Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian di atas, maka akan dibahas tentang karakteristik psikometri Subtes WA pada IST. 1. Analisis Indeks Kesulitan Aitem Subtes WA Berdasarkan hasil analisis indeks kesulitan aitem pada Tabel 4 diketahui bahwa variasi kesulitan masing-masing aitem pada subtes WA tersebut berada pada kategori mudah dan sedang. Sesuai dengan hasil analisis indeks kesulitan aitem subtes WA, terdapat 11 aitem 55 dengan kesulitan sedang 0.30p0.7 yaitu aitem 21, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39; dan sembilan aitem 45 dengan kesulitan mudah p0.70 yaitu aitem 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 40. Harga p yang berada pada titik ekstrem terlalu sulit atau terlalu mudah akan mempunyai daya diskriminasi yang kurang baik. Oleh karena itu, umumnya pada penyusunan instrumen tes disarankan untuk menggunakan aitem dengan taraf kesulitan sedang 0,50. Namun Lord dalam Murphy Davidshofer, 2003 menyatakan bahwa untuk tes seleksi karyawan, p akan dikatakan baik jika nilai p di bawah 0.30 aitem sulit. IST pada khususnya subtes WA merupakan tes inteligensi. Suatu tes inteligensi yang baik seharusnya memiliki variasi tingkat kesulitan aitem mulai dari tingkat kesulitan tinggi, sedang dan rendah Murphy Davidshofer, 2003. Pada Tabel 5, terlihat bahwa tidak ada satu pun aitem yang memiliki indeks kesulitan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa subtes WA ini sudah tidak bagus digunakan sebagai salah satu tes inteligensi. . Universitas Sumatera Utara 2. Analisis Indeks Daya Diskriminasi Aitem Subtes WA Berdasarkan hasil analisis indeks daya diskriminasi dengan metode extreme group pada Tabel 5 menunjukkan bahwa 10 aitem memiliki daya diskriminasi sangat bagus yaitu memiliki indeks daya diskriminasi d ≥ 0.40, 6 aitem memiliki daya diskriminasi Lumayan Bagus, yaitu memiliki indeks daya diskriminasi 0,30 – 0,39 dan 4 aitem membutuhkan revisi yaitu aitem yang memiliki nilai indeks daya diskriminasi d 0,20. Hal ini berarti bahwa 10 aitem mampu membedakan antara Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah dengan sangat bagus, 6 lainnya lumayan bagus, tapi masih perlu peningkatan, sedangkan 4 aitem lainnya masih harus direvisi. Berdasarkan hasil analisis indeks diskriminasi aitem dengan metode korelasi aitem-total pada Tabel 6 diketahui bahwa terdapat 6 aitem yang dinilai sangat bagus. Masing-masing aitem ini memiliki nilai indeks diskriminasi aitem di atas 0,4. Angka ini mengindikasikan bahwa aitem-aitem ini memiliki kualitas sangat baik dan memiliki kesesuaian fungsi dengan subtes dalam membedakan individu yang memiliki level kompetensi yang diharapkan dan individu yang tidak memilikinya. Dengan kata lain aitem-aitem ini memiliki fungsi yang sama dengan fungsi tes. Selain itu ada 10 aitem yang dinilai lumayan baik dan tidak memerlukan revisi. Aitem-aitem tersebut memiliki nilai indeks diskriminasi aitem antara 0,3 sampai 0.39. Sementara 4 aitem lainnya dinilai belum memuaskan dan masih perlu direvisi. Aitem-aitem tersebut memiliki nilai indeks diskriminasi aitem antara 0,2 sampai 0,3. Universitas Sumatera Utara Jika dilihat secara keseluruhan, baik dengan mengguunakan metode extreme group maupun dengan metode korelasi aitem-total, dapat dikatakan bahwa ada 16 butir aitem yang memiliki kualitas baik dan bisa diterima. Sementara itu, ada 4 aitem yang sebenarnya memiliki kualitas buruk. Aitem-aitem ini memiliki nilai indeks diskriminasi relatif rendah, yaitu di bawah 0,3. Hal ini mengindikasikan bahwa aitem-aitem ini tidak mampu menangkap perbedaan antara individu yang memiliki kompetensi yang diharapkan dan individu yang tidak memilikinya. Ke empat aitem tersebut masih mungkin untuk diterima asalkan aitem tersebut direvisi sesuai dengan batasan ukur aitem tersebut. 