Hipotesis Penelitian Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Manfaat Penelitian

mayoritas opini daripada bukti percobaan klinis, kriteria diagnostik yang telah diusahakan berikut: bukti klinis atau biokimia hiperandrogenisme, anovulasi kronis, dan gejala dari gangguan lain yang diketahui. Kriteria ini adalah suatu langkah pertama yang penting ke arah standardisasi diagnosis dan mendasari sejumlah petunjuk yang acak dari multicenter percobaan klinis dalam PCOS. Sejak waktu itu dan seperti yang diuraikan sejumlah konferensi internasional yang berikutnya , telah ada suatu peningkatan kewaspadaan yang bertahap bahwa gambaran klinis PCOS mungkin lebih luas dibanding definisi dari kriteria NIH 1990. Pada umumnya kedua ovarium akan terlihat membesar 2-3 kali lebih besar dari biasanya dengan tepikapsula tunika albugenia yang tebal dan echogenic. Di sekelilingnya di daerah korteks ovarium, tepat di bawah tunika albugenia akan terlihat deretan kista yang kecil-kecil dengan ukuran 2-8 mm. Pada setiap ovarium bisa ditemukan 5-10 kista folikel dengan ukuran yang hampir sama. Dengan bertambahnya jumlah kista maka ukuran ovarium juga akan bertambah besar demikian juga gejala klinis dan kelainan endokrin akan menjadi lebih jelas dan berat. 6,7 8,9 1.2.Rumusan Masalah Apakah Umur, Paritas dan IMT mempengaruhi wanita SOPK terhadap rasio LHFSH.

1.3. Hipotesis Penelitian

Umur, Paritas dan IMT mempengaruhi wanita SOPK terhadap rasio LHFSH.

1.4. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor Umur, Paritas dan IMT mempengaruhi wanita SOPK terhadap rasio LHFSH.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah faktor usia wanita berpengaruh terhadap rasio LHFSH. Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui apakah faktor paritas wanita berpengaruh terhadap rasio LHFSH. Untuk mengetahui apakah faktor IMT Indeks Masa Tubuh wanita berpengaruh terhadap rasio LHFSH.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh faktor- faktor Umur, Paritas dan IMT mempengaruhi wanita SOPK terhadap rasio LHFSH. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sindroma Ovarium Polikistik

Sejak 1990 National Institutes of Health – mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom PCOS, telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum gejala dan tanda yang lebih luas dari kelainan fungsi ovarium dibanding definisi kriteria diagnostik yang asli. Workshop konsensus Rotterdam 2003 menyimpulkan bahwa PCOS adalah suatu sindrom kelainan fungsi ovarium ciri – ciri utama hiperandrogenisme dan morfologi polikistik ovarium PCO. PCOS merupakan suatu sindrom, dan tidak ada kriteria diagnostik tunggal seperti hiperandrogenisme atau PCO yang cukup untuk diagnosa klinis. Manifestasi klinis meliputi ketidakteraturan haid, tanda – tanda kelebihan androgen, dan obesitas. Resistensi insulin dan peningkatan serum LH juga umum dalam PCOS. PCOS dihubungkan dengan resiko peningkatan diabetes tipe 2 dan kelainan kardiovaskular. Berdasarkan laporan Stein dan Leventhal pada makalah aslinya menyebutkan bahwa sebelum penemuan mereka tentang hubungan antara pembesaran ovarium polikistik dengan amenorrhoe, telah disebutkan tentang pola perdarahan abnormal yang berhubungan dengan hiperplasia endometrium yang diduga disebabkan oleh “sekresi berlebih hormon estrogen”. 1,2,8 Pada penderita SOPK, terdapat lingkaran yang memelihara mekanisme feedback yaitu otak, ovarium, dan darah. Di otak hipotalamus, terdapat kelainan GnRH pulsatif, yang kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kehilangan progesteron kronis berhubungan dengan anovulasi persisten. Kadar FSH menurun sampai tingkat di mana FSH tidak lagi dapat menyokong aktivitas aromatase yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan folikel. Sebagai akibatnya, kadar LH meningkat tetapi tidak sampai terjadi lonjakan LH pada tengah siklus menstruasi. Sebagai akibat dari peningkatan LH, terjadi hipertrofi theca yang memacu sekresi berlebih daripada peningkatan androgen dari ovarium. Bersama-sama hal ini mengakibatkan gangguan perkembangan folikel, merangsang terjadinya atresia folikel, dan meningkatkan sekresi inhibin, sehingga terjadi anovulasi kronis. 9-11 Universitas Sumatera Utara