Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dengan demikian penelitian tentang “Analisis Yuridis Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Honorarium yang Diterima NotarisPPAT Suatu penelitian di kota Medan”, belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

“Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada unsur- unsur berikut antara lain metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan juga sangat ditentukan oleh teori”. 13 “Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi”, 14 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. 15 “Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan teoritis.” 16 “Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan pedomanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati”. 17 13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, Jakarta, 1986, hal. 6. 14 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Penyunting : M. Hisyam , Jakarta : FE UI, 1996, hal. 203. 15 Ibid , hal. 122. 16 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80. 17 Bandingkan Snelbecker dalam Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 35. Universitas Sumatera Utara “Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan rechtgerechtigheid, kemanfaatan rechtsulititeit dan kepastian hukum rechtszekerheid”. 18 Dalam bukunya Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht , Apeldoorn menyatakan bahwa : Tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil. Untuk mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh sedapat mungkin apa yang menjadi haknya. 19 Dalam hal mewujudkan keadilan, menurut W. Friedman suatu Undang- Undang haruslah memberikan keadilan yang sama kepada semua walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut. 20 Menurut ajaran Yuridis-Dogmatis, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfatan, melainkan semata-mata untuk kepastian. 21 “Menurut aliran ini, meskipun aturan hukum atau penerapan hukum terasa tidak adil dan tidak memberikan manfaat yang besar bagi mayoritas warga 18 Achmad Ali, Menguak Takbir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Gunung Agung, Jakarta, 2002, hal. 85. 19 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 57. 20 W.Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Krisis Atas Teori-Teori Hukum , diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, Raja Grasindo Persada, Jakarta 1993, hal. 7. 21 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Gunung Agung , Jakarta, 2002, hal. 83. Universitas Sumatera Utara masyarakat, hal itu tidak menjadi soal asalkan kepastian hukum dapat terwujud. Hukum identik dengan kepastian”. 22 Keadilan merupakan fokus utama dari setiap sistem hukum dan keadilan tidak dapat begitu saja dikorbankan, seperti pendapat John Rawls yang di kutip oleh Munir Fuady sebagai berikut : Nilai keadilan tidak boleh ditawar-tawar dan harus diwujudkan ke dalam masyarakat tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Suatu ketidakadilan hanya dapat dibenarkan jika hal tersebut di perlukan untuk menghindari ketidakadilan yang lebih besar. Karena merupakan kebajikan yang terpenting dalam kehidupan manusia, maka terhadap kebenaran dan keadilan tidak ada kata kompromi. 23 Setiap orang memiliki kehormatan yang berdasar pada keadilan sehingga seluruh masyarakat sekalipun tidak bisa membatalkannya. Atas dasar ini keadilan menolak jika lenyapnya kebebasan bagi sejumlah orang dapat dibenarkan oleh hal lebih besar yang didapatkan orang lain. Keadilan tidak membiarkan pengorbanan yang dipaksakan kepada segelintir orang diperberat oleh sebagian besar keuntungan yang dinikmati banyak orang. 24 Prinsip keadilan menurut John Rawls dapat dirinci sebagai berikut : 1. Terpenuhinya hak yang sama terhadap kebebasan dasar equal liberties 22 Ibid, hal. 83. 23 Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2007, hal. 94. 24 John Rawls, A Theory Of Justice Teori Keadilan Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hal. 4. Universitas Sumatera Utara 2. Perbedaan ekonomi dan sosial harus diatur sehingga akan terjadi kondisi yang positif yaitu : a. Terciptanya keuntungan maksimum yang reasonable untuk setiap orang termasuk bagi pihak yang lemah maximum minimorium b. Terciptanya kesempatan bagi semua orang Menurut Rawls, keadilan akan didapatkan jika dilakukan maksimum penggunaan barang secara merata dengan memperhatikan kepribadian masing-masing justice as fairness. Dalam perpajakan dikenal 2 macam keadilan yaitu keadilan horizontal dan keadilan vertikal. Keadilan horizontal menyangkut cakupan pengertian penghasilan, sedangkan keadilan vertikal berkenaan dengan struktur tarif pajak. Dengan demikian tidak ada lagi perbedaan perlakuan antara Wajib Pajak, artinya terkait dengan pajak setiap orang mendapat perlakuan yang adil. 25 Selain itu, pemungutan pajak harus diatur dalam Undang-Undang, tujuannya agar ada jaminan hukum untuk negara dan Wajib Pajak dalam penyelenggaraan pemungutan pajak. Negara memiliki hak untuk memungut pajak, namun pelaksanaan hak tersebut tidak boleh mengabaikan teori-teori perpajakan yang ada. Pemungutan pajak merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada negara yang hasilnya juga akan dikembalikan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, 25 Bastari , Intisari Perkuliahan, Pengantar Pajak. Universitas Sumatera Utara pemungutan pajak harus mendapat persetujuan dari rakyat itu sendiri mengenai jenis pajak apa saja yang akan dipungut serta berapa besarnya pemungutan pajak. Proses persetujuan rakyat dimaksud tentunya hanya dapat dilakukan dengan suatu undang- undang. Pertanyaannya sekarang mengapa harus dengan undang-undang? Landasan yuridis untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan mengacu pada Pasal 23A UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Sebaliknya bila ada pungutan yang namanya pajak namun tidak berdasarkan undang-undang, maka pungutan tersebut bukanlah pajak tetapi lebih tepat disebut perampokan taxation without representation is robbery . Sebagaimana tujuan hukum pada umumnya, hukum pajak bertujuan untuk mendorong adanya keadilan dalam pemungutan pajak yang dilakukan secara umum dan merata. Prinsip tersebut mengawali setiap proses penyusunan perangkat perundang-undangan perpajakan maupun dalam implementasinya. Prinsip umum dan merata ini merupakan parameter dari aspek keadilan dalam pemungutan pajak. Terlepas daripada adanya sanksi, secara sadar atau tidak, pada umumnya orang menaati hukum yang ada. Menurut Utrecht, orang menaati hukum karena : a. Karena orang merasakan bahwa peraturan-peraturan itu dirasakan sebagai hukum. b. Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap peraturan sebagai peraturan hukum secara rasional rationeele aanvaarding. Agar tidak mendapatkan kesukaran-kesukaran Universitas Sumatera Utara orang memilih untuk taat saja pada peraturan hukum, karena melanggar hukum mendapatkan sanksi hukum. c. Karena masyarakat menghendakinya. d. Karena adanya paksaan sanksi sosial. Orang merasa malu atau khawatir dituduh sebagai orang yang asosial apabila orang melanggar sesuatu kaidah sosialhukum. 26

2. Konsepsi

Dokumen yang terkait

Analisis Perhitungan, Pemotongan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Pemko Tebing Tinggi

24 183 88

Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan yang Diterima Pegawai Tetap di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 51 78

Analisis Yuridis Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Honorarium Yang Diterima Notaris/PPAT (Studi Penelitian Di Kota Medan)

10 72 192

Pelaksanaan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan PT. Asuransi Parolamas Cabang Medan

0 42 87

Prosedur Penghitungan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh PASAL 21) Atas Pegawai Tetap (Studi Penelitian : PT.Rajawali Nusindo Medan)

6 159 62

Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji KaryawanTetap pada PT. Indonesia Asahan Aluminium

2 89 70

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 75 63

Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 40 73

Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Setelah Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2 74 70

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Final Atas Penghasilan Honorarium Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Cilegon Dengan menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQ

3 16 257