Keaslian Penelitian Kerangka Teori dan Konsepsional 1. Kerangka Teori

c. Sebagai bahan referensi atau rujukan untuk dikaji kembali bagi para peneliti lebih lanjut untuk menambah wawasan hukum bisnis terutama yang membahas tentang perseroan dengan mengambil poin-poin tertentu. d. Sebagai informasi untuk membuka inspirasi bagi pelaku bisnis atau pihak-pihak yang memiliki kedudukan sebagai organ-organ dalam suatu perseroan pemegang saham, direktur, dan komisaris bahkan investor agar mampu memahami ruang lingkup spin off dalam restrukturisasi perseroan.

E. Keaslian Penelitian

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pemeriksaan data tentang “ Tinjauan Yuridis Terhadap Spin Off Dalam Restrukturisasi Perseroan”, kemudian menurut data yang diperoleh berkenaan dengan judul yang persis sama dengan judul di dalam penelitian ini, baik menurut perpustakan program studi ilmu hukum maupun perpustakaan pusat Universitas Sumatera Utara serta di perpustakaan di luar dari kampus Universitas Sumatera Utara dan pada institusi lain berkenaan dengan judul diatas, ternyata penelitian belum pernah dilakukan peneliti yang lain terdahulu mengenai topik dan permasalahan yang sama meskipun dalam bentuk makalah dan bentuk seminar maupun dalam diskusi panel sudah pernah dilakukan pembahasan atau diskusi, juga tidak sama dengan judul dalam penelitian ini. Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan peneliti, bahwa penelitian ini memiliki keaslian dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif dan terbuka. Hal ini sesuai dengan implikasi etis dari Universitas Sumatera Utara proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsional 1. Kerangka Teori

