Peran Perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi

dipahami oleh anak sebelum melakukan prosedur 18. Perawat mengajak anak untuk bermain sebelum melakukan tindakan 34 42,4 17 21,3 13 16,3 16 20 19. Perawat tidak memperbolehkan anak mendengarkan musik selama diberi tindakan medis 78 97,4 1 1,3 1 1,3 0 20. Perawat tidak memberitahu anak jika tindakan medis sudah selesai dilakukan 49 61,3 11 13,7 13 16,3 7 8,7

5.2 Pembahasan

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anaksaat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga Wong, 2008. Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat.Perawat adalah salah satu dari tim kesehatan yang memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi masalah anak saat dihospitalisasi. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat Hidayat, 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar masih dalam kategori cukup 73,7 dimana peran perawat ini dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut :

5.2.1 Peran Perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi sebagian besar masih dalam kategori cukup 71,3. Hal ini terkait dengan hasil penelitian bahwa perawat kadang-kadang tidak memperkenalkan diri pada anak 35 yang terlampir pada kuesioner no.2, mayoritas perawat selalu tidak memperkenalkan anak dan orangtua terhadap fasilitas ruang rawat inap 71,3 yang terlampir pada kuesioner no.3 dan mayoritas perawat selalu tidak memperkenalkan anak dengan teman satu ruangannya 72,5 yang terlampir pada kuesioner no.5. Meskipun demikian kebanyakan perawat selalu mengucapkan salam dan memberi senyum pada anak saat bertemu 42,5 yang terlampir pada kuesioner no.1 dan mayoritas perawat selalu sudah memastikan terlebih dahulu ruangan tampak bersih dan rapi sebelum anak masuk ke dalam ruangan 78,7 yang terlampir pada kuesioner no.4. Hospitalisasi menjadi sebuah keadaan krisis bagi anak karena mengharuskannya beradaptasi dengan lingkungan yang asing dan baru yaitu rumah sakit dan akhirnya hal ini menjadi sebuah stressor bagi anak Wong, 2008.Hampir semua anak menunjukkan perilaku maladaptif ketika diperhadapkan dengan situasi dirawat di rumah sakit. Perilaku maladaptif ini muncul karena tidak dilakukannya orientasi ruangan terhadap anak saat akan dirawat di rumah sakit. Kondisi ini pada akhirnya menghambat pemberian pelayanan baik perawatan maupun pengobatan Nursalam, 2005.Anak yang dipersiapkan dengan baik sebelum masuk rumah sakit akan mampu menerima keadaan rumah sakit. Masalah psikis yang penting pada pasien anak yang dirawat di rumah sakit yaitu rasa cemas dan takut terhadap lingkungan baru. Untuk itu perlu memberitahu kepada anak mengenai rumah sakit Universitas Sumatera Utara dengan cara orientasi ruangan dan peraturan rumah sakit. Orientasi ini meliputi pengenalan dengan ruangan, alat-alat, peraturan-peraturan, petugas, dan perawat yang ada, guna mencegah stress hospitalisasi Nursalam, 2008.Orientasi ruangan merupakan hal yang penting yang harus dilaksanakan oleh perawat kepadapasien dan pendamping untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien tersebut misalnya mengorientasikan pasien dan pendamping tentang rumah sakit, fasilitas, dan peraturan yang berlaku Nursalam, 2008. Hal ini terkait dengan mayoritas responden dalam penelitian ini adalah dewasa awal sebanyak 39 orang 48,8. Pada dasarnya dewasa awal lebih mudah mengalami cemas dibanding usia tua Kaplan Sadock, 1997. Penelitian Arifin 2005 menyatakan bahwa faktor usia memberi kontribusi terhadap terjadinya kecemasan bagi orangtua ketika anaknya mengalami hospitalisasi sehingga akan mempengaruhi persepsi individu terhadap pelayanan kesehatan yang digunakan. Hal ini akan berkontribusi terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya berupa kepuasan sehingga pada tahapan usia ini, setiap orangtua mengharapkan perawat memberi pelayanan yang maksimal kepada anak mereka. Salah satu bentuk dukungan yang diharapkan oleh orangtua yang dapat diberikan oleh perawat untuk menyiapkan anak untuk hospitalisasi adalah pemberian informasi melalui komunikasi terapeutik.Komunikasi terapeutikmerupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien karena adanya saling membutuhkan dan mengutamakan saling pengertian yang direncanakan secara sadar dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau isyarat tertentu dan Universitas Sumatera Utara bertujuan untuk kesembuhan pasien.Komunikasi terapeutikberbeda dari komunikasi sosial, yaitu pada komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi, oleh karena itu komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terencana. Komunikasi paling terapeutikberlangsung ketika pasien dan perawatkeduanya menunjukkan sikap hormat akan individualitas dan harga diri, menurut Kathleen 2007 dalam Hermawan 2009. Perawat yang terapeutikberarti dalam melakukan interaksi dengan klien atau pasien, interaksinya tersebut memfasilitasi proses penyembuhan. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mempunyai efek penyembuhan Nurjannah, 2005. Komunikasi terapeutik terbukti efektif menurunkan kecemasan anak, hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian Mulyatiningsih 2013 pada anak pra sekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang anak Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang diperoleh gambaran tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan orientasi ruangan sebagian besar mengalami cemas berat sebanyak 16 orang 53,3, cemas sedang sebanyak 13 orang 43,3, dan cemas ringan sebanyak 1 orang 3,3. Sedangkan gambaran tingkat kecemasan responden setelah diberikan orientasi ruangan sebagian besar mengalami cemas sedang sebanyak 12 orang 40, cemas ringan sebanyak 7 orang 23,3 dan cemas berat sebanyak 11 orang 36,7. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua mengharapkan anak-anak mereka akan dipersiapkan sebelum mereka akan diperhadapkan dengan berbagai pengalaman hospitalisasi sehingga kemampuan koping mereka meningkat dan kecemasan mereka berkurang dan ini akan Universitas Sumatera Utara berdampak kepada kepuasan orangtua terhadap pelayanan perawat. Penelitian ini sesuai dengan Anis 2009 tentang hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dan keluarga dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Siti Khodijah menyatakan bahwa adanya hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien dan keluarga.

5.2.2 Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan