Pengaruh Metode Pemisahan Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan Periode 2011-2016

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ENDAH PUTRI DEWANTI

NIM. 1112046100147

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Endah Putri Dewanti

Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Juli 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Komplek BLKI B5 No. 23, Jelupang, Serpong Utara

Email : endaaahputri@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2012 – 2016 : Strata 1 (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Perbankan Syariah

Tahun 2009 – 2012 : SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan Tahun 2006 – 2009 : SMP Negeri 1 Serpong

Tahun 2000 – 2006 : SD Negeri Pelita Dua Tahun 1999 – 2000 : TK Islam Al Istiqomah

PENGALAMAN ORGANISASI

Tahun 2009 – 2011 : Anggota Penari Saman Saturala SMAN 7 Kota Tangsel Tahun 2012 – 2013 : Anggota HMPS Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2012 – 2013 : Kader HMI Komfaksy

PENGALAMAN KERJA

1. Magang di Bank Indonesia Institute sebagai fasilitator di Divisi Pelaksanaan Program Pembelajaran dari tanggal 27 Mei s.d 23 Juni 2016.


(6)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh metode pemisahan terhadap return on asset bank umum syariah hasil pemisahan di Indonesia pada periode 2011-2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan publikasi triwulanan. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan regresi data panel. Objek yang diteliti adalah empat bank umum syariah hasil pemisahan, yaitu BNI Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF),

Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPOdan Financing to Deposit Ratio (FDR).

Hasil analisis menunjukkan bahwa metode pemisahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan. Hasil ini menunjukkan bahwa unit usaha syariah yang hendak melakukan pemisahan dapat memilih salah satu dari dua metode pemisahan tergantung kebutuhan dan kondisi internal unit usaha syariah serta kebijakan dari bank umum konvensional. Untuk melakukan pemisahan tidak dapat dilakukan dengan cara terburu-buru, harus direncanakan dan dipersiapkan dengan matang. Kata Kunci: metode pemisahan, Return On Asset (ROA), bank umum syariah, regresi data panel.


(7)

vii

ABSTRACT

The purpose of this research is to know and analyze the effect of spin-off methode to return on asset of Islamic banks resulted from spin-off in the periode 2011 until 2016. The methode used in this research is quantitative methode using secondary data from quarterly published financial statements. This research used panel regression with random effect model. The objects used in this study were four Islamic banks resulted from spin-off, they are BNI Syariah, BJB Syariah BRI Syariah and Bank Bukopin Syariah. The variabel in this research is spin-off methode which is used as dummy variabel, Non Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO and Financing to Deposit Ratio (FDR).

The result showed that spin-off methode doesn’t have a significant effect

on the Return On Asset (ROA) Islamic Banks from spin-off result. Only BOPO and Non Performing Finance (NPF) had a significant effect on Return On Asset (ROA). These result indicate that the Islamic business units that want to do the spin-off can choose one of two methodes of spin-off depends on internal condition of Islamic business unit and the internal policies of conventional commercial bank. Spin-off can not be done in a hurry, must be planned and prepared carefully.

Keywords: spin-off methode, Return On Asset (ROA), Islamic banking, panel regression.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi rabbil’alamiin, segala puji serta syukur kepada Allah SWT

yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Pemisahan Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan Periode 2011-2016”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapa rasa hormat dan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua Ayahanda Suratmin dan Ibunda Sumiyanah, yang telah memberikan nasihat, semangat dan doa sepanjang waktu. Terima kasih atas kesabaran, dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Semoga Ayah dan Ibu selalu diberi kebahagiaan, kesehatan dan selalu diberkahi Allah SWT.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya hormati.


(9)

ix

3. Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya hormati.

4. Bapak Adhitya Ginanjar, M.Si. dan Ibu Fitri Damayanti, M.Si., selaku ketua dan sekretaris jurusan perbankan syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu mahasiswa/i passing out.

5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Dr. Abdurrauf, M.A., selaku ketua dan sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh mahasiswa/i prodi Muamalat.

6. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Seluruh dosen dan segenap staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya konsentrasi perbankan syariah yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis.

8. Adik-adikku Wahyu Dwi Prasetyo dan Khalisya Pratiwi, yang selalu memberikan dorongan semangat dan doa. Semoga kelak kita semua bisa membahagiakan dan membuat bangga Ayah dan Ibu.


(10)

x

9. Teman-teman PS D angakatan 2012 khususnya sahabat-sahabatku selama kuliah Vita, Qori, Isa, Givela dan Rini serta teman-teman lainnya. Banyak sekali kenangan-kenangan baik itu suka maupun duka yang telah kita lalui bersama selama masa perkuliahan. Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita semua segera mencapai kesuksesan.

10. Sahabat-sahabatku tersayang Ira, Putri, Cynthia, Dian, Aryo, Pipah, Fauzi, dan Dinda yang selalu memberi dukungan dan menjadi tempat berbagi suka maupun duka. Semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir hayat.

11. Teman-teman seperjuangan PS 2012 serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan sepenuh hati telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Mengakhiri kata pengantar ini, penulis mendoakan agar Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala dukungan dan kebaikan kalian dalam membantu proses penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Jakarta, 25 Oktober 2016


(11)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 14

1. Pengertian Perbankan Syariah ... 14

2. Pengertian Unit Usaha Syariah ... 15

3. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah ... 16

B. Tinjauan Teori Profitabilitas ... 18

1. Return On Asset (ROA) ... 20

C. Tinjauan Teori Pemisahan ... 21

1. Definisi Pemisahan ... 21

2. Jenis Pemisahan ... 22

D. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 25

E. Non Performing Finance (NPF) ... 26

F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 27

G. Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 28


(12)

xii

I. Kaitan Rasio Keuangan dengan Return On Asset (ROA) ... 31

J. Review Studi Terdahulu ... 33

K. Kerangka Konseptual ... 38

L. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

B. Metode Penentuan Sampel ... 41

C. Jenis dan Sumber Data ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 46

1. Model Regresi Data Panel ... 48

a. Model Common Effect ... 48

b. Model Fixed Effect ... 49

c. Model Random Effect ... 50

2. Estimasi Model Regresi Data Panel ... 51

a. Uji Chow ... 51

b. Uji Hausman ... 52

3. Pengujian Statistik ... 53

a. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 53

b. Uji F Pengaruh Simultan (Uji F) ... 55

c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ... 55

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Sejarah Singkat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan ... 57

1. BRI Syariah ... 57

2. Bank Syariah Bukopin ... 58

3. BNI Syariah ... 58

4. BJB Syariah ... 59


(13)

xiii

C. Estimasi Model Regresi Data Panel ... 63

1. Uji Chow ... 63

2. Uji Hausman ... 65

D. Uji Statistik ... 67

1. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 67

2. Uji F Pengaruh Simultan (Uji F) ... 71

3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ... 72

4. Persamaan Model Regresi ... 72

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

F. Analisis Pengaruh Metode Pemisahan terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan ... 4

Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Industri Perbankan Syariah ... 5

Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015 ... 7

Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu ... 33

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Sejarah Singkat BUS Hasil Pemisahan ... 57

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel ROA ... 60

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel CAR ... 60

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel NPF ... 61

Tabel 4.5 Statistik Deskriprif Variabel BOPO ... 62

Tabel 4.6 Statistik Deskripstif Variabel FDR ... 62

Tabel 4.7 Hasil Common Effect Model ... 64

Tabel 4.8 Hasil Fixed Effect Model ... 64

Tabel 4.9 Hasil Uji Chow ... 65

Tabel 4.10 Hasil Random Effect Model ... 66


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini masyarakat dunia diresahkan dengan perkembangan ekonomi yang selalu fluktuatif, sehingga sulit diprediksi. Melihat kondisi tersebut, kehadiran sistem perbankan syariah terutama di Indonesia menjadi perhatian publik belakangan ini dikarenakan sistem perbankan syariah memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan bank konvensional. Hal tersebut terbukti pada saat krisis keuangan global yang disebut Subprime Mortage di Amerika Serikat pada tahun 2008-2009 silam, bank syariah mampu menghadapinya dibandingkan bank konvesional. Industri perbankan syariah mulai dikembangkan tidak hanya di Indonesia melainkan juga di tingkat internasional, seperti yang terjadi di Mesir, Malaysia, Arab Saudi, Yordania, Kuwait, dan lain-lain.

Perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah beranjak memasuki usia yang semakin matang. Dengan usia yang semakin matang maka langkah-langkah perbaikan dalam pengembangan industri perbankan syariah pun mengalami berbagai proses, terutama pada peraturan dan kebijakan pemerintah. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan pangsa pasar bank syariah di Indonesia, karena sampai saat ini pangsa pasar bank syariah masih di bawah 5%. Salah satu upaya pemerintah adalah diberlakukannya UU No. 21 Tahun 2008 pada tanggal 16 Juli 2008 yang mengatur tentang Perbankan


(16)

Syariah di Indonesia. Salah satu isu krusial dalam hukum ini adalah tentang adanya aturan-aturan mengenai kebijakan pemisahan unit usaha syariah miliki bank konvensional sebagai bank induknya menjadi bank syariah tersendiri. Adapun kriteria-kriterianya sebagaimana yang tertuang dalam pasal 68 ayat 1, yakni bahwa Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS yang nilai asetnya telah mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank induknya atau 15 tahun setelah berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 ini yaitu tahun 2023, maka Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS wajib melakukan pemisahan UUS tersebut menjadi Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri.

Setelah disahkannya UU No. 21 Tahun 2008, muncul trend baru pembentukan bank syariah yang implementasinya dapat dilakukan melalui dua metode pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah. Pertama, bank umum konvensional yang telah memiliki UUS mengakuisisi bank yang relatif kecil kemudian mengkonversinya menjadi berbasis syariah kemudian melepaskan dan menggabungkan UUS-nya dengan bank yang baru dikonversi tersebut menjadi bank umum syariah. Kedua, bank umum konvesional melakukan pemisahan terhadap UUS miliknya dan dijadikan bank umum syariah tersendiri.1

1Alfi Wijaya, “Perbankan Syariah 2008 : Evaluasi, Trend, dan Proyeksi”, Karim Review.


(17)

Kebijakan pemisahan ini merupakan sebuah upaya pemerintah untuk meningkatkan pangsa pasar bank syariah. Namun, sejak diberlakukannya UU No.21/2008 hingga tahun 2015 pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia masih belum mencapai 5%. Berdasarkan data statistik perbankan syariah mencatat pada tahun 2009 pangsa pasar bank syariah di Indonesia sebesar 2,61%, tahun 2010 sebesar 3,24%, tahun 2011 sebesar 3,98%, tahun 2012 sebesar 4,58%, tahun 2013 sebesar 4,89%, tahun 2014 sebesar 4,85%, dan hingga Desember 2015 pangsa pasar perbankan syariah masih sebesar 4,83% dari total aset perbankan secara nasional.2

Sejak tahun 2008-2015 sudah ada 12 bank umum syariah yang beroperasi di Indoensia. Sampai saat ini bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) terus melakukan usaha untuk melakukan pemisahan terhadap unit usahanya dan mungkin untuk kedepannya akan muncul bank-bank umum syariah baru yang terbentuk melalui pemisahan. Untuk melakukan pemisahan dibutuhkan kesiapan dari unit usaha syariah untuk memisahkan diri dari bank induknya. Ketika unit usaha syariah tersebut telah memisahkan diri dan menjadi bank umum syariah tersendiri, biaya-biaya operasional yang awalnya ditanggung oleh bank induk konvensional harus ditanggung sendiri oleh bank syariah hasil pemisahan tersebut.

2


(18)

Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan, (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

BNI Syariah - - 168,85 78,02 88,46 83,85 90,03 90,41

BJB Syariah - - 103,84 84,94 92,53 81,67 95,05 100,31

BRI Syariah 215,58 89,17 96,30 96,49 88,28 87,28 97,35 94,43 Bukopin

Syariah

187,84 112,5 93,90 93,99 93,36 91,43 97,00 94,00

Sumber : Data diolah dari Laporan Keuangan Bank

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa rata-rata BOPO pada tahun pertama melakukan pemisahan nilainya di atas 100%, artinya pada tahun pertama pemisahan unit usaha syariah dari bank induk konvensional akan menaikkan nilai rasio BOPO. BNI Syariah pada periode pertama setelah pemisahan yakni di kuartal II tahun 2010 meiliki nilai BOPO mencapai 304,60%, BJB Syariah pada periode pertama setelah pemisahan di kuartal II tahun 2010 nilai BOPO mencapai 117,04%, BRI Syariah pada periode pertama setalah pemisahan yakni kuartal IV tahun 2008 nilai BOPO mencapai 215,58%, dan Bukopin Syariah pada periode awal setelah pemisahan yakni dikuartal IV tahun 2008 nilai BOPO mencapai 187,84%. Dengan tingginya nilai BOPO pada periode pertama pemisahan menandakan bahwa sangat rendahnya tingkat efisiensi operasional bank umum syariah hasil pemisahan pada periode pertama setelah pemisahan. Hal ini memberi arti bahwa setelah dilakukannya pemisahan, kondisi bank syariah menjadi kurang efisien daripada kondisi sebelum dilakukan pemisahan, yang ditandai dengan tingginya nilai BOPO. Naiknya nilai BOPO dipengaruhi oleh adanya tambahan


(19)

biaya operasional yang selama ini ditanggung oleh bank induk konvensional kini harus ditanggung sendiri oleh bank umum syariah hasil pemisahan tersebut. 3

Pada tahun 2008 sebelum dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, hanya terdapat tiga bank umum syariah dan setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008 jumlah bank umum syariah telah bertambah menjadi 12 bank, baru-baru ini di tahun 2014 BTPN Syariah resmi beroperasi setelah melakukan proses konversi dan pemisahan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah OJK per Juni 2015 di Indonesia sudah terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Adapun pertumbuhan Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan industri perbankan syariah di Indonesia.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan Industri Perbankan Syariah

2011 2012 2013 2014 2015

Aset (Miliar Rp) 145.467 195.018 242.276 272.343 296.262

Pertumbuhan 49,17% 34,06% 24,23% 12,41% 8,78%

Pembiayaan (Miliar Rp) 102.655 147.505 184.122 199.330 212.996

Pertumbuhan 50,56% 43,69% 24,82% 8,26% 6,85%

DPK (Miliar Rp) 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175

Pertumbuhan 51,80% 27,81% 24,42% 18,70% 6,11% Sumber : Statistik OJK 2015

Pada Tabel 1.2 menunjukan bahwa pada pertumbuhan aset, tahun 2011 pertumbuhan aset mencapai 49,17% lalu pada tahun 2012 pertumbuhannya mulai mengalami penurunan menjadi sebesar 34,06%, hal tersebut terus berlanjut hingga

3

M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 (2), Mei 2015, h. 301


(20)

pada tahun 2015 pertumbuhan aset semakin rendah yakni sebesar 8,78%. Pada sisi DPK juga mengalami penurunan laju pertumbuhan, tahun 2011 pertumbuhan DPK mencapai 50,56% dan di tahun 2012 pertumbuhannya mulai menurun menjadi sebesar 43,69% di tahun-tahun berikutnya pun mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2015 pertumbuhan DPK melambat menjadi sebesar 6,85%. Sama halnya pada sisi pembiayaan, pada tahun 2011 pembiayaan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 51,80% namun di tahun 2012 mulai menurun menjadi sebesar 27,81% kemudian penurunan laju pertumbuhan terus terjadi sampai pada tahun 2015 pertumbuhan pembiayaan semakin rendah yakni sebesar 6,11%. Berdasarkan data di atas, jika diihat dari jumlah aset, DPK, dan pembiayaan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun mulai tahun 2012 pertumbuhan baik dari sisi aset, DPK, maupun pembiayaan mengalami penurunan laju pertumbuhan, padahal pada tahun-tahun sebelumnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini berarti telah terjadi penurunan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia sejak tahun 2012, padahal seharusnya dengan adanya kebijakan pemisahan diharapkan dapat meningkatkan kinerja perbankan syariah secara nasional.

Setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, banyak unit usaha syariah memisahkan diri dari bank induk konvensional dan menjadi bank umum syariah tersendiri dengan alasan ingin memajukan industri perbankan syariah di Indonesia. Dari sembilan bank umum syariah yang berdiri pasca dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008 hanya lima BUS yang melalui proses pemisahan UUS. Dua diantaranya melakukan pemisahan murni yakni BNI Syariah dan BJB Syariah, dan tiga bank lainnya melalui proses akuisisi, konversi, dan merger yaitu BRI Syariah,


(21)

Bukopin Syariah dan BTPN Syariah pada tahun 2014. Berikut data rasio keuangan empat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan.

Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015, (%)

2011 2012 2013 2014 2015

BNIS

ROA 1,29 1,48 1,37 1,27 1,43

NPF 2,42 1,42 1,13 1,04 1,46

BOPO 87,86 85,39 83,94 89,80 89,63

CAR 20,67 14,10 16,23 18,43 15,48

FDR 78,60 84,99 97,86 92,60 91,94

BJBS

ROA 1,23 0,67 0,91 0,72 0,25

NPF 0,41 2,10 1,16 3,87 4,45

BOPO 84,07 90,62 85,76 91,01 98,78

CAR 30,29 21,73 17,99 15,78 22,53

FDR 78,10 88,06 97,40 84,02 104,75

BRIS

ROA 0,20 1,19 1,15 0,08 0,76

NPF 2,12 1,84 3,26 3,65 3,89

BOPO 99,25 86,63 95,24 99,77 102,70

CAR 14,74 11,35 14,49 12,89 13,94

FDR 90,55 103,07 102,70 93,90 84,16

BSB

ROA 0,52 0,55 0,69 0,27 0,79

NPF 1,54 4,26 3,68 3,34 2,74

BOPO 93,86 91,59 96,73 96,77 91,99

CAR 15,29 12,78 11,10 14,80 16,31

FDR 83,66 92,29 100,29 92,89 90,56

Sumber : Laporan Keuangan Bank, 2015

Berdasarkan Tabel 1.3 merupakan kinerja keuangan Bank Umum Syariah hasil pemisahan periode 2011-2015. BNI Syariah selama periode 2011-2015 secara umum cenderung mengalami kenaikan kinerja, hal ini dapat dilihat pada meningkatnya nilai ROA pada tahun 2015, dan meningkatnya tingkat efisiensi yang ditandai dengan menurunnya nilai BOPO di tahun 2015 walau sempat mengalami kenaikan ditahun 2014. Dari sisi NPF mengalami peningkatan di tahun 2015 meski


(22)

begitu secara umum dari tahun 2011-2014 nilai NPF selalu menurun. BJB Syariah pada periode 2011-2015 cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dapat dilihat dari menurunnya tingkat profitabiltas yang diindikasikan dari menurunnya nilai ROA pada dua tahun terakhir. Tidak hanya itu, di tahun 2015 juga terjadi penurunan tingkat efisiensi operasional, meningkatnya pembiayaan bermasalah, dan menurunnya tingkat likuiditas yang ditandai dengan meningkatnya nilai BOPO dan NPF serta menurunnya nilai FDR. Pada BRI Syariah periode 2011-2015 cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dilihat dari meningkatnya nilai NPF dan BOPO pada tiga tahun terakhir. Serta terjadi penurunan tingkat likuiditas yang ditandai dengan menurunnya nilai FDR. Dan pada Bukopin Syariah di periode 2011-2015 mengalami peningkatan kinerja, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai ROA di tahun 2015 dan dari sisi permodalan juga mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya nilai CAR pada dua tahun terakhir. Pembiayaan bermasalah juga semakin menurun yang ditandai dengan semakin rendahnya nilai NPF di tiga tahun terkahir.

Berdasarkan kinerja Bank Umum Syariah hasil pemisahan dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan pemisahan dari UUS menjadi BUS tidak selalu mengalami peningkatan kinerja tetapi juga terdapat BUS hasil pemisahan yang mengalami penurunan kinerja, baik itu dengan cara pemisahan murni maupun melalui akuisisi dan konversi. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait kebijakan pemisahan.


(23)

Nasuha4 melakukan penelitian pada tahun 2010-2011 terkait pengaruh pemisahan terhadap kinerja bank syariah, dalam studinya menunjukkan bahwa perbedaan kinerja antara satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pemisahan terjadi pada total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan. Hamid5 dalam penelitiannya menemukan bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia.

Hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Ramdani6 bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif terhadap jumlah laba operasional PT Bank BNI Syariah. Al Arif7 melakukan penelitian terkait kebijakan pemisahan dan dampaknya terhadap tingkat efisiensi, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh negatif tehadap efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia.

Sementara Al Arif8 dalam studinya terkait dampak pemisahan tehadap pembiayaan menemukan bahwa kebijakan pemisahan tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah hasil pemisahan. Selain itu, Al Arif9 dalam studinya terkait tipe pemisahan dan pengaruhnya terhadap nilai aset

4Amalia Nasuha, “Pengaruh Spin-Off Terhadap Kinerja Bank Syariah”, Al-Iqtishad, Vol. IV (2), Juli 2012, h. 257

5 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic

Banking Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 123

6Andreyanto Ramdani,” Pengaruh Kebijakan Pemisahan Terhadap Laba Pada Bank BNI

Syariah”, Jurnal Etikonomi, Vol. 14 (1), April 2015, h. 26

7 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi

pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 No. 2, Mei 2015, h. 300

8M. Nur Rianto Al Arif, “The Effect of Spin-Off Policy on Financing Growth in

Indonesia Islamic Industry”, Jurnal Al-Ulum, Vol. 15 (1), Juni 2015, h. 182

9M. Nur Rianto Al Arif, “Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank


(24)

menemukan bahwa tipe pemisahan tidak berpengaruh terdahap nilai aset bank umum syariah hasil pemisahan.

Dengan melihat berbagai hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP

RETURN ON ASSET BANK UMUM SYARIAH HASIL PEMISAHAN

PERIODE 2011-2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Sejak dikeluarkannya Undang Undang No.21 Tahun 2008 tentang kebijakan pemisahan hingga tahun 2015, pangsa pasar Industri Perbankan Syariah belum mencapai target 5%.

2. Dalam melakukan pemisahan UUS menjadi BUS dapat meningkatkan biaya operasional yang menyebabkan menurunnya tingkat efisiensi operasional pada periode pertama pemisahan.

3. Mulai tahun 2012 laju pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan perbankan syariah mengalami penurunan tiap tahunnya. 4. Setelah melakukan pemisahan, beberapa Bank Umum Syariah hasil


(25)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh metode pemisahan terhadap Return On Asset pada Bank Umum Syariah hasil pemisahahan?”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh metode pemisahan terhadap Return

On Asset pada bank umum syariah hasil pemisahan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi akademisi, dapat menambah referensi dan wawasan lebih luas tentang kebijakan pemisahan serta metode-metode pemisahan dan pengaruhnya terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah hasil pemisahan.

b. Bagi lembaga keuangan syariah, dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan sebelum melaksanakan kebijakan pemisahan apakah akan menggunakan metode pemisahan murni atau melalui akuisisi, konversi dan merger, serta memberikan kontribusi pemikiran untuk mengembangkan metode pemisahan kedepannya.


(26)

c. Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahuan terkait proses pengembangan perbankan syariah di Indonesia.

d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan referensi serta inspirasi untuk bahan penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima bab utama, yaitu BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai isi keseluruhan dari penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan mengenai landasan teori yang dipakai, yaitu mengenai tinjaun umum tentang kebijakan pemisahan dan metode pemisahan yang meliputi , variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan

Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian kuantitatif yang digunakan, seperti studi pustaka, dan pemaparan tentang data dan metode analisis untuk data


(27)

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis yang dilakukan dan juga penjelasan temuan yang didapat dari hasil penelitian tersebut, yaittu mengenai pengaruh metode pemisahan terhadap Return On Asset (ROA).

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan diuraikan mengenai keterbatasan dari penelitian dan saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian-penelitian mendatang.


(28)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah

1. Pengertian Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa prancis, dan dari banco dalam bahasa Italia, yang artinya peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga. Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money changer). Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah sebagai penyedia tempat untuk menitipkan uang dengan aman serta sebagai penyedia uang untuk transaksi bisnis.10

Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalh riba yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas

10 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2012, h. 2


(29)

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 11

Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik definisi secara umum, yaitu bank syariah ialah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara dalam menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat sesuai prinsip Al-Qur’an dan Hadits (syariah).

b. Pengertian Unit Usaha Syariah

Menurut PBI No. 11 Tahun 2009 tentang Unit Usaha Syariah yang dimaksud Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

11 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonsia, 2003, h. 27


(30)

Pada dasarnya sistem Unit Usaha Syariah sama seperti Bank Umum Syariah, perbedaannya terletak pada status pendirian sistem syariahnya. Pada Bank Umum Syariah statusnya independen dan tidak bernaung di bawah sistem perbankan konvensional, sementara UUS statusnya tidak independen dan masih bernaung di bawah aturan dan sistem manajemen bank induk konvensional. Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa Uni Usaha Syariah merupakan unit usaha yang dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariah dan dilakukan atau dikelola melalui bank umum konvensional.

2. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah

a. Fungsi Perbankan Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Accounting

and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI),

sebagai berikut12 :

1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana milik nasabah yang dipercayakan kepada bank syariah.

12 M. Nur Rainto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Era Adicitra Intermedia, 2011, h. 297


(31)

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazaimnya.

4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah bank Islam juga wajib memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat, serta dana-dana sosial lainnya.

b. Tujuan Perbankan Syariah

Bank Syariah memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah :

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara islami, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur

gharar, dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam

Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.

2. Untuk menciptakansuatu keadilan di bidang ekonomi dengan cara meratakan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antara pemiliki modal (shahibul maal) dengan pihak yang membutuhkan dana (mudharib).

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok


(32)

miskin yang diarahkan pada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian usaha.

4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah dalam memberantas kemiskinan berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol pada sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap, seperti program pembinaan pengusaha perodusen, pembinaan pedagang perantara, pembinaan konsumen, pengembangan modal kerja, dan pengembangan usaha bersama.

5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah, maka akan mampun menghindari pemanasan ekonomi akibat adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan.

6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional yang masih menerapkan sistem bunga.

B. Tinjauan Teori Profitabilitas

Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah dengan melihat tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh. Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengukur kinerja suatu bank.13 Hal ini disebabkan pentingnya profit usaha karena bagaimanapun

13 Tatik Maiyanti dan Mayang Sari, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah: Pendekatan Statistik Deskriptif”, Republika, diakses dari


(33)

juga bank adalah perusahaan yang berorientasi pada laba atau profit. Pofitabilitas bank merupakan suatu kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas standar yang diterapkan.14

Menurut Dermawan dan Djahotman15, rasio profitabilitas merupakan pengukuran kemampuan dalam memperoleh laba dengan menggunakan aset atau modal perusahaan. Menurut Riyanto16, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Chen dalam Hermuningsih17, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya.

Rasio profitabilitas digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal inti bank; 2) Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak

14 Suryani, “Analisis Pengauh Financing to Deposit atio (FDR) Terhadap Profitabilitas

Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Walisongo, Vol.19 (1), Mei 2011, h. 47-74

15 Dermawan dan Djahotman, Analisis Rasio Keuangan, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013, h. 40

16 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakata: BPFE, 2001, h. 35

17 Sri Hermuningsih, “Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal

terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Oktober 2013, h. 131


(34)

dengan total aset bank.18 Return on Asset (ROA) memfokuskan pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dalam operasional perusahaan sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut.19

Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat, sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.20

1. Return On Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset dalam satu periode.21Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan suatu keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimlikinya. Semakin besar Return on Asset (ROA) menunjukkan kinerja

18 Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2006, h. 155

19 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002

20

Ningsukma dan Haqiqi, Pengaruh Internal Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM), Vol.14 (1), 2016, h. 162

21Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas


(35)

yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar.22 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA = Rata − Rata Total Aset x Laba Sebelum Pajak %

C. Tinjauan Teori Pemisahan 1. Definisi Pemisahan

Pemisahan diperkenalkan melalui Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-undang Perseroan Terbatas, pemisahan diartikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih. Dalam Undang-undang Perbankan Syariah, kasus pemisahan ini diartikan sebagai pemisahan usaha dari satu bank menjadi dua badan usaha atau lebih, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengertian pemisahan (spin-off) juga terdapat dalam Black’s Law

Dictionary, yaitu sebagai berikut :23

22 Andreani Caroline dan David Sulistyo, “Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publicdi Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Wira Ekonomu Mikroskil, Vol. 1 (2), Oktober 2011, h. 91

23

Kotibul Umam, Peningkatan Ketaatan Syariah Melalui Pemisahan (Spin-off) Unit Usaha Syariah Bank Umum Konvesional, Mimbar Hukum Vol.22 No.3, Oktober 2010, h.609


(36)

“Spin-off is a corporate divestiture in which a division of a corporation becomes on independent company and stock of the new company is distributed to the corporation’s shareholders.”

“Pemisahan adalah divestasi perusahaan dimana sebuah divisi dari sebuah korporasi menjadi perusahaan independen dan saham perusahaan yang baru didistribusikan kepada pemegang saham korporasi.”

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa, pemisahan adalah dimana sebuah anak usaha/divisi milik sebuah perusahaan memisahkan diri dari perusahaan induknya menjadi sebuah perusahaan tersendiri yang independen serta mengakibatkan terjadinya peralihan seluruh/sebagian aktiva dan pasivanya akibat hukum.

2. Jenis Pemisahan

Jenis pemisahan yang terdapat pada Perseroan Terbatas sesuai yang tertera pada Pasal 135 ayat 2 dan 3, yakni terdapat dua jenis pemisahan yaitu:

1. Pemisahan murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva beralih karena hukum kepada 2 (dua) PT lain atau lebih yang menerima peralihan PT yang melakukan pemisahan tersebut berakhir karena hukum.

2. Pemisahan tidak murni, mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva beralih karena hukum kepada 1 (satu) PT lain atau lebih


(37)

yang menerima peralihan dan PT yang melakukan pemisahan tetap ada atau berakhir.

