Sindroma Ovarium Polikistik TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sindroma Ovarium Polikistik

Sejak 1990 National Institutes of Health – mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom PCOS, telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum gejala dan tanda yang lebih luas dari kelainan fungsi ovarium dibanding definisi kriteria diagnostik yang asli. Workshop konsensus Rotterdam 2003 menyimpulkan bahwa PCOS adalah suatu sindrom kelainan fungsi ovarium ciri – ciri utama hiperandrogenisme dan morfologi polikistik ovarium PCO. PCOS merupakan suatu sindrom, dan tidak ada kriteria diagnostik tunggal seperti hiperandrogenisme atau PCO yang cukup untuk diagnosa klinis. Manifestasi klinis meliputi ketidakteraturan haid, tanda – tanda kelebihan androgen, dan obesitas. Resistensi insulin dan peningkatan serum LH juga umum dalam PCOS. PCOS dihubungkan dengan resiko peningkatan diabetes tipe 2 dan kelainan kardiovaskular. Berdasarkan laporan Stein dan Leventhal pada makalah aslinya menyebutkan bahwa sebelum penemuan mereka tentang hubungan antara pembesaran ovarium polikistik dengan amenorrhoe, telah disebutkan tentang pola perdarahan abnormal yang berhubungan dengan hiperplasia endometrium yang diduga disebabkan oleh “sekresi berlebih hormon estrogen”. 1,2,8 Pada penderita SOPK, terdapat lingkaran yang memelihara mekanisme feedback yaitu otak, ovarium, dan darah. Di otak hipotalamus, terdapat kelainan GnRH pulsatif, yang kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kehilangan progesteron kronis berhubungan dengan anovulasi persisten. Kadar FSH menurun sampai tingkat di mana FSH tidak lagi dapat menyokong aktivitas aromatase yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan folikel. Sebagai akibatnya, kadar LH meningkat tetapi tidak sampai terjadi lonjakan LH pada tengah siklus menstruasi. Sebagai akibat dari peningkatan LH, terjadi hipertrofi theca yang memacu sekresi berlebih daripada peningkatan androgen dari ovarium. Bersama-sama hal ini mengakibatkan gangguan perkembangan folikel, merangsang terjadinya atresia folikel, dan meningkatkan sekresi inhibin, sehingga terjadi anovulasi kronis. 9-11 Universitas Sumatera Utara Wanita yang mempunyai kadar estrogen yang cukup namun tidak mendapatkan siklus setiap bulannya atau mengalami amenorrhoe sekunder sering mengalami kelainan sindroma ovarium polikistik ini. 8,9

2.2. Konsensus Rotterdam tentang Kriteria Diagnostik PCOS