Sistematika Penyajian Sejarah Ekonomi Kreatif di Indonesia

Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 4

1.2. Tujuan

Tujuan “Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia Tahun 2010-2015” ini adalah untuk melihat perkembangan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2010- 2015, dan mengetahui karakteristik tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, baik dari sisi demografi maupun karakteristik pekerjaannya pada tahun 2010-2015.

1.3. Sumber Data

Data yang disajikan pada “Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif di Indonesia Tahun 2010-2015” ini menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas tahun 2010-2015, dengan 16 subsektor ekonomi kreatif yang dibentuk dari 223 kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia KBLI 2015.

1.4. Sistematika Penyajian

Laporan ini disajikan dalam lima bab, dengan sistematika penyajian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan, sumber data, dan sistematika penyajian. BAB II PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF, meliputi sejarah ekonomi kreatif di Indonesia perkembangan kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif, konsep dan definisi ekonomi kreatif, serta metode pengukuran ekonomi kreatif. BAB III PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF DI INDONESIA, meliputi jumlah dan pertumbuhan tenaga kerja ekonomi kreatif tahun 2010-2015 serta share pekerja ekonomi kreatif tahun 2010-2015. Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 5 BAB IV KARAKTERISTIK TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF DI INDONESIA TAHUN 2015, meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, dan jam kerja. BAB V LAMPIRAN TABEL Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 6 Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 7 BAB II PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 8 Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 9 Bab II Pemahaman Tentang Ekonomi Kreatif