Dalam konteks perbankan, ada pula bentuk pemisahan yang dikenal sebagai opsi yang diberikan oleh Bank Indonesia berdasarkan Pasal 41 Peraturan Bank Indonesia No. 11/10/PBI/2009 pemisahan UUS dari BUK dapat dilakukan dengan cara:

a. Pemisahan UUS dengan Pendirian Bank Umum Syariah yang baru. Pendirian Bank Umum Syariah hasil pemisahan dapat dilakukan oleh satu atau lebih Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS.

b. Pemisahan UUS dengan mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang telah ada. Pemisahan UUS dengan cara pengalihan hak dan kewajiban kepada BUS yang telah ada sebagaiman dimaksud hanya dapat dilakukan kepada BUS yang mempunyai kepemilikan dengan BUK yang memiliki UUS.

BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan harus memenuhi paling kurang rasio kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM) minimal 8%. Dalam hal pemisahan UUS sebagaimana dimaksud di atas mengakibatkan BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan memiliki rasio Non Performing Financing (NPF) netto lebih dari 5% dan/atau mengakibatkan pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana, maka BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan tersebut wajib menyelesaikannya dalam waktu 1 (satu) tahun.


(38)

Adapun trend baru pembentukan bank syariah setelah lahirnya UU No. 21 Tahun 2008, dimana terdapat tiga metode pemisahan, yaitu:

Pertama, bank umum konvensional yang telah memiliki UUS mengakuisisi

bank yang relatif kecil kemudian mengkonversinya menjadi berbasis syariah kemudian memisahkannya serta menggabungkan UUS yang dimiliki dengan bank yang baru dikonversi tersebut menjadi Bank Umum Syaiah (BUS), contohnya: BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah. Kedua, bank umum konvensional yang belum memiliki UUS mengakuisisi bank yang relatif kecil dan mengkonversinya menjadi Bank Umum Syariah (BUS), contohnya: Bank Mega Syariah dan Bank Mandiri Syariah. Ketiga, bank umum konvensional melakukan pemisahan terhadap UUS milikinya dan dijadikan Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri, ini yang dikenal sebagai pemisahan murni, yaitu BNI Syariah dan BJB Syariah.24 Dari ketiga metode tersebut metode pertama dan ketiga diperuntukan bagi bank umum konvensional yang telah memiliki UUS, sedangkan metode kedua diperuntukan bagi bank umum konvensional yang belum memiliki UUS. Berikut peta konsep metode pemisahan :

24

Alfi Wijaya, Perbankan Syariah 2008 : Evaluasi, Trend, dan Proyeksi, Karim Review. Special Edition, Januari 2008, hlm 2


(39)

D. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio solvabilitas atau biasa disebut sebagai rasio permodalan. Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko kerugian yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan bank kepada pihak lain.

Capital Adequcy Ratio (CAR) adalah salah satu rasio utama

permodalan. Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko kerugian yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan benak kepada pihak lain.25 Persyaratan permodalan bank yang memperhitungkan bobot risiko pada aktiva produktif dapat mendorong bank untuk menurunkan portofolio aktiva produktif yang berisiko tinggi.26 Semakin rendah risiko yang dimiliki

25Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Jakarta: UIN Press, 2013, h.90

26 Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi, h. 224 Pemisahan (Spin-Off) Metode Pemisahan Unit Usaha Syariah Menjadi Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha

Syariah

Bank Umum Konvensional yang Belum Memiliki Unit

Usaha Syariah

Melakukan Pemisahan Murni terhadap Unit Usaha Syariahnya untuk

Menjadi Bank Umum Syariah

Melakukan Akuisisi, Konversi, dan Merger

terhadap Unit Usaha Syariahnya untuk Menjadi Bank Umum


(40)

oleh aktiva produktif akan mampu meningkatkan laba bagi bank. Modal yang cukup bagi bank dapat mengantisipasi risiko yang dihadapai.27 CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Bank Indonesia telah menetapkan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).28 Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut:

= + + − %

E. Non Performing Finance (NPF)

Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Rasio yang sering digunakan adalah Non Performing Financing (NPF) pada bank syariah. NPF adalah rasio yang mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapai oleh bank syariah.29 Rasio NPF merupakan rasio antara total pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar terhadap total pembiayaan yang diberikan. Rumus menghitung rasio Non

Performing Financing (NPF) adalah sebagai berikut:

NPF = Pembiayaan KL, D, MTotal Pembiayaan x %

27

Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, h. 32

28 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh

Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal GeoEkonomi, Vol. 13 (1), Maret 2016, h. 33


(41)

Pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar terdiri dari pembiayaan Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Bank dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.

F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.30 Rasio ini sering disebut sebagai rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.31 Rasio BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

BOPO = Pendapatan Operasional x Biaya Operasional %

Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Sedangkan yang termasuk pendapatan operasional adalah pendapatan yang merupakan bagi hasil langsung

30 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h.119 31

Kartika Wahyu Sukarno dan M. Syaichu, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kinerja Bank Umum di Indonesia”, Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol. 3 (2), Juli 2016, h. 50


(42)

dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Keduanya tersedia pada laporan laba rugi.

G. Finance to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau dalam perbanakan konvensional

disebut Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah salah satu rasio likuiditas. FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun dari dana masyarkat. FDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.32 Berikut rumus untuk menghitung FDR adalah :

= %

Total pembiayaan yang diberikan terdiri atas total pembiayaan (mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, salam, istishna, qardh, dan ijarah), pembiayaan lainnya dan piutang multijasa (khusus BPRS). Sedangkan Dana Pihak Ketiga terdiri dari total dana simpanan wadian dan dana investasi tidak terkait. Semakin tinggi rasio FDR semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Standar terbaik pada perbankan adalah tidak lebih dari 110%.

32Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit atio

(FDR) Terhadap Profitabilitas


(43)

H. Kaitan Pemisahan dengan Kinerja Bank

Siswantoro33 dalam artikelnya yang menganalisis tentang kinerja bank syariah dan strategi setelah pemisahan sebagai bank syariah yang mandiri di Indonesia, menjelaskan bahwa suntikan permodalan dari bank induk konvensional seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dapat meningkatkan pertumbuhan bank syariah hasil pemisahan. Namun, tetap harus didukung dengan manajemen yang efektif pada bank umum syariah hasil pemisahan.

Hamid34 pada hasil penelitiannya tekait dampak pemisahan terhadap profitabilitas pada industri perbankan syariah di Indonesia, memaparkan bahwa kebijakan pemisahan yang diterapkan untuk industri perbankan syariah di Indoensia mempunyai efek yang baik untuk meningkatkan profitabilitas yang diukur dengan rasio Return On Asset (ROA). Sama halnya pada penelitian yang dilakukan Al Arif35 terkait pemisahan dan dampaknya terhadap dana pihak ketiga pada industri perbankan syariah di Indonesia, hasilnya menerangkan bahwa kebijakan pemisahan memiliki dampak yang baik untuk meningkatkan dana pihak ketiga industri perbankan syariah di Indonesia.

33 Dodik Siswantoro, Analysis of Islamis bank’s performance and strategy after spin-off

as Islamic full-fledged scheme in Indonesia, Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol.164, 31 December 2014, h.41-48

34 M. Nur Rianto Al Arif, “Spin-off and Its Impact on The Third Party Funds of Indonesian

Islamic Banking Industry”, Economic Jurnal of Emerging Markets, April 2014, h. 50-55

35Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic Banking


(44)

Namun dari aspek efisiensi operasional Al Arif36 menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan pemisahan terhadap tingkat efisiensi operasional yang diukur dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada bank umum syariah, dimana kebijakan pemisahan justru menurunkan tingkat efisiensi operasional pada industri perbankan syariah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa setelah kebijakan pemisahan jsutru mengakibatkan industri perbankan syariah menjadi kurang efisien dibandingkan sebelum kebijakan pemisahan tersebut dilakukan.

