G. Metode Penelitian 1.
Sifat dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis, artinya penelitian ini merupakan penelitian yang berupaya menggambarkan, menjelaskan
serta menganalisa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21, dan kemudian akan dibandingkan dengan praktek pelaksanaan pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas honorarium yang diterima Notaris PPAT di kota Medan.
Dalam penulisan ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris yaitu dimaksudkan sebagai pendekatan terhadap masalah dengan melihat dari
segi peraturan-peraturan yang berlaku dan dihubungkan dengan kenyataan yang terjadi mengenai fenomena-fenomena yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas honorarium yang diterima Notaris PPAT di kota Medan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kota Medan.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Notaris PPAT yang wilayah hukumnya di kota Medan yaitu sebanyak 253 dua ratus lima puluh tiga Kantor
Universitas Sumatera Utara
Notaris PPAT. Penarikan sampel dilakukan secara “purposive sampling”
29
sebanyak 7 tujuh Kantor NotarisPPAT di kota Medan.
30
Penelitian ini didukung dengan data penunjang melalui informan yaitu : PegawaiPetugas KPP Pratama Medan Kota dan
PegawaiPetugas KPP Pratama Medan Petisah masing-masing sebanyak 1 orang.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder, sebagai berikut :
a. Data primer Data primer adalah data penelitian lapangan yang terkait dengan pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas honorarium yang diterima Notaris PPAT melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner dan
informan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah ditentukan,
29
Populasi tersebut kemudian dipilih menjadi unit sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pemilihan penggunaan teknik tersebut didasarkan kepada pertimbangan
bahwa sampel yang akan diteliti memiliki karakteristik yang relatif sama untuk dipilih menjadi sampel responden. Bentuk sampling tersebut biasa diterapkan dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan
untuk mengetahui efektivitas hukum dalam masyarakat. Disamping alasan tersebut, purposive sampling
dipilih agar benar-benar dapat menjamin, bahwa responden adalah unsur-unsur yang hendak diteliti dan yakin masuk dalam sampel yang dipilih. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian
Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 196-197.
30
Klaus Krippendorff, 1993, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal 96, menyatakan tidak ada jawaban yang pasti untuk menjawab persoalan
berapa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi. Lihat juga, Amiruddin dan H. Zainal Abidin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, menyatakan bila sifat populasi homogen, jumlah sampelnya kecil saja. Jika sifat populasinya heterogen, jumlah sampelnya
harus memperhatikan
keheterogenennya karena
sampel yang
diambil harus
dapat mencerminkanmewakili populasi.
Universitas Sumatera Utara
yaitu Notaris PPAT di Kota Medan dan Pegawai KPP Pratama Medan kota dan Medan Petisah.
b. Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah bahan kepustakaan yang meliputi
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. 1 Bahan hukum primer, yang terdiri dari :
a. Norma atau kaidah dasar b. Peraturan perundang -undangan yang terkait dengan perpajakan
khususnya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu: - Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan. - Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252PMK.032008 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan
Pajak Atas
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Orang Pribadi
- Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31PJ2009 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21 danatau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.
Universitas Sumatera Utara
- Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-32PJ2009 tentang bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
2 Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara lain tulisan atau pendapat para pakar hukum
di bidang hukum perpajakan. 3 Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan
yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, majalah, dan
jurnal ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Alat pengumpul data