57
4.6. Peran Corporate Social Responsibility CSR terhadap Pendapatan dan
Penyerapan Tenaga Kerja Masyarakat Lokal
4.6.1. Peran Corporate Social Responsibility CSR terhadap Tingkat
Pendapatan Nominal Hasil analisis uji beda rata-rata compare mean dengan t-test with Paired
Two Sample for Means Data Berpasangan antara pendapatan nominal masyarakat sebelum program CSR tahun 2005 dan setelah program CSR tahun 2008 dapat
dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Nominal Masyarakat
Pendapatan sebelum tahun 2005 975.758 rupiah
Pendapatan setelah tahun 2008 1.814.100 rupiah
t-test -15,91
Sig. 0,000
Keterangan : Nyata pada α = 0,05
Sumber: Analisis Data Primer Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung -15,91 lebih kecil dari pada
t-tabel -1,66, berarti Ho tolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan nominal masyarakat sebelum tahun 2005 dan tahun 2008 setelah adanya
program CSR. Berarti dengan adanya program CSR pendapatan nominal masyarakat meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,000 lebih kecil dari
0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendapatan nominal masyarakat tahun 2005 dengan tahun 2008.
Pada tahun 2005 rata-rata pendapatan nominal rumah tangga masyarakat adalah Rp 975.758,-sembilan ratus tujuh puluh lima ribu tujuh ratus lima puluh
delapan rupiahbulan dan pada tahun 2008 rata-rata pendapatan nominal rumah
Universitas Sumatera Utara
58
tangga masyarakat meningkat menjadi Rp 1.814.100,- satu juta delapan ratus empat belas ribu seratus rupiahbulan, maka rata-rata peningkatan pendapatan nominal
rumah tangga masyarakat adalah 28.64 per tahun. Peningkatan pendapatan nominal masyarakat ini disebabkan karena telah
terbukanya peluang kerja untuk penduduk lokal khususnya penduduk yang tidak mempunyai pendidikan yakni masyarakat Sakai penduduk asli daerah. Dengan
adanya CSR ini mereka dapat bekerja sebagai karyawan di PT. ABB Libek Project. Masyarakat yang sebelumnya secara umum memiliki mata pencaharian dengan
memancing ikan di sungai maupun yang sebelummnya pengannguran ataupun tidak memiliki pendapatan yang tetap setiap bulannya namun setelah mendapat CSR kini
sudah memiliki pendapatan yang tetap.
4.6.2. Peran Corporate Social Responsibility CSR terhadap Tingkat
Pendapatan Riil Hasil analisis uji beda rata-rata compare mean dengan t-Test with Paired
Two Sample for Means Data Berpasangan antara pendapatan riil masyarakat sebelum Program CSR tahun 2005 dan setelah program CSR tahun 2008 dapat
dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Riil Masyarakat
Pendapatan sebelum tahun 2005 672.936 rupiah
Pendapatan setelah tahun 2008 1.333.900 rupiah
t-test -17,64
Sig. 0,000
Keterangan : Nyata pada α = 0,05
Sumber: Analisis Data Primer
Universitas Sumatera Utara
59
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung -17,64 lebih kecil dari pada t-tabel -1,66, berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada
tingkat pendapatan riil sebelum tahun 2005 dan tahun 2008 setelah adanya program CSR. Berarti dengan adanya program CSR pendapatan riil masyarakat meningkat.
Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendapatan riil masyarakat
tahun 2005 dengan tahun 2008. Pada tahun 2005 rata-rata pendapatan riil rumah tangga masyarakat adalah
Rp. 672.936,-enam ratus tujuh puluh dua ribu sembilan ratus tiga pulu enam rupiahbulan dan pada tahun 2008 rata-rata pendapatan riil rumah tangga masyarakat
meningkat menjadi Rp. 1.333.900,-satu juta tiga ratus tiga puluh tiga ribu sembilan ratus rupiahbulan, maka rata-rata peningkatan pendapatan riil rumah tangga
masyarakat adalah 32,74 per tahun. Terdapatnya perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan riil tahun
2005 dan tahun 2008 disebabkan oleh tingginya harga-harga barang kebutuhan pokok pada tahun 2005 bahkan lebih tinggi dari kenaikan harga-harga barang pada tahun
2008. Dengan meningkatnya rata-rata pendapatan riil masyarakat sebesar Rp 1.333.900,-bulan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa adanya program CSR PT.
ABB Libek Project berperan secara signifikan dalam peningkatan ekonomi masyarakat di sekitarnya yang masih lemahnya.
Tingginya jumlah penduduk miskin di Kecamatan Mandau disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor rendahnya pendidikan masyarakat khususnya
Universitas Sumatera Utara
60
suku Sakai atau penduduk asli daerah. Pendidikan masyarakat Sakai yang umumnya tidak tamat Sekolah Dasar ini menyebabkan mereka hanya dapat menggantungkan
hidupnya dan hidup keluarganya dari memancing ikan di sungai-sungai. Mereka pergi memancing tidak setiap hari terkadang dua atau tiga kali saja dalam seminggu
sehingga penghasilan dari memancing ikan yang tidak tetap membuat tingkat kesejahteraan keluarga mereka tidak memadai.
