PPh Pasal 21 sebagai Kredit Pajak PPh Orang Pribadi

42 a. Rp 15.840.000,00 lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; b. Rp 1.320.000,00 satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; c. Rp 15.840.000,00 lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami; d. Rp 1.320.000,00 satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 tiga orang untuk setiap keluarga. Besaran PTKP menurut UU PPh ini berlaku mulai 1 Januari 2009. Untuk mendapatkan gambaran penghitungan penghasilan tidak kena pajak, diberikan ilustrasi : Yusuf seorang Notaris berstatus kawin dengan tanggungan 4 orang anak, Penghasilan tidak kena pajak yang diberikan padanya untuk tahun 2009 sebesar : - PTKP untuk diri wajib pajak orang pribadi Rp 15.840.000,- - PTKP tambahan untuk wajib Pajak yang kawin Rp 1.320. 000,- - PTKP tambahan untuk anak 3 x Rp 1.320.000,- Rp 3.960.000,- Total Rp 21.120.000,- Dari ilustrasi diatas dapat diketahui bahwa penghasilan tidak kena pajak PTKP Yusuf adalah sebesar Rp 21.120.000,-

3. PPh Pasal 21 sebagai Kredit Pajak PPh Orang Pribadi

Universitas Sumatera Utara 43 Secara Umum bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT, pajak yang terutang dikurangi dengan kredit pajak. Kredit pajak adalah, pajak yang dibayar dimuka prepaid tax untuk tahun pajak yang bersangkutan yang terdiri dari : 1. PPh Pasal 21 Kredit Pajak berupa PPh Pasal 21 khusus untuk wajib pajak orang pribadi, yaitu pemotongan pajak oleh pihak lain sehubungan dengan kerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. 2. PPh Pasal 22 Jenis kredit pajak ini merupakan pemungutan pajak oleh pihak lain atas penghasilan dari kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain. 3. PPh Pasal 23 Pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga, royalti, sewa, hadiah, penghargaan, dan imbalan jasa tertentu. 4. PPh Pasal 24 Kredit pajak ini merupakan kredit pajak luar negeri, yaitu pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikreditkan. 5. PPh Pasal 25 Merupakan pembayaran angsuran pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak. 6. PPh Pasal 26 Universitas Sumatera Utara 44 Pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan kantor pusat BUT dan pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi wajib pajak dalam negeri atau BUT. Setelah tarif pajak, PTKP, dan Penghasilan Kena Pajak diketahui besarnya, serta jumlah kredit pajak telah diketahui, maka penghitungan besarnya pajak yang terutang, besarnya pajak yang lebih atau kurang dibayar pada suatu tahun pajak sudah dapat dihitung. Sebagai ilustrasi, perhitungan PPh terutang dan PPh yang kurang atau lebih dibayar untuk wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan penghasilan netto dalam menghitung pajak penghasilannya adalah sebagai berikut : Yusuf seorang Notaris di Medan, berstatus kawin dengan 3 orang anak. Penghasilan yang diterimanya pada tahun 2009 Rp 2.750.000.000,- berdasarkan Kep DirJen Pajak, norma penghitungan penghasilan neto NPPhN untuk Honorarium NotarisPPAT 50. Dalam tahun 2009, angsuran PPh pasal 21 yang di bayar oleh pemotong pajak Rp. 60.000.000 dan Yusuf juga membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 Rp. 35.000.000,- . Maka, PPh terutang tahun 2009 dan PPh kurang bayar tahun 2009 adalah : Penghasilan yang diterima Bruto Rp 2.750.000.000 Ph Netto 50 x 2.750.000.000 Rp 1.375.000.000 PTKP Rp 21.120.000 PKP Rp 1.353.880.000 Universitas Sumatera Utara 45 PPh 5 x Rp 50.000.000,- Rp 2.500.000 15 x Rp 200.000.000,- Rp 30.000.000 25 x Rp 250.000.000,- Rp 62.500.000 30 x Rp 853.880.000,- Rp 256.164.000 Rp 351.164.000 Kredit Pajak PPh Pasal 21 Rp 60.000.000,- PPh Pasal 25 Rp 35.000.000,- Jumlah Kredit Pajak Rp 95.000.000 PPh kurang bayar Rp 351.069.000,- Dari ilustrasi diatas dapat dilihat, PPh Pasal 21 yang telah dipotong dan di pungut oleh pemotong pajak merupakan kredit pajak dan dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang pada akhir tahun pajak yang bersangkutan.

