42
a. Rp 15.840.000,00 lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah
untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; b.
Rp 1.320.000,00 satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp 15.840.000,00 lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah
tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami;
d. Rp 1.320.000,00 satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 tiga orang untuk setiap keluarga.
Besaran PTKP menurut UU PPh ini berlaku mulai 1 Januari 2009. Untuk mendapatkan gambaran penghitungan penghasilan tidak kena pajak,
diberikan ilustrasi : Yusuf seorang Notaris berstatus kawin dengan tanggungan 4 orang anak,
Penghasilan tidak kena pajak yang diberikan padanya untuk tahun 2009 sebesar : - PTKP untuk diri wajib pajak orang pribadi
Rp 15.840.000,- - PTKP tambahan untuk wajib Pajak yang kawin Rp 1.320. 000,-
- PTKP tambahan untuk anak 3 x Rp 1.320.000,-
Rp 3.960.000,- Total
Rp 21.120.000,- Dari ilustrasi diatas dapat diketahui bahwa penghasilan tidak kena pajak
PTKP Yusuf adalah sebesar Rp 21.120.000,-
3. PPh Pasal 21 sebagai Kredit Pajak PPh Orang Pribadi
Universitas Sumatera Utara
43
Secara Umum bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT, pajak yang terutang dikurangi dengan kredit pajak. Kredit pajak adalah, pajak yang dibayar dimuka
prepaid tax untuk tahun pajak yang bersangkutan yang terdiri dari :
1. PPh Pasal 21 Kredit Pajak berupa PPh Pasal 21 khusus untuk wajib pajak orang pribadi,
yaitu pemotongan pajak oleh pihak lain sehubungan dengan kerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.
2. PPh Pasal 22 Jenis kredit pajak ini merupakan pemungutan pajak oleh pihak lain atas
penghasilan dari kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain. 3. PPh Pasal 23
Pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga, royalti, sewa, hadiah, penghargaan, dan imbalan jasa tertentu.
4. PPh Pasal 24 Kredit pajak ini merupakan kredit pajak luar negeri, yaitu pajak yang dibayar
atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikreditkan. 5. PPh Pasal 25
Merupakan pembayaran angsuran pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak.
6. PPh Pasal 26
Universitas Sumatera Utara
44
Pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan kantor pusat BUT dan pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan pajak orang pribadi atau
badan luar negeri yang berubah status menjadi wajib pajak dalam negeri atau BUT.
Setelah tarif pajak, PTKP, dan Penghasilan Kena Pajak diketahui besarnya, serta jumlah kredit pajak telah diketahui, maka penghitungan besarnya pajak yang
terutang, besarnya pajak yang lebih atau kurang dibayar pada suatu tahun pajak sudah dapat dihitung. Sebagai ilustrasi, perhitungan PPh terutang dan PPh yang kurang atau
lebih dibayar untuk wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan penghasilan netto dalam menghitung pajak penghasilannya adalah sebagai berikut :
Yusuf seorang Notaris di Medan, berstatus kawin dengan 3 orang anak. Penghasilan yang diterimanya pada tahun 2009 Rp 2.750.000.000,- berdasarkan Kep
DirJen Pajak, norma penghitungan penghasilan neto NPPhN untuk Honorarium NotarisPPAT 50. Dalam tahun 2009, angsuran PPh pasal 21 yang di bayar oleh
pemotong pajak Rp. 60.000.000 dan Yusuf juga membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 Rp. 35.000.000,- . Maka, PPh terutang tahun 2009 dan PPh kurang bayar
tahun 2009 adalah : Penghasilan yang diterima Bruto
Rp 2.750.000.000 Ph Netto 50 x 2.750.000.000
Rp 1.375.000.000 PTKP
Rp 21.120.000
PKP Rp 1.353.880.000
Universitas Sumatera Utara
45
PPh 5 x Rp 50.000.000,-
Rp 2.500.000
15 x Rp 200.000.000,- Rp
30.000.000 25 x Rp 250.000.000,-
Rp 62.500.000
30 x Rp 853.880.000,- Rp
256.164.000
Rp 351.164.000
Kredit Pajak PPh Pasal 21
Rp 60.000.000,- PPh Pasal 25
Rp 35.000.000,- Jumlah Kredit Pajak
Rp 95.000.000
PPh kurang bayar Rp 351.069.000,-
Dari ilustrasi diatas dapat dilihat, PPh Pasal 21 yang telah dipotong dan di pungut oleh pemotong pajak merupakan kredit pajak dan dapat dikreditkan terhadap
pajak yang terutang pada akhir tahun pajak yang bersangkutan.
