3. Efektivitas Distraktor
Efektivits distraktor-distraktor pada suatu aitem dianalisis dari distribusi jawaban terhadap aitem yang bersangkutan pada setiap alternatif yang disediakan.
Efektivitas distraktor diperiksa untuk melihat apakah semua distraktor atau semua pilihan jawaban yang bukan kunci telah berfungsi sebagaimana mestinya,
yaitu apakah distraktor-distraktor tersebut telah dipilih lebih banyak atau semua siswa Kelompok Rendah sedangkan siswa dari Kelompok Tinggi hanya sedikit
atau tidak ada yang memilihnya. Efektivitas distraktor dilihat dari dua kriteria, yaitu: a distraktor dipilih oleh
siswa dari Kelompok Rendah, dan b pemilih distraktor tersebar relative proporsional pada masing-masing distrakktor yang ada Azwar, 2005
4. Reliabilitas
a. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang berasal dari dua kata yaitu rely dan ability, dimana rely memilliki arti percaya atau
mempercayakan sedangkan ability memiliki arti kemampuan. Ada banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan reliabilitas, seperti keterpercayaan,
keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun pada intinya konsep reliabilitas memiliki makna: sejauh mana hasil suatu tes
pengukuran dapat dipercaya Azwar, 2007 Crocker dan Algina 2005 menjelaskan bahwa pada dasarnya reliabilitas
menggambarkan derajat konsistensi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
”a reliability term refers to the degree to which individuals deviation scores, or z-scores, remain relatively consistent over repeated
administration of the same test or alternate test forms”.
Reliabilitas suatu tes ditunjukkan oleh taraf konsistensi skor yang diperoleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama atau minimal setara,
dalam kondisi yang berbeda Suryabrata, 2005. Konsepsi mengenai reliabilitas berkaitan dengan derajat konsistensi antara dua perangkat skor tes, maka formula
reliabilitas selalu dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi Azwar, 2007. Menurut Gregory 2000, reliabilitas dalam pengukuran psikologis menunjukkan
atribut konsistensi dari pengukuran itu sendiri. Hanya sedikit dari pengukuran behavioral yang benar-benar reliabel, dan reliabilitas itu sendiri bersifat kontinum.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas pada dasarnya merupakan ketetapan atau derajat konsistensi
performansi relative dari individu yang dikenai tes ketika diberikan tes yang sama secara berulang atau tes yang parallel.
Tujuan dari sebuah pengetesan adalah untuk mengetahui true score seseorang yang bersifat latent. Karena bersifat latent, maka skor ini tidak pernah
diketahui secara pasti nilainya dan yang paling mungkin dilakukan untuk mengetahui true score ini adalah membuat perkiraan melalui observed score.
Observed score adalah skor individu yang diperoleh dari pengetesan. Faktor yang mempengaruhi reliabilitas suatu tes adalah error. Error atau varians kesalahan
Universitas Sumatera Utara
adalah kondisi yang tidak sesuai atau tidak relevan dengan maksud tes Anastasi Urbina, 1997. Ada dua jenis error yang sering terjadi, yaitu:
1 Systematic error yaitu kecenderungan individu untuk memperoleh skor
yang tinggi semua atau rendah semua. Sifat eror ini selalu konstan. Sumbernya adalah karakteristik fisik individu, proses tes tes yang
tidak berkaitan dengan konstruk yang ingin diukkur. Misalnya alat ukur rusak, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, dll.
2 Unsystematic error random error, yaitu kecenderungan individu
memperoleh skor yang tidak tetap, terkadang baik, terkadang buruk. Error ini bersifat random. Ada berbagai hal yang dapat menimbulkan
random error, antara lain kelelahan memori subjek dan naik turunnya suasana hati, dll.
b. Jenis-jenis Pendekatan Estimasi Reliabilitas
Estimasi terhadap tingginya reliabilitas dapat dilakukan melalui berbagai metode pendekatan, dimana masing-masing metode pendekatan dikembangkan
sesuai dengan sifat dan fungsi alat ukur yang bersangkutan dengan mempertimbangkan segi-segi praktisnya Azwar, 2007
Menurut Azwar 2007, secara tradisional terdapat tiga macam pendekatan reliabilitas yaitu :
1 Pendekatan Tes Ulang tes-retest
Pendekatan ini menunjukkan konsistensi pengukuran dari waktu ke waktu dan menghasilkan koefisien reliabilitas yang dinamakan koefisien stabilitas.
