Akibat Hukum Spin Off Terhadap Perseroan Hasil Pemisahan Anak Perseroan

bangunannya sendiri. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang dimaksud berdasarkan peraturan BPHTB meliputi pemekaran usaha atau pemisahan usaha spin off.

C. Akibat Hukum Spin Off Terhadap Perseroan Hasil Pemisahan Anak Perseroan

UUPT tidak mengatur secara khusus mengenai konsekuensi hukum dan keterkaitan antara induk perseroan dan anak perseroannya.Sedangkan dalam praktek hal ini merupakan masalah yang relevan untuk dibahas. UUPT menganut prinsip hukum “separate legal entity” badan hukum yang terpisah, artinya perseroan merupakan badan hukum yang terpisah dari pemegang sahamnya, terlepas misalnya pemegang saham memiliki 99,99 saham dalam perseroan. Sedangkan dari sudut pandang keuangan, group of companies konglomerasi grup perseroan dilihat sebagai suatu “single economic entity” satu kesatuan ekonomi, artinya group perseroan tersebut mempunyai satu kesatuan kepentingan yang dikontrol oleh “ultimate shareholder” atau “controlling shareholder” pemegang saham pengendali dari grup tersebut. Sedangkan dalam segi akutansi, jika kepemilikan induk perseroan pada anak perseroannya adalah 50 saham atau lebih, maka laporan keuangan anak perseroan akan dikonsolidasi dengan induk perseroannya. Pengaturan dalam UUPT hanya menyentuh tingkat level pertama dari pemegang saham, yaitu pemegang saham langsung direct shareholder perseroan dan UUPT sama sekali tidak mengatur pemegang saham tidak langsung indirect shareholder tingkat 2 dst, yaitu di atau setelah pemegang saham yang tercatat dalam perseroan registered shareholders. Dalam struktur konglomerasi badan hukum asing, suatu multinational corporation MNC atau “Sogo Sosha” Jepang menjalankan kegiatan operasinya di Indonesia dengan jalan mendirikan anak perseroannya di Indonesia dalam bentuk perseroan terbatas yang didirikan dalam kerangka Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan anak Universitas Sumatera Utara perseroan dalam bentuk perseroan PMA ini dikontrol atau dikuasai oleh MNC tersebut baik melalui kepemilikan saham maupun kepengurusan. 134 Sedangkan konglomerasi domestik biasanya juga menggunakan strategi untuk mendirikan perseroan induk di luar Indonesia, biasanya di “tax heaven countries” negara-negara bebas pajak seperti misalnya British Virgin Islands, Cayman Islands, Labuan Malaysia, untuk menciptakan struktur hukum penguasaan korporasi yang berjenjang, dan penguasaan ini berujung pada ultimate shareholder yang berada diluar jurisdiksi Indonesia, sehingga tidak dapat dimintakan pertanggung jawaban hukum atas perbuatan anak perseroannya di Indonesia. Keterkaitan erat dua atau lebih perseroan yang merupakan satu kesatuan ekonomi dan bagian yang tidak dapat dipisahkan integral and inseparable part dalam suatu hubungan hukum dikenal dengan “alter ego theory”. Berdasarkan Kamus Inggris Indonesia, yang dimaksud dengan “alter ego” adalah “aku yang kedua”. Dalam praktek, tidak tertutup kemungkian untuk menarik pihak lain yang bukan pihak dalam perjanjian, selama pihak lain tersebut merupakan anak perseroan atau induk perseroan yang merupakan satu kesatuan ekonomi dari perseroan yang terikat dalam kontrak tersebut, dan kedua perseroan tersebut, yaitu induk perseroan holding company dan anak perseroan subsidiary company secara bersama sama dapat dibuktikan telah melakukan tindakan yang merugikan terhadap pihak lainnya dalam perjanjian yang ada. Dalam praktek, ditariknya induk perseroan dan anak perseroan mungkin 134 Rochmat, Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Bandung : Eresco, 1993, hal.88. Universitas Sumatera Utara saja ditarik baik dalam gugatan wanprestasi ataupun perbuatan melawan hukum, tergantung dari bukti-bukti yang dimiliki dan konstruksi gugatan jangkauan dalil yang akan diajukan. 