2015 Lapkir Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Bahan Baku Lokal Di Kabupaten Jember

(1)

LAPORAN AKHIR

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN JEMBER

dengan

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER


(2)

ii

Kegiatan : Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Judul Pekerjaan : Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Kreatif

Berbasis Bahan Baku Lokal di Kabupaten Jember Ketua Peneliti : Prof. Dr. Soetriono, MP

Anggota Peneliti :

Pemberi Pekerjaan : Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Jember Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Jember

Lama Pekerjaan : Juli – Oktober 2015

Pelaksana Pekerjaan : Lembaga Penelitian Universitas Jember Alamat : Jl. Kalimantan No.37 Jember

Sumber Dana : DPA Bappekab Jember

APBD Kab. Jember Tahun Anggaran 2015

Mengetahui, Ketua Lembaga Penelitian

Universitas Jember

Peneliti Ketua

Prof. Ir. Achmad Subagio, M.Agr., Ph.D NIP. 196905171992011001

Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP NIP. 196403041989021001 1. Rena Yunita R., SP. M.Si

2. Dra. Sofia, M.Hum 3. Dano Quinta Revana, ST


(3)

dalam naskah hasil penelitian ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah di tulis oleh orang/tim lain, kecuali yang tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah laporan hasil penelitian ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, maka kami besedia dibatalkan dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 25 ayat 2 dan padal 70.

Jember, 2015

Peneliti, Ketua

Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP NIP. 196403041989021001


(4)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember iv

Laporan Akhir ini merupakan sebagian realisasi kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Jember (BAPPEKAB) dengan Lembaga Penelitian Universitas Jember, tentang

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL DI KABUPATEN JEMBER.

Laporan Akhir disusun berdasarkan pemikiran untuk menggali potensi dan pengembangan ekonomi kreatif yang sebagian besar digerakkan oleh masyarakat dan sangat potensial menjadi kekuatan dalam mendorong perkembangan ekonomi di Kabupaten Jember. Masterplan ini merujuk pada “Rencana Aksi Jangka Menengah 2015-2019” dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI agar supaya selaras dengan masterplan yang akan dijadikan pegangan bagi pembuat kebijakan untuk pengembangan di wilayah Kabupaten Jember. Uraian Laporan Akhir meliputi latar belakang masalah, kerangka pemikiran, metode penelitian, gambaran daerah penelitian, hasil dan pembahasan, dan penutup.

Demikian Laporan Akhir kami ajukan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih.


(5)

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR IDENTITAS KEGIATAN... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS HASIL PENELITIAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4

1.4 Ruang Lingkup ... 5

1.5 Skema Konsep... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keunggulan Komparatif... 7

2.2 Klaster (Cluster) dan Spesialiasi Industri... 8

2.3 Ekonomi Kreatif... 9

2.4 Teori Efisiensi Penggunaan Biaya Produksi... 10

2.5 Teori Pendapatan... 12

2.6 Analisis FFA/Teori Analisis Medan Kekuatan ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Jangka Waktu... 15

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian yang Digunakan ... 15


(6)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember vi

3.4 Metode Analisis... 16

BAB IV. GAMBARAN DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Wilayah dan Letak Geografis Kabupaten Jember ... 20

4.2 Topografi dan Curah Hujan Di Kabupaten Jember... 20

4.3 Jumlah Penduduk Di Kabupaten Jember ... 22

4.4 Struktur Perekonomian... 26

BAB V. TEMUAN AWAL 5.1 Potensi dan Ragam Ekonomi Kreatif Di Kabupaten Jember ... 27

5.2 Kelayakan Produk-Produk Ekonomi Kreatif Berbahan Baku Lokal ... 54

5.3 Karakteristik dan dan Fungsi Peran Hubungan Berbagai Pemangku Kepentingan (Stakeholder) di Wilayah Sentra Produk Ekonomi Kreatif ... 82

5.4 Faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbahan Baku Lokal Di Kabupaten Jember ... 84

5.5 Sasaran Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Jember ... 87

PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 111

6.2 Rekomendasi... 114


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul halaman

3.1 Tingkat Urgensi antar Faktor 18

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Penduduk di Wilayah

Kecamatan Kabupaten Jember Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Akhir Tahun 2010

23

4.2 Penduduk Umur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Utama Kabupaten Jember

24

4.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten Jember berdasarkan Tingkat Pendidikan 25

4.4 Distribusi Presentase (%) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2011-2013

26

5.1 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Batik Tulis per Periode Produksi 56

5.2 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Egrang “Tanoker” per Periode Produksi 58

5.3 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Sangkar Burung per Minggu 59

5.4 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Anyaman Tikar per Bulan 61

5.5 Rerata Pendapatan Usaha Desain Kaos 63

5.6 Rerata Pendapatan Usaha Kerajian Bambu per Pesanan 65

5.7 Rerata Pendapatan Usaha Gerabah 67

5.8 Rerata Pendapatan Usaha Sulam Bordir per hari 69

5.9 Rerata Pendapatan Usaha Kerajian Alat Musik Jimbe dan Rebana 70

5.10 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Kalung Bahan Baku Tulang 72

5.11 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Kalung Bahan Baku Kaca 74

5.12 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Gelang Bahan Baku Kayu Gaharu 75

5.13 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Cobek per Bulan 77

5.14 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan ulek-ulek atau entong 78

5.15 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Tasbih (Kolang-kaling) 79

5.16 Rerata Pendapatan Usaha Kerajinan Tasbih (Buah Pocok) 81

5.17 Potensi Ekonomi Kreatif di Kabupaten Jember 83

5.18 Faktor Pendorong dan Penghambat Penyusunan Masterplan Pengembangan

Ekonomi Kreatif

86

5.19 Evaluasi Faktor Pendorong Masterplan Pengembangan Ekonomi Kreatif 88

5.20 Evaluasi Faktor Penghambat Masterplan Pengembangan Ekonomi Kreatif 90


(8)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul halaman

1.1 Skema Konsep 6

5.1 Produk Motif batik tulis Kabupaten Jember 32

5.2 Produk Egrang Tanoker Kabupaten Jember 34

5.3 Produk Kerajinan Sangkar Burung Kabupaten Jember 35

5.4 Produk Anyaman Tikar Bahan Baku Mendong 36

5.5 Produk Desain Kaos Jember Banget 37

5.6 Produk Kerajinan Bambu 38

5.7 Produk Kerajinan Gerabah 40

5.8 Kerajinan Bordir Sulam 41

5.9 Kerajinan Alat Musik Tradisional (Jimbe dan Rebana) 42

5.10 Kerajinan Kalung Bahan Baku Tulang Sapi 43

5.11 Kerajinan Kalung Bahan Baku Limbah Kaca 44

5.12 Kerajinan Gelang Bahan Baku Kayu Gaharu 45

5.13 Kerajinan Bahan Baku Kayu Aren dan Biji Aren 46

5.14 Kerajinan Bahan Biji Pocok 47

5.15 Medan Kekuatan Masterplan Pengembangan Ekonomi Kreatif 91

5.16 Pola Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Jember 101

5.17 Fokus Utama Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Jember 103


(9)

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi informasi, berbagai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang dimiliki suatu bangsa menjadi semakin transparan dihadapan masyarakat global tanpa harus menunggu proses waktu yang lama. Pihak-pihak yang memiliki akses kuat terhadap teknologi informasi, selalu berada di atas angin dalam menyusun strategi persaingan ekonomi. Globalisasi ekonomi semakin memberikan keleluasaan kepada setiap pelaku ekonomi dimanapun mereka berada dalam melakukan persaingan tersebut. Para pelaku ekonomi yang tidak memiliki sistem perekonomian yang efisien, dapat dengan mudah tersingkirkan walau dari basis wilayahnya sendiri.

Transformasi struktur perekonomian merubah pola konsumsi masyarakat menjadi semakin terdiversifikasi ke arah produk-produk yang bersifat jasa serta memenuhi baku mutu tertentu dan tepat waktu. Produk-produk yang masih disajikan secara konvensional, tidak memenuhi baku mutu dan atau ketersediaannya tidak sesuai waktu, akan cepat kehilangan peluang pasarnya (Soejono. 2010)

Jawa Timur mempunyai posisi yang strategis di bidang industri karena diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Tengah dan Bali, sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri maupun perdagangan. Jawa Timur mempunyai potensi di bidang Pertanian, Perkebunan, Niaga, Holtikultura, Perikanan, dan Sumberdaya Energi lainnya serta potensi industri yang cukup bagus. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur tahun 2013 tumbuh sebesar 6,55 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Semua sektor mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,43 persen, sedangkan terendah di sektor pertanian sebesar 1,59 persen.

Provinsi Jawa Timur yang kaya dengan potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral). Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki harus dapat dikelola seoptimal mungkin,


(10)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 2

dengan meningkatkan industri yang memberikan nilai tambah tinggi dan mengurangi ekspor bahan mentah.

Mempertimbangkan berbagai potensi dan keunggulan sumberdaya lokal yang dimiliki, serta tantangan pembangunan yang harus dihadapi, maka pemerintah Provinsi Jawa Timur memerlukan suatu transformasi ekonomi berupa percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi maju sehingga dapat meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh masyarakat.

Namun demikian, tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan sumberdaya lokal adalah (1) penyediaan sumber daya kreatif yang profesional, kompetitif, dan tersebar secara merata di seluruh wilayah; (2) penyediaan sumber daya pendukung yang berkualitas, beragam, dan kompetitif dengan mengoptimalkan pengelolaan, perlindungan, dan pemanfaatan sumber daya pendukung secara berkelanjutan; (3) penguatan struktur industri yang berdaya saing, tumbuh, dan beragam; (4) penyediaan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan tersebar di seluruh wilayah; (5) perluasan pasar di tingkat lokal dan global; (6) penyediaan infrastruktur teknologi yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses; dan (7) penguatan kelembagaan yang mendukung pengembangan ekonomi.

Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan ekonomi kreatif, yaitu sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan

informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber

Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Mengingat peran ekonomi kreatif yang semakin meningkat bagi perekonomian suatu wilayah, utamanya terhadap pengembangan ekonomi berbasis sumberdaya lokal semakin banyak kota yang menjadikan ekonomi kreatif sebagai pemicu utama pengembangan ekonomi daerahnya.

Untuk dapat mengembangkan ekonomi kreatif secara optimal, terdapat kebutuhan untuk melihat setiap subsektor ekonomi kreatif dalam tataran yang lebih teknis dan operasional, sehingga dibutuhkan pemahaman mengenai ekosistem dan peta industri dari setiap subsektor.

Dengan pemahaman teknis dan operasional yang lebih baik, diharapkan akan terjadi percepatan kolaborasi, sinergi, dan harmonisasi antar kelompok industri. Dengan


(11)

melihat keterkaitan antar kelompok industri, maka dapat disimpulkan bahwa antara antar kelompok industri kreatif saling beririsan walaupun setiap kelompok industri memiliki karakteristik industri yang berbeda.

Di Kabupaten Jember, terdapat beberapa kegiatan ekonomi kreatif yang menghasilkan berbagai produk, antara lain: (1) kegiatan berkaitan dengan jasa periklanan, melalui media cetak (surat kabar dan majalah) dan elektronik (televisi dan radio); (2) kegiatan berkaitan dengan pasar barang-barang yang memiliki nilai estetika seni (galeri lukisan); (3) kegiatan berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat atau dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya, antara lain barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu dan besi), kaca, porselen, kain, marmer, tanah liat, dan kapur; (4) kegiatan terkait dengan kreasi desain pakaian, produksi pakaian (batik); dan (5) kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan music dan seni (Jember Festival Carnaval/JFC).

1.2 Rumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan komperatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan

Ekonomi kreatif akan sangat berperan dalam mengembangkan job creation,

mengingat besarnya potensi ekonomi kreatif yang dimiliki dengan berbagai karakteristik masyarakat. Pengembangan ekonomi kreatif juga akan berdampak langsung bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah, mengingat sektor ekonomi kreatif, sebagian besar digerakkan oleh masyarakat dan sangat potensial menjadi kekuatan untuk mendorong perkembangan ekonomi. Untuk pengembangan ekonomi kreatif teryakini bahwa kaloborasi berbagai aktor yang berberan dalam mengembangkan ekonomi kreatif yang didalamnya terdapat industri kreatif. Peranan pemerintah, intelektual dan pebisnis merupakan hal yang menjadi mutlak dan merupakan prasyarat mendasar. Tanpa adanya


(12)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 4

kerjasama ketiganya Intellectuals (I), Bisnis (B) dan Goverment (G) atau I-B-G ini maka dikuatirkan pengembangan ekonomi kreatif tidak berjalan selaras, efisien dan saling tumpang tindih. Oleh karena itu untuk menggali potensi dan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Jember di perlukan suatu perencanaan dan program yang saling terkait ketiganya. Dari uraian tersebut, maka perlu diadakannya penelitian Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Bahan Baku Lokal di Kabupaten Jember. Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana potensi dan ragam ekonomi kreatif berbahan baku lokal di Kabupaten

Jember baik dari aspek produksi maupun kelembagaan?

2. Apakah produk-produk ekonomi kreatif berbahan baku lokal layak secara ekonomi

untuk diusahakan di Kabupaten Jember?

3. Bagaimana karakteristik dan fungsi peran hubungan berbagai pemangku kepentingan

(stakeholder) di wilayah sentra produk ekonomi kreatif berbahan baku lokal di Kabupaten Jember?

4. Bagaimana faktor pendorong dan penghambat pengembangan ekonomi kreatif

berbahan baku lokal di Kabupaten Jember?

5. Bagaimana sasaran-sasaran pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal di

Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui potensi dan ragam ekonomi kreatif berbahan baku lokal di

Kabupaten Jember baik dari aspek produksi maupun kelembagaan;

2. Untuk menganalisis kelayakan secara ekonomi produk-produk ekonomi kreatif

berbahan baku lokal di Kabupaten Jember;

3. Untuk mengetahui karakteristik dan fungsi peran hubungan berbagai pemangku

kepentingan (stakeholder) di wilayah sentra produk ekonomi kreatif berbahan baku

lokal di Kabupaten Jember;

4. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat pengembangan ekonomi kreatif


(13)

5. Untuk menyusun sasaran-sasaran pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal di Kabupaten Jember.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah

Sebagai informasi dan bahan masukan dalam merancang pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal dengan tetap mempertimbangkan keunggulan komparatif maupun kompetitif, sehingga menghasilkan kebijakan yang mendukung visi dan misi daerah.

2. Bagi pihak lain

Sebagai bahan informasi bagi investor guna untuk ikut serta membangun dan megembangkan ekonomi kreatif berbahan baku lokal.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal berdasarkan potensi di Kabupaten Jember.

1.4 Ruang Lingkup

1. Mengiventarisasi potensi dan ragam ekonomi kreatif berbahan baku lokal di

Kabupaten Jember baik dari aspek produksi maupun kelembagaan;

2. Menganalisis kelayakan secara ekonomi produk-produk ekonomi kreatif berbahan

baku lokal di Kabupaten Jember;

3. Mendeskripsikan karakteristik dan fungsi peran hubungan berbagai pemangku

kepentingan (stakeholder) di wilayah sentra produk ekonomi kreatif berbahan baku

lokal di Kabupaten Jember;

4. Mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat pengembangan ekonomi kreatif

berbahan baku lokal di Kabupaten Jember;

5. Menyusun sasaran-sasaran pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal di


(14)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 6

1.5 Skema Konsep

Gambar 1.1 Skema Konsep Keunggulan

Komparatif

Spesialis Wilayah Potensi Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jember

Pengembangan Ekonomi kreatif

Dampak terhadap ekonomi masyakat

kalangan bawah

Potensi dan ragam ekonomi kreatif berbahan

baku lokal Sumberdaya

Lokal

Kelayakan secara ekonomi produk-produk industri kreatif

berbahan baku lokal

Karakteristik dan fungsi peran

hubungan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) lokal

Faktor pendorong dan penghambat pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal di Kabupaten

Jember

Sasaran-sasaran pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal di Kabupaten Jember


(15)

2.1 Teori Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif (theory of comparative advantage) merupakan

perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu Negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi.

Teori ini berlandaskan pada asumsi: (1)Labor Theory of Value , yaitu bahwa nilai

suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk memproduksinya; (2) perdagangan internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang; (3) tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal pemasaran; (4) produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak berpengaruh; (5) faktor produksi sama sekali tidak mobil antar negara. Oleh karena itu, suatu negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan mengekspornya bilamana negara tersebut mempunyai keuntungan dan akan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika mempunyai kerugian dalam memproduksi (Ricardo. 1817 dalam Perizade 2011). Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa masyarakat menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya (Tangkilisan. 2005 dalam Perizade. 2011)


(16)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 8 2.2 Klaster (Cluster) dan Spesialiasi Industri

Klaster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktifitas produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan kebanyakan terspesialisasi pada satu atau dua industri utama saja. Pentingnya tiga jenis penghematan eksternal yang memunculkan sentra industri: konsentrasi pekerja terampil, berdekatannya para pemasok spesialis, dan tersedianya fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan. Adanya jumlah pekerja terampil dalam jumlah yang besar memudahkan terjadinya penghematan dari sisi tenaga kerja. Lokasi para pemasok yang berdekatan menghasilkan penghematan akibat spesialisasi, yang muncul dan terjadinya pembagian kerja yang meluas antar perusahaan dalam aktifitas dan proses yang saling melengkapi. Tersedianya fasilitas untuk memperoleh pengetahuan terbukti meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi melalui produksi bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan organisasi secara umum (Marshal 1920 dalam Kacung Marijan, 2005). Klaster adalah firm-firm yang terkonsentrasi secara parsial dan saling terkait dalam industri. Klaster sebagai konsentrasi geografis yang terbentuk dari keterkaitan kebelakang, keterkaitan kedepan, keterkaitan vertikal dan keterkaitan tenaga kerja (Nadvi dan Schmitz, 1999).

Ada tiga bentuk klaster berdasarkan perbedaan tipe dari eksternalitas dan

perbedaan tipe dari orientasi dan intervensi kebijakan (Kolehmainen, 2002), yaitu :(1) The

Industrial Districts Clustera atau yang biasa disebut dengan Marshalian Industrial District

adalah kumpulan dari perusahaan pada industri yang terspesialisasi dan terkonsentrasi secara spasial dalam suatu wilayah (Marshal,1920). Pandangan Marshal mengenai

industrial districtmasih relevan sampai saat ini dan secara empiris masih dapat dijumpai; (2) The industrial complex cluster berbasis pada hubungan antar perusahaan yang teridentifikasi dan bersifat stabil yang terwujud dalam perilaku spasial dalam suatu wilayah. Hubungan antar perusahaan sengaja dimunculkan untuk membentuk jaringan

perdagangan dalam klaster; (3) The Social Network cluster menekankan pada aktifitas

sosial, ekonomi, norma–norma institusi dan jaringan. Model ini berdasarkan pada

kepercayaan dan bahkan hubungan informal antar personal. hubungan interpersonal dapat menggantikan hubungan kontrak pasar atau hubungan hirarki organisasi pada proses internal dalam klaster.


(17)

Spesialisasi Menurut OECD (2000), spesialisasi industri menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi pada suatu wilayah dikuasai oleh beberapa industri tertentu. Suatu wilayah dapat diartikan sebagai wilayah yang terspesialisasi apabila dalam sebagian kecil industri pada wilayah tersebut memiliki pangsa yang besar terhadap keseluruhan industri. Struktur industri yang terspesialisasi pada industri tertentu menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki keunggulan berupa daya saing pada industri tersebut.