Prinsip estimainya adalah menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek
Universitas Sumatera Utara
dengan tenggang waktu tertentu. Asumsinya adalah bahwa suatu tes yang reliable tentu akan menghasilkan skor tampak yang relative sama apabila dikenakan dua
kali pada waktu yang berbeda. Semakin besar variasi perbedaan skor subjek antara kedua pengenaan tes, berarti semakin sulit untuk mempercayai bahwa tes
itu memberikan hasil ukur yang konsisten Azwar, 2007 Dalam prakteknya, pendekatan ini memiliki keterbatasan yaitu kurang
praktis dalam pelaksanaan tes sebanyak dua kali, dan besarnya kemungkinan terjadi efek bawaan carry-over effects dari satu pengenaan tes ke pengenaan te
syang kedua. Artinya dalam hal ini besar kemungkinan terjadinya proses pembelajaran bagi subjek dan hal ini akan mempengaruhi terhadapa skor hasil tes
yang kedua kalinya. 2
Pendekatan Bentuk-Paralel alternate-forms Pendekatan bentuk paralel merupakan pengenaan dua bentuk tes pararel
dalam waktu yang bersamaan pada satu kelompok subjek. Jadi pendekatan ini hanya dapat dilakukan apabila tersedia dua bentuk instrumen yang dapat dianggap
memenuhi asumsi parallel. Salah satu indicator terpenuhinya asumsi paralel adalah setaranya korelasi antara skor kedua instrument tersebut dengan skor suatu
ukuran lain. Tentu saja untuk dapat paralel kedua bentuk instrumen harus disusun
dengan tujuan mengukur objek psikologis yang sama, berdasarkan blue-Print pola-rancangan yang sama dan spesifikasi yang sama pula.
Kelemahan utama dari pendekatan ini adalah sulitnya menyusun dua alat ukur yng memenuhi persyaratan parallel atau sejajar. Selain kelemahan di atas,
Universitas Sumatera Utara
pendekatan ini juga memiliki kelebihan, yaitu dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya efek bawaan.
3 Pendekatan Konsistensi Internal Internal-Consistency
Pendekatan konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek single-trial
administration. Pendekatan ini mengatasi kelemahan pada pendekatan tes-retest dan alternate-forms.
Pendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan untuk melihat konsistensi antar-aitem atau antar bagian dalam tes itu sendiri. Untuk itu, setelah
skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek, tes dibagi menjadi beberapa belahan, bisa dua belahan, tiga belahan dan bahkan belahan sebanyak aitem.
Membelah tes prinsipnya adalah mengusahakan agar antar belahan memiliki jumlah aitem sama banyak, taraf kesulitan seimbang, isi sebanding, dan
memenuhi ciri-ciri paralel . Bentuk dan sifat alat ukur serta banyaknya belahan yang dibuat akan
menentukan teknik perhitungan koefisien reliabilitasnya. Ada beberapa teknik komputasi reliabilitas konsistensi internal diantaranya: Formula Spearman-Brown,
Formula Rulon, Formula Alpha, Formula-formula Kuder-Richardson, Formula Kristof, Formula Analisis varians dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan
secara singkat mengenai penggunaan berbagai formula tersebut:
Universitas Sumatera Utara
1. Spearman-Brown
Formula komputasi Spearman-Brown merupakan formula koreksi terhadap koefisien korelasi antara dua bagian tes dan dirumuskan sebagai berikut
Azwar, 2005: S-B
= r
xx’
=
10 Keterangan:
r
xx’ =
Koefisien reliabilitas Spearman-Brown r1.2 = Koefisien korelasu antara dua belahan
Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, pembelahan tes dilakukan dengan cara gasal-genap dan matched-random subtes
dan menghasilkan dua bagian yang paralel satu sama lain dan korelasi antara kedua belahan paralel tersebut cukup tinggi.
2. Rulon
Rulon 1939 mempersoalkan reliabilitas tes yang dibelah menjadi dua belahan. Jika sekiranya belahan tersebut setara maka secara teori skor subjek pada
perangkat belahan pertama dan skor perangkat belahan kedua akan sama. Jika skor-skor pada kedua perangkat itu tidak sama, maka itu terjadi karena
kesalahankekeliruan pengukuran. Berdasarkan atas pemikiran ini maka diusulkan rumus reliabilitas tes sebagai berikut Suryabrata, 2005:
r
xx’
= 1- s
d 2
s
x 2
11 Keterangan:
s
d 2
= Varians perbedaan skor kedua belahan s
x 2
= Varians skor tes
Universitas Sumatera Utara
d = Perbedaan skor kedua belahan Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi,
belahan tes tidak harus paralel, namun harus memenuhi asumsi τ-equivalent.
