Indeks Daya Diskriminasi Aitem

2. Indeks Daya Diskriminasi Aitem

a. Pengertian Indeks Diskriminasi Aitem. Indeks daya diskriminasi aitem atau sering disebut dengan daya beda aitem merupakan parameter yang paling penting dalam tes psikologi yang menunjukkan sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur Azwar, 2005. Artinya bahwa aitem yang memiliki daya beda yang tinggi harus memiliki skor yang tinggi pada individu yang memiliki atribut yang diukur dan skor yang rendah pada individu yang tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks diskriminasi aitem d secara sederhana didefinisikan sebagai perbedaan proporsi penjawab aitem dengan benar antara Kelompok Tinggi dengan Kelompok Rendah. Secara matematis diformulasikan sebagai berikut: 7 Keterangan: d : Indeks diskriminasi Aitem niT : jumlah subjek penjawab dengan benar dari Kelompok Tinggi nT : Jumlah subjek Kelompok Tinggi niR : jumlah subjek penjawab dengan benar dari Kelompok Rendah nR : Jumlah subjek Kelompok Rendah Formulasi di atas sama dengan perbedaan selisih indeks kesulitan pada Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah, sehingga lebih sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara - 8 Keterangan : = Indeks kesulitan pada Kelompok Tinggi = Indeks kesulitan pada Kelompok Rendah Dalam skala sikap, sebuah aitem dikatakan memiliki daya beda tinggi jika aitem tersebut mampu membedakan antara subjek yang bersikap positif dan subjek yang bersifat negatif. Sedangkan untuk sebuah tes inteligensi, sebuah aitem dikatakan memiliki daya beda tinggi jika aitem tersebut mampu membedakan subjek yang memiliki kemampuan tinggi Kelompok Tinggi dan subjek yang memiliki kemampuan rendah Kelompok Rendah. Artinya suatu aitem tersebut haruslah dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian besar subjek Kelompok Tinggi dan tidak dapat dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian besar subjek Kelompok Rendah Azwar, 2007. b. Analisis Indeks Diskriminasi Aitem Menurut Murphy dan Davidshofer 2003, jika suatu tes dan satu aitem mengukur hal yang sama, maka diharapkan bahwa orang yang mengerjakan tes dengan baik akan menjawab aitem tersebut dengan benar, dan orang yang mengerjakan tes dengan buruk menjawab aitem tersebut dengan salah. Dengan kata lain, aitem yang memiliki daya diskriminasi yang baik mampu membedakan antara orang yang mengerjakan tes dengan baik dan orang yang mengerjakan tes dengan buruk. Nilai Indeks diskriminasi d berkisar mulai dari -1 sampai dengan +1, namun hanya harga d yang positif saja yang memiliki arti dalam analisis aitem. Universitas Sumatera Utara Daya diskriminasi maksimal tercapai apabila seuruh subjek Kelompok Tinggi dapat menjawab dengan benar , sedangkan seluruh subjek Kelompok Rendah tidak seorang pun yang dapat menjawab dengan benar . Dalam hal ini, harga indeks diskriminasi d = 1-0=1. Harga d yang berada disekitar 0 menunjukkan bahwa aitem yang bersangkutan memiliki daya diskriminasi yang rendah, sedangkan harga d yang negative menunjukkan bahwa aitem yang bersanngkutan tidak ada gunanya sama sekali, bahkan memberikan informasi yang menyesatkan. Indeks diskriminasi yang ideal yang ideal adalah yang sebesar mungkin mendekati angka 1. Semakin besar indeks kemsukaran aitem semakin mendekati angka 1 berarti aitem tersebut semakin mampu membedakan antara subjek yang menguasai bahan yang diujikan dan dan subjek yang tidak menguasai. Menurut Thorndike dalam Azwar, 2005 bahwa dalam proses seleksi aitem, aitem-aitem yang