Berdasarkan berbagai hasil yang didapat, menunjukkan bahwa secara umum pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah merupakan salah satu strategi yang dapat diambil untuk mengembangkan industri perbankan syariah di Indonesia. Dengan berubahnya unit usaha syariah menjadi bank umum syariah yang mandiri, maka kegiatan operasionalnya akan semakin luas dan lebih fokus pada kegiatan operasional yang berlandaskan pada prinsip syariah. Dengan kegiatan operasional yang lebih luas dan optimal dibandingkan saat menjadi unit usaha syariah diharapkan dapat memperluas investasi dan jaringan, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang berdampak pada kenaikan kinerja bank.

36 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi

pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”,Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 (2), Mei 2015, h. 295-304


(45)

I. Kaitan Rasio Keuangan Terhadap Return on Asset (ROA) 1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan

tehadap Return on Asset (ROA) karena apabila memiliki permodalan yang kuat maka bank dapat menutup risiko kerugian yang timbul dari pergerakan aktiva bank dan dapat melindungi deposan yang kemudian memberikan dampak pada meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menghimpun dananya di bank, sehingga berdampak pula pada meningkatnya laba. Menurut Mokoagow37 dalam penelitiannya menemukan bahwa pada tahun 2011-2013 CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah di Indonesia. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Hakiim38 menunjukkan hasil bahwa pada tahun 2010-2013 CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA Industri Bank Syariah di Indonesia.

2. Non Performing Finance (NPF)

Non Performing Finance (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Return On Asset (ROA) karena semakin meningkat rasio NPF maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar. Hal ini akan menyebabkan bank mengalami kerugian yang akan menurunkan perolehan laba, sehingga

37Sri Windarti Mokoagow dan Misbach Fuady, “Fakto-Faktor yang Mempengaruhi

Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, EBBANK, Vol 6 (1), Juli 2015, h. 56 38Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR

. dan BOPO


(46)

berdampak pada menurunnya ROA. Hamid39 dan Widowati40 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Sistriyani41 menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2014 NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.

3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Opeasional (BOPO)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) karena semakin rendah BOPO menunjukkan bahwa bank tersebut semakin efisien dalam melakukan kegiatan operasionalnya, semakin sedikit juga biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk kegiatan operasionalnya. Apabila biaya yang dikeluarkan semakin rendah, maka laba yang dihasilkan oleh bank semakin tinggi dan akan menaikkan nilai rasio ROA. Menurut penelitian yang dilakukan Hamid42 dan Hakiim43 rasio BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia dimana rasio ROA sebagai indikatornya.

39Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic Banking Industry”, Jurnal Al-Iqtishad, Vol.VII (1), Januari 2015, h. 123

40

Sri Ayu Widowati dan Bambang, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas

Perbankan di Indonesia”, h. 13

41 Evi Sistriyani dan Sudjarno E.S, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh

Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 41

42

Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic Banking Industry”, h. 123

43Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO


(47)

4. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Return On Asset (ROA) karena apabila FDR meningkat dalam batas tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan, sehingga akan meningkatkan laba bank, dengan asumsi bank menyalurkan dananya untuk pembiayaan yang efektif. Dengan meningkatnya laba, maka ROA juga akan meningkat. Menurut Sukarno44 pada penelitiannya menemukan bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank umum di Indonesia. Berbeda pada hasil penelitian yang dilakukan Sistriyani45 dan Hakiim46 menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

J. Review Studi Terdahulu

Berikut beberapa review hasil penelitian terdahulu yang menganalisis mengenai kebijakan pemisahan (spin-off):

Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu

No. Penelitian Isi Penelitian Pembeda

1. Amalia Nasuha/ Dampak

Kebijakan Spin-off Terhadap

a. Variabel Penelitian Independen (X): Aset,

pembiayaan, DPK, laba bersih,

Terletak pada masalah yang diteliti, pada penelitian ini penulis meneliti sejauh mana

44Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor

-Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”, h. 53

45

Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 40

46Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO


(48)

Kinerja

Keuangan Bank

Syariah/ Jurnal

Al- Iqtishad: Volume IV, No.2, Juli 2012, hlm. 241-258

CAR, NPF, FDR, ROA dan ROE.

Dependen (Y) :

Dua kategori pengelompokan yaitu Periode satu tahun sebelum spin-off dan satu tahun sesudah spin-off b. Metode Penelitian

Uji wilcoxon signed ranks test

c. Hasil Penelitian

Perbedaan kinerja antara sebelum dan sesudah spin-off terjadi pada tiga variabel, yaitu Aset, Pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Sedangkan pada variabel laba, CAR, FDR, ROA dan ROE tidak menunjukkan perbedaan kinerja antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah spin-off.

metode pemisahan (

spin-off) berpengaruh terhadap

kinerja keuangan Bank Umum Syariah hasil pemisahan yang diukur dari ROA. Selain itu, penulis juga menggunakan metode regresi data panel sebagai metode

penelitiannya.

2. Abdul Hamid/ The Impact of Spin-off Policy Of The Profitability On Indonesian Islamic Banking

Industry/ Jurnal

Al-Iqtishad, Volume VII, No. 1, Januari 2015, hlm. 117-126

a. Variabel Penelitian Independen (X) :

Variabel dummy pemisahan, NPF, Marjin deposito 1 bulan dan BOPO.

Dependen (Y) : Profitabilitas (ROA).

b. Metode Penelitian

Uji regresi berganda

Terletak pada objek yang diteliti, pada skripsi ini peneliti menggunakan 4 BUS hasil pemisahan (BNI Syariah, BJB Syariah, Bukopin Syariah, BRI Syariah) sebagai objek penelitian. Selain itu, peneliti menggunakan uji regresi data panel sebagi


(49)

c. Hasil Penelitian

Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kebijakan

spin-off berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas Industri Perbankan Syariah. Selain itu vairabel NPF dan BOPO juga berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas,

sedangakan marjin deposito 1 bulan tidak berpengaruh signifikan.

metode penelitian yang digunakan.

3. M. Nur Rianto Al Arif/ Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi pada Industri Perbankan Syariah di

Indonesia / Jurnal

Keuangan dan Perbankan, Volume 19, No. 2, Mei 2015, hlm. 295-304

a. Variabel Penelitian Independen (X): variabel dummy pemisahan, Dana Pihak Ketiga (DPK),

pembiayaan, total aset, NPF, Marjin deposito 1 bulan dan ROA

Dependen (Y) :

Tingkat efisiensi operasional (BOPO)

b. Metode Penelitian

Uji regresi linear berganda

c. Hasil Penelitian

Kebijakan pemisahan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat efisiensi operasional (BOPO), artinya kebijakan pemisahan menyebabkan penurunan

Terletak pada variabel yang digunakan, pada skripsi ini penulis menggunakan variabel dummy metode

pemisahan, CAR, FDR, BOPO dan NPF sedangkan ROA sebagai variabel dependennya. Selain itu penulis menggunakan empat BUS hasil

pemisahan sebagai objek penelitian dengan

menggunakan regresi data panel dalam metode penelitiannya.


(50)

tingkat efisiensi industri perbanakan syariah. Selain itu, ROA dan marjin deposito juga memiliki berpengaruh negatif dan signifikan terhadap BOPO. Sedangkan DPK, pembiayaan, total aset, dan NPF tidak memiliki pengaruh yan signifikan terhadap BOPO.

