Pirngadi Medan. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik wilcoxon dengan tingkat kepercayaan
95 α= 0,05 yaitu menguji pengaruh terapi musik terhadap stress pada anak
usia sekolah yang mengalami rawat inap. a.
Pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Hasil penelitian diperoleh nilai Z = -5,196 ini terlihat dari nilai Asymp. Sig. yang dihasilkan yaitu 0,000 yang artinya lebih kecil dari
α = 0,005 berdasarkan hasil tersebut terdapat pengaruh yang signifikan antara stress akibat rawat inap
sebelum dan setelah diberikan terapi musik. Dengan demikian, menunjukkan bahwa terapi musik memberikan pengaruh terhadap stress akibat rawat inap pada
anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Tabel 5.4
Pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan bulan April sampai dengan Mei 2014 n=31
Sum Rank Z test
Asymp. Sig. 2-tailed
Keputusan Negatif Positif
378 0 -5,196
0,000 Ho=ditolak
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden di RSUD Dr.Pirngadi Medan
1. Jenis Kelamin
Jumlah penduduk anak Indonesia pada rentang usia 6 – 12 tahun menurut hasil Sensus Penduduk 2010 adalah 18.680 juta anak laki-laki dan 17.714 juta
anak perempuan Profil Anak Indonesia, 2012. Jumlah pasien anak usia sekolah
Universitas Sumatera Utara
6 – 12 tahun selama penelitian sebanyak 19 orang anak laki-laki dan 12 orang anak perempuan, dengan jumlah presentase keseluruhan sebesar 61,3 .
Menurut wong 2008, anak perempuan pada umumnya lebih adaptif terhadap stressor dibanding anak laki-laki. Stimulus yang mengawali dan
mencetuskan perubahan adalah stressor. Selama di rawat inap anak akan mengalami stress hospitalisasi karena perpisahan dengan orang tua atau teman
sebayanya, kehilangan kontrol kendali, cedera dan nyeri tubuh, dan rasa sakit itu sendiri. Anak laki-laki merupakan salah satu faktor resiko yang membuat anak-
anak tertentu lebih mudah tersinggung dibandingkan anak lain dalam kondisi stress akibat rawat inap.
2. Usia
Selama penelitian jumlah anak usia 6 tahun adalah sebanyak 6 anak, usia 7 tahun adalah sebanyak 4 anak, usia 8 tahun adalah sebanyak 6 anak, usia 9 tahun
sebanyak 1 anak, usia 10 tahun sebanyak 3 anak, usia 11 tahun sebanyak 4 anak, dan usia 12 tahun sebanyak 7 anak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa jumlah anak usia sekolah yang mengalami rawat inap terbanyak adalah responden berusia 12 tahun sebanyak 7
anak. Semakin tua usia anak, tingkat stress dan kekuatan seseorang semakin
konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Anak usia sekolah yang dirawat inap biasanya akan timbul rasa takut pada dokter dan
perawat, karena dalam bayangan mereka bahwa perawat akan menyakiti dengan cara menyuntik. Lingkungan rumah tentu sangat berbeda suasana dan bentuknya
Universitas Sumatera Utara
dengan ruangan perawatan. Selain itu, anak juga mengalami keterbatasan kegiatan seperti kegiatan sehari-harinya dengan teman sebayanya dan keluarga. Stress pada
anak usia sekolah adalah stress karena perpisahan dengan kelompok sebayanya, mengalami luka pada tubuh dan nyeri, dan kehilangan kontrol dapat juga
menimbulkan stress Wong, 2008. Stress hospitalisasi yang umumnya terjadi berhubungan dengan rawat inap
adalah ketakutan, lingkungan rumah sakit yang menakutkan, rutinitas rumah sakit, prosedur yang menyakitkan, dan takut akan kematian. Reaksi emosional pada
anak sering ditunjukkan dengan menangis, marah, memukul perawat, diam saat disapa perawat, tidak mau bicara dengan teman disebelah tempat tidurnya, dan
menolak makan. Reaksi fisik pada anak ditunjukkan dengan mengalami kesulitan tidur, anak mengalami masalah pencernaan : mual, muntah dan sakit perut, gelisah
selama dirawat. Reaksi intelektual pada anak sering ditunjukkan dengan malas melakukan aktivitas selama dirawat inap, dan menganggap penyakitnya adalah
hukuman karena anak nakal Wong, 2008. 3.
Pengalaman Dirawat dan Lama Rawat Inap Hasil penelitian berdasarkan pengalaman dirawat inap di rumah sakit
adalah responden yang belum pernah dirawat inap sebanyak 18 orang 58,1 . Menurut Wong 2008, pengalaman individu sangat mempengaruhi respon stress
karena pengalaman dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam menghadapi suatu masalah. Respon stress yang semakin berkurang jika dibandingkan dengan
seseorang yang baru pertama kali dirawat inap dan menghadapi masalah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian berdasarkan lama rawat inap di rumah sakit adalah responden 2 hari sebanyak 15 orang 48,4. Menurut Wong 2008, anak belum
mengenal lingkungan rumah sakit dan prosedur pengobatan yang akan dijalani. Anak yang baru pertama kalinya mengalami rawat inap ada awalnya sangat sulit
berinteraksi dengan oranglain bahkan dengan orang asing. Respon yang muncul, anak cenderung menangis atau marah ketika didekati, bahkan tidak segan-segan ia
merajuk pada orangtuanya. Atas bantuan dari orangtua yang selalu ada disamping anak, semua hambatan dapat teratasi dengan baik. Sebagian anak yang telah 4-5
hari dirawat cenderung bisa berinteraksi dengan baik.
5.2.2 Stress Responden Sebelum Diberikan Terapi Musik