2.3 Ekonomi Kreatif

Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi informasi dan

komunikasi seperti internet, email,Global System for Mobile communications(GSM) telah

menciptakan hubungan saling ketergantungan antar manusia sehingga mendorong manusia menjadi lebih aktif dan produktif dalam menemukan teknologi-teknologi baru. Dampak lain yang muncul akibat dari fenomena perubahan ini adalah munculnya daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar. Kondisi ini menuntut perusahaan mencari

cara agar bisa menekan biaya semurah mungkin dan se‐efisien mungkin guna

mempertahankan eksistensinya. Negaranegara maju mulai menyadari bahwa saat ini

tidak bisa hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi di negaranya tetapi mereka harus lebih mengandalkan Sumber Daya Manusia yang kreatif karena kreativitas manusia itu berasal dari daya pikirnya yang menjadi modal dasar untuk menciptakan inovasi dalam menghadapi daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar.

Pada tahun 1990an dimulailah era ekonomi baru yang mengutamakan informasi

dan kreativitas dan populer dengan sebutan Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif. Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan eknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar lobal dengan hanya


(18)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 10 mengandalkan harga atau kualitas produk saja, Tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Menurut Departemen Perdagangan, (2007) ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan

pada industri berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry);

(2) lapangan usaha kreatif (creative industry), atau (3) Hak Kekayaan Intelektual seperti

hak cipta (copyright industry). Indonesia juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan

sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional.

Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan saling ketergantungan antara rantai nilai kreatif (creative value chain); lingkungan pengembangan (nurturance environment); pasar

(market) dan pengarsipan (archiving). Ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan

penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia.

Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari ekonomi kreatif, yang terdiri daricore creative industry, forward and backward linkage creative industry.Core creative industry adalah industri kreatif yang penciptaan nilai tambah utamanya adalah dengan memanfaatkan kreativitas orang kreatif. Dalam proses penciptaan nilai tambah tersebut,

Core creative industry membutuhkan output dari industri lainnya sebagai input. Industri

yang menjadi input bagicore creative industry disebut sebagaibackward linkage creative

industry. Output dariCore creative industryjuga dapat menjadi input bagi industri lainnya,

yang disebut sebagaiforward linkage creative industry.

2.4. Teori Efisiensi Penggunaan Biaya Produksi

Kondisi persaingan produk-produk yang dihasilkan dalam kegiatan agroindustri, menuntut pengelola untuk meningkatkan efisiensi dalam setiap tahapan produksi. Perencanaan produksi, distribusi pemasaran dan keuangan harus selalu mengacu pada pencapaian tingkat efisiensi yang setinggi-tingginya. Menurut Rachman dan Sumedi (2002) pelaku pasar dalam hal ini produsen lain dan konsumen; kondisi persaingan antara


(19)

produsen di satu sisi akan memacu kinerja dan kreasi pelaku produksi agroindustri dalam meningkatkan kualitas produk, keragaman produk ke dalam perusahaan akan meningkatkan kinerja dan efisiensi. Di sisi lain tuntutan konsumen yang semakin tinggi terhadap mutu produk dan keragamannya juga akan merangsang kinerja agroindustri secara keseluruhan.

Efisiensi dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga) dan efisiensi ekonomi. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis apabila faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Produsen mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan usahanya, misalnya karena pengaruh harga, maka produsen tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisien harga. Selanjutnya dikatakan efisien ekonomi kalau usaha yang dilakukan produsen mencapai efisiensi teknis sekaligus mencapai efisiensi harga (Soekartawi, 1999).

Efisiensi merupakan tujuan esensial dalam alokasi sumberdaya. Setiap agroindustri memiliki tujuan yaitu memaksimumkan keuntungan yang diperoleh melalui pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki. Salah satu konsep efisiensi adalah konsep keuntungan ekonomi yang memperhitungkan biaya imbangan (opportunity cost) dari penggunaan faktor produksi. Menurut Haryanto (1989) efisiensi ekonomi menggambarkan kombinasi penggunaan input-input yang memaksimalkan tujuan, baik secara parsial/secara keseluruhan. Efisiensi suatu usaha dipengaruhi oleh pendapatan kotor dari total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Suatu usaha bisa dikatakan efisien apabila pendapatan yang diterima lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya menurut Downey (1989) efisiensi diartikan sebagai peningkatan rasio antara keluaran dan masukan. Konsep tersebut berlaku pada setiap tahapan produksi.

Salah satu analisis untuk mengetahui efisiensi secara ekonomi adalah analisa R/C ratio. Analisa R/C digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi biaya produksi, yaitu dengan membandingkan total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC).Tingginya nilai R/C disebabkan oleh produksi yang diperoleh dan harga komoditi yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan sebagai pengusaha. Pengusaha harus selalu mempertimbangkan biaya produksi secara proporsional dan efisien, dipengaruhi


(20)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 12 oleh pengetahuan, keterampilan pengusaha dalam penggunaan input, teknologi dan

curahan tenaga kerja yang berorientasi pada pen¬capaian produksi yang maksimum

dengan dasar pertimbangan efisiensi (Haryanto. 1998). Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh pengusaha. Hal ini dapat dicapai bila pengusaha mampu meng¬alokasikan faktor-faktor produksi dengan lebih efisien (Longenecker, 2001)

2.5. Teori Pendapatan

Proses produksi untuk menghasilkan barang adalah kegiatan produsen, yang pada dasarnya mengkombinasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output tertentu, untuk memperoleh keuntungan maksimum. Keuntungan yang maksimum diperoleh jika suatu proses produksi yang efisien secara teknis maupun secara ekonomi. Ada beberapa macam biaya produksi: (1) biaya tenaga kerja adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk penggunaan tenaga kerja dalam proses produksinya. Upah (wage, salary) adalah imbalan untuk penggunaan setiap satuan tenaga kerja; (2) biaya barang modal adalah sejumlah biaya implisit yang harus dikeluarkan oleh produsen dalam penggunaan barang modal bagi proses produksinya. Biaya produksi barang modal dalam pengertian ekonomi bukanlah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan alat/mesin misalnya, akan tetapi biaya atas pendapatan alat/mesin tersebut andaikata disewakan kepada pengusaha lain; dan (3) biaya kewirausahaan adalah biaya yang timbul karena resiko usaha yang ditanggung oleh pengusahaan sebagai wirausaha dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam suatu proses produksi. Wirausaha menghadapi resiko kegagalan dari apa yang dilakukan dalam memproduksi barang dalam proses produksinya. Untuk memperoleh balas jasa tersebut, maka wirausaha memperoleh laba ekonomi (economic profit), yaitu kelebihan pendapatan yang diperoleh dari usaha produksinya, dibandingkan dengan memilih alternatif usaha lain (Wibowo R, 2002).

Pendapatan yang sebesar-besarnya merupakan sasaran akhir bagi pengusaha. Dengan kemampuan mengelola unsur-unsur produksi pengelola mencoba menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang dapat mempengaruhi tujuan usahanya. Kondisi ekonomi pada hakekatnya ditentukan oleh harga hasil-hasil yang diterima pengusaha dan biaya input yang dipakainya. Untuk menilai berapa besar pendapatan yang dijalankan suatu


(21)

usaha, maka perlu dilakukan analisis pendapatan. Analisis pendapatan memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu.

Menurut Wibowo (1998), biaya produksi merupakan pengeluaran selama proses produksi meliputi pengeluaran untuk faktor-faktor produksi dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Dalam jangka pendek, biaya produksi itu terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dalam jangka panjang, seluruh pengeluaran merupakan biaya variabel karena semua input yang digunakan bersifat variabel. Biaya total (TC) merupakan penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel total. Sedangkan pendapatan merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Selisih antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC) disebut pendapatan bersih atau profit. Selanjutnya menurut Rahardja dan Mandala (2000) biaya total jangka pendek (total cost) sama dengan biaya

tetap ditambah biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak

tergantung pada jumlah produksi, contohnya biaya barang modal, gaji pegawai, bunga

pinjaman dan lain-lain. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang besarnya

tergantung pada tingkat produksi, contohnya upah buruh, biaya bahan baku dan lain-lain. Menurut Longenecker, dkk (2001), biaya memiliki perilaku yang berbeda sejalan dengan peningkatan atau penurunan kuantitas yang diproduksi atau yang dijual. Total biaya

variabel adalah biaya yang meningkat secara keseluruhan sejalan dengan meningkat¬nya

kuantitas produk yang terjadi ketika sebuah produk dibuat dan dijual. Total biaya tetap adalah biaya yang tetap pada tingkatan kuantitas penjualan yang berbeda.

2.6 Analisis FFA / Teori Analisis Medan Kekuatan

Analisis medan kekuatan (Force Field Analysis) adalah suatu cara/alat atau metode untuk menelaah suatu situasi yang ingin dirubah menuju tujuan tertentu. Situasi atau keadaan itu dapat saja berupa keadaan pribadi, lingkungan, organisasi, proyek, dan sebagainya. Metode ini dapat juga digunakan dalam perancangan program, khususnya program-program jangka pendek.

Menurut Sianipar (2003), Force Field Analysis atau analisis medan kekuatan adalah suatu alat yang tepat digunakan dalam merencanakan perubahan. Konsep pemikiran ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Steward dalam Sianipar (2003),


(22)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 14 bahwa dalam era perubahan, manajemen itu adalah antisipasi, adaptasi atau proses perubahan internal suatu organisasi agar dapat memenuhi tutuntutan perubahan lingkungan. Memastikan bahwa setiap individu, kelompok kerja dan sumberdaya lainnya tetap memiliki keunggulan dalam memberikan kontribusi maksimal terhadap pencapaian misi organisasi.

Sebuah organisasi harus melakukan adaptasi eksternal dan integrasi internal secara terus menerus. Individu-individu berintegrasi melakukan perubahan-perubahan atau membuat diversifikasi agar selalu sesuai dengan tuntutan lingkungan. Merubah tingkah laku dan memanfaatkan energi individu dalam memenuhi tuntutan lingkungan (Sianipar, 2003).