memiliki nilai diskriminasi di atas 0,50 akan langsung dianggap baik sedangkan aitem-aitem dengan indeks diskriminasi di bawah 0,20 dapat langsung dibuang dan dianggap jelek. Sementara menurut Ebel dalam Azwar, 2005 terdapat suatu panduan dalam evaluasi indeks diskriminasi aitem, yaitu: Tabel 2 Evaluasi Indeks Daya Diskriminasi Aitem Indeks Daya Beda Evaluasi ≥ 0,40 Sangat bagus 0,30 – 0,39 Lumayan bagus, tidak membutuhkan revisi 0,20 – 0,29 Belum memuaskan, perlu direvisi 0,20 Buruk dan harus dibuang Universitas Sumatera Utara Menurut Murphy dan Davidshofer 2003, ada tiga statistik yang dapat digunakan untuk mengukur daya diskriminasi suatu aitem, yaitu: 1. Method of Extreme Group Metode ini biasanya dugunakan untuk indeks diskriminasi pada kelompok besar. Diskriminasi aitem dapat dihitung dengan cara membagi kelompok menjadi dua, Upper group Kelompok Tinggi yakni kelompok yang memiliki skor yang tinggi 25-35 nilai tertinggi didalam kelompok dan lower group Kelompok Rendah yakni kelompok yang memiliki nilai yang rendah 25-35 nilai terendah dalam kelompok. Aitem yang memiliki indeks diskriminasi yang baik akan dijawab benar oleh Kelompok Tinggi dan dijawab salah oleh Kelompok Rendah. 2. Korelasi Aitem-Total Parameter daya beda aitem yang berupa koefisien korelasi aitem-total memperlihatkan kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi skala tes dalam mengungkap perbedaan individual. Besarnya koefisien korelasi aitem-total bergerak 0 sampai dengan 1,00. Semakin baik daya diskriminasi aitem, maka koefisien korelasi semakin mendekati angka 1,00. Korelasi aitem total dapat diketahui dengan menghitung korelasi point biserial rpbis. Korelasi point biserial yang bernilai positif menunjukkan bahwa aitem dan tes mengukur hal yang sama, nilai mendekati nol menunjukkan bahwa bahwa aitem tidak memiliki indeks daya beda yang baik sehingga kelompok tinggi menjawab pertayaan dengan salah dan kelompok rendah menjawab pertanyaan dengan benar. Nilai negatif menunjukkan bahwa aitem tidak mengukur hal yang sama dengan alat tes. Berikut adalah formula point biserial : Universitas Sumatera Utara r pbis = [M i – M x S x ] √[p1-p] 9 Keterangan : r pb : Korelasi point biserial M i :Mean skor X dari seluruh subjek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi i M x : Mean skor dari seluruh subjek S x :Standard deviasi skor X P :Proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi 3. Korelasi Inter-Aitem Pengujian terhadap korelasi inter-aitem dapat membantu kita mengetahui mengapa beberapa aitem gagal membedakan anatara subjek yang bekerja dengan baik Kelompok Tinggi dan yang bekerja dengan buruk Kelompok Rendah Murphy dan Davidshofer, 2003 Korelasi inter-aitem yang bernilai rendah dapat memiliki dua arti, kemungkinan pertama adalah aitem tidak mengukur hal yang sama dengan tes, sehingga aitem harus dibuang atau dibuat ulang, kemungkinan kedua adalah aitem memang mengukur atribut yang berbeda dengan tes dikarenakan tes memang disusun untuk mengukur dua atribut yang berbeda. Dalam penelitian ini, indeks diskriminasi akan diukur dengan dua cara, yaitu dengan metode extreme group dan metode korelasi aitem-total. Dengan metode extreme group, diharapkan bisa melihat perbedaan antara Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah. Sedangkan dengan metode korelasi aitem-total diharapkan dapat melihat kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi tes dalam mengungkap perbedaan individual. Universitas Sumatera Utara

3. Efektivitas Distraktor