengalami pengurangan luasan kawasan bervegetasi, bahkan dibeberapa DAS terjadi
perubahan tata guna lahan yang demikian pesat sehingga luas hutan menurun derastis sampai mencapai ambang batas kritis Linsley dan Joseph, 1979.
2.1.5.2 Erosi dan sedimentasi
Pada dasarnya erosi adalah hilang atau terkikisnya bagian tanah di suatu tempat yang disertai terangkutnya bagian tanah itu.
Hujan yang jatuh di lahan yang terbuka merupakan penyebab utama erosi, karena tetesan air membawa momentum yang secara mekanis dapat mengubah
ikatan antara butiran tanah Linsley dan Joseph, 1979.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.3 Kekeringan
Debit sungai pada musim kemarau akan menjadi kecil dan mengakibatkan keterbatasan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Fenomenal tersebutlah
yang disebut dengan kekeringan Linsley dan Joseph, 1979.
2.1.5.4 Pencemaran air
Pencemaran air merupakan persoalan yang khas yang terjadi di sungai- sungai dan badan air. Sumber pencemaran disebabkan oleh aktivitas manusia
seperti sektor domestik, berupa limbah cair dari rumah tangga dan industri Kodoatie dan Rostam, 2010.
2.1.5.5 Banjir
Penyebab bencana khususnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu ada di muka bumi seperti gunung
meletus, tsunami dan curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu banjir dapat juga terjadi karena
limpasan permukaan. Bencana oleh aktifitas manusia adalah akibat eksploitasi alam yang berlebihan. Kodoati dan Roestam Sjarief, 2010.
2.2 Depot AMIU