Berdasarkan konsep pemikiran dalam sebuah organisasi, maka dalam menciptakan perubahan ada dua kondisi yang harus diperhatikan, yaitu faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat perubahan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kondisi yang saling kontradiktif ini, maka perlu dilakukan analisis medan kekuatan (FFA) agar diketahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat.


(23)

3.1 Lokasi Penelitian dan Jangka Waktu

Penetapan lokasi penelitian adalah Kabupaten Jember dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut memiliki potensi untuk pengembangan ekonomi kreatif dengan sumberdaya lokal. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan terhitung sejak penandatangan Surat Perjanjian Kerjasama.

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dan analitik komparatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran secara sistimatik, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Metode analitik berfungsi mengadakan pengujian dengan hipotesis dan interpretasi terhadap hasil analisis. Metode komparatif digunakan untuk membandingkan fenomena atau kejadian yang muncul untuk mendapatkan pengetahuan tentang daetah penelitian (Nazir,1999).

Rancangan penelitian adalah pokok-pokok perencanaan dari keseluruhan kegiatan penelitian dalam suatu naskah. Rancangan penelitian menggambarkan seluruh aktivitas penelitian terdiri dari rumusan masalah, penghimpunan data, analisa data dan hasil dalam bentuk laporan

3.3 Teknik Pengambilan dan Pengumpulan Data

Teknik pengambilan sampelquotayaitu sampel ditetapkan jumlahnya oleh peneliti

atau dengan sistem jatah. Informasi yang dihimpun adalah pendapat secara makro terkait dengan substansi penelitian. Penentuan kuota didasarkan pada karakteristik populasi, yaitu beraktivitas dalam ekonomi kreatif.

Teknik pengumpulan data dengan wawancara, pada dasarnya sama dengan angket tetapi pertanyaan diajukan secara lisan. Alat pengumpul data dalam wawancara disebut pedoman wawancara (ada yang tertruktur dan bebas seperti pada angket).


(24)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 6 Keuntungan dari teknik ini adalah peneliti dapat mengetahu kondisi informan serta ekspresi dari informan. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil wawancara adalah peneliti (pewawancara), responden (biasanya dalam wawancara disebut informan karena memberikan pernyataan lisan atau informasi), topik penelitian dan situasi saat wawancara (Luwesagustina. 2010).

3.4 Metode Analisis

3.4.1 Analisis Biaya dan Pendapatan

Rahardja dan Manurung (2000) mengemukakan pendapatnya bahwa total biaya (total cost) yang terdiri dari total biaya tetap (Total Fixed Cost) dan total biaya variabel (Total Variable Cost), dapat diformulasikan dalam rumus sebagai berikut:

TC= FC + VC Keterangan:

TC =Total cost(Rp) FC =Fixed cost(Rp) VC =Varible cost(Rp).

Penerimaan diperoleh dengan mengalikan besarnya produksi dengan harga jual yang berlaku pada saat penelitian. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

TR= P × Q

Keterangan:

TR =Total Revenue(Rp). P =Priceatau Harga jual (Rp).

Q =Quantityatau Jumlah produksi (Kg/unit).

Sedangkan untuk mengetahui tingkat pendapatan maka dianalisis dengan formula sebagai berikut (Soekartawi, 1999):

Y = TR – TC TR = P.Q TC = TFC + TVC Keterangan:

Y = Pendapatan yang diperoleh (Rp) P = Harga satuan output (Rp)


(25)

Q = Jumlah output yang dijual (kg/unit) TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Total biaya (Rp) TFC = Total biaya tetap (Rp) TVC = Total biaya variabel (Rp) Kriteria Pengambilan Keputusan:

1. Apabila hasil analisis diperoleh TR > TC, maka pengusaha kerajinan ekonomi kreatif menguntungkan.

2. Apabila hasil analisis diperoleh TR = TC, maka pengusaha kerajinan ekonomi kreatif berada pada kondisi impas.

3. Apabila hasil analisis diperoleh TR < TC, maka pengusaha kerajinan ekonomi kreatif tidak menguntungkan (rugi).

3.4.2 Analisis FFA

Penentuan strategi pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal berdasarkan faktor-faktor pendorong dan faktor penghambat. Penentuan faktor pendorong dan penghambat tersebut dari wawancara dengan expert kemudian dianalisis menggunakan metode FFA (Force Field Analysis) atau analisis medan kekuatan. Analisis ini berguna untuk menentukan arah perubahan dari sebuah kegiatan, dalam hal ini adalah pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal.

Menurut Sianipar (2003), faktor-faktor yang merupakan pendorong dan penghambat itu bersumber dari internal dan eksternal. Pendorong merupakan perpaduan antara kekuatan (strengths) dan kesempatan (opportunities), sedangkan penghambat adalah perpaduan antara kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Pada praktik FFA ini, hanya dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat. Alasannya yang pertama adalah memudahkan peneliti dalam menentukan sekaligus memasukkan faktor-faktor yang ada dilapang ke dalam faktor pendorong dan faktor penghambat. Kedua, penentuan faktor tersebut berdasarkan teori dan pengembangan di lapang secara makro, artinya tidak berada dalam suatu instansi/kelompok tertentu.

Penilaian terhadap setiap faktor yang teridentifikasi sangat menentukan faktor keberhasilan tujuan. Penentuan nilai dilakukan dengan menganalisis faktor pendorong dan


(26)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember

penghambat pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai setiap faktor, yaitu :

1) Urgensi faktor terhadap tujuan, terdiri dari Nilai Urgensi (NU) dan Bobot Faktor (BF), 2) Dukungan faktor terhadap tujuan, terdiri dari Nilai Dukungan (ND) dan Nilai Bobot

Dukungan (NBD), dan

3) Keterkaitan antar faktor terhadap tujuan, terdiri dari Nilai Keterkaitan (NK), Nilai Rata-rata Keterkaitan (NRK), dan Nilai Bobot Keterkaitan (NBK).

Penilaian setiap faktor pendorong dan faktor penghambat tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif, tetapi tanpa didukung dengan data yang akurat sangat sulit dilakukan. Secara umum, maka penilaian tersebut dapat dilakukan menggunakan nilai kualitatif yang dikuantifikasikan. Menentukan aspek nilai urgensi (NU) dari setiap faktor pendorong dan faktor penghambat, maka dapat dilakukan dengan teknik komparasi. Teknik komparasi disini yaitu dengan membandingkan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya dengan menggunakan pertanyaan “mana yang lebih urgen antara faktor D1 dan D2 dalam mendukung pencapaian tujuan”. Pada penilaian nilai urgensi faktor ini maka didesain suatu format komparasi seperti disajikan Tabel 3.1

Tabel 3.1 Tingkat Urgensi antar Faktor No. Faktor-faktor

Tingkat Komparasi Urgensi Faktor Nilai Urgensi

(NU)

D1 D2 D3 D4

1. D1 x

2. D2 x

3. D3 x

4. D4 x

Total Nilai Urgensi (TNU)………=

Penentuan nilai untuk aspek dukungan dan aspek keterkaitan faktor menggunakan skala likert. Memperhatikan faktor pendorong dan penghambat yang teridentifikasi secara langsung dari expert, maka dapat dinilai secara kuantitatif dengan memakai skala nilai antara 1 – 5. ketentuan nilai tersebut yaitu,

Angka 5 : sangat tinggi (nilai dukungan/nilai keterkaitan). Angka 4 : tinggi (nilai dukungan/nilai keterkaitan). Angka 3 : cukup (nilai dukungan/nilai keterkaitan).


(27)

Angka 2 : kurang (nilai dukungan/nilai keterkaitan). Angka 1 : sangat kurang (nilai dukungan/nilai keterkaitan).

Berdasarkan nilai tersebut kemudian dihitung nilai urgensi dari setiap faktor yang diperbandingkan. Nilai urgensi masing-masing faktor selanjutnya dilakukan pembobotan kemudian dimasukkan dalam tabel evaluasi. Nilai akhir dari tabel evaluasi adalah nilai faktor kunci keberhasilan (FKK). Nilai FKK masing-masing faktor pendorong dan penghambat kemudian dibuat grafik. Besarnya nilai FKK diwujudkan dalam bentuk garis dengan arah yang berlawanan antara faktor pendorong dan faktor penghambat. Grafik skala tersebut menunjukkan seberapa besar nilai masing-masing faktor untuk mendorong atau menghambat pengembangan ekonomi kreatif berbahan baku lokal. Berdasarkan grafik tersebut dapat dirumuskan strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan ekonomi kreatif.


(28)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 20

4.1 Kondisi Wilayah dan Letak Geografis Kabupaten Jember

Kabupaten Jember memiliki wilayah seluas 3.293.34 Km2 atau 329.333 hektar, yang terbagi menjadi 31 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Balung, Ambulu, Wuluhan, Puger, Gumukmas, Kencong, Kaliwates, Tempurejo, Sumbersari, Ledokombo, Bangsalsari, Mumbulsari, Umbulsari, Mayang, Pakusari, Sukowono, Jenggawah, Kalisat, Arjasa, Jelbuk, Tanggul, Rambipuji, Silo, Patrang, Sumberjambe, Sukorambi, Sumberbaru, Panti. Dilihat dari sisi luas, wilayah terluas adalah Kecamatan Tempurejo yang mencapai 524,46 Km2 dan yang tersempit adalah Kecamatan Kaliwates seluas 24,94 Km2, secara administratif wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 Kecamatan. Batas-batas administratif Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:

• Barat : Kabupaten Bondowoso dan Probolinggo

• Selatan : Samudra Indonesia

• Timur : Kabupaten Banyuwangi

• Utara : Kabupaten Bondowoso dan Probolinggo

4.2 Topografi dan Curah Hujan Di Kabupaten Jember

Bentuk wilayah (topografi) Kabupaten Jember terbagi atas dataran landai/rendah berbukit sampai bergunung. Dataran rendah antara lain meliputi Kecamatan-Kecamatan Kencong, Gumukmas, Puger, Wuluhan, Ambulu, Tempurejo, Mayang, Mumbulsari, Jenggawah, Ajung, Rambipuji, Balung, Umbulsari, Semboro, Jombang, Bangsalsari, Pakusari, Kaliwates, Sumbersari. Wilayah berbukit sampai bergunung antara lain meliputi wilayah kecamatan-kecamatan Silo, Sumberbaru, Tanggul, Bangsal, Panti, Sukorambi, Arjasa, Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, Sukowono, Jelbuk dan Patrang.