135 Sebagai contoh, berdasarkan suatu perjanjian keagenan tunggal, induk perseroan sebagai produsen alat-alat tertentu telah mengangkat suatu perseroan sebagai agen tunggalnya di Indonesia. Berdasarkan hukum positif di Indonesia, disyaratkan bahwa pengangkatan agen tunggal wajib untuk didaftarkan ke Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. Penunjukkan keagenan oleh prinsipal berdasarkan perjanjian keagenan i wajib tunggal exclusive untuk seluruh wilayah Indonesia dan ii pengangkatan agen tunggal tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 tahun. 136 Jika sebelum berakhirnya jangka waktu 3 tahun, ternyata prinsipal dan anak perseroannya di Indonesia secara bersama-sama terbukti melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri hubungan keagenan tunggalnya dengan agen tunggal Indonesia dan kemudian secara tidak sah prinsipal tersebut mengangkat anak perseroannya sebagai agennya di Indonesia, maka agen tunggal Indonesia yang dirugikan dapat menarik baik prinsipal maupun anak perseroannya dalam perkara perbuatan melawan hukum. Dapat ditariknya anak perseroan dan prinsipal dalam perkara keagenan tersebut jika dapat dibuktikan bahwa: 1. Telah terjadi perbuatan melawan hukum yang dilakukan secara bersama-sama oleh induk perseroan dan anak perseroannya terhadap agen tunggal Indonesia. 135 Ibid ,hal.94. 136 FX, Suhardana, Hukum Perdata, Jakarta : Prenhallindo, 1987, hal.29. Universitas Sumatera Utara 2. Bahwa anak perseroan tersebut merupakan alter ego dari prinsipal, dimana saham-saham anak perseroan tersebut dimiliki oleh induk perseroan dan kedua perseroan tersebut dijalankan oleh anggota pengurus yang sama, jadi disini dapat dibuktikan bahwa keduanya mempunyai satu kesatuan ekonomi dan bagian yang tidak dapat dipisahkan integral and inseparable part dalam suatu hubungan kepemilikan maupun kepengurusan. Alter Ego theory merupakan kebalikan dari prinsip hukum bahwa tanggung jawab badan hukum adalah terpisah dari tanggung jawab pemegang sahamnya. Pemegang saham berbentuk perseroan seringkali berlindung dibalik prinsip hukum ini. Sedangkan jelas bahwa dalam struktur konglomerasi yang terjadi dalam praktek, walapun kegiatan usaha dipecah-pecah dan dijalankan secara terpisah oleh beberapa puluh atau bahkan ratusan perseroan akan tetapi seringkali jalinan kepemilikan saham dan kepengurusan perseroan-perseroan dalam naungan grup tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan kepentingan ekonomi, yaitu dikontrol oleh pemegang saham pengendali, yang seringkali merupakan suatu keluarga atau orang tertentu. 137 Anak perseroan subsidiary adalah perseroan yang dikendalikan oleh perseroan lain yang disebut dengan anak perseroan. Langkah pembentukan perseroan holding melalui pola spin off dengan target low cost of capital. Proses hukum akan dilaksanakan secara paralel dengan target pengumuman rencana pemisahan secara tertulis dan melalui RUPS. Tujuan pembentukan struktur baru bertujuan agar secara operasional korporasi dapat bekerja efektif, efesien, terukur dan dapat tumbuh berkembang sesuai target. Permohonan revisi pemisahan perseroan di ajukan kepada menteri keuangan mengenai revisi PMK No. 43PMK.032008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas pengalihan harta dalam rangka pengabungan, peleburan atau pemekaran usaha. Lalu 137 Ibid ,hal.48. Universitas Sumatera Utara pemilihan konsultan keuangan harus dilaksanakan dengan proses tender dan juga pemilihan konsultan hukum dilaksanakan juga melalui proses tender. 138 Latar belakang terbentuknya spin off adalah adanya rencana perubahan holding company induk perusahaan dari bentuk operating holding menjadi non operating holding dengan alasan agar lebih fokus dalam pengelolahan sinergi korporasi antara sesama perseroan yang kelak menjadi anak perseroan. Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Govermance dalam pembentukan perseroan spin off oleh induk perseroan terhadap anak perseroan kelak membuat penggabungan dan sentralisasi perseroan akan menghasilkan mekanisme pengendalian, fungsi- fungsi organisasi dan kebijakan yang bersifat strategis dan dinamis. Manfaat spin off terhadap induk perseroan dan anak perseroan akan meningkatkan optimalisasi kegiatan operasional. Sentralisasi kebijakan strategis diharapkan akan meningkatkan efesiensi kerja karyawan serta nilai dan performa perseroan yang pada akhirnya dapat meningkatkan manfaat bagi karyawan, terciptanya sinergi korporasi yang lebih baik antara induk perseroan dan anak-anak perseroannya. Sehingga terbentuklah harmonisasi dan sinkronisasi atas kebijakan korporasi antar anak perseroan yang ikut melakukan spin off terhadap induk perseroan. Dengan beralihnya karena hukum sebagian aktiva dan pasiva induk perseroan yang terkait dengan operasional, produksi dan distribusi kepada anak perseroan yang merupakan akibat hukum pemberlakuan spin off. Perubahan induk perseroan sebagai operating holding company menjadi non operating holding company yang semula segala kegiatan operasional, produksi dan distribusi dilakukan oleh induk perseroan akan dilakukan oleh anak perseroan. Dalam transaksi Spin Off ditemukan sejumlah permasalahan dan resiko-resiko. Induk perseroan dapat kehilangan para pemegang saham yang telah memiliki saham awal karena 138 Ibid ,hal.45. Universitas Sumatera Utara terjadinya spin off di perseroan tersebut. Induk perseroan akan mengalami penurunan produksi karena kehilangan dari beberapa bagian dari produksi jalur pemasaran yang telah dikuasai oleh anak perseroan. Dengan terjadi akuisisi, manajemen anak-anak perseroan bergabung dengan manajemen induk perseroan. Induk perseroan mempunyai beberapa karyawan yang mengawasi jalannya anak-anak perseroan spin off. Begitu juga pada perseroan induk memiliki karyawan dari anak-anak perseroan sebagai perwakilan dalam manajemen induk perseroan. Masalah-masalah yang dihadapi oleh anak-anak perseroan spin off antara lain: 1. Para pemegang saham induk perseroan tidak mengetahui bagaimana laporan keuangan anak perseroan setelah terjadinya transaksi spin off. Mereka haya dapat berspekulasi mengenai nilai saham tersebut. 2. Karyawan-karyawan memiliki saham pada perseroan induk sebelumnya dapat melepaskan kepemilikan saham tersebut atau tetap mempertahankan kepemilikannya, hal ini berkaitan dengan benturan kepentingan dalam perseroan tersebut. 3. Sebagai perseroan yang berdiri sendiri, anak perseroan akan kesulitan mendapatkan mitra usaha yang baru. Terlebih bekerja sama dengan perseroan lawan dari induk perseroan. 4. Anak perseroan dianggap tidak memiliki kemampuan dalam bernegoisasi dalam pasar dan dapat mengakibatkan kenaikan biaya dalam ketidak mampuan mendapatkan pasar. 5. Sebagai perseroan harus bertanggung jawab atas pembiayaan anak-anak perseroannya. Apabila spin off dijalankan maka pembiayaan perseroan akan terputus. Karena fungsi perseroan Spin Off menjadi perseroan mandiri. 6. Para pemegang saham pada perseroan induk yang memiliki bagian pada anak perseroan yang telah spin off dapat saja melepaskan kepemilikannya di perseroan yang telah spin Universitas Sumatera Utara off, dengan pertimbangan bahwa spin off yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana investasi. 7. Anak perseroan akan menemui kesulitan dalam menjalankan operasional perseroannya tanpa bantuan pembiayaan dari induk perseroan ketika telah menjadi perseroan mandiri. Anak perseroan tersebut harus mencari kesempatan untuk mengembangkan perseroannya salah satunya dengan cara mendapatkan pinjamanan. 8. Sebagai konsekuensi spin off yang dilaksankan, anak-anak perseroan akan memberi ganti rugi sejumlah dana pada induk perseroan yang menjadi milik perseroan sebelum spin off dilakukan.

D. Analisa Holding dan Spin Off PT Pupuk Sriwidjaya PUSRI