Didalam penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis sebagaimana yang dikemukakan oleh Ronny H. Soemitro bahwa untuk memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap penelitian haruslah selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis. Teori menempati kedudukan yang penting untuk merangkum dan memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan mensistematiskan masalah yang dibicarakannya. Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sipenulis mengenai suatu kasus atau permasalahan problemyang bagi sipembaca menjadi bahan perbandingkan, pasangan teoritis, yang mungkin ia setujui atau pun yang tidak disetujuinya dan ini merupakan masukan eksternal bagi pembaca. Menurut Kaelan M.S, landasan teori dalam suatu penelitian adalah merupakan dasar-dasar operasional dari suatu penelitian. Landasan teori dalam suatu penelitian adalah bersifat strategi yang artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian. Untuk mengkaji mengenai tujuan yuridis dalam konteks spin off dalam restrukturisasi perseroan dipergunakan teori-teori badan hukum. Terdapat beberapa teori mengenai badan Universitas Sumatera Utara hukum diantaranya yaitu teori harta kekayaan bertujuan, teori organ, teori Leer van het amblelijk vermogen. 20 Menurut Teori Harta Kekayaan bertujuan bertujuan dari Brinz, yang menyatakan bahwa terdapat kekayaan yang tidak ada pemiliknya tetapi terikat pada tujuan tertentu kemudian diberi nama badan hukum. 21 Menurut Teori organ dari Otto van Gierke, menyatakan bahwa badan hukum itu adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan hukum. Dimana badan hukum itu mempunyai kehendak dan kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya yaitu pengurus dan anggota-anggotanya. Teori selanjunya yaitu Leer van het ambtelijk vermogen atau ajaran tentang harta kekayaan yang dimiliki seseorang dalam jabatannya yang dipelopori oleh Holder dan Bilder. Penganut ajaran ini menyatakan bahwa tidak mungkin mempunyai hak jika dapat melakukan hak itu. Dengan lain perkataan, tanpa daya berkehendakmakatidak ada kedudukan sebagai subjek hukum. Untuk badan hukum yang berkendak ialah para pengurus, maka pada badan hukum semua hak itu diliputi oleh pengurus. Dalam kapasitasnya sebagai pengurus mereka adalah berhak, maka disebut ambtelijk vermogen. 22 Sebagaimana telah disinggung diatas, beberapa teori mengenai badan hukum sangatlah penting dalam penulisan tesis ini karena melihat spin off dalam restrukturisasi perseroan berdampak pada berdirinya suatu perseroan yang baru sebagai hasil pemisahan dari perseroan 20 R. Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita, 1977, hal. 59. 21 Ronny H. Soemitro, Metedologi Penelitian Hukum, Jakarta : Penerti Ghalia, 1982, hal. 37. 22 Ibid , hal. 38. Universitas Sumatera Utara yang telah ada sebelumnya. Mengingat bahwa perseroan yang baru berdiri tersebut juga merupakan badan usaha yang berstatus badan hukum sama halnya seperti induk Perseroannya. Berdasarkan UUPT bahwa badan usaha yang berbentuk perseroan merupakan badan hukum, namun bukan berarti setiap badan hukum adalah perseroan. Di sini UUPT secara tegas menyatakan bahwa Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum, yaitu suatu badan yang dapat bertindak dalam lalu-lintas hukum sebagai subyek hukum dan memiliki kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pengurusnya. Karena itu, Perseroan juga merupakan subjek hukum, yaitu subjek hukum mandiri atau personastandi in judicio. Dia bisa mempunyai hak dan kewajiban dalam hubungan hukum sama seperti manusia biasa atau natural person atau natuurlijke person , dia bisa menggugat ataupun digugat, bisa membuat keputusan dan bisa mempunyai hak dan kewajiban, utang-piutang mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia. Dalam pasal 1 ayat1 Undang-Undang Perseroan Tebatas UUPT menegaskan bahwa perseroan merupakan badan hukum yang terjadi karena undang-undang. Hal ini berbeda dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD yang tidak tegas menyebutkan suatu perseroan merupakan badan hukum. Dimana suatu badan hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 Adanya harta kekayaan yang terpisah Hal ini mengandung pengertian bahwa perseroan mempunyai harta kekayaan yang terpisah dari harta para pemegang sahamnya. Dan didapat dari pemasukan para pemegang saham yang berupa modal dasar, modal yang di tempatkan dan modal yang disetor. Kekayaan yang terpisah itu membawa akibat sebagai berikut: a Kreditur pribadi dari para perseroan dan atau para pengurusnya tidak mempunyai hak untuk menuntut harta kekayaan badan hukum itu; Universitas Sumatera Utara b Persero dan juga para pengurusnya secara pribadi tidak dapat menagih piutang badan hukum dari pihak ketiga; c Kompensasi antara hutang pribadi dan hutang badan hukum tidak diperkenalkan; 23 d Hubungan hukum, baik perikatan maupun proses-proses antara para persero dan atau para pengurusnya dengan badan hukum dapat saja terjadi seperti halnya antara badan hukum dengan pihak ketiga; e Pada kepailitan, hanya para kreditur badan hukum itu saja yang dapat menuntut harta kekayaan yang terpisah itu. 24 2 Mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tertentu dari suatu perseroan dapat diketahui dalam anggaran dasarnya sebagaimana dalam pasal 12 huruf b UUPT menyebutkan bahwa Anggaran Dasar memuat sekurang-kurangnya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 25 3 Mempunyai kepentingan sendiri. Maksudnya adalah hak-hak subyektif sebagai akibat dari peristiwa hukum yang dialami yang merupakan kepentingan yang dilindungan hukum dan dapat menuntut serta mempertahankan kepentingannya terhadap pihak ketiga 23 R. Soemitro, Op.Cit, hal. 28. 24 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perseroan Perseroan Terbatas, Bandung : Alumni, 2004, hal. 50. 25 Ibid, hal. 53. Universitas Sumatera Utara 4 Ada organisasi yang teratur. Ciri yang keempat dari perseroan adalah badan hukum mempunyai organisasi yang teratur, demikian pula dengan perseroan mempunyai anggaran dasar yang terdapat dalam akta pendiriannya yang menandakan adanya organisasi yang teratur. 26 Salah satu perbedaan yang cukup menonjol antara UUPT Nomor 40 Tahun 2007 ini dengan peraturan yang digantikannya UU Nomor 1 Tahun 1995 adalah adanya ketentuan mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan TJSL dalam UUPT dan spin off atau pemisahan atau pemekaran perseroan. Sistematika UUPT Nomor 40 Tahun 2007 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ini, diundangkan pada tanggal 16 Agustus 2007, terdiri dari XIV BAB, 161 Pasal. Memperhatikan keadaan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa keputusan-keputusan yang menyangkut perubahan UUPT juga membawa beberapa perubahan mengenai Organ Perseroan sebagaimana diatur dalam perundangan sebelumnya, yaitu mengenai : a. Kedudukan RUPS bukan lagi sebagai organ tertinggi dalam suatu perseroan. b. Adanya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. c. Adanya direksi Independence. d. Komisaris tidak boleh bertindak sendiri-sendiri, melainkan harus bersama-sama. f. Konsep pemisahan menurut UUPT. 27 Spin Off terjadi ketika sebuah perseroan mendistribusikan seluruh saham biasa yang dimiliki pada sebuah anak cabang yang dikuasainya untuk pemegang saham aslinya. 26 Agus Budiarto, Seri Hukum Perseroan Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002, hal.30. 27 R. T. Sutantya R, Sumantoro dan Handhikusuma, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan, Bentuk-Bentuk Perusahaan Yang Berlaku di Indonesia , Jakarta : Rajawali Pers, 1991, hal.54. Universitas Sumatera Utara

2. Kerangka konsepsional