C. Sistem Pemotongan PPh Pasal 21 Honorarium NotarisPPAT 1. Honorarium NotarisPPAT

Gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya termasuk penerimaan berupa pembayaran berkala, seperti alimentasi atau tunjangan seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam waktu tertentu adalah merupakan objek PPh Pasal 21. Penghasilan yang terhutang PPh Pasal 21 dapat dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, pegawai tidak tetap, penerima pensiun, dan bukan Universitas Sumatera Utara 46 pegawai. NotarisPPAT adalah termasuk bukan pegawai yang merupakan tenaga ahli. Dalam Pasal 1 angka 1 jo Pasal 15 ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, ditentukan bahwa yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Walaupun menurut definisi di atas ditegaskan bahwa notaris adalah pejabat umum openbare ambtenaar, namun notaris bukanlah pegawai menurut undang- undang kepegawaian negeri. Notaris tidak menerima gaji, bukan bezoldigd staatsmabt , tetapi menerima honorarium dari kliennya berdasarkan peraturan perundang-undangan. 47 Dalam melaksanakan tugasnya, Notaris tunduk serta terikat dengan aturan- aturan yang ada yakni Undang-undang Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris dan 47 Komar Andasasmita, Notaris I : Peraturan Jabatan, Kode Etik dan Asosiasi NotarisNotariat , Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, Bandung, 1991, hal. 94. Universitas Sumatera Utara 47 peraturan hukum lainnya pada umumnya. Menurut hukum yang merupakan produk atau hasil pekerjaan Notaris adalah berupa akta yang dibuat oleh Notaris. Selain itu Notaris juga berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya dimana besarnya honorarium yang diterima oleh Notaris didasarkan pada nilai ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap akta yang dibuatnya. 48 Dalam ketentuan Pasal 36 ayat 3 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disebutkan bahwa nilai ekonomis ditentukan dari objek setiap akta sebagai berikut: 1. Sampai dengan Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah atau ekuivalen gram emas ketika itu, honorarium yang diterima paling besar adalah 2,5 dua koma lima persen; 2. Di atas Rp 100.000.000,00 seratus juta rupiah sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah honorarium yang diterima paling besar 1,5 satu koma lima persen; atau 3. Di atas Rp l.000.000.000,00 satu miliar rupiah honorarium yang diterima didasarkan pada kesepakatan antara Notaris dengan para pihak, tetapi tidak melebihi 1 satu persen dari objek yang dibuatkan aktanya. 48 Pasal 36 ayat 1 dan 2 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Universitas Sumatera Utara 48 Nilai sosiologis ditentukan berdasarkan fungsi sosial dari objek setiap akta dengan honorarium yang diterima paling besar Rp 5.000.000,00 lima juta rupiah. Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang. Akta yang mempunyai fungsi sosial, misalnya, akta pendirian yayasan, akta pendirian sekolah, akta tanah wakaf, akta pendirian rumah ibadah, atau akta pendirian rumah sakit. 49 Maka Honorarium itulah yang dipotong oleh pemotong pajak.

2. Pemotong PPh Pasal 21

Dokumen yang terkait

Analisis Perhitungan, Pemotongan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Pemko Tebing Tinggi

24 183 88

Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan yang Diterima Pegawai Tetap di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 51 78

Analisis Yuridis Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Honorarium Yang Diterima Notaris/PPAT (Studi Penelitian Di Kota Medan)

10 72 192

Pelaksanaan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan PT. Asuransi Parolamas Cabang Medan

0 42 87

Prosedur Penghitungan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh PASAL 21) Atas Pegawai Tetap (Studi Penelitian : PT.Rajawali Nusindo Medan)

6 159 62

Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji KaryawanTetap pada PT. Indonesia Asahan Aluminium

2 89 70

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 75 63

Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 40 73

Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Setelah Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2 74 70

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Final Atas Penghasilan Honorarium Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Cilegon Dengan menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQ

3 16 257