3. Koefisien alpha belah dua
Formula koefisien alpha untuk estimasi reliabilitas belah dua dirumuskan sebagai berikut:
r
xx’
= 2 12
Keterangan: = varians pada belahan 1
= varians pada belahan 2 = varians total skor tes
Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, belahan tes tidak harus paralel, namun harus memenuhi asumsi
τ-equivalent, aitem-aitem dalam tes haruslah homogen sehingga formula ini tidak bisa
digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur beberapa trait.
4. Koefisien alpha belah lebih dari dua
Pembelahan tes tidak hanya terbatas pada membagi tes ke dalam dua belahan saja. Cara-cara pembelahan dapat diperluas pemakainnya untuk membagi
tes menjadi beberapa belahan. Bahkan suatu tes yang akan diestimasi reliabilitasnya dapat dibelah menjadi bagian-bagian sebanyak jumlah aitemnya
sehingga setiap bagian hanya berisi satu aitem saja.
Universitas Sumatera Utara
Untuk tes yang dibelah menjadi lebih dari dua belahan yang masing- masing berisi aitem yang berjumlah sama banyak kita dapat menggunakan
formula alpha dengan rumus: α =
13 Keterangan : = banyaknya belahan tes
= varians belahan j; j = 1, 2…k = varians skor tes
Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, setiap belahan memiliki aitem yang relatif setara, paralel setidaknya memenuhi asumsi
τ-equivalent, aitem-aitem dalam tes haruslah homogen sehingga formula ini tidak bisa digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur
beberapa trait. 5.
Flanagan Flanagan menganggap bahwa varians-varians pada perangkat-perangkat
belahan tes merupakan varians kekeliruan pengukuran. Maka untuk tes yang dibelah menjadi dua bagian setara reliabilitasnya adalah sebagai berikut:
r
xx’
=2 14
Keterangan: = varians pada belahan 1
= varians pada belahan 2 = varians total skor tes
Universitas Sumatera Utara
6. Kuder-Richardson 20 KR-20
KR 20 merupakan rata-rata estimasi reliabilitas dari semua cara belah-dua yang mungkin dilakukan. Koefisien ini juga mencerminkan sejauhmana
kesetaraan isi aitem-aitem dalam tes. Rumusan formula KR-20 adalah: KR-20
15 Keterangan : = Banyaknya aitem dalam tes
= Varians skor tes p = Proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu aitem, yaitu
banyaknya subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab aitem tersebut.
Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi, jumlah aitem sedikit dan membelahan tes sebanyak jumlah aitem, aitem-aitem dalam tes haruslah homogen
sehingga formula ini tidak bisa digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur beberapa trait.
7. Kuder-Richardson 21 KR-21
Perhitungan KR-21 menggunakan rata-rata harga p dari keseluruhan aitem. hal inilah yang membedakan antara KR-20 dengan KR-21. Rumusan formula KR-
21 adalah:
16 Keterangan : = banyaknya aitem dalam tes
= rata-rata p yaitu,
Universitas Sumatera Utara
= varians skor tes Untuk mempermudah komputasi, formula KR-21 dapat pula dinyatakan
sebagai:
17 Keterangan :
M
x
= harga rata-rata means skor tes Penggunaan formula ini hamper sama dengan formula KR-20. Hanya saja
yang membedakannya adalah bahwa KR-21 ini digunakan jika tingkat kesulitan aitem-aitem dalam tes relatif setara. Jika digunakan pada alat tes yang tingkat
kesulitan yang bervariasi, maka hasilnya akan kurang teliti Azwar, 2007 8.
Formula untuk Tes Belah Tiga Formula Kristof Komputasi koefisien reliabilitas tes yang telah dibelah menjadi tiga bagian
ini didasarkan pada formula estimasi skor murni yang dirumuskan Kristof, yaitu:
18 Keterangan: S
12
= kovarians belahan 1 dan belahan 2 = kovarians belahan 1 dan belahan 3
= kovarians belahan 2 dan belahan 3 Untuk komputasi koefisien reliabilitasnya digunakan rumus dasar
reliabilitas, yaitu: r
xx’
=
Universitas Sumatera Utara
Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, membelah tes menjadi 3 bagian, belahan tidak harus sama panjang, jumlah aitem
tidak harus sama banyak dengan syarat isi tetap homogen, dan lebih baik digunakan pada subjek dalam jumlah besar.
