adalah kebutuhan dimana individu merasa puas dengan membuat suatu kontribusi yang kreatif dan produktif Setiadi, 2003:109.
Lain halnya dengan BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional membagi kesejahteraan keluarga ke dalam pemenuhan tiga kebutuhan
yakni: 1 kebutuhan dasar basic needs yang terdiri dari variabel pangan, sandang, papan kesehatan; 2 kebutuhan sosial psikologis social
psychological needs yang terdiri dari variabel pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan eksternal; 3 kebutuhan pengembangan
Development needs yang terdiri dari variabel tabungan, pendidikan khusus, akses terhadap informasi
Pada dasarnya jenis kebutuhan yang disebutkan oleh beberapa ahli mempunyai banyak kesamaan. Berbagai kebutuhan perlu dipenuhi oleh setiap
keluarga dalam hidupnya, agar tujuan keluarga dalam mencapai keluarga sejahtera dapat terwujud. Kondisi kesejahteraan keluarga terjadi pada suatu
keadaan ketika keluarga dapat memenuhi segala macam kebutuhannya baik kebutuhan fisik, spriritual, materiil maupun sosial sehingga keluarga dapat hidup
sesuai dengan lingkungannya hingga mencapai kepuasan dan kemakmuran.
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
Berbagai macam kebutuhan dan kesungguhan dalam memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan keluarga tidak sama bagi semua keluarga. Hal
tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor internal, eksternal dan unsur manajemen keluarga. Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi:
pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan
aset dan tabungan; sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan adalah kemudahan akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan
pemerintah, kemudahan akses dalam kredit barangperalatan dan lokasi tempat tinggal. Sementara itu, unsur manajemen sumber daya keluarga yang
mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, pembagian tugas dan pengontrolan kegiatan Iskandar, 2011:138-139. Hal tersebut sependapat dengan
pernyataan BPS Badan Pusat Statistik bahwa indikator yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah pendidikan isteri, kepemilikan asset, pendapatan,
pekerjaan kepala keluarga dan perencanaan keluarga. Tidak jauh berbeda dengan pernyataan BKKBN Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional bahwa kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh variabel demografi jumlah anggota keluarga dan usia, ekonomi pendapatan,
pekerjaan, kepemilikan asset dan tabungan, manajemen sumber daya keluarga dan lokasi tempat tinggal.
Sunarti 2011 menyatakan bahwa faktor-faktor kesejahteraan keluarga lebih luas, faktor-faktor tersebut diantaranya: 1 kemiskinan; hasil korelasi
menunjukkan semakin tinggi prosentase warga terkategori miskin di suatu wilayah maka semakin tinggi prosentase keluarga terkategori tidak sejahtera; 2
kepadatan penduduk; ketika suatu wilayah memiliki kepadatan penduduk yang semakin tinggi maka akses terhadap sumber daya ekonomi dan kesempatan
berusaha serta kesempatan memperoleh layanan semakin terbatas sehingga pemenuhan kebutuhan pokok penduduk terbatas; 3 PDRB migas dan non migas;
dimana semakin tinggi prosentase keluarga sejahtera maka semakin kecil
sumbangan PDRB migas maupun non migas; 4 Pasangan usia subur ber-KB; kondisi semakin tinggi keluarga tidak sejahtera maka di suatu wilayah semakin
rendah pasangan usia subur ber-KB; 5 Rataan jumlah anggota keluarga, ketika semakin besar prosentase keluarga tidak sejahtera maka semakin besar rataan
jumlah angota keluarga; 6 sanitasi rumah; ketidak sejahteraan keluarga dicerminkan pada prosentase penduduk dengan sanitasi yang tidak layak dan
sebaliknya; 7 standard luas rumah penduduk; keluarga yang mimiliki lahan kurang dari 7m
2
berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga; 8 laju pertumbuhan penduduk dan pengangguran; faktor ini menunjukkan hasil korelasi
yang tidak signifikan dengan kesejahteraan keluarga; 9 indeks pembangunan manusia; semakin besar tingkat keluarga tidak sejahtera maka semakin rendah
indeks pembangunan manusianya. Dalam sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan erat dengan besaran
pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan dan dikeluarkan sebagai bentuk konsumsi untuk mencapai kesejahteraan. Sebagaimana penelitian oleh Wagle et
al. 2006:75, menyatakan : “Income and consumption are straight forward and extremely useful
measures of economic welfare, as they capture the means by which individuals and households can achieve human well-being. Income and
consumption tend to highly correlate with each other because consumption derives from income and income is essential for
consumption.
” Dapat diartikan bahwa pendapatan dan konsumsi merupakan variabel
sederhana yang menentukan kesejahteraan ekonomi, karena baik secara individu maupun rumah tangga dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Pendapatan dan konsumsi cenderung sangat berhubungan satu sama lain karena konsumsi berasal dari pendapatan dan pendapatan sangat penting untuk konsumsi.
Sebagaimana juga penelitian Ndakularak dkk 2011:147-152, yang menyatakan bahwa besaran konsumsi mempengaruhi kesejahteraan yang
berkaitan dengan indeks pembangunan manusia. Konsumsi rumah tangga yang menjadi indikator dari kesejahteraan keluarga diantaranya adalah pengeluaran
untuk makanan, pendidikan dan kesehatan. Sebagaimana dinyatakan oleh Sukirno 2005:7 bahwa salah satu pilihan yang digunakan dalam memaksimumkan
pendapatan adalah pilihan dalam mengkonsumsi. Pilihan dalam mengkonsumsi berkaitan dengan cara yang dilakukan oleh setiap individu untuk menentukan
barang yang dibeli dan jumlah pembelian hingga dapat mencapai kepuasan yang maksimum.
2.1.3 Tahapan-Tahapan Kesejahteraan Keluarga