Tinggi tempat wilayah kabupaten Jember terletak antara 0 - >1.000 meter di atas permukaan laut (m dpl). Berdasarkan ketinggian tempat tersebut, maka wilayah Kabupaten Jember dapat diklasifikasikan berdasarkan Wilayah Tanah Usaha (WTU) sebagai berikut :


(29)

1. Ketinggian 0 – 25 m dpl meliputi luas wilayah 591,20 Km2 (17,95 % dari luas wilayah Kabupaten Jember dan meliputi Kecamatan Kencong, Gumukmas, Puger, Wuluhan, Ambulu, Tempurejo, Balung, Umbulsari, Semboro, Jombang, Sumberbaru, Tanggul, Sumbersari;

2. Ketinggian 25 – 100 m dpl meliputi luas wilayah 681,68 Km2 (20,70 % dari luas wilayah Kabupaten Jember) dan meliputi Kecamatan Gumukmas, Puger, Wuluhan, Ambulu, Tempurejo, Silo, Mayang, Mumbulsari, Jenggawah, Ajung, Rambipuji, Balung, Umbulsari, Semboro, Sumberbaru, Tanggul, Bangsalsari, Panti, Sukorambi, Patrang ;

3. Ketinggian 100 – 500 m dpl meliputi luas wilayah 1.243,08 Km2 (37,75 % dari luas wilayah Kabupaten Jember) dan meliputi Kecamatan Gumukmas, Puger, Wuluhan, Ambulu, Tempurejo, Silo, Mayang, Mumbulsari, Jenggawah, Semboro, Sumberbaru, Tanggul, Bangsalsari, Panti, Sukorambi, Arjasa, Pakusari, Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, Sukowono, Jelbuk, Kaliwates, Sumbersari, Patrang;

4. Ketinggian 500 – 1.000 m dpl meliputi luas wilayah 520,43 Km2 (15,80 % dari luas wilayah Kabupaten Jember) dan meliputi Kecamatan Gumukmas, Tempurejo, Silo, Mayang, Mumbulsari, Sumberbaru, Tanggul, Bangsalsari, Panti, Sukorambi, Arjasa, Ledokombo, Sumberjambe, Jelbuk, Kaliwates, Sumbersari;

5. Ketinggian > 1.000 m dpl meliputi luas wilayah 225,62 Km2 (7,80 % dari luas wilayah Kabupaten Jember) dan meliputi Kecamatan Tempurejo, Silo, Tanggul, Bangsalsari, Panti, Sukorambi, Arjasa, Ledokombo, Sumberjambe, Jelbuk.

Kabupaten Jember memeiliki curah hujan bulanan pada tahun 2013 adalah berkisar antara 48,6 mm3 sampai dengan 257,8 mm3, rata-rata curah hujan per hari tertinggi terjadi pada bulan November di Kecamatan Wuluhan, stasiun pengukur Tanjungrejo yang mencapai 47,9 mm3. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September, hal ini berkaitan dengan arus angin yang berasal dari arah Australia dan tidak mengandung uap air. Musim penghujan berlangsung pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan bulan Oktober sampai dengan bulan Desember.


(30)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 22 4.3 Jumlah Penduduk Di Kabupaten Jember

Menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010, tercatat bahwa jumlah penduduk Jember adalah 2.332.726 jiwa, dengan rincian 1.185.870 jiwa adalah perempuan dan 1.146.856 jiwa adalah lelaki. Sex rasio adalah 96,71% artinya jumlah penduduk perempuan 3,29% lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki. Dengan demikian, rasio jenis kelamin sebesar 96,71% yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96,71 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk Kabupaten Jember 708,32 jiwa per km2. Diantara kecamatan-kecamatan yang ada, Kecamatan Sumbersari merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak, dengan jumlah penduduk sebesar 126.279 jiwa. Sedangkan Kecamatan Jelbuk adalah kecamatan paling sedikit jumlah penduduknya dengan jumlah penduduk sebesar 31.962 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan-kecamatan yang terjadi tidak disertai adanya pemerataan penyebaran penduduk.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Jember, untuk peningkatan jumlah penduduk di wilayah kecamatan tidak disertai dengan adanya pemerataan penyebaran penduduk. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah penduduk yang ada pada wilayah kecamatan jumlahnya tidak diimbangi dengan luas wilayah kecamatan, sehingga tidak bisa dipungkiri jika di Kabupaten Jember telah terjadi adanya kepadatan penduduk. Secara jelas keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kecamatan Kabupaten Jember Tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.1.

Peranan agroindustri pengolahan sangat penting guna meningkatkan permintaan, diversifikasi konsumsi, dan meningkatkan daya tahan hasil pertanian. Peranan lain yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan nilai tambah, membagi pendapatan, dan meningkatkan devisa serta menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja pada agroindustri mengalami perubahan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun tetapi cenderung meningkat. Penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat tersebut akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi jumlah angka pengangguran.


(31)

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Penduduk di Wilayah Kecamatan Kabupaten Jember Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Akhir Tahun 2010

No Kecamatan Penduduk Jumlah Rasio Jenis

Laki-laki Perempuan Kelamin (%)

1 Kencong 32.015 33.158 65.173 96,55

2 Gumuk Mas 38.892 40.332 79.224 96,43

3 Puger 56.820 57.686 114.506 98,50

4 Wuluhan 57.564 57.131 114.695 100,76

5 Ambulu 52.506 52.597 105.103 99,83

6 Tempurejo 35.340 35.323 70.663 100,05

7 Silo 51.147 52.703 103.850 97,05

8 Mayang 23.600 24.762 48.362 95,31

9 Mumbulsari 30.540 31.799 62.339 96,04

10 Jenggawah 40.001 41.317 81.318 96,81

11 Ajung 36.994 37.422 74.416 98,86

12 Rambipuji 38.598 40.336 78.934 95,69

13 Balung 38.056 38.949 77.005 97,71

14 Umbulsari 34.397 35.142 69.539 97,88

15 Semboro 21.422 22.053 43.475 97,14

16 Jombang 24.511 25.492 50.003 96,15

17 Sumberbaru 48.421 50.995 99.416 94,95

18 Tanggul 40.459 42.301 82.760 95,65

19 Bangsalsari 55.296 58.609 113.905 94,35

20 Panti 29.055 30.344 59.399 95,75

21 Sukorambi 18.587 19.363 37.950 95,99

22 Arjasa 18.567 19.488 38.055 95,27

23 Pakusari 20.287 21.426 41.713 94,68

24 Kalisat 36.630 38.332 74.962 95,56

25 Ledokombo 30.621 31.907 62.528 95,97

26 Sumberjambe 29.430 30.696 60.126 95,88

27 Sukowono 28.567 30.167 58.734 94,70

28 Jelbuk 15.483 16.479 31.962 93,96

29 Kaliwates 54.391 57.470 111.861 94,64

30 Sumbersari 61.975 64.304 126.279 96,38

31 Patrang 46.684 47.787 94.471 97,69

Jumlah 1.146.856 1.185.870 2.332.726 96,71


(32)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 24

Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas SDM yang kurang memadai, persebaran penduduk yang tidak merata antar daerah akan menyebabkan rawan terhadap berbagai macam permasalahan seperti kesehatan, pengangguran, kesenjangan sosial, dan kriminalitas. Permasalahan muncul akibat dari terbatasnya daya tampung dan daya dukung daerah. Sementara di sisi lain, arus pendatang tidak dapat dihentikan. Daerah-daerah padat penduduk adalah Daerah-daerah-Daerah-daerah perkotaan yang meiliki potensi besar di bidang industri, jasa, dan transportasi serta pendidikan yang dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya.

Tabel 4.2. Penduduk Umur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Kabupaten Jember

No. Lapangan Usaha Utama Jumlah (Jiwa) Persentase %

1. Pertanian 432.860 49,90

2. Pertambangan dan Penggalian 64.590 7,00

3. Industri Pengolahan 36.330 3,94

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 123.880 13,42

5. Bangunan/ Konstruksi 10.000 1,08

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 25.810 2,80 7. Transportasi dan Komunikasi 142.140 15,40 8. Keuangan, Persewaan, dan Perusahaan 73.330 7,95

9. Jasa-jasa 14.000 1,52

Jumlah 922.930 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2014

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Jember berasal dari berbagai sumber mata pencaharian. Struktur ekonomi masyarakat Jember ternyata masih ditopang oleh sektor pertanian dengan 49,90 persen atau 432.860 tenaga kerja terserap di dalamnya. Dengan kata lain, sektor pertanian di Kabupaten Jember merupakan sektor prioritas (leading sector) yang perlu mendapat perhatian dari pihak pemerintah setempat dalam rangka pengembangan perekonomian wilayah. Sektor-sektor lain yang cukup besar peranannya dalam ketenagakerjaan di Kabupaten Jember adalah sektor perdagangan, jasa, industri, transportasi dan komunikasi.

Peningkatan Sumberdaya Manusia tidak lepas dari tingkat pendidikan masyarakat. Makin tinggi tingkat pendidikan, dimungkinkan makin cepat perkembangan dan pembangunan suatu wilayah. Hal ini disebabkan karena dengan tingginya tingkat pendidikan, maka adanya inovasi akan cepat terserap dan transformasi teknologi akan


(33)

mudah dilakukan. Kabupaten jember mempunyai fasilitas pendidikan yang tergolong lengkap, terdapat banyak lembaga pendidikan yang diakui negara, diantaranya universitas negeri, SMA/sederajat, SMP/ sederajat, dan SD ada yang bertaraf nasional bahkan internasional, sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan dalam mengenyam pendidikan sebaik-baiknya. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Jember yang didasarkan oleh tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk di Kabupaten Jember berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Jenis Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase %

1 Tidak tamat SD 937.424 46,83

2 Tamat SD 681.603 34,05

3 Tamat SMP/sederajat 193.084 9,64

4 Tamat SMA/sederajat 159.827 7,98

5 Tamat Perguruan Tinggi 29.916 1,49

6 Lainnya 64 0,00

Jumlah 2.001.918 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2014

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Jember masih belum sadar betapa pentingnya suatu pendidikan. Terbukti bahwa persentase terbesar berada pada penduduk dengan jenis pendidikan tidak tamat SD, yaitu 46,83%. Penduduk yang jenis pendidikannya tamat perguruan tinggi memiliki persentase terkecil yaitu 1,49%. Secara umum kondisi ini akan memperlambat perkembangan dan pembangunan di Kabupaten Jember. Ketidakpedulian masyarakat terhadap pendidikan ini bisa dikarenakan kondisi keuangan yang tidak mencukupi atau tingkat kesadaran masyarakat terhadap pendidikan itu sendiri masih kurang. Namun, untuk pengembangan pada agroindustri tempe, keadaan tingkat pendidikan penduduk tidak memiliki pengaruh yang besar, sebab untuk bekerja di agroindustri tempe tidak membutuhkan jenjang pendidikan yang tinggi, yang diperlukan adalah keterampilan dan keahlian dalam mengelola usahanya. Oleh karena itu peran serta masyarakat dan penyuluh serta lembaga terkait sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.


(34)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 26 4.4 Struktur Perekonomian

Salah satu pos pendapatan daerah untuk membiayai belanjanya adalah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jumlah PDRB Kabupaten Jember pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 32.107.437,00 rupiah. Secara rinci struktur perekonomian Kabupaten Jember yang didasarkan pada PDRB disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Presentase (%) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013

Sektor Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013

Pertanian 38,74 37,46 35,49

Pertambangan dan Penggalian 2,87 2,78 2,72

Industri Pengolahan 10,71 10,81 11,00

Listrik, gas dan air bersih 0,86 0,85 0,84

Bangunan/Kontruksi 2,28 2,36 2,30

Perdagangan, Hotel dan Restoran 24,52 25,17 20,00 Pengangkutan dan Komunikasi 4,54 4,65 4,00 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

5,18 5,3 5,43

Jasa-jasa 10,30 10,62 10,88

Sumber : Kabupaten Jember Dalam Angka, 2014

Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan ekonomi sangat menyolok terjadi pada sektor industri pengolahan, perdagangan dan restoran serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Besar pertumbuhan ekonomi pada ketiga sektor tersebut disebabkan beberapa hal antara lain :

1. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan: peningkatan pada sektor ini disebabkan semakin pulihnya fungsi intermediasi bank.

2. Sektor industri pengolahan, perdagangan dan restoran, peningkatan pada sektor ini disebabkan overhead yang dilakukan oleh pemerintah dalam memacu perekonomian Kabupaten Jember.

Jumlah penduduk merupakan faktor yang signifikan dalam menentukan kapasitas pendapatan daerah. Jika dilihat pendapatan per kapita PDRB atas dasar harga konstan terlihat mengalami kenaikan sebesar 12,73% pada tahun 2013 atau sebesar Rp 803,02 ribuan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah produksi barang dan jasa lebih besar dari pertumbuhan jumlah penduduk.


(35)

5.1 Potensi dan Ragam Ekonomi Kreatif Di Kabupaten Jember 5.1.1 Subsektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

Ekonomi kreatif dapat dikelompokkan menjadi 14 subsektor. Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia dalam buku Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025, ke 14 subsektor ekonomi kreatif Indonesia adalah :

1. Periklanan (advertising)

Definisi periklanan menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materialsatausamples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

2. segala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

3. deskripsi atau presentasi dari produk, ide ataupun organisasi untuk membujuk individu untuk membeli, mendukung atau sepakat atas suatu hal.

2. Arsitektur

Definisi jasa arsitektur menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 adalah jasa konsultasi arsitek, yaitu mencakup usaha seperti : desain bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, dan sebagainya. Selain itu sub-sektor arsitektur yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara menyeluruh baik dari level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya arsitektur taman,


(36)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 28 perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal.

3. Pasar Barang Seni

Yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film.

4. Kerajinan (craft)

Industri Kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.

Berdasarkan bahan baku (raw material), produk kerajinan dikategorikan menjadi : 1. Ceramic(seperti tanah liat,erathen ware,pottery,stoneware,porcelain) 2. Logam (seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga)

3. Natural fiber, serat alam (bambu, akar-akaran, rotan) 4. Batu-batuan (seperti batu mulia,semi precious stone, jade) 5. Tekstil (seperticotton, sutra, linen)

6. Kayu (termasuk kertas danlacquer ware)

5. Desain

Yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

6. Fesyen (fashion)

Industri kreatif subsektor fesyen/ mode adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.


(37)

7. Video, Film dan Fotografi

Industri Kreatif Subsektor film, video, dan fotografi adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film dan hasil fotografi. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

8. Permainan Interaktif (game)

Industri Kreatif sub sektor permainan interaktif adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub sektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi. Menurut beberapa sumber, industri permainan interaktif didefinisikan sebagai permainan yang memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Berbasis elektronik baik berupa aplikasisoftwarepada komputer (onlinemaupun stand alone), console (Playstation, XBOX, Nitendo dll), mobile handset dan arcade.

b. Bersifat menyenangkan (fun) dan memiliki unsur kompetisi (competition)

c. Memberikanfeedback/ interaksi kepada pemain, baik antar pemain atau pemain dengan alat (device) .

d. Memiliki tujuan atau dapat membawa satu atau lebih konten atau muatan. Pesan yang disampaikan bervariasi misalnya unsur edukasi, entertainment, promosi produk (advertisement) sampai kepada pesan yang destruktif.

9. Musik

Industri kreatif sub sektor musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/ komposisi, pertunjukan musik, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. Seiring dengan perkembangan industri musik ini yang tumbuh sedemikian pesatnya, maka Klasifikasi Baku Lapangan Indonesia 2005 (KBLI) perlu dikaji ulang, yaitu terkait dengan pemisahan lapangan usaha distribusi reproduksi media rekaman, manajemen-representasi-promosi (agensi) musik, jasa komposer, jasa pencipta lagu dan jasa penyanyi menjadi suatu kelompok lapangan usaha sendiri.


(38)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 30

10. Seni Pertunjukan(showbiz)

Industri kreatif kelompok seni pertunjukan meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik-tradisional, musik-teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

11. Penerbitan dan Percetakan

Industri kreatif subsektor penerbitan dan percetakan meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita.

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak(software)

Industri kreatif sub sektor layanan komputer dan piranti lunak meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal.

13. Televisi & Radio (broadcasting)

Industri kreatif kelompok televisi dan radio meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio.

14. Riset dan Pengembangan (R&D)

Industri kreatif subsektor riset dan pengembangan meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Akan tetapi, definisi riset dan pengembangan tersebut menurut masukan dari beberapa sumber dipandang belum cukup merefleksikan aktivitas riset dan pengembangan yang sesungguhnya. Definisi dari komoditi riset dan pengembangan mempunyai landasan regulasi sendiri yaitu UU No. 18 tahun 2002. Definisi riset dan pengembangan menurut UU No. 18/ 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan


(39)

Teknologi adalah: Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/ atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Dalam hal ini, perlu untuk melakukan penyamaan persepsi mengenai definisi ini.

5.1.2 Ragam Ekonomi Kreatif di Kabupaten Jember A. Batik Tulis

Kabupaten Jember merupakan pusat regional di kawasan timur tapal kuda jantan. Kabupaten Jember juga mengembangkan batik yang dijadikan sebagai salah satu identitas dari daerah tersebut. Walaupun batik Jember masih belum memiliki brand yang luas namun batik ini sudah ada sejak jaman Hindia-Belanda. Batik Jember mulai dikembangkan kembali sebagai salah satu produk unggulan dari Kabupaten Jember yang merupakan daerah penghasil tembakau. Motif batik Jember kaya akan warna selera pasar atas produk batik Jember yang berwarna kontras cukup tinggi khususnya pasar lokal kawasan tapa kuda Jember, Lumajang, Bondowoso, dan Situbondo Jawa Timur, sedangkan warna-warna soft dan senada biasanya disukai oleh pasar regional seperti Surabaya, Malang, Jakarta, Lampung, dan Bogor. Motif batik tulis Jember menggunakan motif daun tembakau yang merupakan lambang khas Kabupaten Jember.

Cara memproduksi batik tulis Jember, dimulai dengan membuat desain motif pada selembar kertas kalkir putih. Motif tersebut kemudian digambar pada kain yang akan dibatik dengan menggunakan pensil gambar. Putih kain mori yang telah digambar motifnya selanjutnya diserahkan kepada pembatik untuk pembatikan pertama dengan peralatan canting dan malam mengikuti goresan pensil gambar. Kain mori dibatik atau yang telah di reng-reng selanjutnya dilakukan pewarnaan yang ada. Terdapat dua macam teknik pewarnaan yaitu pewarnaan celup dan pewarnaan coletan tulis. Teknik coletan adalah


(40)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 32 teknis pewarnaan dengan menggunakan kuas hanya pada bidang tertentu untuk memperoleh warna yang lebih variatif. Pewarnaan celup adalah teknik pewarnaan dengan mencelup seluruh kain yang telah dibatik dengan menggunakan bahan pewarna yang ditentukan. Teknik pewarnaan ini dapat dilakukan secara bersama-sama pada satu kain dengan dikombinasi. Selanjutnya kain mori yang telah diwarna diblok atau ditembok. Teknik mengeblok ini adalah menutup bidang kain tertentu dengan malam untuk memepertahankan warna asli. Cara mengeblok dan mewarna dapat dilakukan berulang kali untuk mendapatkan warna batik yang baik. Cara terakhir adalah pelepasan malam yang menempel pada kain tersebut.

