yang mirip dengan respon relaksasi yang mengubah sistem autonimik, kekebalan, endokrin Young Koopsen, 2007.
Dengan metabolisme yang baik, tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan tubuh yang baik, dan dengan sistem kekebalan yang baik tubuh
menjadi kuat atau lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit. Musik dapat meningkatkan serotinin dan pertumbuhan hormon yang sama baiknya
dengan menurunkan hormon ACTH Ardenal Corticotropin Hormon. Pemberian intervensi terapi musik membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa
aman, sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, menurunkan rasa sakit dan juga menurunkan tingkat stress. Hal ini terjadi karena adanya penurunan ACTH
yang merupakan hormon stress Satiadarma, 2007.
2.2 Konsep Stress Hospitalisasi
2.2.1 Defenisi Stress Hospitalisasi
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi. Segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan
karena itu sesuatu yang mengganggu keseimbangan Sunaryo, 2004. Stress hospitalisasi adalah reaksi yang harus dihadapi dengan lingkungan
yang asing, pemberi asuhan tidak dikenal, dan kehilangan kemandirian Wong, 2003.
2.2.2 Penyebab Stress Hospitalisasi
Stress yang terjadi pada anak menurut Wong 2008 merupakan akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan anak memiliki
Universitas Sumatera Utara
sejumlah keterbatasan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah ataupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stress adalah kurang kendali akan peningkatan fisik persepsi ancaman dan dapat mempengaruhi keterampilan
koping anak-anak, efek cahaya, suara dan bau yang berlebihan mengganggu stimulasi sensorik, dan ketergantungan diskusi dengan kelompok usianya. Stress
yang dialami anak adalah terjadi suatu perpisahan antara orang tua dan teman sebaya, kehilangan kontol, ketergantungan, perubahan peran keluarga, cedera dan
nyeri tubuh, dan rasa takut terhadap sakit itu sendiri Wong, 2003. Menurut Wong 2008, faktor resiko yang meningkatkan kerentanan anak
terhadap stress hospitalisasi adalah temperamen sulit, ketidaksesuaian anak dengan orang tua, jenis kelamin laki-laki, kecerdasan dibawah rata-rata.
2.2.3 Tanda dan Gejala Stress
Menurut Foster 1989, tanda dan gejala stress anak usia sekolah terdiri dari:
1. Fisik, yang ditandai dengan : peningkatan denyut nadi atau HR, Peningkatan
tekanan darah, kesulitan bernafas, sesak nafas, sakit kepala, migran, kelelahan, sulit tidur, masalah pencernaan yaitu diare, mual muntah, maag,
radang usus besar, sakit perut, gelisah, keluhan somatik, penyakit ringan, keluhan psikomatik, Frekuensi buang air kecil, BB meningkat atau menurun
atau lebih 4,5 kg. 2.
Emosional, yang ditandai dengan : gampang marah, reaksi berlebihan terhadap situasi tertentu yang relative kecil, luapan kemarahan, cepat marah,
Universitas Sumatera Utara
permusuhan, kurang minat, menarik diri, apatis, tidak bisa bangun di pagi hari, cenderung menangis, menyalahkan orang lain, sikap mencurigakan,
khawatir, depresi, sinis, sikap negatif, menutup diri dan ketidakpuasan. 3.
Intelektual, yang ditandai dengan : menolak pendapat orang lain, daya hayal tinggi khawatir akan penyakitnya, konsentrasi menurun terutama pada
pekerjaan yang rumit, penurunan kreatifitas, berpikir lambat, reaksi lambat, sulit dalam pembelajaran, sikap yang tidak peduli, malas.
2.2.4 Respon Fisiologis Terhadap Stres