Kepentingan Perseroan Kepentingan Karyawan

1. Kepentingan Perseroan

Perseroan sebelum melakukan perbuatan penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahaan atau spin off perseroan wajib memperhatikan dirinya sendiri masing karena menyangkut nasibnya di masa depan. Untuk ini perseroan yang wajib dipikirkan antara lain apabila melakukan perbuatan tersebut namun akan memecahkan persoalan atau tidak. Apakah nantinya kegiatan usahanya akan berjalan lancar dan menguntungkan atau tidak. Kemudian bagaimana persoalan yang menyangkut dengan pihak ketiga. Ini semua yang wajib diperhatikan dalam mempertimbangkan langkah yang akan diambil perseroan. 92

2. Kepentingan Karyawan

Terjadinya perbuatan pengabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan atau spin off perseroan berakibat salah satu perseroan menjadi bubar kecuali pada peleburan kedua perseroan menjadi bubar semuanya. Dengan bubarnya perseroan tersebut terutama bagi para karyawan perseroan, berakibat kehilangan pekerjaan. Akibat perbuatan perseroan inilah yang wajib diperhatikan karena akan berdampak gejolak sosial di masyarakat karena mencari pekerjaan bukan hal yang mudah untuk diperoleh di jaman sekarang. 93 Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan para pekerja ini dalam hubungan dengan spin off adalah sebagai berikut: Para pekerja dalam perseroan yang akan spin off merupakan salah satu pihak yang mesti sangat diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum spin off dilakukan. a Prinsip-prinsip umum mengenai kebijaksanaan kesejahteraan sosial yang akan diterapkan setelah spin off. b Waktu yang pantas untuk berkonsultasi dengan organisasi pekerja. 92 Ibid ,hal.34. 93 Ibid ,hal.36. Universitas Sumatera Utara c Cara dan saat untuk menginformasikan spin off kepada pekerja. d cara-cara untuk mencegah atau setidak-tidaknya mengelominir kemungkinan meteriil kepada pihak pekerja, termasuk memberikan kompensasi yang bersifat materiil. e Aktifitas khusus dari organisasi pekerja dalam perseroan. Suatu garansi terhadap keamanan dan ketersediaan pekerjaan setelah spin off. 94 Dalam kasus spin off seringkali dengan alasan peningkatan efisiensi dan pemisahan atau pemekaran usaha, setelah spin off sebagian pekerja diputuskan untuk di PHK Pemutusan Hubungan Kerja. Pihak pekerja menurut sistem hukum di Indonesia hampir-hampir tidak mempunyai uapaya hukum apapun untuk menolak PHK tersebut. Karena itu alasan PHK tersebut dilaksanakan sesuai denan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka PHK tersebut sudah sah. Sungguhpun UUPT mensyaratkan perlindungan terhadap pihak karyawan perseroan disamping perlindungan pihak-pihak lainnya, dalam hal terjadinya spin off, merger, akuisisi dan konsolidasi. Terjadi perbuatan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan perseroan berakibat salah satu perseroan menjadi bubar kecuali pada peleburan kedua perseroan menjadi bubar semuanya. Dengan bubarnya perseroan tersebut terutama bagi karyawan perseroan berakibat kehilangan pekerjaan. Akibat perbuatan perseroan inilah yang wajib diperhatikan karena akan berdampak gejolak sosial di masyarakat karena mencari pekerjaan bukan hal yang mudah untuk diperoleh dizaman sekarang. 95 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenegakerjaan mengatur mengenai dampak penggabungan dan pengambilalihan terhadap buruh sebatas mengenai perjanjian kerja bersama dan status hubungan kerja. Sedangkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan 94 Ibid ,hal.37. 95 Ibid ,hal.45. Universitas Sumatera Utara Terbatas UUPT hanya mengatur hak prosedural buruh, bersama dengan pihak bekepentingan lainnya untuk memperoleh rancangan Penggabungan dan Pengambilalihan. Walaupun dinyatakan bahwa penggabungan dan pengambilalihan perseroan hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan kepentingan karyawan perseroan yang bersangkutan dengan demikian, kebijakan di Indonesia sebenarnya tidak menjadikan buruh sebagai partner pengusaha dalam menentukan arah jalannya perseroan. Sebab jika kita menelisik hak-hak dan partisipasi buruh dalam proses penggabungan dan pengambilalihan, maka terlihat jelas bahwa peran dan hak-hak buruh sangat minim. 96 Mengenai perjanjian kerja, dampak pengambilalihan dan penggabungan perseroan terhadap serikat buruh adalah sebagai berikut: a Dalam hal pengambilalihan perjanjian kerja bersama tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja bersama. b Dalam hal penggabungan dan kedua perseroan mempunyai perjanjian kerja bersama maka perjanjian kerja bersama yang berlaku adalah perjanjian kerja bersama yang lebih menguntungkan pekerja. c Dalam hal penggabungan dan hanya salah satu perseroan mempunyai perjanjian kerja bersama maka perjanjian kerja bersama tersebut berlaku bagi perseroan yang bergabung penggabungan sampai dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja bersama. Sedangkan mengenai status hubungan kerja, dampak pengambilalihan dan penggabungan perseroan adalah sebagai berikut. a Hubungan kerja terus berlanjut. 96 Ibid ,hal.54. Universitas Sumatera Utara b Pengusaha dapat melakukan PHK, dalam hal pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, maka pekerja berhak atas uang pesangon sebesar 1 satu, uang perhargaan masa kerja 1 satu kali dan uang penggantian hak. Jadi jika pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, bukan dianggap sebagai pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam pasal 162 dan pasal 168 UU Ketenagakerjaan. c Pengusaha dapat melakukan PHK, dalam hal pengusaha tidak bersedia menerima pekerja di perseroannya, maka pekerjaburuh berhak atas uang pesangon sebesar 2 dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja 1 satu kali ketentuan, dan uang penggantian. Jadi bukan dengan alasan efisiensi atau merugi sebagaimana dimaksud dalam pasal 164 UU Ketenagakerjaan. Hak buruh mengenai perjanjian kerja dan hubungan kerja ini disebut dengan hak substantif. Sedangkan UUPT juga mengatur hak prosedural buruh dalam proses penggabungan dan pengambilalihan yang dalam pasal 127 ayat 3 dinyatakan bahwa buruh sebagai pihak yang berkepentingan berhak untuk memperoleh rancangan Penggabungan dan Pengambilalihan di kantor perseroan terhitung sejak tanggal pengumuman sampai tanggal RUPS diselenggarakan. Bahkan dalam pasal 127 ayat 2 UUPT dan penjelasannya, menyebutkan bahwa ringkasan rancangan harus diumumkan agar pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk buruh, berkesempatan menyatakan keberatannya. Namun pada akhirnya, keputusan mengenai penggabungan dan pengambilalihan ditentukan dalam rapat RUPS Lihat Pasal 89 UUPT. Khusus dalam hal yang akan melakukan penggabungan dan pengambilalihan adalah Bank maka harus memperoleh persetujuan Universitas Sumatera Utara Komisaris, sedangkan pekerja hanya berhak mendapatkan pengumuman ringkasan rancangan pengambilalihan dan penggabungan dari Direksi. 97

3. Kepentingan Pemegang Saham Minoritas