Batik Jember memiliki motif dan corak yang khas bila dibandingkan batik dari daerah lain. Ciri yang mudah dikanali yaitu memiliki motif utama daun tembakau yang merupakan bagian dari sejarah Kabupaten Jember. Jember sudah dikenal sebagai penghasil tembakau kualitas dunia dan memasok pasar utama di Eropa. Namun hal tersebut tidak mengikat kreatifitas para perajin baik di Kabupaten Jember yang berupaya mengangkat tema menarik lainnya yang terdapat di Kabupaten Jember sebagai desain karyanya. Ini juga merupakan salah satu usaha untuk mempromosikan kekayaan Jember melalui batik.


(41)

B. Egrang Tanoker

Kampung wisata belajar tanoker Ledokombo merupakan sebuah komunitas dan sanggar yang melestarikan seni, budaya, dan permainan tradisional anak serta pemberdayaan masyarakat pedesaan. Dalam bahasa Madura Pendalungan, tanoker berarti kepompong, disini di ibaratkan sebagai tempat belajar untuk menempa diri agar menjadi pribadi yang otentik dan bermanfaat.

Dalam perjalanannya Tanoker Ledokombo terus mengembangkan diri dengan berupaya menggali potensi di desanya untuk dikembangkan dan dipasarkan sebagai obyek wisata. Kini di Tanoker sering diselenggarakan acara kunjungan dan seminar, workshop dan sebagainya dengan peserta hingga 100 orang. Mereka menginap di rumah-rumah warga yang sudah di siapkan sebagai semi guest house. Sebagai pilihan alternatif, disediakan pula 2 buah cottage yang masing-masing bisa menampung sekitar 8 orang. Salah satunya berlokasi di tengah kebun dan hanya 20 meter dari area persawahan. Sangat ideal bagi yang ingin merasakan tinggal di suasana pedesaan yang tenang. Untuk kebutuhan makan dan minum juga disediakan oleh warga sekitar. Kebanyakan ibu-ibu di lingkungan Tanoker memiliki pengalaman bekerja sebagai pengurus rumah tangga di luar negeri sehingga mereka memiliki kemampuan untuk menyediakan berbagai jenis masakan baik menu masakan indonesia maupun menu masakan asia dan barat. Bahan makanan yang di hidangkan selalu diupayakan dari bahan alami yang disajikan secara menarik dengan cita rasa yang nikmat.

Untuk mendorong pemberdayaan masyarakat sekitar, telah berdiri divisi Tanocraft yang saat ini sudah mempunyai lebih dari 10 kelompok kerja yang masing masing beranggotakan sekitar 15 orang. Tanocraft memproduksi berbagai kerajinan khas Tanoker diantaranya Kaos, Tas, Boneka, Dompet, Pensil, Egrang dan berbagai perangkat makan dari bahan batok kelapa. Hasil kerajinan telah dipasarkan ke berbagai daerah dan galery seni di Ibukota. Tanoker juga mempunyai arena bermain polo lumpur. Ini adalah permainan khas Tanoker yang dimainkan beramai-ramai di sebuah lawan sawah yang di kondisikan sedemikian rupa untuk permainan tersebut. Permainan egrang Tanoker telah sering kali tampil pada berbagai acara nasional bahkan internasional. Melalui permainan egrang mereka ingin menyampaikan salam damai dan semangat kebersamaan pada


(42)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 34 dunia. Setiap tahun di bulan Agustus diselenggarakan Festival Egrang yang menghadirkan tamu mancanegara dan diramaikan oleh seluruh warga Ledokombo.

Gambar 5.2 Produk Egrang Tanoker Kabupaten Jember

C. Sangkar Burung

Sangkar burung merupakan kompetensi inti Kabupaten Jember dengan total kerajinan sangkar burung perkutut. Dalam perkembangannya industri sangkar burung di Desa Dawuhan Mangli menghadapi persaingan yang ketat terutama dengan produk sejenis baik yang berasal dari dalam maupun luar Kota. Salah satu permasalahan yang dihadapi industri ini adalah harga sangkar burung yang mengalami penurunan sementara bahan pembuatan sangkar burung terus meningkat. Walaupun permintaan meningkat namun harga sangkar burung lebih rendah. Produsen sangkar burung kebanyakan tidak menjual produknya langsung ke konsumen, namun penjualan produk dilakukan melewati pengepul sebagai perantara, sehigga keuntungan yang diperoleh semakin sedikit.

Sangkar Burung hasil kerajinan dari Kecamatan Sukowono memiliki keistimewaan tersendiri. Walaupun pada umumnya mayoritas warga namun sangkar yang di hasilkan tidaklah sama, mulai dari bentuk hingga motif lukisan yang berbeda-beda. Ada sangkar yang berbentuk persegi dan ada juga sangkar yang berbentuk melingkar begitu juga dengan motifnya yang cukup variatif, ada sangkar yang hanya memiliki satu warna saja dan ada pula sangkar dengan motif lukisan seperti wayang, pemandangan alam, dan banyak lagi motif lainnya. Jumlah produksinya dan harganya tergantung dari kualitas


(43)

sangkar yang dihasilkan, semakin rumit detail sangkar yang diinginkan maka waktu pengerjaan sangkar akan semakin lama.

Gambar 5.3 Produk Kerajinan Sangkar Burung Kabupaten Jember

D. Anyaman Tikar Bahan Baku Mendong

Mendong merupakan salah satu tumbuhan jenis rumput yang hidup di rawa/sawah, atau di tanah berlumpur dan memiliki air yang cukup. Mendong adalah jenis kerajinan anyaman yang menggunakan bahan baku tanaman mendong. Ada dua jenis anyaman mendong yang dihasilkan, yaitu tenunan mendong ered (diproduksi oleh pengrajin mendong untuk tikar), serta tenunan madani yang tidak hanya dipergunakan untuk tikar namun juga untuk produk mendong lainnya. Tanaman mendong menjadi prospek yang bagus dalam dunia industri khususnya industri kreatif, karena memiliki nilai jual yang tinggi dan pasar yang bagus dalam usaha kerajinan. Banyak barang kerajinan yang bisa dihasilkan dari bahan baku tanaman mendong ini, diantaranya : tikar, pelapis sandal, pelapis perabotan rumah tangga, hiasan rumah, tali, tekstil dan produk tekstil. Tanaman mendong menjadi solusi atau inovasi dalam industri kreatif, variasi kerajinan yang dihasilkannya menjadi unggulan dalam pariwisata. Pembudidayaan tanaman mendong tidak membutuhkan keahlian khusus sebagaimana tanaman lainnya. Penanaman dan panennya tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga biaya produksinya juga tidak terlalu mahal. Berdasarkan perkembangan industri kreatif dengan memanfaatkan tanaman mendong, maka disarankan:


(44)

Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 36 1. Pemerintah perlu membantu dalam melakukan promosi dan sosialiasi pengembangan tanaman mendong, kerajinan yang bisa dihasilkan dan pemasarannya.

2. Pembinaan dan pengembangan petani dalam pembudidayaan tanaman mendong.

3. Perlu dicarikan mitra kerja petani mendong, perajin dengan pemerintah maupun swasta.

Gambar 5.4 Produk Anyaman Tikar Bahan Baku Mendong

E. Desain Kaos

Distro merupakan singkatan dari distribution store atau distribution outlet. Distro adalah jenis toko yang menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. Distro pada umumnya merupakan industri kecil dan menengah (IKM) yang sandang dengan merk independen yang dikembangkan kalangan muda. Produk yang dihasilkan oleh distro diusahakan untuk tidak diproduksi dalam jumlah yang banyak, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk dan hasil kerajinan. Distro termasuk industri kreatif fashion yang terbilang cukup unik dan mungkin tidak asing untuk masyarakat.

Industri clothing atau distro memiliki ciri-ciri yang mengusung nama daerah agar konsumen lebih tertarik untuk membeli. Kabupaten Jember juga memiliki industri clothing kreatif yang membuat line clothing yang berciri khas daerahnya, yang disebut dengan


(1)

10. Kerajinan Bahan Baku Tulang

10a. Biaya Tetap Kerajinan Bahan Baku Tulang "Kalung"

Umur Proses

Pakai Produksi

1 Zaenab Bor 5 500000 20 434,03 288

Grenda 5 500000 10 868,06 288

Dinamo Blower 1 350000 5 243,06 288

Kompresor 1 400000 10 138,89 288

Kompor 1 300000 10 104,17 288

Gas 1 165000 5 114,58 288

Panci 2 20000 3 46,30 288

Gunting 2 8000 1 55,56 288

Pengaduk 1 4000 2 6,94 288

Jarum 5 10000 3 57,87 288 2069,44

2 Siti Bor 1 500000 20 130,21 192

Grenda 1 500000 10 260,42 192

Dinamo Blower 1 350000 5 364,58 192

Kompresor 1 350000 10 182,29 192

Kompor 1 250000 10 130,21 192

Gas 1 165000 5 171,88 192

Panci 2 15000 2 78,13 192

Gunting 1 10000 1 52,08 192

Pengaduk 1 2500 2 6,51 192

Jarum 2 7500 3 26,04 192 1402,34

Total Penyusutan

No Nama Alat Jumlah Harga

10b. Biaya Variabel Kerajinan Bahan Baku Tulang "Kalung" Jumlah

(Kg, Liter, Lembar, Rol)

1 Zaenab Tulang 500 4.000 2.000.000

Amplas 40 1 16.000 16.000

Amplas 150 1 15.000 15.000

Amplas 320 1 15.000 15.000

Pemutih 2 16.000 32.000

Tawas 20 6.000 120.000

Wante 5 2.000 10.000

Kayu kopi 1.500 700 1.050.000

Benang 3 35.000 105.000

Listrik 1 10.000 10.000 3.373.000

2 Siti Tulang 100 4.000 400.000

Amplas 40 1 16.000 16.000

Amplas 150 1 15.000 15.000

Amplas 320 1 15.000 15.000

Pemutih 1 16.000 16.000

Tawas 3 6.000 15.000

Wante 5 2.000 10.000

Kayu kopi 300 800 240.000

Benang 1 35.000 35.000

Listrik 1 5.000 5.000 767.000

Total


(2)