4. Andreyanto Ramdani/ Pengaruh Kebijakan Pemisahan Terhadap Laba Pada Bank BNI

Syariah/ Jurnal

Etikonomi, Volume 14, No. 1, April 2015, hlm 17-34

a. Variabel Penelitian Independen (X):Variabel dummy pemisahan, BOPO, dan DPK

Dependen (Y):

Jumlah laba

b. Metode Penelitian

Uji regresi linear berganda

c. Hasil Penelitian

Variabel pemisahan memiliki pengaruh positif terhadap jumlah laba operasional BNI Syariah, selain itu juga terdapat variabel BOPO yang memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah laba

operasional. Sedangkan DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah labab BNI Syariah

Perbedaannya adalah pada penelitian ini, Penulis menggunakan ROA sebagai variabel dependen dan NPF, BOPO, dan Dana Pihak Ketiga sebagai variabel independen. Selain itu, metode

penelitian yang digunakan adalah regresi data panel dengan 4 bank hasil pemisahan sebagai objek penelitian.


(51)

5. M. Nur Rianto Al Arif/ Tipe

Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank Umum Syariah Hasil

Pemisahan/

Jurnal Kinerja, Volume 18, No. 2, Tahun 2014, hlm. 169-179

a. Variabel Penelitian Independen (X) :

Variabel dummy bentuk spin-off; laba, marjin deposito, NPF dan BOPO

Dependen (Y) :

Nilai Aset

b. Metode Penelitian

Uji regresi data panel

c. Hasil Penelitian

Tipe pemisahan UUS menjadi BUS tidak berpengaruh terhadap nilai aset. Selain itu, terdapat variabel laba, marjin dan BOPO yang berpengaruh terhadap nilai aset di BUS hasil pemisahan. Sedangkan variabel NPF tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai aset BUS hasil pemisahan.

Perbedaannya terletak pada variabel yang

digunakan, pada penelitian ini penulis menggunakan variabel independen variabel dummy metode pemisahan, NPF, BOPO, CAR, dan FDR sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah rasio profitabilitas (ROA) sebagai alat ukur kinerja bank.


(52)

K. Kerangka Konseptual

Jika dituangkan dalam bentuk skema, skema konseptual dalam penelitian ini adalah:

Laporan Keuangan

BNI Syariah BJB Syariah BRI Syariah Bukopin Syariah

Dummy metode pemisahan

NPF BOPO

CAR FDR

ROA

Uji Chow Uji Haussman

Fixed Effect Common effect

Random Effect

Hasil Uji Model Uji Hipotesis


(53)

L. Hipotesis

Penyusunan hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan variabel-variabel independen yang terdiri dari:

X1 : Variabel dummy metode pemisahan

X2 : Capital Adequacy Ratio (CAR)

X3 : Non Performing Finance (NPF)

X4 : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

X5 : Financing to Deposit Ratio (FDR)

Dan variabel dependen, yaitu:

Y : Return on Asset (ROA)

Sehingga hipotesis yang diajukan adalah:

1. H0 : Variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital

Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara

parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap Return On Asset (ROA).

Ha : Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional Pendapatan

Opersional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to

Deposit Ratio (FDR) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Return

On Asset (ROA)

2. H0 : variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital

Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara

simultan (bersama-sama) tidak mempunyai pengaruh terhadap Return On


(54)

Ha : variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital

Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara

simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap Return On Asset (ROA)


(55)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian dalam angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur statistika dan permodalan matematis.47 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh metode pemisahan terhadap Return

On Asset (ROA) Bank. Penelitian ini menggunakan data runtutan waktu (time

series) dengan data kuartal mulai dari kuartal I tahun 2011 hingga kuartal II

tahun 2016. Objek penelitian ini adalah empat bank umum syariah hasil pemisahan dari bank induk konvensional dengan melalui proses pemisahan unit usaha syariah terlebih dahulu dan telah terdaftar di Bank Indonesia.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang telah melakukan pemisahan dari bank induk konvensional yang terdapat di Indonesia. Pengambilan sample pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

47 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT Elek Media Komputindo, h.34


(56)

sampling, yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria berikut:

1. Bank umum syariah hasil pemisahan yang telah berdiri sendiri.

2. Bank tersebut melakukan pemisahan melalui proses pemisahan unit usaha syariah terlebih dahulu.

3. Bank tersebut telah beroperasi selama periode tahun 2011 hingga tahun 2016 kuartal II.

4. Bank tersebut memiliki laporan keuangan publikasi triwulan.

Setelah dilakukan seleksi dengan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 4 (empat) bank umum syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, seperti yang tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No. Kode Nama Bank Syariah Keterangan

1. BNIS Bank Negara Indonesia Syariah BUS

2. BJBS Bank Jabar dan Banten Syariah BUS

3. BSB Bank Syariah Bukopin BUS

4. BRIS Bank Rakyat Indonesia Syariah BUS

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, yaitu gabungan dari data time series (runtun waktu) dan data cross section (data silang). Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder. Data sekunder


(57)

adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan48. Sumber data sekunder yang digunakan pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan triwulan yang dipublikasi oleh Bank Umum Syariah hasil pemisahan, yaitu: BNI Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan Bukopin Syariah, baik itu dari website resmi masing-masing bank maupun website milik pemerintah yaitu website Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Peneliti juga melakukan penelitian pustaka (library research) untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, laporan penelitian, tesis, artikel, dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang bersumber dari laporan keuangan masng-masing bank yang diteliti, terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan rasio keuangan. Selain itu, terdapat beberapa variabel penelitian yang tidak tersedia pada laporan rasio keuangan pada periode tertentu, sehingga penulis mengumpulkan data dan

48 Nur Indriantoro dan Bambang Suporno, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi


(58)

menghitung angka yang tertera pada laporan keuangan bank syariah sesuai dengan rumus yang ada.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas tau independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas sebagai alat ukur kinerja keuangan yang dikontribusikan dengan huruf (Y). Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah Return on Asset (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (return) yang diperoleh dengan memanfaatkan total ativa/aset milik perusahaan. Dengan melihat rasio ini, maka dapat diketahui tingkat efektivitas dan manajemen perusahaan dalam mengelola asetnya untuk memperoleh keuntungan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset/aktiva.

= %

2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diteliti. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(59)

a. Variabel dummy metode pemisahan (X1)

Variabel dalam persamaan regresi yang sifatnya kualitatif dapat dibuat dalam bentuk kuantitatif. Suatu cara untuk membuat kuantifikasi (berbentuk angka) dari data kualitatif (tidak berbentuk angka) ialah dengan cara memberikan nilai 1 (satu) atau 0 (nol). Angka 0 (nol) jika attribute yang dimaksud tidak ada (tak terjadi) dan diberi angka 1 (satu) jika ada (terjadi). Variabel yang mengambil nilai 0 atau 1 tersebut dinamakan variabel boneka atau dummy variable. Dalam penelitian ini, metode pemisahan diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana bernilai 1 untuk metode pemisahan tipe 2, yakni pemisahan murni dan bernilai 0 untuk metode pemisahan tipe 1, yakni akuisisi, konversi dan merger.

