Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan

Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 37 2015 proporsinya hanya sekitar 14 persen hingga 24 persen. Sementara itu, kelompok umur lansia di empat subsektor ekonomi kreatif pada tahun 2014 dan 2015, proporsinya sekitar 2 persen hingga 8 persen.

4.2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2015, sektor ekonomi kreatif lebih banyak menyerap tenaga kerja perempuan dibanding laki-laki. Pada sektor ekonomi kreatif, sebesar 53,68 persen tenaga kerjanya berjenis kelamin perempuan, sementara sisanya yaitu 46,32 persen berjenis kelamin laki-laki Grafik 4.3. Dilihat dari tren selama tahun 2010-2015, persentase tenaga kerja perempuan di ekonomi kreatif cenderung berfluktuatif. Akan tetapi polanya tetap sama yaitu lebih tinggi persentase tenaga kerja perempuan dibanding laki-laki. Grafik 4.3. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Kelamin, 2010-2015 Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015 Dari Grafik 4.4 dapat diketahui bahwa tenaga kerja laki-laki lebih mendominasi subsektor Kriya dan subsektor Lainnya, sedangkan tenaga kerja perempuan mendominasi pada subsektor Fashion dan subsektor Kuliner. Pada tahun 2014, persentase tenaga kerja laki-laki yang bekerja di subsektor Lainnya sebesar 76,09 persen sedangkan pada Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 38 subsektor Kriya sebesar 58,94 persen. Persentase perempuan yang bekerja di subsektor Kuliner sebesar 61,27 persen dan subsektor Fashion sebesar 60,19 persen. Grafik 4.4. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Kelamin per Subsektor Tahun 2014-2015 Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015 Pada tahun 2015, persentase tenaga kerja laki-laki yang bekerja di subsektor Lainnya sebesar 74,73 persen sedangkan pada subsektor Kriya sebesar 57,83 persen. Sedangkan persentase perempuan yang bekerja di subsektor Fashion sebesar 60,31 persen dan subsektor Kuliner sebesar 59,92 persen.

4.3. Tingkat Pendidikan

Kualitas kerja mengacu pada kualitas sumber daya manusia Matutina, 2001:205, dimana kualitas sumber daya manusia mengacu pada: Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 39 1. Pengetahuan Knowledge yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih berorientasi pada kecerdasan dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki oleh karyawan. 2. Keterampilan Skill merupakan kemampuan dan penguasaan teknis operasional di bidang tertentu yang dimiliki oleh karyawan. 3. Kemampuan Abilities yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dari tenaga kerja dapat tercipta salah satunya dari sekolah atau pendidikan yang telah ditempuhnya. Dengan kata lain pendidikan dapat dijadikan salah satu acuan sederhana pengukuran kualitas tenaga kerja. Tingkat pendidikan pada Sakernas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: rendah SMP ke bawah, menengah SMA sederajat, dan tinggi Diploma ke atas. Pada tahun 2015, sektor ekonomi kreatif ternyata lebih banyak menyerap tenaga kerja berpendidikan menengah SMA sederajat dan rendah SMP ke bawah, masing-masing sebesar 57,20 persen dan 36,13 persen. Sementara tenaga kerja berpendidikan tinggi Diploma ke atas yang terserap hanya sebesar 6,67 persen. Pola yang sama juga terlihat pada tahun 2010-2014. Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 40 Grafik 4.5. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan, 2010-2015 Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015 Selama tahun 2010-2015, persentase tenaga kerja berpendidikan rendah SMP ke bawah di sektor ekonomi kreatif terus mengalami penurunan yaitu dari sebesar 40,84 persen 2010 menjadi 36,13 persen 2015. Di sisi lain, persentase tenaga kerja berpendidikan tinggi cenderung mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 4,57 persen pada tahun 2010 menjadi 6,67 persen pada tahun 2015. Tabel 4.3. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015 Pendidikan 2014 2015 Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan 1 2 3 4 5 SMP ke bawah 30,66 40,91 31,45 40,18 SMA sederajat 62,64 54,23 60,61 54,25 Diploma ke atas 6,70 4,86 7,94 5,57 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015 Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 41 Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 dan 2015, tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif didominsi oleh tenaga kerja berpendidikan SMA sederajat, baik laki-laki maupun perempuan. Pada tahun 2014, tenaga kerja laki-laki yang berpendidikan SMA sederajat sebesar 62,64 persen, sedangkan tenaga kerja perempuan berpendidikan SMA sederajat sebesar 54,23 persen. Tenaga kerja berpendidikan tinggi sebesar 6,70 persen pada laki-laki dan hanya 4,86 persen pada perempuan. Berbeda dengan tingkat pendidikan SMA sederajat dan Diploma ke atas yang didominasi tenaga kerja laki-laki, pada tingkat pendidikan SMP ke bawah lebih didominasi oleh perempuan yaitu sebesar 40,91 persen sedangkan tenaga kerja laki-laki hanya 30,66 persen. Pada tahun 2015 memiliki pola yang sama dengan tahun 2014 dimana tenaga kerja laki-laki lebih mendominasi pada tingkat pendidikan SMA sederajat dan Diploma ke atas, sedangkan tenaga kerja perempuan lebih mendominasi pada pendidikan SMP ke bawah. Tenaga kerja laki-laki yang berpendidikan SMA sederajat sebesar 60,61 persen, sedangkan tenaga kerja perempuan berpendidikan SMA sederajat sebesar 54,25 persen. Tenaga kerja berpendidikan tinggi sebesar 7,94 persen pada laki-laki dan 5,57 persen pada perempuan. Pada tingkat pendidikan SMP ke bawah, tenaga kerja perempuan sebesar 40,18 persen, sedangkan laki-laki hanya 31,45 persen. Grafik 4.6 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 dan 2015, subsektor ekonomi kreatif didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan SMA sederajat. Pada tahun 2014, tenaga kerja yang berpendidikan SMA sederajat paling banyak berkecimpung di subsektor Fashion yakni sebesar 68,97 persen, disusul subsektor Lainnya 59,79 persen, kemudian subsektor Kriya 55,59 persen, dan terakhir subsektor Kuliner 52,90 persen. Pola yang sama juga terjadi pada tahun 2015, dimana tenaga kerja yang berpendidikan SMA sederajat paling banyak juga Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreaif 2010-2015 42 berkecimpung di subsektor Fashion yakni sebesar 68,43 persen, disusul subsektor Lainnya 57,30 persen, kemudian subsektor Kriya 54,44 persen, dan terakhir subsektor Kuliner 52,70 persen. Grafik 4.6. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan per Subsektor, 2014-2015 Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015

4.4. Jenis Pekerjaan