C. Sistem Pemotongan PPh Pasal 21 Honorarium NotarisPPAT 1. Honorarium NotarisPPAT
Gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya termasuk penerimaan berupa pembayaran berkala,
seperti alimentasi atau tunjangan seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam waktu tertentu adalah merupakan objek PPh
Pasal 21. Penghasilan yang terhutang PPh Pasal 21 dapat dikenakan pada penghasilan
yang diterima oleh pegawai tetap, pegawai tidak tetap, penerima pensiun, dan bukan
Universitas Sumatera Utara
46
pegawai. NotarisPPAT adalah termasuk bukan pegawai yang merupakan tenaga
ahli. Dalam Pasal 1 angka 1 jo Pasal 15 ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris, ditentukan bahwa yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam akta
otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu
tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
Walaupun menurut definisi di atas ditegaskan bahwa notaris adalah pejabat umum openbare ambtenaar, namun notaris bukanlah pegawai menurut undang-
undang kepegawaian negeri. Notaris tidak menerima gaji, bukan bezoldigd staatsmabt
, tetapi menerima honorarium dari kliennya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
47
Dalam melaksanakan tugasnya, Notaris tunduk serta terikat dengan aturan- aturan yang ada yakni Undang-undang Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris dan
47
Komar Andasasmita, Notaris I : Peraturan Jabatan, Kode Etik dan Asosiasi NotarisNotariat
, Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, Bandung, 1991, hal. 94.
Universitas Sumatera Utara
47
peraturan hukum lainnya pada umumnya. Menurut hukum yang merupakan produk atau hasil pekerjaan Notaris adalah berupa akta yang dibuat oleh Notaris.
Selain itu Notaris juga berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya dimana besarnya honorarium yang diterima
oleh Notaris didasarkan pada nilai ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap akta yang dibuatnya.
48
Dalam ketentuan Pasal 36 ayat 3 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disebutkan bahwa nilai ekonomis ditentukan dari objek setiap akta sebagai
berikut: 1. Sampai dengan Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah atau ekuivalen gram
emas ketika itu, honorarium yang diterima paling besar adalah 2,5 dua koma lima persen;
2. Di atas Rp 100.000.000,00 seratus juta rupiah sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah honorarium yang diterima paling besar
1,5 satu koma lima persen; atau 3. Di atas Rp l.000.000.000,00 satu miliar rupiah honorarium yang diterima
didasarkan pada kesepakatan antara Notaris dengan para pihak, tetapi tidak melebihi 1 satu persen dari objek yang dibuatkan aktanya.
48
Pasal 36 ayat 1 dan 2 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
48
Nilai sosiologis ditentukan berdasarkan fungsi sosial dari objek setiap akta dengan honorarium yang diterima paling besar Rp 5.000.000,00 lima juta rupiah.
Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang. Akta yang mempunyai fungsi sosial, misalnya, akta pendirian yayasan,
akta pendirian sekolah, akta tanah wakaf, akta pendirian rumah ibadah, atau akta pendirian rumah sakit.
49
Maka Honorarium itulah yang dipotong oleh pemotong
pajak.
2. Pemotong PPh Pasal 21