9. Analisis varians Hoyt
Hoyt 1941 mengembangkan pendekatan analisis varian yang disebut dengan analisis varian Hoyt. Konsep dalam teknik analisis varian Hoyt adalah
memandang distribusi aitem keseluruhan subjek sebagai data pada suatu desain eksperimen faktorial dua-jalan tanpa replikasi, yang dikenal pula sebagai item by
subject design. Setiap aitem dianggap sebagai suatu perlakuan yang berbeda sehingga setiap kali subjek dihadapkan pada suatu aitem seakan-akan berada pada
suatu perlakuan yang berbeda, sehingga banyaknya aitem merupakan banyaknya perlakuan.
Dari pola faktorial ini diperoleh harga mean kuadrat antar subjek yang sebenarnya merupakan estimasi terhadap varians skor tes, meankuadrat antar
aitem, dan meankuadrat interaksi aitem-subjek yang merupakan estimasi terhadap varians eror, jadi formula reliabilitas Hoyt adalah:
19 Keterangan:
= mean kuadrat interaksi aitem x subjek = mean kuadrat antar aitem
Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, belahan tes tidak harus paralel, namun harus memenuhi asumsi
τ-equivalent,
Universitas Sumatera Utara
aitem-aitem dalam tes haruslah homogen sehingga formula ini tidak bisa digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur
beberapa trait. 10.
Formula Feldt Formula untuk Tes belah Dua Panjang Tidak Sama Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi,
membelah tes menjadi 2 bagian yang tidak sama panjang, jumlah aitem tidak harus sama banyak dengan syarat isi tetap homogen, dan lebih baik digunakan
pada subjek dalam jumlah besar. Feldt 1975 menggunakan formula estimasi reliabilitas sebagai berikut:
20 Keterangan:
= varians skor belahan 1 = varians skor belahan 2
= kovarians skor belahan 1 dan 2 = deviasi standar skor tes
Pada penelitian ini, estimasi koefisien reliabilitas dilakukan dengan pendekatan konsistensi internal atau satu kali tes dengan teknik komputasi
reliabilitas yang digunakan adalah formula Kuder-Richardson KR’20. Formula KR’20 dipilih karena tingkat kesulitan aitem subtes WA cenderung bervariasi.
Jika KR’21 digunakan pada tes yang kesulitan aitem nya cenderung bervariasi, maka hasilnya akan rendah dan tidak cermat Azwar, 2007
Universitas Sumatera Utara
c. Analisis Koefisien Reliabilitas
Tingkat reliabilitas dari suatu penngukuran ditunjukkan dari koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas memperlihatkan pengaruh dari true score dan
error score terhadap observed score. Secara umum, koefisien reliabilitas dapat didefinisikan sebagai rasio dari true score variance terhadap total variance dari
skor tes Gregory, 2000. Rentang nilai koefisien reliabilitas adalah antara 0.0-1.0. Pengukuran yang sangat reliabel akan memiliki koefisien reliabilitas mendekati
1.0, sebaliknya yang sangat tidak reliabel akan memiliki koefisien relabilitas mendekati 0.0.
Menurut Anastasi Urbina 1997, suatu pengukuran dapat dikatakan reliabel apabila memiliki rentang nilai koefisien reliabilitas antara 0.80-0.90.
sedangkan menurut Nunnally 2005, pengukuran dapat dikatakan reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas diatas 0.70. Murphy Davidshofer 2003
mengelompokkan nilai koefisien reliabilitas ke dalam beberapa kelompok nilai, yaitu nilai yang tidak dapat diterima
≤ 0.60, nilai yang rendah 0.61 -0.70, nilai moderat 0.71-0.89 dan nilai yang tinggi
≥ 0.90. d.
Interpretasi Koefisien Reliabilitas Dalam setiap pengukuran kemungkinan besar akan selalu terjadi error E
pengukuran yang mengakibatkan skor tampak X tidak selalu sama dengan skor murni T. Jadi untuk mengestimasi nilai skor murni, diperlukan interpretasi dari
koefisien reliabilitas. Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila misalnya, skor tampak X berkorelasi tinggi dengan skor murni T nya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Atau bisa juga ditafsirkan dari tingginya korelasi antara skor-tampak pada dua tes yang pararel.