10c. Tenaga Kerja Kerajinan Bahan Baku Tulang "Kalung" 2550

Bahan Mentah Pewarnaan Proses

1 Zaenab 3.825.000 600.000 150.000 4.575.000

2 Siti 765.000 120.000 30.000 915.000

Rata-rata 2.295.000 360.000 90.000 2.745.000

No Nama Biaya TK Total

10d. Total Biaya Produksi Kerajinan Bahan Baku Tulang "Kalung"

Total Total Biaya Total

B. Tetap B. Variabel T. Kerja Biaya

1 Zaenab 2.069,44 3.373.000,00 4.575.000,00 7.950.069,44

2 Siti 1.402,34 767.000,00 915.000,00 1.683.402,34

Rata-Rata 1.735,89 2.070.000,00 2.745.000,00 4.816.735,89

No Nama

10e. Pendapatan Kerajinan Bahan Baku Tulang "Kalung"

Total

Total

Biaya

Produksi

1 Zaenab

7950069,44

1500

10000

15000000 7049930,56

2 Siti

1683402,34

300

10000

3000000 1316597,66

Rata-Rata

4816735,89

900,00

10000,00

9000000,00 4183264,11

Harga

Penerimaan Pendapatan

No

Nama

11. Kerajinan Bahan Baku Kaca

11a. Biaya Tetap Kerajinan Bahan Baku Kaca "Kalung"

Umur Proses Total

Pakai Produksi Penyusutan

1 H. Sulaiman Bor 12 500.000 20 1.250 240

Grenda 6 500.000 10 1.250 240

Beji 1 130.000 5 108 240

Jarum 6 10.000 5 50 240 2.658

2 H. Halil Bor 10 500000 20 1736,11 144

Grenda 5 500000 10 1736,11 144

Beji 1 130000 5 180,56 144

Jarum 5 12000 5 83,33 144 3.736


(3)

11b. Biaya Variabel Kerajinan Bahan Baku Kaca "Kalung"

Jumlah Total

(Kg, Liter, Lembar, Rol) Biaya

1 H. Halil Kaca 25 3.500 87.500

Amplas 120 1 16.000 16.000

Amplas 320 1 15.000 15.000

Benang 1 7.000 7.000

Listrik 1 35.000 35.000

Minyak Tanah 1 16.000 16.000 176.500

2 H. Halil Kaca 25 2.000 50.000

Amplas 120 1 15.000 15.000

Amplas 320 1 15.000 15.000

Benang 1 7.000 7.000

Listrik 1 35.000 35.000

Minyak Tanah 1 16.000 16.000 138.000

No Nama Alat Harga Jumlah

11c. Total Biaya Produksi Kerajinan Bahan Baku Kaca "Kalung"

Total

Total

Biaya

Total

B. Tetap

B. Variabel

T. Kerja

Biaya

1 H. Sulaiman

2.658

176.500

150.000

329.158

2 H. Halil

3.736

138.000

150.000

291.736

Rata-Rata

3.197

157.250

150.000

310.447

No

Nama

11d. Pendapatan Kerajinan Bahan Baku Kaca "Kalung"

Total Total

Biaya Produksi

1 H. Sulaiman 329.158 100 10.000 1.000.000 670.842

2 H. Halil 291.736 100 8.000 800.000 508.264

Rata-Rata 310.447 100 9.000 900.000 589.553

Pendapatan


(4)

12. Kerajinan Bahan Baku Kayu Gaharu

12a. Biaya Tetap Kerajinan Gelang Bahan Baku Kayu Gaharu

Umur Proses Total

Pakai Produksi Penyusutan

1 Jaki Bor 5 500.000 10 1.042 240

Grenda 3 500.000 5 1.250 240

Beji 1 150.000 5 125 240

Jarum 5 10.000 5 42 240 2.458

2 Kholis Bor 10 500.000 20 1.736 144

Grenda 5 500.000 10 1.736 144

Beji 5 150.000 5 1.042 144

Jarum 5 12.000 5 83 144 4.597

No Nama Alat Jumlah Harga Penyusutan

12b. Biaya Variabel Kerajinan Gelang Bahan Baku Kayu Gaharu 1 kg jadi 8 gelang

Jumlah Total

(Kg, Liter, Lembar, Rol) Biaya

1 Jaki Kayu Kalimantan 12,5 1.000.000 12.500.000

Amplas 120 1 16.000 16.000

Amplas 320 1 15.000 15.000

Benang 1 7.000 7.000

Listrik 1 35.000 35.000 12.573.000

2 Kholis Kayu papua 12,5 1.500.000 18.750.000

Amplas 120 1 15.000 15.000

Amplas 320 1 15.000 15.000

Benang 1 7.000 7.000

Listrik 1 50.000 50.000 18.837.000

No Nama Alat Harga Jumlah

12c. Total Biaya Produksi Kerajinan Gelang Bahan Baku Kayu Gaharu

Total Total Biaya Total

B. Tetap B. Variabel T. Kerja Biaya

1 Jaki 2.458 12.573.000 1.000.000 13.575.458

2 Kholis 4.597 18.837.000 1.000.000 19.841.597

Rata-Rata 3.528 15.705.000 1.000.000 16.708.528

No Nama

12d. Pendapatan Kerajinan Gelang Bahan Baku Kayu Gaharu

Total

Total

Biaya

Produksi

1 Jaki

126.075.458,3

100

1.500.000

150.000.000

23.924.541,7

2 Kholis

19.841.597,2

100

300.000

30.000.000

10.158.402,8

Rata-Rata 72.958.527,8

100,00

900.000

90.000.000

17.041.472,2

Pendapatan


(5)

13. Kerajinan Bahan Baku Kayu Aren dan Biji Aren

13a. Biaya Tetap Kerajinan Bahan Baku Kayu Aren dan Biji Aren

No Nama Alat jumlah Harga Umur Pakai jumlah Produksi Penyusutan Total

1 Susiana (Cobek) Graji 1 3.500.000 10 144 2430,56

Rempelas (dinamo) 1 1.000.000 20 144 347,22

Bor 1 500.000 20 144 173,61 2.951,39

2 Solihin (Entong) Graji 1 3.500.000 10 144 2430,56

Rempelas (dinamo) 1 1.000.000 20 144 347,22

Bor 1 500.000 20 144 173,61 2.951,39

13b. Biaya Variabel Kerajinan Bahan Baku Kayu Aren dan Biji Aren

No. Nama Bahan Jumlah Harga Jumlah Total Biaya

1 Susiana (Cobek) Solar 1 20.000 20.000

Kayu Kolang-Kaling 650 11.000 7.150.000

Ampelas 120 20 11.000 220.000

Ampelas 220 20 12.500 250.000

Ampelas 320 20 15.000 300.000

Tenaga kerja 2 450 2.340.000 10.280.000

2 Solihin (Entong) Solar 1 20.000 20.000

Kayu Kolang-Kaling 650 11.000 7.150.000

Ampelas 120 10 11.000 110.000

Ampelas 220 10 12.500 125.000

Ampelas 320 10 15.000 150.000

Tenaga kerja 2 450 1.755.000 9.310.000

13c. Pendapatan Kerajinan Bahan Baku Kayu Aren dan Biji Aren

No. Nama Total B.Tetap Total B. Variabel Total Biaya Harga Produk Jumlah Produk Total Penerimaan Pendapatan

1 Susiana 2951,39 10.280.000 10.282.951,39 6.000 2.600 15.600.000 5.317.049

2 Solihin 2951,39 9.310.000 9.312.951,39 2.500 5.200 13.000.000 3.687.049

14. Kerajinan Bahan Baku Biji Pocok 14a. Biaya Tetap Kerajinan Tasbih Bahan Baku Biji Pocok

No Nama Alat jumlah Harga Umur Pakai jumlah Produksi Penyusutan Total

1 Sri Wahyuni Bor 1 500.000 20 48 520,83

Blower 1 500.000 20 48 520,83

Bowel 1 700.000 20 48 729,17

Bak Besar 4 25.000 10 48 208,33

gunting 1 15.000 10 48 31,25 2.010

2 Bahrun Rosid Bor 1 500.000 20 48 520,83

Blower 1 500.000 20 48 520,83

Bowel 1 700.000 20 48 729,17

Bak Besar 2 25.000 10 48 104,17


(6)

14b. Biaya Variabel Kerajinan Tasbih Bahan Baku Biji Pocok

No. Nama Bahan Jumlah Harga Jumlah Total

1 Sri Wahyuni Biji Pocok 100 5.000 500.000

Benang nilon 2 50.000 100.000

Pembatas tasbih 1 15.000 15.000

Penambah warna 1 23.000 23.000

Ampelas 220 2 12.500 25.000

Ampelas 320 2 15.000 30.000

Tenaga kerja setg jadi 1 2.000 800.000

Tenaga kerja jadi 1 500 200.000 1.693.000

1 Bahrun Rosid Biji kolang kaling 50 5.000 250.000

Benang nilon 2 50.000 100.000

Pembatas tasbih 1 15.000 15.000

Penambah warna 1 46.000 46.000

Ampelas 220 2 12.500 25.000

Ampelas 320 2 15.000 30.000

Tenaga kerja setg jadi 1 4.000 1.600.000

Tenaga kerja jadi 1 2.000 800.000 2.866.000

14b. Pendapatan Kerajinan Tasbih Bahan Baku Biji Pocok

No. Nama

Total B.TetapTotal B. Variabel Total Biaya

Harga Produk Jumlah ProdukTotal PenerimaanPendapatan

1Sri Wahyuni

2010,42

1.693.000 1.695.010,42

7.500

400

3.000.000

1.304.990