Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015
44
sebaliknya yaitu selama 2010-2012 cenderung mengalami penurunan, namun kemudian meningkat kembali hingga tahun 2015. Hal yang
cukup menarik adalah terjadi peningkatan tenaga usaha jasa dari sebesar 5,03 persen pada tahun 2010 menjadi 7,28 persen pada tahun 2015.
4.4.1. Jenis Pekerjaan WhiteBlue Collar
Penentuan seorang penduduk yang bekerja sebagai whiteblue collar dilihat berdasarkan kategori-kategori pada
jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan white collar terdiri dari kategori:
1. Tenaga profesional, teknisi, dan tenaga lain yang berhubungan dengan itu; 2. Tenaga kepemimpinan dan
ketatalaksanaan; dan 3. Pejabat pelaksana, tenaga tata usaha, dan tenaga yang berhubungan dengan itu. Selain dari ketiga
kategori tersebut, maka termasuk pada jenis pekerjaan blue
collar. Grafik 4.7. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif
sebagai WhiteBlue Collar, 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
Grafik 4.7 memperlihatkan bahwa di tahun 2015, pada sektor ekonomi kreatif ternyata lebih banyak yang bekerja pada
jenis pekerjaan blue collar yaitu 92,19 persen. Sementara yang
Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015
45
bekerja pada jenis pekerjaan white collar hanya sebesar 7,81
persen. Pola tersebut tidak mengalami perubahan selama tahun 2010 – 2015, dengan persentase tenaga kerja di jenis pekerjaan
blue collar berada pada kisaran 92 hingga 93 persen, sedangkan white collar berada pada kisaran 7 persen.
Tabel 4.5. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015
Jenis Pekerjaan 2014
2015
Laki-Laki Perempuan
Laki-Laki Perempuan
1 2
3 4
5 Blue Collar
90,48 94,39
89,84 94,22
White Collar 9,52
5,61 10,16
5,78
Total 100,00
100,00 100,00
100,00
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
Berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis kelamin, tenaga kerja sektor ekonomi kreatif pada tahun 2014 dan 2015
didominasi oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai blue collar
baik laki-laki maupun perempuan Tabel 4.5. Pada tahun 2014, tenaga kerja laki-laki dengan jenis perkerjaan
blue collar sebesar 90,48 persen dan
white collar hanya 9,52 persen. Tenaga kerja perempuan dengan jenis pekerjaan
blue collar yaitu sebesar 94,39 persen dan
white collar hanya 5,61 persen. Pada tahun 2015, tenaga kerja laki-laki dengan jenis
pekerjaan blue collar sebesar 89,84 persen dan white collar
hanya 10,16 persen. Tenaga kerja perempuan dengan jenis pekerjaan
blue collar yaitu sebesar 94,22 persen dan white collar hanya 5,78 persen.
Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015
46
Berdasarkan Grafik 4.8 dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 persentase terbesar tenaga kerja ekonomi kreatif
yang berjenis blue collar terdapat pada subsektor Kuliner
97,32 persen. Sedangkan pada subsektor Kriya, Fashion, dan Lainnya masing-masing sebesar 95,06 persen, 91,70 persen dan
55,79 persen. Persentase tenaga kerja di jenis pekerjaan white
collar adalah subsektor Lainnya 44,21 persen, Fashion 8,30 persen, Kriya 4,94 persen, dan subsektor Kuliner 2,68
persen. Pada tahun 2015, persentase terbesar tenaga kerja
ekonomi kreatif yang berjenis blue collar juga terdapat pada
subsektor Kuliner yaitu sebesar 96,97 persen, disusul Kriya 94,71 persen, Fashion 91,54 persen dan subsektor Lainnya
52,25 persen. Sedangkan persentase terbesar tenaga kerja di jenis pekerjaan
white collar terdapat pada subsektor Lainnya 47,75 persen, kemudian Fashion 8,46 persen, Kriya 5,29
persen, dan subsektor Kuliner 3,03 persen. Grafik 4.8. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif
Menurut Jenis Pekerjaan WhiteBlue Collar per Subsektor,
2014-2015
Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015
47
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
4.5. Status Pekerjaan