Allen Yen dalam Azwar, 2004 menguraikan enam cara untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas
, yaitu: Interpretasi 1 :
= korelasi skor tampak antara dua tes yang pararel. Interpretasi ini menyatakan bahwa reliabilitas ini ditentukan oleh sejauh
mana skor tampak pada dua tes yang parallel berkorelasi. Interpretasi ini menjadi asumsi dasar dalam pendekatan reliabillitas bentuk parallel Parallel-forms dan
pendekatan reliabilitas bentuk sejajar alternate-forms. Interpretasi 2 :
= besarnya proporsi varians X yang dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan .
Interpretasi ini berasal dari penafsiran koefisien determinasi sebagaimana biasanya dilakukan pada penafsiran koefisien korelasi linier Pearson. Interpretasi
ini sangat penting artinya dalam menilai apakah suatu koefisien reliabilitas dapat dianggap cukup bermakna atau tidak.
Interpretasi 3
: =
21 Interpretasi ini menyatakan bahwa koefisien reliabilitas merupakan
besarnya perbandingan antara varians skor murni dan varians skor tampak pada
Universitas Sumatera Utara
suatu tes atau merupakan proporsi varians skor tampak yang berisi varians skor murni.
Bila semua perbedaan yang terjadi pada skor tampak subjek merefleksikan perbedaan skor murni, yaitu
, maka reliabilitas tes tersebut adaal sempurna dengan koefisien reliabilitas
=1. Artinya setiap skor tampak yang diperoleh subjek satu dengan yang lainnya memang perbedaan skor murni
mereka, bukan perbedaan yang disebabkan oleh faktor-faktor lain sebagai sumber error dalam pengukuran itu. jadi semakin kecil koefisien reliabilitas, yaitu
semakin jauh dari angka 1, berarti semakin besar error pengukuran yang terjadi. Interpretasi 4
: =
22 Koefisien reliabilitas dalam interpretasi ini merupakan kuadrat koefisien
korelasi antara skor tampak dan skor murni. Interpretasi 5 :
= 23
Koefisien reliabilitas adalah sama dengan satu dikurangi kuadrat koefisien korelasi antara skor tampak dengan error pengukuran. Semakin besar korelasi
antara skor—tampak dengan error pengukuran, akan semakin kecil koefisien reliabilitasnya.
Interpretasi 6 : = 1-
24
Universitas Sumatera Utara
Interpretasi ini mengaitkan reliabilitas dengan varians error dan varians skor-tampak yang dihubungkan dengan homogenitas subjek. Koefisien reliabilitas
pada kelompok homogen akan relative lebih rendah dibandingkan pada kelompok yang heterogen.
Skor murni tidak dapat diperoleh secara langsung dan koefisien reliabilitas merupakan salah satu bentuk pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengestimasi nilai skor murni. Estimasi atau perkiraan terhadap skor murni kemungkinan besar akan selalu mengandung eror. Sehingga penafsiran terhadap
koefisien reliabilitas harus dilakukan melalui penafsiran standard eror pengukuran, dengan rumusan sebagai berikut:
=
25 Keterangan :
: Standard error dari pengukuran Sx
: standard deviasi skor : koefisien reliabilitas
Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes, maka kemungkinan kesalahan yang terjadi semakin kecil.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
Crocker Algina 2005 menjelaskan bahwa ada 3 hal utama yang secara tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya koefisien reliabilitas suatu
instrumen, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Homogenitas Kelompok Secara umum dapat dijelaskan bahwa dalam suatu kondisi tes, semakin
besar homogenitas kelompok berkaitan dengan trait-trait tertentu yang diukur maka indeks reliabilitas akan semakin rendah bila dibandingkan
dengan kondisi ketika kelompok sampel lebih heterogen. 2 Batasan Waktu dalam Tes
Tes yang memiliki waktu yang lebih panjang cenderung akan memiliki reliabilitas yang lebih tinggi dibandingkan tes yang memiliki waktu yang lebih
pendek, terutama pada tes dengan komposisi aitem yang sama. Hal ini dikarenakan performansi subjek pada tes yang lebih panjang waktunya akan
lebih maksimal. Sementara pada tes yang memiliki waktu lebih pendek, performansi subjek akan sangat ditentukan oleh banyak faktor, termasuk
kelelahan dan performansi subjek lain yang mengikuti tes tersebut. 3 Panjang Tes
Panjang dari suatu tes sangat bergantung dengan seberapa banyaknya aitem-aitem yang menyususn tes tersebut. Secara umum, semakin banyak
aitem yang memiliki kualitas baik dalam suatu tes, maka semakin tinggi pula indeks reliabilitas instrumen tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5. Validitas