2.1. Sejarah Ekonomi Kreatif di Indonesia

2.1.1. Perkembangan Kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif Pengembangan ekonomi kreatif berawal dari gagasan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono SBY tentang pentingnya kreativitas dan inovasi dalam pembangunan, khususnya dalam mengembangkan industri kerajinan dan kreativitas untuk mencapai ekonomi yang berdaya saing. Hal ini disampaikan dalam pidato pembukaan beliau dalam pembukaan International Handicraft INACRAFT 2005. Berawal dari gagasan tersebut, Kementerian Perdagangan kemudian membentuk Indonesia Design Power dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan desain dan penciptaan merek. Melalui Trade Expo yang diselenggarakan secara rutin per tahun, Kementerian Perdagangan mulai memberikan zona khusus dalam pameran-pameran yang diselenggarakan kepada pelaku dan industri kreatif. Untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif ini, maka pemerintah kemudian menyelenggarakan pameran khusus bagi ekonomi kreatif yang pada tahun 2007 disebut sebagai Pekan Produk Budaya Indonesia PPBI dan kemudian diubah menjadi Pekan Produk Kreatif Indonesia PPKI pada tahun 2009. Melalui ajang PPKI ini, pemerintah kembali memperkuat tujuan dari kegiatan ini dengan menunjukkan daya saing Indonesia yang kuat melalui ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif yang lebih terstruktur dimulai pada tahun 2007 saat Kementerian Perdagangan di masa kepemimpinan Ibu Mari Elka Pangestu melakukan pemetaan potensi dan membuat rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia. Pada Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 10 tahun 2009, Kementerian Perdagangan menyusun rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia hingga tahun 2025, serta rencana pengembangan ekonomi kreatif dan 14 subsektor ekonomi kreatif untuk periode 2009–2015. Pengembangan ekonomi kreatif pun semakin diperkuat melalui peraturan pemerintah, dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dengan keluarnya Instruksi Presiden ini, maka pengembangan ekonomi kreatif menjadi program nasional dan menjadi sektor yang mendapatkan perhatian dalam pembangunan nasional, serta secara kelembagaan, pengembangan ekonomi kreatif bersifat lintas kementerian dan mendapat dukungan penuh dari Presiden. Gagasan mengenai ekonomi kreatif ini terus bergulir dan penguatan kelembagaan pengembangan ekonomi kreatif terus dilakukan oleh pemerintah hingga pada tanggal 21 Desember 2011 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011, pemerintah secara resmi membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diperkuat dengan dua Direktur Jenderal yang secara langsung bertanggung jawab terhadap pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, yaitu: Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK Ilmu pengetahuan dan teknologi. Terbentuknya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara fundamental telah mengubah tatanan pemerintahan dan prioritas pembangunan di masa yang akan datang. Dengan terbentuknya kementerian tersebut, ekonomi kreatif secara khusus diatur oleh satu kementerian tersendiri, sehingga terdapat kebutuhan yang mendesak untuk melakukan perubahan pada Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif yang telah disusun oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2009 lalu dalam konteks kelembagaan. Sebagai langkah awal pengembangan Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 11 ekonomi kreatif di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif maka disusunlah Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nasional yang merupakan dasar pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif hingga 2014 dengan fokus utama pada upaya-upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia kreatif, penguatan kelembagaan, dan akses pasar bagi karya kreatif lokal. Dengan masuknya ekonomi kreatif ke dalam agenda pembangunan nasional, maka dibutuhkan dokumen-dokumen yang dapat menjadi rujukan para pemangku kepentingan untuk memahami dan mengembangkan industri kreatif sebagai motor penggerak ekonomi kreatif sehingga dapat tercipta kolaborasi serta sinergi yang positif dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pemangku kepentingan untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Beberapa dokumen cetak biru pun telah diluncurkan pemerintah yaitu Cetak Biru Pelestarian dan Pengembangan Batik Nasional 2012-2025, sebuah dokumen perencanaan pelestarian dan pengembangan batik secara komprehensif dan holistik, oleh Kementerian Perdagangan pada 2011; dan Cetak Biru Pengembangan Mode Indonesia 2025 yang disusun oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Industri, dan Kementerian Perdagangan bersama-sama dengan intelektual, bisnis, komunitas, dan asosiasi pada 2013. Cetak biru batik mempunyai visi pengembangan untuk ”Menjadikan batik sebagai tradisi yang hidup di masyarakat Indonesia dan penggerak ekonomi kerakyatan yang berwawasan lingkungan”, sedangkan cetak biru mode menyatakan visi pengembangan “Indonesia sebagai salah satu pusat mode dunia dengan mengoptimalkan kekuatan lokal yang fokus kepada konsep Ready to Wear Craft Fashion”. Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 12 Untuk memberikan gambaran terkini mengenai perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia, pada 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik menerbitkan Laporan Penguatan Data dan Informasi Ekonomi Kreatif. Terdapat beberapa pencapaian dalam pengembangan ekonomi kreatif sejak diluncurkannya Inpres No. 6 Tahun 2009, yaitu dalam hal penyerapan tenaga kerja, ekonomi kreatif telah menyerap lebih dari 10 persen angkatan kerja di Indonesia. Dalam hal kontribusi ekonomi, ekonomi kreatif telah menyumbang 7 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Dari segi ekspor, ekonomi kreatif juga telah menyumbang sekitar 6 persen dari total ekspor Indonesia. Namun perlu diakui masih banyak pula tantangan yang harus diselesaikan, disamping masih banyaknya peluang dan potensi yang belum dikembangkan secara optimal. Pada tahun 2012 dilakukan revitalisasi terhadap penyelenggaraan kegiatan akbar PPKI. Sejak saat itu, penyelenggaraan PPKI memiliki visi “ Unleashing Indonesia’s Full Creative Power” yang bertujuan untuk menempatkan negara Indonesia sebagai negara yang memiliki soft power yang kuat di dunia. Pada tahun ini pula pemerintah meluncurkan maskot ekonomi kreatif yang bernama OK –singkatan dari Orang Kreatif– yang merupakan kekuatan utama dari ekonomi kreatif Indonesia. Inisiatif-inisiatif pengembangan subsektor ekonomi kreatif terus terjadi, yang kemudian pada tahun 2014, tepatnya tanggal 17 Januari 2014 telah dibentuk Badan Perfilman Indonesia BPI berdasarkan hasil musyawarah besar yang telah dihadiri oleh 40 organisasi perfilman Indonesia. Pendirian BPI mengacu pada Pasal 67 sampai 70 UU Perfilman, yang merupakan wadah bagi organisasi dan asosiasi profesi perfilman Indonesia yang saat ini telah memiliki anggota sebanyak 39 organisasi perfilman yang berkembang di Indonesia. Dengan adanya Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 13 BPI, diharapkan terjadi koordinasi dan sinergi antar pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengembangkan industri perfilman Indonesia. Pada tahun 2015, upaya pengembangan ekonomi kreatif semakin terealisasi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 mengenai pembentukan Badan Ekonomi Kreatif Bekraf dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 mengenai Perubahan atas Peraturan Presiden No. 6 Tahun 2015 mengenai Bekraf.

2.2. Konsep dan Definisi Ekonomi Kreatif