C. Akibat Hukum Wanprestasi dalam Perjanjian Sewa-Menyewa
Wanprestasi ingkar janji adalah berhubungan erat dengan adanya perikatan atau perjanjian antara para pihak. Baik perikatan itu didasarkan atas
perjanjian maupun yang bersumber pada undang –undang. Apabila salah satu
pihak ingkar janji maka itu dapat menjadi alasan bagi pihak lainnya untuk mengajukan gugatan. Demikian juga tidak terpenuhinya ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian menjadi alasan untuk batal atau dapat dibatalkannya suatu persetujuanperjanjian melalui gugatan.
Adapun akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman atau sanksi atas berbagai kemungkinan yakni:
1. Ia dapat meminta pelaksanaan perjanjian, meskipun pelaksanaan ini sudah
terlambat. 2.
Ia dapat meminta penggantian kerugian saja, yaitu kerugian yang dideritanya karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan atau
dilakukan tetapi tidak sebagaimana mestinya. 3.
Ia dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai penggantian kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan perjanjian.
4. Dalam hal suatu perjanjian yang meletakan kewajiban timbal balik,
kelalaian suatu pihak memberikan hak kepada pihak yang lain untuk meminta pada hakim supaya perjanjian dibatalkan yang disertai dengan
permintaan penggantian kerugian. Jika digolongkan dalam pembagian diatas, maka hukuman atau sanksi
dalam perkara
No.503Pdt.G2009PN.Mdn adalah
tergolong kedalam
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan perjanjian.
Pasal 1226 dan Pasal 1267 KUHPerdata secara khusus memberikan pengaturan tentang syarat batal dalam perjanjian timbal balik. Undang-undang
tersebut menentukan bahwa syarat yang membatalkan perjanjian timbal balik adalah kalau salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban ingkar janji. Ketentuan
undang – undang ini, terutama Pasal 1226 KUHPerdata adalah merupakan suatu
yang menarik perhatian karena didalamnya banyak terkandung kelemahan- kelemahan yang kadang
–kadang satu sama lain mempunyai sifat yang bertentangan. Maka sifat yang bertentangan itu adalah:
a. Materi yang diatur dalam ayat 1 dan ayat 2. Ayat pertama menyatakan
bahwa syarat batal itu dianggap selalu ada didalam perjanjian, tetapi ayat 2 menyatakan bahwa kalau syarat batal terjadi maka perjanjian itu tidak
batal dengan sedirinya melainkan harus diucapkan oleh hakim. b.
Pembentuk undang–undang memandang atau meletakan syarat dan kewajiban memenuhi prestasi itu dalam kedudukan yang sederajat.
c. Apabila syarat batal dipenuhi maka segala sesuatu dikembali kedalam
keadaan semula. Ketentuan ini mengandung kelemahan karena tidak mendekati keadilan. Pihak yang tidak lalai dibebani pula dengan suatu
kewajiban untuk menerima kembali segala apa yang mungkin telah diserahkannya kepada pihak lain.
Apabila salah satu pihak ingkar janji maka itu menjadi alasan bagi pihak lainya untuk mengajukan gugatan. Demikian juga tidak terpenuhi ketentuan Pasal
Universitas Sumatera Utara
1320 KUHPerdata tentang syarat –syarat sahnya suatu perjanjian menjadi alasan
untuk batal atau dapat dibatalkan suatu perjanjian atau persetujuan melalui gugatan.
Dalam perkara perdata No.503Pdt.G2009PN.Mdn terlihat akibat adanya perbuatan wanprestasi ingkar janji yang telah dilakukan oleh tergugat tersebut.
Penggugat telah mengalami kerugian yang sangat besar baik itu kerugian materiil maupun moriil. Adapun kerugian materiil yang ditimbulkan tergugat yaitu:
1. Biaya sewa kapal tiga bulan pertama setelah dipotong biaya operasional
docking sejumlah Rp. 23. 627. 979,- dua puluh tiga juta enam ratus dua
puluh tujuh ribu sembilan ratus tujuh puluh sembilan rupiah. 2.
Kerugian yang dialami tergugat yang harus mengeluarkan gaji anak buah kapal yang tidak diperkerjakan oleh tergugat sesuai dengan perjanjian
perbulan Rp. 14. 306.000,- empat belas juta tiga ratus enam ribu rupiah. 3.
Penggugat dirugikan menggantungkan 1 satu unit kursi sebesar Rp. 1.500.000,- satu juta lima ratus ribu rupiah yang harus dibayar oleh
tergugat kepada penggugat. 4.