3. Analisis Efektivitas Distraktor Subtes WA Efektivits distraktor-distraktor pada suatu aitem dianalisis dari distribusi jawaban terhadap aitem yang bersangkutan pada setiap alternatif yang disediakan. Efektivitas distraktor dilihat dari dua kriteria, yaitu: a distraktor dipilih oleh siswa dari Kelompok Rendah, dan b pemilih distraktor tersebar relative proporsional pada masing-masing distrakktor yang ada Azwar, 2005 Dengan menggunakan bantuan program iteman, efektivitas distraktor dilihat dari nilai point biserial, dimana sebuah aitem dikatakan memiliki distraktor yang efektif apabila alternatif yang menjadi kunci jawaban dipilih lebih banyak dari subjek Kelompok Tinggi rpbis positif, serta alternative pengecoh lainnya dipilih lebih banyak dari Kelompok Rendah rpbis negatif. Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat 17 dari 20 aitem memiliki distraktor yang efektif, sementara 3 lainnya memiliki distraktor yang tidak efektif. Universitas Sumatera Utara Ketiga aitem tersebut adalah aitem nomor 32, 38 dan 40. Pada aitem 32, distraktor E dipilih lebih banyak subjek Kelompok Tinggi rpbis positif, padahal seharusnya sebuah distraktor lebih banyak dipilih subjek dari Kelompok Rendah. Pada aitem 38 dan 40, distraktor A tidak efektif, dimana distraktor ini juga lebih banyak dipilih dari Kelompok Tinggi. 4. Seleksi Aitem Berdasarkan Indeks Kesulitan Aitem, Indeks Daya Diskriminasi Aitem dan Efektivitas Distraktor Proses analisis ini mencoba melihat aitem-aitem yang baik yaitu aitem yang memiliki parameter indeks daya diskriminasi yang bagus dan distraktor yang efektif. Indeks kesulitan aitem tidak dijadikan sebagai patokan karena taraf kesulitan aitem yang bervariasi memang dibutuhkan ada pada suatu tes inteligensi. Berdasarkan hasil analisis seleksi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a. Diterima jika: d ≥ 0.30 Cukup bagus dan bagus sekali semua distraktor efektif b. Revisi jika: 0.20 ≤ d 0.30 dan distraktor efektif d ≥ 0.30 dan distraktor tidak efektif c. gugur jika: : d 0.2 V 0.20 ≤ d 0.30 distraktor tidak efektif, diperoleh hasil bahwa dari 20 butir aitem subtes WA, 14 aitem dapat diterima, 5 aitem memerlukan revisi dan 1 diantaranya gugur. Universitas Sumatera Utara 5. Indeks Reliabilitas Subtes WA Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai koefisien reliabilitas instrument subtes WA pada IST sebesar α = 0.650. Hal ini berarti variasi yang tampak pada skor tes dengan menggunakan instrument tersebut hanya mampu mencerminkan 65 dari variasi yang terjadi pada skor murni subjek yang bersangkutan. Dengan kata lain, 35 variasi skor yang tampak disebabkan oleh eror atau kesalahan. Menurut Anastasi Urbina 1997, suatu pengukuran dapat dikatakan reliabel apabila memiliki rentang nilai koefisien reliabilitas antara 0.80-0.90. sedangkan menurut Nunnally 2005, pengukuran dapat dikatakan reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas diatas 0.70. Murphy Davidshofer 2003 mengelompokkan nilai koefisien reliabilitas ke dalam beberapa kelompok nilai, yaitu nilai yang tidak dapat diterima ≤ 0.60, nilai yang rendah 0.61 -0.70, nilai moderat 0.71-0.89 dan nilai yang tinggi ≥ 0.90. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka indeks reliabilitas subtes WA yang memiliki nilai sebesar α = 0.650, masih tergolong nilai yang rendah dan belum memuaskan. 