Selain faktor pendidikan, faktor sosial masyarakat yang tertutup dan tidak mau bergaul dengan orang luar membuat masyarakat Sakai lebih suka tinggal di
daerah pedalaman dekat hutan dan jauh dari kemajuan. Faktor-faktor sosial-budaya pada sebuah tatanan masyarakat dapat menjadi faktor pendorong dan penghambat
keberhasilan dalam pembangunan dan mencapai kesejahteraan. Faktor penghambat dalam mencapai kesejahteraan karena masyarakat yang tidak mampu menciptakan
akses dalam menghadapi perubahan lingkungan. Faktor lainnya yang menyebabkan kemiskinan di Kecamatan Mandau adalah
meningkatnya jumlah pengangguran di kota ini akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja PHK oleh perusahaan-perusahaan kontraktor di kota Duri.
4.6.3. Peran CSR terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal Dalam bidang pengembangan ekonomi lokal, perusahaan telah menyerap
sekitar 400 empat ratus orang tenaga kerja, mulai dari posisi paling rendah sampai posisi paling atas di PT. ABB Libek Project. Tenaga kerja yang diserap ini berasal
dari masyarakat setempat Kabupaten Bengkalis maupun masyarakat pendatang
Universitas Sumatera Utara
61
25 43.70
31.30
Kab. Bengkalis Luar Kab. Bengkalis
Luar Riau
yang berasal dari luar Kabupaten Bengkalis dalam Provinsi Riau bahkan yang berasal dari luar Provinsi Riau.
Tabel 5. Komposisi Tenaga Kerja PT. ABB Libek Project Berdasarkan Asal Daerah
No LevelJabatan Asal Daerah
Kab. Bengkalis
Luar Kab. Bengkalis dalam Prov. Riau
Luar Prov. Riau
1 Manager 2
3 1
2 Staf 25
18 31
3 Supervisor 4
3 5
4 Security Leader 10
9 17
5 Operator 89
71 128
Total 130 104
182 Persentase 31,3
25 43,7
Sumber: HRD Manager, PT. ABB Libek Project Dari 416 tenaga kerja di PT. ABB Libek Project tersebut sebanyak 130
seratus tiga puluh orang atau 31,3 berasal dari Kabupaten Bengkalis, 104 seratus empat orang atau 25 berasal dari luar Kabupaten Bengkalis dalam Propinsi Riau
dan 182 seratus delapan puluh dua orang atau 43,7 berasal dari luar Propinsi Riau.
Gambar 11. Komposisi Tenaga Kerja PT. ABB Libek Project Berdasarkan Asal Daerah
Universitas Sumatera Utara
62
Dari gambar 11 di atas dapat dilihat sebanyak 130 seratus tiga puluh orang atau 31,3 pekerja karyawan yang berasal dari Kabupaten Bengkalis tersebut, sekitar
70 tujuh puluh orang diantaranya atau sekitar 57 adalah masyarakat yang berasal dari Kecamatan Mandau.
Tenaga kerja lokal yang direkrut PT. ABB dari masyarakat Kecamatan Mandau pada tahun 2006 sebanyak 20 dua puluh orang dan pada tahun 2008 akhir
sudah berjumlah sekitar 70 tujuh puluh orang tetapi kebanyakan penduduk lokal masih bekerja pada tingkatlevel operator karena tidak banyak diantara penduduk
lokal tersebut yang berpendidikan atau hanya berpendidikan rendah. Melalui wawancara secara indepth interview Bapak Dedy, Manager HRD PT. ABB Libek
Project yang mengatakan bahwa perusahaan sudah membuka peluang dan kesempatan kepada penduduk lokal agar dapat diterima bekerja pada jenjang
jabatanlevel yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, namun khusus bagi masyarakat Sakai yang merupakan penduduk asli setempat diberikan kesempatan
khusus untuk dilatih menjadi tenaga kerja PT. ABB Libek Project meskipun tidak mempunyai pendidikan.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakatpenduduk lokal sekitar perusahaan, masyarakat perusahaankaryawan perlu berkomitmen untuk
berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat GCC. Pengembangan perekonomian daerah dan pengembangan wilayah melalui upaya
peningkatan perekonomian rakyat yang diarahkan kepada pemberdayaan dan kekuatan sosial ekonomi masyarakat akan mengalami hambatan keterbatasan dalam
Universitas Sumatera Utara
63
pemanfaatan sumber daya alam ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia, meskipun modaldana PT. ABB tersedia karena sebuah tanggung jawab sosial
perusahaan yang masih bersifat karitas hibah dan belum mengalami metamorfosis aktualisasi kontribusi sumbangan sosial perusahaan ke arah phylanthropy dan Good
Corporate Cityzenship GCC, justru akan menciptakan masyarakat perusahaan yang eksklusive melalui CSR internalnya dan akan menyebabkan keterisolasian suatu
wilayahdaerah. Konsep CSR seperti ini justru akan memunculkan masalah sosial ekonomi yang tajam antara masyarakat perusahaan dengan penduduk lokal, bahkan
dapat menciptakan pemiskinan struktural masyarakat setempat lewat eksploitasi sumber daya alam wilayah tersebut Suharto, 2005.
4.7. Kemitraan antara Pemerintah, Perusahaan PT. ABB dan Masyarakat