Sejak kapal ini ditahan, maka kapal ini mengalami kerugian karena perbuatan wanprestasi yang dilakukan tergugat selama 8 delapan bulan
kapal tongkang tidak dapat dioperasikan sehingga penggugat mengalami kerugian perbulan Rp. 35. 000.000.000,- tiga puluh lima juta rupiah
sejak bulan September 2007 hingga gugatan ini diajukan Mei 2008 sebesar Rp. 280.000.000,- dua ratus delapan puluh juta rupiah yang harus
dibayar tergugat kepada penggugat.
Universitas Sumatera Utara
Disamping kerugian materiil yang dialami penggugat yang harus dibayar tergugat kepada penggugat, penggugat juga mengalami kerugian moriil sebesar
sebesar Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah. Adapun akibat hukum bagi debitur yang teleh melakukan wanprestasi
adalah hukuman atau sanksi atas berbagai kemungkinan, yaitu : 1.
Ia dapat meminta pelaksanaan perjanjian meskipun pelaksanaan ini sudah terlambat.
2. Ia dapat meminta penggantian kerugian saja, yaitu kerugian yang
dideritanya karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan, atau dilakukan tetapi tidak sebagaimana mestinya.
3. Ia dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian
kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan perjanjian.
Sebagaimana dalam suatu perjanjian yang meletakkan kewajiban timbal balik, kelalaian satu pihak memberikan hak kepada pihak yang lain untuk
meminta pada hakim supaya perjanjian dibatalkan yang disertai dengan permintaan penggantian kerugian.
21
Pasal 1226 KUHPerdata memberikan ketentuan bahwa tiap perjanjian bilateral selalu dianggap telah dibuat dengan syarat, bahwa kelalaian salah satu
pihak akan mengakibatkan pembatalan perjanjian. Pembatalan tersebut harus diminta pada hakim.
21
R. Subekti,Op.Cit, hal, 147
Universitas Sumatera Utara
Ada empat akibat dari terjadinya wanprestasi, yaitu: 1.
Melakukan pembayaran atas kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti rugi;
2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;
3. Peralihan resiko;
4. Melakukan pembayaran biaya perkara kalau sampai diperkarakan didepan
hakim.
22
Akibat-akibat dari terjadinya wanprestasi : a.
Ganti rugi Ganti rugi sering diperinci dalam tiga unsur yakni biaya, rugi dan bunga.
Biaya adalah segala pengeluaran yang harus dibayarkan dan perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak. Misalnya jika seorang
sutradara mengadakan perjanjian dengan seorang pemain sandiwara untuk mengadakan suatu pertunjukan dan pemain ini kemudian tidak datang sehingga
pertunjukkan terpaksa dibatalkan, maka yang termasuk biaya adalah ongkos cetak iklan, sewa gedung, sewa kursi dan lain-lain. Istilah rugi adalah kerugian karena
kerusakan barang-barang kepunyaan debitur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur. Misalnya dalam hal jual beli sapi. Kalau sapi yang dibelinya itu
mengandung suatu penyakit yang menular kepada sapi-sapi lainnya milik si pembeli, hingga sapi-sapi ini mati karena penyakit tersebut. Bunga adalah
kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau
22
Subekti, Op.Cit, hal.45
Universitas Sumatera Utara
dihitung oleh kreditur. Misalnya dalam hal jual beli barang, jika barang tersebut sudah mendapat tawaran yang lebih tinggi dari harga pembeliannya.
Menurut Pasal 1247 KUHPerdata menyatakan bahwa: “siberutang hanya diwajibkan mengganti biaya,rugi dan bunga yang nyata
telah atau sedianya harus dapat diduga sewaktu perjanjian dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan karena sesuatu
tipu daya yang dilakukan olehnya”.
Pasal 1248 KUHPerdata menyatakan bahwa: bahkan jika hal tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan karena tipu
daya siberutang, penggantian biaya, rugi, bunga, sekedar mengenai kerugian yang diderita oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang
baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari
tak dipenuhinya perjanjian”.
Dari kedua pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ganti rugi itu dibatasi, hanya meliputi kerugian yang dapat diduga dan merupakan akibat
langsung dari wanprestasi. b.
Pembatalan perjanjian. Mengenai pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan
perjanjian, sebagai sanksi kedua atas kelalaian seorang debitur, mungkin ada orang yang tidak dapat melihat sifat pembatalannya atau pemecahan tersebut
sebagai suatu hukuman karena debitur menganggap dibebaskan dari kewajiban memenuhi prestasi. Pembatalan perjanjian bertujuan untuk membawa kedua belah
pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB III PERJANJIAN SEWA MENYEWA KAPAL TONGKANG
DALAM PRAKTEK
A. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Sewa Menyewa Kapal Tongkang