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)/ (X2)

CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut:

= + + − %

c. Non Performing Financing (NPF)/ (X3)

NPF adalah rasio yang mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapai oleh bank syariah. Rasio NPF merupakan rasio antara total pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar


(60)

terhadap total pembiayaan yang diberikan. Rumus menghitung rasio Non

Performing Financing (NPF) adalah sebagai berikut:

= , , %

d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)/ (X4) BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

= %

e. Financing to Deposit Ratio (FDR)/ (X5)

FDR digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan kepada para debiturnya. Berikut rumus untuk menghitung FDR adalah :

= %

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model analisis regresi data panel. Data panel adalah kumpulan data yang terdiri


(1)

Lampiran 2: Data ROA, CAR, NPF, BOPO dan FDR BJB Syariah Periode

Januari 2011

Juni 2016

Thn Triwulan

ROA (%)

CAR (%)

NPF (%) BOPO (%) FDR (%)

I

1.58

32.37

0.72

83.69

133.91

II

1.16

33.22

0.64

86.12

109.56

III

1.11

31.77

0.64

85.9

94.31

IV

1.23

30.29

0.41

84.07

78.1

I

0.94

29.67

0.43

90.28

90.92

II

0.11

23.99

3.99

98.78

91.55

III

0.68

25.44

3.35

90.46

103.48

IV

0.67

21.73

2.1

90.62

88.06

I

1.92

20.54

0.98

71.47

85.69

II

0.93

18.94

0.89

84.52

96.82

III

0.91

17.94

1.13

85.04

104.28

IV

0.91

17.99

1.16

85.76

97.4

I

0.15

18.1

2.33

97.42

87.55

II

0.07

16.9

2.41

98.82

94.84

III

0.46

16.08

5.63

92.98

102.11

IV

0.72

15.78

3.87

91.01

84.02

I

0.08

13.85

4.98

98.73

88.5

II

0.07

12.2

4.78

99.47

95.7

III

-0.95

22.24

4.5

104.25

103.48

IV

0.25

22.53

4.45

98.78

104.75

I

0.9

24.58

4.26

95.12

92.53

II

-1.94

20.93

13.54

106.12

93.67

2011

2012

2013

2014

2015


(2)

Lampiran 3: Data ROA, CAR, NPF, BOPO dan FDR BRI Syariah Periode

Januari 2011

Juni 2016

Thn Triwulan

ROA (%) CAR (%)

NPF (%) BOPO (%)

FDR (%)

I

0.23

21.72

1.7

101.38

97.44

II

0.2

19.99

2.77

100.3

93.34

III

0.4

18.33

2.27

98.56

95.58

IV

0.2

14.74

2.12

99.56

90.55

I

0.17

14.34

2.4

99.15

101.76

II

1.21

13.59

2.15

91.16

102.77

III

1.34

12.92

1.89

89.95

99.99

IV

1.19

11.35

1.84

86.63

103.07

I

1.71

11.81

2.01

85.54

100.9

II

1.41

15

1.94

87.55

103.67

III

1.36

14.66

2.14

80.8

105.61

IV

1.15

14.49

3.26

83.23

102.7

I

0.46

14.15

3.36

92.43

102.13

II

0.03

13.99

1.94

99.84

95.14

III

0.2

13.86

4.19

97.35

94.85

IV

0.06

12.89

3.65

99.14

93.9

I

0.53

13.22

3.96

96.2

88.24

II

0.78

11.03

4.38

93.84

92.05

III

0.8

13.82

3.86

93.91

86.61

IV

0.76

13.94

3.89

98.79

84.16

I

0.99

14.66

3.9

90.7

82.73

II

1.03

14.06

3.83

90.41

87.92

2011

2012

2013

2014

2015


(3)

Lampiran 4: Data ROA, CAR, NPF, BOPO dan FDR Bank Bukopin Syariah

Periode Januari 2011

Juni 2016

Thn Triwulan

ROA (%)

CAR (%)

NPF (%) BOPO (%) FDR (%)

I

0.62

12.12

1.3

93.72

95.18

II

0.65

17.46

1.32

94.43

93.45

III

0.51

17.72

1.57

93.96

81.12

IV

0.52

15.29

1.54

93.66

83.66

I

0.54

14.58

2.85

94.45

90.34

II

0.52

13.25

2.5

94.05

93.58

III

0.61

12.28

4.46

93.34

99.33

IV

0.55

12.76

4.26

91.59

92.29

I

1.08

12.63

4.28

88.67

87.8

II

1.04

11.84

4.03

88.82

92.43

III

0.79

11.18

3.86

91.5

95.15

IV

0.69

11.1

3.68

92.29

100.29

I

0.22

11.24

3.97

97.33

97.14

II

0.27

10.74

3.86

96.83

102.84

III

0.23

16.15

3.81

97.08

103.66

IV

0.27

15.85

3.34

96.73

92.89

I

0.35

14.5

3.95

96.1

95.12

II

0.49

14.1

2.47

94.78

93.82

III

0.66

16.26

2.45

93.14

91.82

IV

0.79

16.31

2.74

91.99

90.56

I

1.13

15.62

2.34

88.95

92.14

II

1.00

14.82

2.37

89.88

92.25

2011

2012

2013

2014

2015


(4)

Lampiran 5:

Output

Model

Common Effect

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares Sample: 2011Q1 2016Q2 Periods included: 22 Cross-sections included: 4

Total panel (balanced) observations: 88

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.432785 0.538975 17.50135 0.0000 D_METODE -0.117547 0.071502 -1.643961 0.1040 CAR -0.005393 0.007036 -0.766496 0.4456 NPF -0.082986 0.019511 -4.253342 0.0001 BOPO -0.083418 0.005227 -15.96004 0.0000 FDR -0.006795 0.003388 -2.005351 0.0482

R-squared 0.863729 Mean dependent var 0.837727 Adjusted R-squared 0.855420 S.D. dependent var 0.681431 S.E. of regression 0.259105 Akaike info criterion 0.202581 Sum squared resid 5.505112 Schwarz criterion 0.371490 Log likelihood -2.913563 Hannan-Quinn criter. 0.270630 F-statistic 103.9487 Durbin-Watson stat 1.080631 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Lampiran 6:

Output

Model

Fixed Effect

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares Sample: 2011Q1 2016Q2 Periods included: 22 Cross-sections included: 4

Total panel (balanced) observations: 88

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.976973 0.567116 17.59248 0.0000 D_METODE -0.040186 0.077035 -0.521665 0.6038 CAR -0.023406 0.009132 -2.562975 0.0129 NPF -0.077177 0.020270 -3.807412 0.0003 BOPO -0.091313 0.006000 -15.21850 0.0000 FDR -0.002223 0.003898 -0.570347 0.5705

Effects Specification

Period fixed (dummy variables)

R-squared 0.919298 Mean dependent var 0.837727 Adjusted R-squared 0.884900 S.D. dependent var 0.681431 S.E. of regression 0.231185 Akaike info criterion 0.155977 Sum squared resid 3.260237 Schwarz criterion 0.916069 Log likelihood 20.13703 Hannan-Quinn criter. 0.462199 F-statistic 26.72558 Durbin-Watson stat 1.404923 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Lampiran 7:

Output

Model

Random Effect

Dependent Variable: ROA

Method: Panel EGLS (Period random effects) Sample: 2011Q1 2016Q2

Periods included: 22 Cross-sections included: 4

Total panel (balanced) observations: 88

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.587571 0.507040 18.90889 0.0000 D_METODE -0.103566 0.066711 -1.552465 0.1244 CAR -0.009170 0.006934 -1.322593 0.1896 NPF -0.083294 0.018234 -4.568094 0.0000 BOPO -0.085230 0.005032 -16.93702 0.0000 FDR -0.006064 0.003244 -1.869267 0.0652

Effects Specification

S.D. Rho

Period random 0.087645 0.1257

Idiosyncratic random 0.231185 0.8743

Weighted Statistics

R-squared 0.870319 Mean dependent var 0.667536 Adjusted R-squared 0.862412 S.D. dependent var 0.650367 S.E. of regression 0.241240 Sum squared resid 4.772126 F-statistic 110.0644 Durbin-Watson stat 1.109178 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.862990 Mean dependent var 0.837727 Sum squared resid 5.534992 Durbin-Watson stat 1.069765