6. Analisis Validitas Konstrak Subtes WA Berdasarkan validasi multitrait-multimethod yang terdapat pada Tabel 11, dapat dilihat validitas konstrak IST, khusunya subtes WA. Terlihat bahwa korelasi antara subtes WA dengan kedelapan subtes lainnya berada di atas 0.25. Hal ini berarti bahwa subtes WA sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan awal Amthauer Universitas Sumatera Utara ketika mengkonstraknya. Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 sub tes. Karakteristik dari baterai tes amthauer menunjukan adanya suatu interkorelasi yang rendah antar subtesnya r=0.25 Diktat kuliah IST Universitas Padjajaran, 2008. Hasil korelasi antara subtes WA dengan kedelapan subtes IST lainnya yang jauh lebih besar dari apa yang seharusnya 0.25 menunjukkan bahwa adanya tumpang tindih mengenai trai-trait yang diukur oleh subtes WA dengan subtes lainnya. Artinya apa yang diukur oleh WA dapat juga terukur oleh subtes lainnya. Selain itu juga, hal ini kemungkinan diakibatkan adanya prroses pembelajaran pada subjek mengenai subtes-subtes yang terdapat dalam IST, mengingat banyaknya alat tes yang mirip dengan IST dijual di pasaran. Sehingga ketika IST ini diujikan pada subjek, maka yang terukur bukan lagi trait yang diharapkan, karena respon subjek merupakan hasil dari persiapan dan pembelajaran yang dilakukan oleh subjek sebelum mengikuti tes. Lebih jauh lagi dapat kita lihat pada korelasi subtes WA dengan subtes AN, GE, RA, ZR dan ME yang rata-rata berada di atas 0.50. Menurut Guilford 1978, nilai korelasi r diatas 0.50 tergolong ke dalam korelasi yang lumayan tinggi moderate. Interkorelasi yang cukup signifikan antara WA dengan subtes- subtes mungkin disebabkan adanya persamaan konstrak yang diukur, misalnya dengan RA dan ZR. Walaupun dilihat dari bentuk soal, WA sangat berbeda dengan kedua subtes ini, namun pada dasarnya kketiga subtes ini mengukur kemampuan berpikir induktif, dimana WA mengukur kemampuan berpikir induktif dengan bahasa, sedangkan RA dan ZR berpikir induktif dengan angka. Universitas Sumatera Utara Demikian juga nilai korelasi antara WA dengan SE, AN, GE dan ME yang cukup signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa konstrak yang diukur dalam subtes WA terukur juga oleh subtes SE, AN, GE dan ME. Subtes-subtes ini juga sama-sama membutuhkan pemahaman bahasa untuk membuat keputusan dalam penyelesaian soal. Selanjutnya subtes WA berkorelasi dengan FA sebesar 0.379 dan WA berkorelasi dengan WU sebesar 0.384. Menurut Guilford 1978, nilai yang berada diantara 0.20 sampai dengan 0.40 tergolong rendah. Meskipun nilai ini masih lebih besar dari nilai interkorelasi yang ditentukan oleh Amtheuer, namun korelasi yang terjadi tergolong rendah. Artinya memang subtes WA mengukur konstrak yang berbeda dengan WU dan FA, dimana WU mengukur daya bayang ruang dan FA mengukur daya konstraksi. Jika dilihat dari nilai validitas dan reliabilitas subtes WA, maka nilai validitas subtes WA masih dapat diterima. Azwar 2002 menyatakan bahwa nilai korelasi antara skor suatu tes dengan tes lain tidak dapat lebih tinggi daripada korelasi antara skor tes itu dengan skor murninya sendiri. Artinya nilai validitas alat tes tidak boleh melebihi nilai reliabilitasnya. Subtes WA memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.650, dan nilai korelasi subtes WA dengan delapan subtes lainnya tidak ada yang sama atau melebihi 0.650. Namun karena adanya nilai validitas konvergen yang tinggi antara subtes WA dengan delapan subtes IST lainnya, yang mana hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa IST khususnya subtes WA sudah tidak valid digunakan. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN