Manfaat Teoritis Data Hasil Uji Coba Intrumen Variabel Konsumsi Rumah Tangga Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kesejahteraan Keluarga

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan secara teoritis tentang pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi sebagai pertimbangan pengambilan kebijakan dalam menentukan tolak ukur pengupahan dan penggolongan masyarakat dalam ukuran kesejahteraan keluarga b. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi petani sebagai tolak ukur dalam membangun keluarga yang lebih sejahtera ditahun-tahun yang akan datang. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesejahteraan Keluarga 2.1.1 Konsep Dasar Kesejahteraan Keluarga Keadaan sejahtera relatif berbeda pada setiap individu maupun keluarga dan ditentukan oleh falsafah hidup masing-masing. Kondisi sejahtera bersifat tidak tetap dan dapat berubah setiap saat baik dalam waktu cepat atau lambat. Untuk mencapai dan mempertahankan kesejahteraan manusia harus berusaha secara terus menerus dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan, sesuai dengan tuntutan hidup yang selalu berkembang dan tidak ada batasan waktunya Kuswardinah, 2007:2 Secara keseluruhan konsep kesejahteraan sangat beragam. Menurut undang-undang No. 52 Tahun 2009 menyatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME dan memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Dalam konsep yang lebih beragam Ishak 2012:10 menyatakan bahwa konsep kesejahteraan meliputi aspek kehidupan manusia pada setiap individu atau sebuah keluarga yang meliputi: 1 Pembangunan modal insan; 2. Kerohanian; 3 Ekonomi; 4 Psikologikal; 5 dan sosial. Tidak jauh berbeda dengan yang dinyatakan oleh Puspawati 2013:7 bahwa kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat dan tidak terlihat, misalnya: fisik, kesehatan dan spiritual. Lebih lanjut kesejahteraan meliputi aspek-aspek ; 1 Economical well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi; indikator yang digunakan adalah pendapatan GNP, GDP, pendapatan perkapita per bulan, nilai asset; 2 Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial; indikator yang digunakan diantaranya tingkat pendidikan SDMI-SMPMTS-SMAMA-PT; Pendidikan Non-Formal Paket A, B, C; melek aksara atau buka aksara dan status dan jenis pekerjaan white collar= elitprofessional, blue collar = proletar buruh pekerja; punya pekerjaan tetap atau pengangguran; 3 Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik; indikator yang digunakan adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas dan tingkat mobilitas; 4 Psychological spiritual mental, yaitu kesejahteraan psikologi; indikator yang digunakan adalah sakit jiwa, tingkat stress, tingkat bunuh diri, tingkat perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal perkosaan, pencurianperampokan, penyiksaanpembunuhan, penggunaan narkobanapsa, perusakan, dan tingkat kebebasan seks. Setiap aspek kehidupan dalam keluarga diupayakan untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Indikator dari ketercapaian kesejahteraan keluarga dengan terpenuhinya segala kebutuhan. Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan hidup merupakan tuntutan bagi semua keluarga. Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman pada seluruh anggota keluarga. Tingkatan kebutuhan yang harus dipenuhi menurut Kuswardinah 2007:18-20 yaitu; 1 kebutuhan jasmani, adalah kebutuhan pokok keluarga dan alat, barang serta uang yang digunakan untuk memudahkan aktifitas sehari-hari; 2 kebutuhan rokhani, adalah kebutuhan yang mencakupi agama dan pendidikan; 3 kebutuhan sosial psikologis, adalah kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial serta dorongan emosi yang menimbulkan perasaan seperti: sedih dan gembira; 4 dan kebutuhan kesehatan, berupa kesehatan jasmani dan kesehatan rokhani. Tidak jauh berbeda dengan Maslow 1943 dalam bukunya yang berjudul Theory of human motivation mengidentifikasikan kebutuhan dalam bentuk yang hierarkis kedalam lima tingkatan Nitisusastro, 2012:46-54 yaitu; 1 kebutuhan fisik physical need, adalah kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari rasa sakit; 2 kebutuhan rasa aman safety need, adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan; 3 kebutuhan sosial sosial need, adalah kebutuhan kehidupan sosial dan rasa cinta, yakni: kebutuhan akan teman, afiasi, interaksi dan cinta, 4 kebutuhan harga diri estem need, adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain; 5 kebutuhan perwujudan diri self-actualization need, adalah kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi. Alderfer 1972 setuju dengan teori Maslow bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan yang tersusun secara hierarkis. Akan tetapi, hierarki kebutuhannya meliputi tiga perangkat kebutuhan, yaitu: 1 ekstensi, adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, air, udara, upah dan kondisi kerja; 2 keterkaitan, adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan antar pribadi yang bermanfaat; 3 pertumbuhan, adalah kebutuhan dimana individu merasa puas dengan membuat suatu kontribusi yang kreatif dan produktif Setiadi, 2003:109. Lain halnya dengan BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional membagi kesejahteraan keluarga ke dalam pemenuhan tiga kebutuhan yakni: 1 kebutuhan dasar basic needs yang terdiri dari variabel pangan, sandang, papan kesehatan; 2 kebutuhan sosial psikologis social psychological needs yang terdiri dari variabel pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan eksternal; 3 kebutuhan pengembangan Development needs yang terdiri dari variabel tabungan, pendidikan khusus, akses terhadap informasi Pada dasarnya jenis kebutuhan yang disebutkan oleh beberapa ahli mempunyai banyak kesamaan. Berbagai kebutuhan perlu dipenuhi oleh setiap keluarga dalam hidupnya, agar tujuan keluarga dalam mencapai keluarga sejahtera dapat terwujud. Kondisi kesejahteraan keluarga terjadi pada suatu keadaan ketika keluarga dapat memenuhi segala macam kebutuhannya baik kebutuhan fisik, spriritual, materiil maupun sosial sehingga keluarga dapat hidup sesuai dengan lingkungannya hingga mencapai kepuasan dan kemakmuran.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga

Berbagai macam kebutuhan dan kesungguhan dalam memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan keluarga tidak sama bagi semua keluarga. Hal tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor internal, eksternal dan unsur manajemen keluarga. Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi: pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan aset dan tabungan; sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan adalah kemudahan akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan pemerintah, kemudahan akses dalam kredit barangperalatan dan lokasi tempat tinggal. Sementara itu, unsur manajemen sumber daya keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, pembagian tugas dan pengontrolan kegiatan Iskandar, 2011:138-139. Hal tersebut sependapat dengan pernyataan BPS Badan Pusat Statistik bahwa indikator yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah pendidikan isteri, kepemilikan asset, pendapatan, pekerjaan kepala keluarga dan perencanaan keluarga. Tidak jauh berbeda dengan pernyataan BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional bahwa kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh variabel demografi jumlah anggota keluarga dan usia, ekonomi pendapatan, pekerjaan, kepemilikan asset dan tabungan, manajemen sumber daya keluarga dan lokasi tempat tinggal. Sunarti 2011 menyatakan bahwa faktor-faktor kesejahteraan keluarga lebih luas, faktor-faktor tersebut diantaranya: 1 kemiskinan; hasil korelasi menunjukkan semakin tinggi prosentase warga terkategori miskin di suatu wilayah maka semakin tinggi prosentase keluarga terkategori tidak sejahtera; 2 kepadatan penduduk; ketika suatu wilayah memiliki kepadatan penduduk yang semakin tinggi maka akses terhadap sumber daya ekonomi dan kesempatan berusaha serta kesempatan memperoleh layanan semakin terbatas sehingga pemenuhan kebutuhan pokok penduduk terbatas; 3 PDRB migas dan non migas; dimana semakin tinggi prosentase keluarga sejahtera maka semakin kecil sumbangan PDRB migas maupun non migas; 4 Pasangan usia subur ber-KB; kondisi semakin tinggi keluarga tidak sejahtera maka di suatu wilayah semakin rendah pasangan usia subur ber-KB; 5 Rataan jumlah anggota keluarga, ketika semakin besar prosentase keluarga tidak sejahtera maka semakin besar rataan jumlah angota keluarga; 6 sanitasi rumah; ketidak sejahteraan keluarga dicerminkan pada prosentase penduduk dengan sanitasi yang tidak layak dan sebaliknya; 7 standard luas rumah penduduk; keluarga yang mimiliki lahan kurang dari 7m 2 berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga; 8 laju pertumbuhan penduduk dan pengangguran; faktor ini menunjukkan hasil korelasi yang tidak signifikan dengan kesejahteraan keluarga; 9 indeks pembangunan manusia; semakin besar tingkat keluarga tidak sejahtera maka semakin rendah indeks pembangunan manusianya. Dalam sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan erat dengan besaran pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan dan dikeluarkan sebagai bentuk konsumsi untuk mencapai kesejahteraan. Sebagaimana penelitian oleh Wagle et al. 2006:75, menyatakan : “Income and consumption are straight forward and extremely useful measures of economic welfare, as they capture the means by which individuals and households can achieve human well-being. Income and consumption tend to highly correlate with each other because consumption derives from income and income is essential for consumption. ” Dapat diartikan bahwa pendapatan dan konsumsi merupakan variabel sederhana yang menentukan kesejahteraan ekonomi, karena baik secara individu maupun rumah tangga dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Pendapatan dan konsumsi cenderung sangat berhubungan satu sama lain karena konsumsi berasal dari pendapatan dan pendapatan sangat penting untuk konsumsi. Sebagaimana juga penelitian Ndakularak dkk 2011:147-152, yang menyatakan bahwa besaran konsumsi mempengaruhi kesejahteraan yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia. Konsumsi rumah tangga yang menjadi indikator dari kesejahteraan keluarga diantaranya adalah pengeluaran untuk makanan, pendidikan dan kesehatan. Sebagaimana dinyatakan oleh Sukirno 2005:7 bahwa salah satu pilihan yang digunakan dalam memaksimumkan pendapatan adalah pilihan dalam mengkonsumsi. Pilihan dalam mengkonsumsi berkaitan dengan cara yang dilakukan oleh setiap individu untuk menentukan barang yang dibeli dan jumlah pembelian hingga dapat mencapai kepuasan yang maksimum.

2.1.3 Tahapan-Tahapan Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dikembangkan kedalam lima indikator yang meliputi keluarga Pra-Sejahtera, Keluarga Sejahtera-1, Keluarga Sejahtera-II, Keluarga sejahtera-III, dan keluarga Sejahtera-III plus. Pengertian masing-masing tingkatan keluarga sejahtera meliputi : 1. Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya basic needs secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan 2. Keluarga KS-I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat, mempunyai penghasian, bias baca dan tulis latin dan keluarga berencana 3. Keluarga KS-II adalah keluarga-keluarga disamping telah memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk peningkatan agama, menabung berinteraksi dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan mampu memperoleh informasi 4. Keluarga KS-III adalah keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk materiil untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya. 5. Keluarga KS-III plus adalah keluarga-keluarga yang telah mampu memenuhi semua kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan, serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

2.2 Pendapatan

2.2.1 Konsep Dasar Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu unsur penting dalam perekonomian yang berperan meningkatkan derajat hidup orang banyak melalui kegiatan produksi barang dan jasa. Besarnya pendapatan seseorang bergantung pada jenis pekerjaannya. Menurut Pass 1994:287, pendapatan adalah uang yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. Bersama-sama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun, dan lain sebagainya. Dalam analisis mikro ekonomi, istilah pendapatan khususnya dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang masing-masing dalam bentuk sewa, upah dan bungalaba secara berurutan. Begitu juga dengan yang dinyatakan Raharja dan Manurung 2001: 266 bahwa pendapatan merupakan total penerimaan berupa uang maupun bukan uang oleh seseorang atau rumah tangga selama periode tertentu. Dalam bentuk bukan uang yang diterima oleh seseorang misalnya berupa barang, tunjangan beras, dan sebagainya. Penerimaan yang diterima tersebut berasal dari penjualan barang dan jasa yang dihasilkan dalam kegiatan usaha. Tidak jauh berbeda pula dengan yang dirumuskan oleh BPS Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa pendapatan yaitu keseluruhan jumlah penghasilan yang diterima oleh seseorang sebagai balas jasa berupa uang dari segala hasil kerja atau usahanya baik dari sektor formal maupun non formal yang terhitung dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya pendapatan rumah tangga berasal dari berbagai sumber, kondisi ini bisa terjadi karena masing-masing anggota rumah tangga mempunyai lebih dari satu jenis pekerjaan baik sebagai pekerjaan tetap maupun pekerjaan pengganti. Sementara Case dan Fair 2007:403 menyebutkan bahwa pendapatan seseorang pada dasarnya berasal dari tiga macam sumber meliputi: 1 berasal dari upah atau gaji yang diterima sebagai imbalan tenaga kerja; 2 berasal dari hak milik yaitu modal, tanah, dan sebagainya; dan 3 berasal dari pemerintah. Sedangkan menurut Reksohadiprodjo 2000:25 kaitannya pendapatan dengan kesejahteraan keluarga bahwa manusia menilai pekerjaan berdasarkan pada besaran upah dan kondisi kerja. Berdasarkan deskripsi tentang pendapatan seperti tersebut di atas, maka pendapatan rumah tangga penggarap kopi diklasifikasikan sebagai pendapatan total buruh penggarap kopi, yaitu besarnya pendapatan total anggota keluarga yang diperoleh dari penjumlahan pendapatan pokok dari penghasilan sebagai pekerja buruh penggarap kopi.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Sebelumnya telah diketahui bahwa pendapatan merupakan sejumlah penghasilan yang diterima dalam waktu tertentu sebagai balas jasa dari faktor- faktor produksi berupa upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya Pass, 1994:287. Petani penggarap kopi merupakan salah satu faktor produksi sebagai tenaga kerja. Pembayaran kepada tenaga kerja dapat dibedakan kepada dua pengertian: gaji dan upah. Menurut Sukirno 2010:350-351 gaji diartikan sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja tetap dan tenaga kerja professional, seperti pegawai pemerintah, dosen, guru, manajer dan akuntan. Pembayaran tersebut biasanya sebulan sekali. Sedangkan upah dimaksud sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpindah-pindah, seperti misalnya pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu dan buruh kasar. Upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Antara para pekerja maupun di berbagai golongan tenaga kerja terdapat perbedaan upah sebagai pendapatannya. Menurut Sukirno 2010:364-366 faktor- faktor yang membedakan upah di antara pekerja-pekerja di dalam suatu jenis kerja dan golongan pekerjaan tertentu yaitu: 1 Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis pekerjaan, ketika dalam suatu pekerjaan terdapat penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak permintaannya, maka upah cenderung mencapai tingkat rendah begitu juga sebaliknya; 2 Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan, pada golongan pekerjaan yang memerlukan fisik dan berada dalam keadaan yang tidak menyenagkan akan menuntut upah yang lebih besar dari pekerjaan yang ringan dan mudah dikerjakan; 3 Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan, sehingga pekerja yang lebih tinggi pendidikannya memperoleh pendapatan yang lebih tinggi karena pendidikannya mempertimbangkan kemampuan kerja yang akan menaikkan produktivitas; 4 Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan; 5 Ketidak sempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja, dalam faktor ini mobilitas kerja terjadi karena dua faktor yaitu faktor institusional dan faktor geografis. 2.3 Konsumsi Rumah Tangga 2.3.1 Konsep Dasar Konsumsi Rumah Tangga Dalam ilmu ekonomi, pengertian konsumsi lebih luas dari pada konsumsi yang terjadi dalam sehari-hari yang hanya dianggap berupa makanan dan minuman saja. Menurut Soeharno 2007:6 Konsumsi adalah kegiatan memanfaatkan barang-barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh setiap orang untuk bertahan hidup. Dalam ilmu ekonomi semua pengeluaran selain yang digunakan untuk tabungan dinamakan konsumsi. Menurut Samuelson 2004:125 Konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir yang berguna untuk mendapatkan kepuasan maupun memenuhi kebutuhan. Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya adalah untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekunder, sampai dengan kebutuhan tersier. Tingkat konsumsi memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau keluarga. Sehingga dapat diketahui bahwa konsumsi rumah tangga tidak berhenti pada tahap tertentu, tetapi selalu meningkat hingga mencapai pada titik kepuasan dan kemakmuran tertinggi hingga merasa sejahtera. Lain halnya menurut Sukirno 1994:38 bahwa konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu. Pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya dan termasuk pembelanjaan yang dinamakan konsumsi. Dumairy 1986:114 sependapat dengan yang dikatakan oleh Sukirno bahwa konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Ketika semakin besar pendapatan maka akan semakin besar pengeluaran untuk konsumsi. Sehingga untuk mendapatkan konsumsi, seseorang harus mempunyai pendapatan, dengan besar kecilnya pendapatan seseorang sangat menentukan tingkat konsumsi.

2.3.2 Pola Konsumsi

Pola konsumsi dapat dikatakan sebagai suatu kondisi kecenderungan terhadap pengeluaran keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dengan pertimbangan terhadap lingkungan dan kehidupan kebudayaan masyarakat. Pola konsumsi dijadikan sebagai standard hidup seseorang. Dimana standar hidup itu berupa ukuran taraf hidup yang layak dan wajar atau pantas seperti selayaknya kehidupan orang lain. Taraf hidup yang harus dipenuhi adalah dengan memenuhi segala kebutuhan baik berupa barang maupun jasa. Samuelson 2004:126 membagi konsumsi menjadi tiga kategori yaitu: barang tahan lama, barang tidak tahan lama dan jasa. Sektor jasa berkembang semakin penting karena kebutuhan-kebutuhan dasar untuk makanan terpenuhi dan kesehatan, rekreasi dan pendidikan menuntut bagian yang lebih dari anggaran keluarga. Yang dimaksud dengan barang tahan lama diantaranya: kendaraan bermotor dan suku cadang, mebel dan perlengkapan rumah tangga dan lain sebagainya. barang tidak tahan lama diantaranya: makanan, pakaian, sepatu, barang-barang energi dan lain sebagainya. sedangkan yang merupakan jasa diantaranya: perumahan, operasi rumah tangga, transportasi, perawatan medis, rekreasi dan lain sebagainya. Lain halnya menurut BPS bahwa pengeluaran untuk konsumsi digunakan untuk dua hal yaitu: 1 pengeluaran konsumsi untuk makanan, dan; 2 pengeluaran konsumsi bukan makanan. Hal yang sama dinyatakan oleh Dumairy 1996:117 yang mengalokasikan konsumsi masyarakat kedalam dua kelompok penggunaan, yaitu: pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk bukan makanan. Masing-masing kelompok pengeluaran dirinci sebagai berikut: Tabel 2.1 Daftar Alokasi Pengeluaran Konsumsi Masyarakat

A. MAKANAN

B. BUKAN MAKANAN

1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Ikan 4. Daging 5. Telur dan susu 6. Sayur-sayuran 7. Kacang-kacangan 8. Buah-buahan 9. Minyak dan lemak 10. Bahan minuman 11. Bumbu-bumbuan 12. Bahan pangan lain 13. Makanan jadi 14. Minuman beralkohol 15. Tembakau dan sirih 1. Perumahan dan bahan bakar 2. Aneka barang dan jasa a. Bahan perawatan badan sabun, pasta gigi, parfum, dsb b. Bacaan c. Komunikasi d. Kendaraan bermotor e. Transportasi f. Pembantu dan sopir 3. Biaya pendidikan 4. Biaya kesehatan 5. Pakaian, alas kaki, tutup kepala 6. Barang-barang tahan lama 7. Pajak dan premi asuransi 8. Keperluan pesta dan upacara Pola konsumsi setiap rumah tangga satu dengan yang lainnya berbeda. Dimana tidak ada dua keluarga yang menghabiskan pendapatannya untuk konsumsi mereka dengan cara yang sama. Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya baik dalam kecenderungan yang mengarah pada unsur makanan atau non makanan. Kecenderungan mengkonsumsi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi antara lain sebagai berikut : 1 Tingkat pendapatan masyarakat yaitu tingkat pendapatan income = I dapat digunakan untuk dua tujuan: konsumsi consumption = C dan tabungan saving = S, besar kecilnya pendapatan yang diterima seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi; 2 Selera konsumen, setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dan ini akan mempengaruhi pola konsumsi; 3 Harga barang, jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka konsumsi barang tersebut akan mengalami penurunan; 4 Tingkat pendidikan, tinggi rendahnya pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsinya; 5 Jumlah keluarga, maka semakin besar jumlah keluarga makan akan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi; 6 Lingkungan, keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku konsumsi masyarakat.

2.3 Teori Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk 1994, dalam bukunya yang berjudul Consumer Behaviour, menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk. Dalam kegiatan mencari tentu saja tidak hanya sebatas pada barang dan jasa yang dibutuhkan melainkan juga terkait pada barang dan jasa yang diinginkan yang meliputi: kualitas, harga, ukuran, cara mendapatkannya, cara penggunaannya dan sebagainya Nitisusastro, 2013:31. Pemahaman pendapat yang sedikit lebih luas dinyatakan oleh Engel et al, 1994:3 yang menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan langsung untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan. Lain halnya dengan yang dikatakan The American Marketing Association bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya ketika manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Perilaku konsumen adalah dinamis, ini berarti bahwa perilaku seorang konsumen, group konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, ini berarti bahwa perilaku konsumen erat kaitannya dengan kegiatan pemasaran yang sejauh ini juga melakukan pertukaran Setiadi, 2003:2-7. Menurut Umar 2002:50 perilaku konsumen terbagi menjadi dua bagian yaitu: 1 perilaku yang tampak, diantaranya adalah jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dengan siapa dan bagaimana konsumen melakukan pembelian; 2 perilaku yang tidak tampak, diantaranya adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan oleh konsumen. Hal tersebut didukung oleh Simamora 2004:2 yang menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Perilaku yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam- macam. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Umar 2002:50- 51, yaitu: 1 faktor sosial budaya yang terdiri atas kebudayaan baik dalam budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi maupun keluarga; 2 faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. Perilaku konsumen sangat menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah yang berupa desakan yang membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan. Dalam pandangan yang sedikit lebih luas Engel et al, 1994:46-60 menyebutkan bahwa pengaruh yang mendasari pada perilaku konsumen terbagi menjadi tiga kategori: 1 pengaruh lingkungan, bahwa konsumen hidup di dalam lingkungan yang kompleks diantaranya: budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi; 2 perbedaan individu, dapat disebut juga sebagai faktor internal yang meliputi: sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap serta kepribadian, gaya hidup dan demografi; 3 proses psikologis, yang dianggap sebagai minat dalam konsumsi yang meliputi: pengolahan informasi, pembelajaran serta perubahan sikap dan perilaku. Lain halnya dengan Simamora 2004:6-14 dan Setiadi 2003, 11-15 yang membagi atas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen kedalam empat bagian yaitu: 1 faktor kebudayaan, meliputi kebudayaan, sub-budaya, dan kelas sosial; 2 faktor sosial, meliputi kelompok referensi, keluarga serta peran dan status sosial; 3 faktor Individu, meliputi usia, tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri; 4 faktor psiklogis, meliputi: motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.

2.4 Perilaku Konsumen dalam Pemasaran

Perilaku konsumen merupakan bagian dari manajemen pemasaran yang berhubungan dengan manusia sebagai pasar sasaran. Pelanggan merupakan komponen lingkungan yang mampu mempengaruhi pencapaian tujuan pemasaran. Prinsip pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada seberapa mampu organisasi tersebut memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan dan memenuhinya secara lebih efisien dan efektif dibandingkan pesaing Simamora, 2004:25. Nitisusastro 2013:61 menghubungkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berkaitan dengan pemasaran kedalam dua bagian yaitu: 1 faktor internal adalah unsur-unsur internal psikologis yang melekat pada setiap individu konsumen meliputi unsur-unsur persepsi, kepribadian, pembelajaran, motivasi dan sikap; 2 faktor eksternal adalah semua kejadian yang berkembang secara dinamis disekitar lingkungan kehidupan konsumen yang meliputi dua kelompok yaitu sub-faktor pemasar seperti produk, harga, saluran distribusi dan promosi, sedangkan sub-faktor budaya seperti demografi, keluarga, kelas sosial, dan referensi kelompok. Keterkaitan perilaku konsumen dengan pemasaran tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Enggel et, al 1994:62 yang digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Pandangan Umum Perilaku Konsumen Sampai Kepada Strategi Pemasaran Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa keterkaitan perilaku konsumen dalam konteks pemasaran agar konsumen tertarik dengan barang dan jasa yang ditawarkan dengan menggunakan strategi pemasaran. Menurut Setiadi 2003:9-11 Startegi pemasaran marketing strategi adalah suatu rencana yang didesain untuk mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau frekuensi perilaku konsumen dalam pembelian produk tertentu. Sangat sedikit keputusan strategi pemasaran yang tidak mempertimbangkan perilaku konsumen. Dengan demikian, elemen strategi pemasaran yang digunakan untuk PENGARUH LINGKUNGAN Budaya Kelas Sosial Pengaruh pribadi Keluarga situasi PERBEDAAN INDIVIDU Sumber daya konsumen Motivasi Keterlibatan Pengeluaran Sikap Kepribadian, gaya hidup, demografi PROSES KEPUTUSAN Pengenalan kebutuhan Evaluasi alternatif Pembelian Hasil PROSES PSIKOLOGIS Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan SikapPerilaku STRATEGI PEMASARAN menarik perilaku konsumen meliputi: 1 segmentasi pasar, meliputi siapa dengan sifat yang bagaimana tepat untuk produksi tersebut; 2 produk, meliputi produk apa dan keuntungan apa yang diperoleh; 3 promosi, meliputi menentukan strategi promosi dan iklan agar konsumen tertarik; 4 harga, meliputi ukuran kemampuan konsumen dan dampaknya terhadap perubahan harga dan; 5 distribusi, meliputi diman konsumen dapat mendapatkan produk dan sistem distribusi yang dapat merubah pembeli Setiadi, 2003:10. Sependapat yang dijelaskan oleh Engel et al, 1994:12-13 bahwa pemasar yang siaga akan memanfaatkan berbagai perbedaan melalui strategi pemangsaan pasar, masing-masing pangsa dipandang sebagai target yang berbeda dengan persyaratannya sendiri untuk produk, harga, distribusi dan promosi. Maka, titik tolok di dalam perencanaan pemasaran adalah selalu dengan konsumen. Siapa calon pembelinya?, bagaimana tawaran kita dibandingkan dengan pesaing?, kebutuhan dan motif apa yang masuk kedalam keputusan?, apakah lebih dari satu anggota yang terlibat? Informasi apa yang digunakan di dalam keputusan?. Tidak jauh berbeda dengan yang dinyatakan oleh Umar 2002:31-49 yang memandang pemasaran meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun potensial. Dengan demikian, dalam lingkup pemasaran untuk dapat sampai pada konsumen hingga dapat mempengaruhi perilaku konsumen harus melalui berbagai tahap kegiatan. Ruang lingkup kegiatan tersebut dapat disebut dengan bauran pemasaran yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1 produk product adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Yang termasuk dalam produk selain berbentuk fisik juga jasa atau layanan; 2 harga price adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli; 3 distribusi place, produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan membangun suatu saluran distribusi dengan sekelompok orang yang saling tergantung dan terlibat dalam suatu proses penyampaian produk atau jasa hingga sampai pada konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial; 4 promosi promotion meupakan kegiatan mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk dikenal dan dibeli. Untuk promosi membutuhkan strategi tertentu, strategi itu disebut dengan strategi Bauran Promosi Promotion-Mix yang terdiri dari empat komponen yaitu: a periklanan advertising; b promosi penjualan sales promotion; c hubungan masyarakat public relations, dan d penjualan perorangan personal selling. Menurut Belk 1986 susunan dari bauran pemasaran akan memiliki efek pada perilaku pembeli puschase behaviour dari semua jenis konsumen. Oleh karena itu, proses pembelian buying process lebih menjadi perhatian para pemasar daripada proses konsumsi Engel et al, 1994:5. Sehubungan perilaku konsumen dengan pemasaran maka dapat diketahui bahwa seorang konsumen akan mempertimbangkan pembelian atas kebutuhan dan keinginannya berdasarkan bauran pemasaran antaralain: 1 produk, sehubungan dengan produk konsumen akan menilai produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya; 2 harga, dalam hal ini konsumen akan mempertimbangkan harga sesuai dengan uang atau pendapatan yang dimiliki; 3 distribusi, dalam hal ini konsumen akan mempertimbangkan bagaimana barang atau jasa akan sampai pada mereka; 4 promosi, dimana konsumen akan mempertimbangkan dasar penawaran yang diberikan atas barang atau jasa yang dibeli sehingga konsumen tertarik untuk membelinya.

2.5 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi perbandingan dalam penelitian antara lain : 1. Erwin Ndakularak, dkk.2012.“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat KabupatenKota di Provinsi Bali ”. Universitas Udayana Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: pengeluaran rumah tangga untuk makanan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian adalah: 1 Hasil nilai F hitung F tabel 29.928 3.209, maka pengeluaran rumah tangga untuk makanan, pendidikan dan kesehatan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat KabupatenKota di Provinsi Bali; 2 Pengeluaran rumah tangga untuk makanan memiliki nilai t hitung sebesar 3.359 lebih besar dari t table 2.018, dengan demikian variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan berpengaruh sinifikan terhadap kesejahteraan masyarakat KabupatenKota di Provinsi Bali; 3 pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan memiliki t hitung sebesar 2.503 lebih besar dari t tabel 2.018, dengan demikian variabel pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di KabupatenKota di Provinsi Bali; 4 pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan memiliki nilai t hitung sebesar 1.340 lebih kecil dari t tabel 2.018, dengan demikian variabel pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat KabupatenKota di Provinsi Bali

2. Hendrik.

2011.”Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau ”. Universitas Riau Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: terdapat pengaruh pendapatan terhadap tingkat kesejahteraan. Hasil penelitian adalah : 1 Nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan kapal motor sebanyak 18 orang, mempunyai pendapatan berkisar Rp 1.500.000- 3.000.000 dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp 2.305.055bulan dan pengeluaran rata-rata sebesar Rp 1.719.000bulan. Sedangkan pendapatan rumah tangga dengan menggunakan sampan sebanyak 18 orang, berkisar 1.000.000-2.000.000 dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp 1.582.833bulan dan pengeluaran sebesar Rp 1.328.500bulan; 2 Berdasarkan kriteria UMR didapatkan seluruh nelayan mempunyai pendapatan di atas UMR, berdasarkan ukuran Bappenas sebanyak 4 rumah tangga nelayan tidak sejahtera dan menurut ukuran BPS sebanyak 6 rumah tangga responden termasuk ke dalam rumah tangga tidak sejahtera. 3. Iskandar, dkk.2011.”Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga ”. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: faktor-faktor yang menjadi pengaruh dalam kesejahteraan keluarga antara lain faktor internal demografi dan sosial ekonomi, faktor eksternal tempat tinggal dan kredit dan manajemen keluarga. Hasil Penelitian adalah : Kriteria BPS mengungkapkan 91,2 keluarga sejahtera, menurut kriteria BKKBN 52,1 keluarga sejahtera, menurut kriteria pengeluaran pangan 47,1 keluarga sejahtera dan menurut kriteria persepsi keluarga 81,2 keluarga sejahtera. 4. Elmanora, dkk.2012.“Kesejahteraan Keluarga Petani Kayu Manis”. Institut Pertanian Bogor Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: keluarga petani kayu manis di Desa Timai, Kerinci, Jambi memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah dan kesejahteraan petani kayu manis dipengaruhi oleh besar keluarga, usia ayah dan pendapatan keluarga perbulan. Hasil penelitian adalah: 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga 86 merupakan keluarga inti. Lima dari sepuluh keluarga merupakan keluarga sedang jumlah anggota keluarga 5-6 orang. Dua dari tiga ayah pada keluarga merupakan dewasa madya 41-65 tahun. Sementara itu, dua dari tiga ibu merupakan dewasa muda 20-40 tahun; 2 Berdasarkan indikator garis kemiskinan BPS menunjukkan bahwa tiga dari lima keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kerinci Jambi 56 tergolong dalam keluarga miskin; 3 Berdasarkan indikator BKKBN sebesar 60 keluarga berada dalam kategori miskin; 4 Berdasarkan indikator simple poverty scorecard for Indonesia menunjukkan sebagian besar 94 keluarga petani kayu manis berada pada skor yang rendah dan kemungkinan mengalami masalah kemiskinan; 5 Analisis korelasi menunjukkan ada hubungan signifikan positif antara kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator simple poverty scorecard for Indonesia dengan kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS r=0,67, α=0,01 dan BKKBN r=0,535, α=0,01. 6. Kayu manis hanya menyumbang sebesar 8,86 terhadap pendapatan keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi 5. Udayana R. Wagle.2006.”Poverty in Kathmandu: What do Subjective and objective economic welfare concepts suggest ?”. Western Michigan University Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: pendapatan dan konsumsi merupakan salah satu variabel yang menentukan kesejahteraan ekonomi. Hasil penelitian adalah: 1 Model menunjukkan bahwa konsep subjektif dan objektif dari kesejahteraan ekonomi di Kathmandun memiliki karakteristik yang berbeda yaitu pada dinamika ekonomi, sosial dan budaya yang dianggap normative; 2 Jumlah rumah tangga yang lebih besar memiliki tingkat yang lebih rendah dari tujuan kesejahteraan ekonomi tetapi berbeda dengan penduduk yang berada dibagian timur kota yang memeluk agama budha dengan presentase paling besar pada orang dewasa yang bekerja dan mereka melihat pendapatan dan konsumsi mereka akan cukup padahal sebenarnya yang mereka peroleh relatif kurang dibandingkan dengan yang lainnya, meskipun mereka memiliki pendapatan yang lebih tinggi mereka justru melakukan ajaran agama dengan melakukan penghematan; 3 Rumah tangga wiraswasta menunjukkan kecukupan atas pendapatan dan konsumsi tetapi tidak signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi; 4 Konsep kemiskinan selalu dipandang pada kecukupan pendapatan dan konsumsi yang mana pendidikan dan tempat tinggal digunakan sebagai faktor utama dalam pengukuran. 6. Richard R. Nelson dan Davide Consoli.2010.”An evolutionary theory of household consumption behaviour ”. University of Manchester Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: pola konsumsi akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan baik secara subjektif maupun objektif Hasil penelitian adalah: 1 Dalam teori konsumsi neoklasik perilaku manusia dalam konsumsi dijadikan sebagai tujuan untuk mengetahui keadaan dan permasalahan yang dihadapi, dan pilihan yang dilakukan rumah tangga secara optimal dalam konsumsi; 2 Dalam konsumsi rumah tangga hal yang harus diperhatikan adalah proses dalam menentukan konsumsi sebagai pelaku ekonom dengan mempertimbangkan hasil utilitas dan prediksi; 3 Teori konsumsi neoklasik tidak menangani tentang keinginan baru yang disebabkan oleh barang dan jasa jenis baru; 4 Perilaku konsumsi berhubungan secara signifikan terhadap ketidakpastian dan pembelajaran mengenai suatu barang dan jasa.

2.6 Kerangka Berfikir Peneliti

Kehidupan manusia melakukan berbagai upaya untuk tetap bertahan hidup. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pemenuhan kebutuhan. Jumlah kebutuhan manusia tidak terbatas, biasanya manusia tidak pernah merasa puas dengan benda yang mereka peroleh dan prestasi yang mereka capai. Upaya yang dilakukan manusia dalam pemenuhan kebutuhan berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap upaya pemenuhan kebutuhan, karena lingkungan akan memiliki nilai guna jika dimanfaatkan oleh manusia. Lingkungan Kecamatan Candiroto merupakan wilayah penghasil kopi terbesar di Kabupaten Temanggung. Sebagian besar masyarakat bertahan hidup dengan menggeluti bidang pertanian baik sebagai pemilik lahan atau petani, buruh tani maupun buruh harian lepas. Keberhasilan usaha tani tidak lepas dari peranan para petani penggarap walaupun mereka sendiri tidak memiliki lahan pertanian. Balas jasa dari pekerjaan yang mereka lakukan adalah upah sebagai pendapatan. Pendapatan yang diterima masih dalam kategori rendah. Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pendapatan dialokasikan untuk memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga. Kegiatan konsumsi pada masing-masing anggota keluarga memiliki perbedaan. Setiap keluarga memiliki cara dan pengeluaran yang berbeda. Dapat diketahui bahwa dalam mempertahankan hidup seseorang menggunakan pendapatan sebagai alokasi pemenuhan kebutuhan dengan kegiatan konsumsi. Maka dapat dikatakan bahwa pendapatan memiliki pengaruh terhadap konsumsi. Sehingga dikatakan bahwa pendapatan dan konsumsi keluarga digunakan untuk memenuhi segala macam kebutuhannya. Ketika keluarga dapat memenuhi segala macam kebutuhannya dan merasa puas serta mencapai kemakmuran sehingga dapat dikatakan sejahtera. Keterkaitan antara pendapatan dan konsumsi rumah tangga dalam mencapai kebutuhan maka akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga Berdasarkan uraian di atas maka secara sistematis dapat digambarkan skema kerangka pemikiran seperti di bawah ini : Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Peneliti Pendapatan Pendapatan upah Kondisi kerja Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi makanan Konsumsi non-makanan Kebutuhan - Kebutuhan pokok - Kebutuhan sosial - Kebutuhan pengembangan Kesejahteraan Keluarga - Kesejahteraan fisik - Kesejahteraan sosial - Kesejahteraan ekonomi - Kesejahteraan psikologis - Kesejahteraan spiritual Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan: - Permintaan dan penawaran tenaga kerja - Perbedaan corak pekerjaan - Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan - Pertimbangan bukan uang - Mobilitas kerja Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen: - Faktor Kebudayaan - Faktor Sosial - Faktor Pribadi - Faktor Psikologis

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, rumusan masalah peneliti telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan Sugiyono, 2012:64. Hipotesa dalam penelitian ini adalah : Ha 1 = Ada pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Ha 2 = Ada pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan petani keluarga keluarga penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Ha 3 = Ada pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama- sama terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang bertujuan untuk menguji teori. Sebelum melakukan pengujian hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini, terlebih dahulu diperlukan data-data yang relevan. Tujuan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian, metode yang digunakan adalah metode survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah bukan buatan, tetapi penelitian melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya Sugiyono, 2012:6-7.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono, 2012:80. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Jumlah populasi diambil dari 9 Desa dari 14 Desa yang merupakan wilayah perkebunan kopi. Lebih rinci disebutkan sebagai berikut: Tabel 3.1 Populasi Penelitian Sumber: Aplikasi Pemutakhiran Data Kabupaten seluruh desa disebutkan dan data diolah, 2015 L= Laki-laki P= Perempuan Berdasarkan data diatas populasi dalam penelitian ini buruh harian lepas yang berjumlah 250 keluarga yang berasal dari 220 kepala keluarga laki-laki dan 30 kepala keluarga perempuan. Menurut Sugiyono 2012:81, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif mewakili. Dengan demikian jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin yaitu: No. Desa Jumlah KK Buruh Harian Lepas L P Jumlah 1 Muntung 810 39 3 42 2 Mento 694 8 3 11 3 Batursari 1.034 19 3 22 4 Candiroto 775 84 6 90 5 Lempuyang 929 27 2 29 6 Muneng 586 10 10 7 Plosogaden 602 19 9 28 8 Gunung Payung 461 6 2 8 9 Sidoharjo 526 8 2 10 Jumlah 6417 250 n = Keterangan : n = besaran sampel N = besaran populasi e = Nilai Kritis kelonggaran untuk ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 250 kepala keluarga. Nilai kritis yang digunakan dalam rumus diatas adalah 10 e=10. Maka perhitungan sampel berdasarkan rumus diatas adalah sebagi berikut: n = n = n = 71 Berdasarkan perhitungan diatas, maka ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 responden. Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah area propotional random sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi Suharsimi, 2010:182. Untuk mencari jumlah sampel tiap wilayah maka dilakukan dengan cara menghitung jumlah populasi tiap wilayah dibagi dengan jumlah populasi keseluruhan dikali jumlah besaran sampel dan selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara acak random. Adapun perhitungan proporsi sampel dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Proporsi Pengambilan Sampel

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2012:38. Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan variabel pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga.

3.3.1 Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan sebagai upah yang diterima buruh harian lepas dari kontrak dan prestasi dalam pelaksaan pekerjaan. Indikator pendapatan dalam penelitian ini yaitu penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian pekerjaan.

3.3.2 Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga merupakan cara pemenuhan kebutuhan anggota keluarga dalam mengkonsumsi barang danatau jasa. Indikator konsumsi rumah N o Desa Buruh Harian Lepas Proporsi Sampel Sampel 1 Muntung 42 42250 x 71 = 11.93 12 keluarga 2 Mento 11 11250 x 71 = 3.12 3 keluarga 3 Batursari 22 22250 x 71 = 6.25 6 keluarga 4 Lempuyang 90 90250 x 71 = 25.56 26 keluarga 5 Candiroto 29 29250 x 71 = 8.24 8 keluarga 6 Gunung paying 10 10250 x 71 = 2.84 3 keluarga 7 Muneng 28 28250 x 71 = 7.95 8 keluarga 8 Plosogaden 8 8250 x 71 = 2.27 2 keluarga 9 Sidoharjo 10 10250 x 71 = 2.84 3 keluarga Jumlah 250 71 keluarga tangga dalam penelitian ini adalah pengeluaran yang berupa konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan.

3.3.3 Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi keluarga yang dapat memenuhi kebutuhannya dan hidup wajar sesuai dengan lingkungannya. Indikator kesejahteraan keluarga dalam penelitian ini terpenuhinya kebutuhan pokok, kebutuhan sosial, dan kebutuhan pengembangan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan Sugiyono, 2012:224. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner angket dan dokumentasi :

3.4.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawab pertanyaan Sugiyono, 2012:142. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan variabel yang dalam pertanyaannya sudah disediakan alternatif pilihan jawaban pada masing-masing pertanyaan yang disediakan empat pilihan jawaban, untuk variabel pendapatan dan konsumsi rumah tangga yaitu dengan kategori: 1 Sangat cukup dengan skor 4; 2 cukup dengan skor 3; 3 kurang cukup dengan skor 2; dan 4 tidak cukup dengan skor 1. Sedangkan untuk variabel kesejahteraan keluarga yaitu dengan kategori: 1 Sangat terpenuhi dengan skor 4; 2 terpenuhi dengan skor 3; 3 kurang terpenuhi dengan skor 2; dan 4 tidak terpenuhi dengan skor 1.

3.4.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data dari sumber-sumber yang telah ada seperti catatan, transkip, buku, media, kumpulan data, jurnal dan lain sebagainya Sunarto, 2012:82. Teknik pengumpulan data dalam dokumentasi digunakan untuk mengetahui data berkaitan dengan pendapatan dan konsumsi rumah tangga petani penggarap kopi Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Data pada penelitian mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrument yang baik harus mmenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel.

3.5.1 Validitas

Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti Sugiyono, 2009:267. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul, tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Validitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur sahih tidaknya instrument dari variabel pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga. Uji validitas instrumen menggunakan teknik validitas internal yaitu menghitung validitas berdasarkan data dan instrumen yang telah dibuat sebelumnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sehingga hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Maka, valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS Statistical Package For Social Science 16.0 for Windows untuk menguji valid atau tidak dilakukan dengan membandingkan nilai Correlated Item-Total Correlation dengan membandingkan antara nilai r hitung dan r tabel dengan Alpha = 5. Apabila r hitung r tabel dan nilai positif maka item soal dikatakan valid, sehingga instrumen layak untuk digunakan. Sebaliknya apabila r hitung r tabel maka item soal dikatakan tidak valid dan menunjukkan hasil yang tidak signifikan Ghozali, 2011:53. Berdasarkan uji coba pada 20 responden dan besarnya df degree of freedom = n – 2 adalah 18 dengan alpha = 5 , jadi r tabel = 0,44 diperoleh hasil bahwa dari 53 butir soal pernyataan lampiran terdapat 6 pernyataan tidak valid yaitu nomor 9, 11, 20, 34 dan 52. Sedangkan pernyataan yang valid sebanyak 47 item, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Uji Validitas Pendapatan No Corrected item- total correlation r tabel Keterangan 1 0.731 0.444 Valid 2 0.690 0.444 Valid 3 0.621 0.444 Valid 4 0.582 0.444 Valid 5 0.492 0.444 Valid 6 0.575 0.444 Valid 7 0.799 0.444 Valid 8 0.712 0.444 Valid 9 -0.053 0.444 Tidak Valid 10 0.707 0.444 Valid 11 -0.292 0.444 Tidak Valid 12 0.563 0.444 Valid Sumber: data penelitian diolah, 2015 Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Konsumsi Rumah Tangga No Corrected item- total correlation r tabel Keterangan 13 0.583 0.444 Valid 14 0.703 0.444 Valid 15 0.562 0.444 Valid 16 0.593 0.444 Valid 17 0.653 0.444 Valid 18 0.855 0.444 Valid 19 0.666 0.444 Valid 20 0.153 0.444 Tidak Valid 21 0.816 0.444 Valid 22 0.687 0.444 Valid 23 0.808 0.444 Valid 24 0.684 0.444 Valid 25 0.820 0.444 Valid 26 0.735 0.444 Valid 27 0.883 0.444 Valid No Corrected item- total correlation r tabel Keterangan 28 0.595 0.444 Valid 29 0.591 0.444 Valid 30 0.815 0.444 Valid 31 0.732 0.444 Valid 32 0.600 0.444 Valid 33 0.575 0.444 Valid 34 0.157 0.444 Tidak Valid Sumber: data penelitian diolah, 2015 Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Validitas Kesejahteraan Keluarga No Corrected item- total correlation r tabel Keterangan 35 0.676 0.444 Valid 36 0.741 0.444 Valid 37 0.158 0.444 Tidak Valid 38 0.655 0.444 Valid 39 0.810 0.444 Valid 40 0.775 0.444 Valid 41 0.665 0.444 Valid 42 0.644 0.444 Valid 43 0.639 0.444 Valid 44 0.734 0.444 Valid 45 0.734 0.444 Valid 46 0.620 0.444 Valid 47 0.549 0.444 Valid 48 0.636 0.444 Valid 49 0.856 0.444 Valid 50 0.713 0.444 Valid 51 0.649 0.444 Valid 52 -0.188 0.444 Tidak Valid 53 0.758 0.444 Valid Sumber: data penelitian diolah, 2015 Pernyataan yang valid seluruhnya digunakan untuk memperoleh data, sedangkan untuk pernyataan yang tidak valid tidak digunakan karena indikator pada pernyataan yang tidak valid sudah dapat terwakili oleh pernyataan- pernyataan yang valid.

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan kuantitatif, suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda Sugiyono, 2010:268. Pada penelitian ini menggunakan reliabilitas internal yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudian dianalisis dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat pada angket penelitian berkaitan dengan kestabilan jawaban yang diberikan oleh responden. Uji reliabel dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 16 for windows. Hasil analisis tersebut akan diperoleh melalui uji statistic cronbach’s alpha. Menurut Nunnally, suatu variabel dikatakan reliabel jika cronbach’s alpha 0.70 Ghozali, 2011:48. Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen No Variabel Cronbach’s alpha Cronbach’s alpha yang diisyaraktan Keterangan 1 Pendapatan 0.845 0.70 Reliabel 2 Konsumsi Rumah Tangga 0.946 0.70 Reliabel 3 Kesejahteraan Keluarga 0.929 0.70 Reliabel Sumber: data penelitian diolah, 2015 Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas diketahui bahwa variabel pendapatan mempunyai nilai cronbach’s alpha 0.845, variabel konsumsi rumah tangga mempunyai nilai cronbach’s alpha 0.946 dan variabel kesejahteraan keluarga mempunyai nilai cronbach’s alpha 0.929. Ketiga variabel tersebut mempunyai nilai cronbach alpha 0.70 dan dinyatakan reliabel.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan, karena datanya kuantitatif maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia Sudiyono, 2012:285. Dalam penelitian ini digunakan analisis data sebagai berikut:

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono, 2012:147. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data sampel saja, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan jawaban responden pada tiap-tiap variabel penelitian agar lebih mudah dalam memahaminya. Analisis ini digunakan untuk mengkaji variabel-variabel yang ada pada penelitian ini yang terdiri dari pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan teknik analisis ini adalah sebagai berikut: 1 Membuat tabel distribusi jawaban kuesioner dan mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif yaitu: a untuk variabel pendapatan dan konsumsi rumah tangga dengan kategori: Sangat cukup dengan skor 4; cukup dengan skor 3; kurang cukup dengan skor 2; dan tidak cukup dengan skor 1, b Sedangkan untuk variabel kesejahteraan keluarga yaitu dengan kategori: Sangat terpenuhi dengan skor 4; terpenuhi dengan skor 3; kurang terpenuhi dengan skor 2; dan tidak terpenuhi dengan skor 1; 2 membuat skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan; 3 menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden; 4 menentukan skor jawaban tersebut kedalam rumus sebagai berikut: Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item pervariabel Skor minimal = skor terendah x jumlah item pervariabel Range = Data maksimal – data minimal Panjang kelas interval = 5 hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel kriteria skor, dalam penyajiannya hasil analisis ini didasarkan pada distribusi frekuensi yang memberikan gambaran mengenai distribusi subyek menurut kategori-kategori nilai untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam kuesioner.

a. Deskriptif Variabel Pendapatan

Berdasarkan variabel pendapatan yang digunakan 10 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1 sampai dengan 4, berikut adalah perhitungannya: Skor maksimal = 4 x 10 x 71 = 2840 Skor minimal = 1 x 10 x 71 = 710 Range = 2840 - 710 = 2130 Interval Kelas = = = 532 Tabel 3.7 Kategori Variabel Pendapatan No Interval Skor Kriteria 1 2308 ≥ Skor ≤ 2840 Sangat Cukup 2 1775 ≥ Skor ≤ 2307 Cukup 3 1242 ≥ Skor ≤ 1774 Kurang Cukup 4 709 ≥ Skor ≤ 1241 Tidak Cukup b. Deskriptif Variabel Konsumsi Rumah Tangga Berdasarkan variabel pendapatan yang digunakan 20 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1 sampai dengan 4, berikut adalah perhitungannya: Skor maksimal = 4 x 20 x 71 = 5680 Skor minimal = 1 x 20 x 71 = 1420 Range = 5680 - 1420 = 4260 Interval Kelas = = = 1065 Tabel 3.8 Kategori Variabel Konsumsi Rumah Tangga No Interval Skor Kriteria 1 4615 ≥ Skor ≤ 5680 Sangat Terpenuhi 2 3549 ≥ Skor ≤ 4614 Terpenuhi 3 2483 ≥ Skor ≤ 3548 Kurang Terpenuhi 4 1417 ≥ Skor ≤ 2482 Tidak Terpenuhi

c. Deskriptif Variabel Kesejahteraan Keluarga

Berdasarkan variabel pendapatan yang digunakan 17 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1 sampai dengan 4, berikut adalah perhitungannya: Skor maksimal = 4 x 17 x 71 = 4828 Skor minimal = 1 x 17 x 71 = 1207 Range = 4828 - 1207 = 3621 Interval Kelas = = = 905 Tabel 3.9 Kategori Variabel Kesejahteraan Keluarga No Interval Skor Kriteria 1 3923 ≥ Skor ≤ 4828 Sangat Terpenuhi 2 3017 ≥ Skor ≤ 3922 Terpenuhi 3 2111 ≥ Skor ≤ 3016 Kurang Terpenuhi 4 1205 ≥ Skor ≤ 2110 Tidak Terpenuhi

3.7 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini memenuhi asumi klasik atau tidak. Adapun uji asumsi klasik meliputi:

3.7.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal Ghozali, 2011:160. Data yang baik yaitu data yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan analisis grafik. Analisis grafik terdapat dua acara yang digunakan yaitu: 1 menggunakan grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal; 2 menggunakan normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut: 1 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pada distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas; 2 Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.7.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen Ghozali, 2011:105. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi digunakan analisis sebagai berikut: 1 Jika R 2 sangat tinggi tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan, maka dalam model regresi terdapat multikolonieritas; 2 Melihat nilai tolerance ≥ 0.1 dan nilai VIF ≤ 10 berarti tidak ada multikolonieritas. Bila ternyata dalam model regresi terdapat multikolonieritas, maka harus menghilangkan variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi.

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas Ghozali, 2011:139. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model maka dapat dilakukan dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar analisis yang digunakan adalah: 1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas; 2 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisistas.

3.8 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan naik turunnya variabel dependen kriterium, bila dua atau lebih variabel independent sebagai faktor prediktor dimanipulasi dinaik turunkan nilainya Sugiyono, 2006:250. Analisis regeresi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen, yaitu: pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga. Berikut rumus persamaan regresi linier berganda dengan dua prediktor : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Keterangan : Y = variabel terikat kesejahteraan keluarga a = konstanta X 1 = variabel bebas pendapatan X 2 = variabel bebas konsumsi rumah tangga b 1 = koefisien variabel X 1 b 2 = koefisien variabel X 2 e = kesalahan pengganggu

3.9 Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul Suharsimi, 2010:110. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan pada penelitian ini. Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, dilakukan pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan. Pengujian secara parsial menggunakan uji t, sedangkan pengujian secara simultan menggunakan uji F.

3.9.1 Uji Signifikansi Parsial Uji t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut Ghozali, 2011:98: pada uji hipotesis ini dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel dengan menggunakan nilai signifikan 0.05 α=5. Kriteria pengambilan keputusan diantaranya: 1 Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen; 2 Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima, variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: Ho 1 : pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga Ha 1 : pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga Ho 2 :konsumsi rumah tangga tidak berpengaruh sigifikan terhadap kesejahteraan keluarga Ha 2 : konsumsi rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga

3.9.2 Uji Signifikansi Simultan Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependenterikat Ghozali, 2011:98. Untuk menguji hipotesis ini digunakan dengan membandingkan nilai F hitung dan F tabel dengan menggunakan signifika n 0.05 α=5 dan derajat kebebasan degree of freedom df= n-k dan k-1, dimana n adalah jumlah sampel. Antara lain dengan kriteria pengambilan keputusan: 1 Bila F hitung F tabel atau probabili tas nilai signifikan Sig ≤ 0.05, maka Ha diterima, hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen memilki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen; 2 Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig ≥ 0.05, maka Ha ditolak, hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak memilki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis yang digunakan sebagai berikut: Ho : pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga Ha : pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga.

3.10 Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R² mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi yaitu antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Ghozali, 2011:97. Koefisien determinasi keseluruhan R 2 digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung secara simultan. Selain melakukan uji F, uji t dan uji R 2 perlu juga dicari koefisien determinasi parsial r 2 , digunakan untuk mengetahui kotribusi pengaruh masing-masing variabel independen yaitu pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Petani Penggarap Kopi Penelitian ini dilaksanakan pada 5 agustus 2015 sampai 22 agustus 2015 kepada keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Lebih tepatnya pada 9 Desa diantaranya Muntung, Mento, Batursari, Candiroto, Lempuyang, Muneng, Plosogaden dan Gunung payung. Wilayah Desa yang digunakan penelitian merupakan wilayah perkebunan kopi rakyat terluas dikabupaten Temanggung yang penggarapannya di lakukan secara mandiri tanpa ada struktur dari pihak lain, baik pihak pemerintah atau swasta. Sehingga pekerjaan dapat terjadi sewaktu-waktu karena yang dilakukan para kepala keluarga sesuai dengan keinginan dan perintah dari pemilik lahan perkebunan masing-masing. 4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 4.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kesejahteraan Keluarga Varibel kesejahteraan keluarga dalam penelitian ini meliputi tiga indikator, yaitu pemenuhan pada kebutuhan pokok, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangan. Pada variabel kesejahteraan keluarga terdapat 17 pernyataaan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan kesejahteraan keluarga terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Hasil Analisis Derkriptif Variabel Kesejahteraan Keluarga No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 3923 ≥ Skor ≤ 4828 Sangat Tinggi 0.00 2 3017 ≥ Skor ≤ 3922 Tinggi 25 35.21 3 2111 ≥ Skor ≤ 3016 Rendah 45 63.38 4 1205 ≥ Skor ≤ 2110 Sangat Rendah 1 1.41 Jumlah 71 100 2914 Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.1 diketahui bahwa dari hasil analisis deskriptif variabel kesejahteraan keluarga diperoleh total skor sebesar 2914 dengan persentase sebesar 60.4, yang berada pada interval 2111 ≥ Skor ≤ 3016 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 0 keluarga berada pada interval 3923 ≥ Skor ≤ 4828 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 25 keluarga berada pada interval 3017 ≥ Skor ≤ 3922 yang termasuk dalam kategori Tinggi, 45 keluarga berada pada interval 2 111 ≥ Skor ≤ 3016 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 1 keluarga berada pada interval 1205 ≥ Skor ≤ 2110 yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih rincinya variabel kesejahteraan keluarga berasal dari kebutuhan pokok, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangan. Berikut disajikan diagram batang tentang kesejahteraan keluarga. Gambar 4.1 Diagram Batang Deskriptif Persentase Kesejahteraan Keluarga Secara rinci gambaran tentang kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung didasari oleh beberapa indikator yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kebutuhan pokok Pada indikator ini digunakan 6 pernyataan, dengan nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan kebutuhan pokok terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Kebutuhan Pokok No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 1385 ≥ Skor ≤ 1704 Sangat Tinggi 2 2.82 2 1065 ≥ Skor ≤ 1384 Tinggi 25 35.21 3 745 ≥ Skor ≤ 1064 Rendah 44 61.97 4 425 ≥ Skor ≤ 744 Sangat Rendah 0.00 Jumlah 71 100 1065 Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2015 0.00 35.21 63.38 1.41 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah Kesejahteraan Keluarga Dari tabel 4.2 diketahui bahwa hasil analisis deskriptif indikator kebutuhan pokok diperoleh skor total sebesar 1065 dengan jumlah persentase sebesar 62.5 yang berada pada interval 745 ≥ Skor ≤ 1064 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 2 keluarga berada pada interval 1385 ≥ Skor ≤ 1704 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 25 keluarga berada pada interval 1065 ≥ Skor ≤ 1384 yang termasuk dalam kategori tinggi, 44 keluarga berada pada interval 745 ≥ Skor ≤ 1064 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 0 keluarga berada pada interval 425 ≥ Skor ≤ 744 yang termasuk dalam kategori sangat rendah. 2. Kebutuhan Sosial Pada indikator ini digunakan 8 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator kebutuhan sosial terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Kebutuhan Sosial No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 1846 ≥ Skor ≤ 2272 Sangat Tinggi 0.00 2 1419 ≥ Skor ≤ 1845 Tinggi 38 53.52 3 992 ≥ Skor ≤ 1418 Rendah 30 42.25 4 565 ≥ Skor ≤ 991 Sangat Rendah 3 4.23 Jumlah 71 100 1445 Tinggi Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.3 diketahui dari perhitungan deskriptif indikator kebutuhan sosial diperoleh skor total sebesar 1445 dengan jumlah persentase sebesar 62.7 yang berada pada interval 1419 ≥ Skor ≤ 1845 dan termasuk dalam kategori tinggi. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 2 keluarga berada pada interval 1385 ≥ Skor ≤ 1704 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 9 keluarga berada pada interval 1065 ≥ Skor ≤ 1384 yang termasuk dalam kategori tinggi, 50 keluarga berada pada interval 745 ≥ Skor ≤ 1064 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 0 keluarga berada pada interval 425 ≥ Skor ≤ 744 yang termasuk dalam kategori sangat rendah. 3. Kebutuhan Pengembangan Pada indikator ini digunakan 3 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator kebutuhan pengembangan terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Kebutuhan Pengembangan No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 696 ≥ Skor ≤ 852 Sangat Tinggi 0.00 2 539 ≥ Skor ≤ 695 Tinggi 6 2.82 3 382 ≥ Skor ≤ 538 Rendah 38 42.25 4 225 ≥ Skor ≤ 381 Sangat Rendah 27 54.93 Jumlah 71 100 424 Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.4 diketahui bahwa dari perhitungan deskriptif indikator kebutuhan pengembangan diperoleh skor total sebesar 424 dengan jumlah persentase sebesar 49.8 yang berada pada interval 382 ≥ Skor ≤ 538 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 0 keluarga berada pada interval 696 ≥ Skor ≤ 852 dengan kategori sangat tinggi, 6 keluarga berada pada interval 539 ≥ Skor ≤ 695 dengan kategori tinggi, 38 keluarga berada pada interval 382 ≥ Skor ≤ 538 kategori rendah dan sebanyak 27 keluarga berada pada interval 225 ≥ Skor ≤ 381 dengan kategori sangat rendah.

4.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Pendapatan

Varibel pendapatan dalam penelitian ini meliputi tiga indikator, yaitu penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian pekerjaan. Pada variabel pendapatan terdapat 10 pernyataaan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan pendapatan terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Analisis Derkriptif Variabel Pendapatan No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 2308≥ Skor ≤ 2840 Sangat Tinggi 0.00 2 1775≥ Skor ≤ 2307 Tinggi 20 28.17 3 1242≥ Skor ≤ 1774 Rendah 50 70.42 4 709≥ Skor ≤ 1241 Sangat Rendah 1 1.41 Jumlah 71 100 1726 Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.5 dari hasil analisis deskriptif variabel pendapatan diperoleh total skor sebesar 1726 dengan rata-rata persentase sebesar 60.77 yang berada pada interval 1242≥ Skor ≤ 1774 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 0 keluarga berada pada interval 2308 ≥ Skor ≤ 2840 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 20 keluarga berada pada interval 1775≥ Skor ≤ 2307 yang termasuk dalam kategori tinggi, 50 keluarga berada pada interval 1242≥ Skor ≤ 1774 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 1 keluarga berada pada interval 709≥ Skor ≤ 1241 yang termasuk kategori sangat rendah. Untuk lebih rincinya variabel pendapatan berasal dari penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian pekerjaan. Berikut disajikan diagram batang tentang pendapatan. Gambar 4.2 Diagram Batang Deskriptif Persentase Pendapatan Secara rinci gambaran tentang pendapatan petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung didasari oleh beberapa indikator yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Penerimaan Penghasilan Pada indikator ini digunakan 5 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator penerimaan penghasilan terangkum dalam tabel berikut: 0.00 28.17 70.42 1.41 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah Pendapatan Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penerimaan Penghasilan No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 1154≥ Skor ≤ 1420 Sangat Tinggi 0.00 2 887≥ Skor ≤ 1153 Tinggi 18 25.35 3 620≥ Skor ≤ 886 Rendah 47 66.20 4 353≥ Skor ≤ 619 Sangat Rendah 6 8.45 Jumlah 71 100 799 Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.6 dari hasil analisis deskriptif variabel penerimaan penghasilan diperoleh skor total sebesar 799 dengan jumlah persentase sebesar 56.27 yang berada pada interval 620≥ Skor ≤ 886 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 0 keluarga berada pada interval 1154≥ Skor ≤ 1420 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 18 keluarga berada pada interval 887≥ Skor ≤ 1153 yang termasuk dalam kategori tinggi, 47 keluarga berada pada interval 620≥ Skor ≤ 886 yang termsuk dalam kategori rendah dan sebanyak 6 keluarga berada pada interval 353≥ Skor ≤ 619 yang termasuk dalam kategori sangat rendah 2. Ketepatan Pembayaran Pada indikator ini digunakan tiga pernyataan, nilai skornya 1 sampai dengan 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator ketepatan pembayaran terangkum dalam tebel berikut: Tabel 4.7 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Ketepatan Pembayaran No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 692≥ Skor ≤ 852 Sangat Tinggi 4 5.63 2 531≥ Skor ≤ 691 Tinggi 32 45.07 3 370≥ Skor ≤ 530 Rendah 33 46.48 4 209≥ Skor ≤ 369 Sangat Rendah 2 2.82 Jumlah 71 100 534 Tinggi Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.7 dari hasil analisis deskriptif indikator ketepatan pembayaran diperoleh skor total sebesar 534 dengan jumlah persentase sebesar 62.68 yang berada pada interval 370≥ Skor ≤ 530 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 4 keluarga berada pada interval 692≥ Skor ≤ 852 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 32 keluarga berada pada interval 531≥ Skor ≤ 691 yang termasuk dalam kategori tinggi, 33 keluarga berada pada interval 370≥ Skor ≤ 530 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 2 keluarga berada pada interval 209≥ Skor ≤ 369 yang termasuk dalam kategori sangat rendah. 3. Kesesuaian Pekerjaan Pada indikator ini digunakan 2 pernyataan, nilai skornya 1 sampai dengan 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator kesesuaian pekerjaan terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Kesesuaian Pekerjaan No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 462 ≥ Skor ≤ 568 Sangat Tinggi 9 12.68 2 355≥ Skor ≤ 461 Tinggi 30 42.25 3 248≥ Skor ≤ 354 Rendah 29 40.85 4 141≥ Skor ≤ 247 Sangat Rendah 3 4.23 Jumlah 71 100 393 Tinggi Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.8 diketahui bahwa hasil analisis deskriptif indikator kesesuaian pekerjaan diperoleh skor total sebesar 393 dengan jumlah persentase sebesar 69.19 yang berada pada interval 355≥ Skor ≤ 461 dengan kategori tinggi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 9 keluarga berada pada interval 462 ≥ Skor ≤ 568 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 30 keluarga berada pada interval 355≥ Skor ≤ 461 yang termasuk dalam kategori tinggi, 29 keluarga berada pada interval 248≥ Skor ≤ 354 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 3 keluarga berada pada interval 141≥ Skor ≤ 247 yang termasuk dalam kategori sangat rendah.

4.1.2.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Konsumsi Rumah Tangga

Varibel konsumsi rumah tangga dalam penelitian ini meliputi dua indikator, yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Pada variabel konsumsi rumah tangga terdapat 20 pernyataaan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan konsumsi rumah tangga terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.9 Hasil Analisis Derkriptif Variabel Konsumsi Rumah Tangga No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 4615 ≥ Skor ≤ 5680 Sangat Tinggi 1 1.41 2 3549 ≥ Skor ≤ 4614 Tinggi 38 53.52 3 2483 ≥ Skor ≤ 3548 Rendah 30 42.25 4 1417 ≥ Skor ≤ 2482 Sangat Rendah 2 2.82 Jumlah 71 100 3568 Tinggi Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.9 diketahui hasil analisis deskriptif variabel konsumsi rumah tangga diperoleh skor total sebesar 3568 dengan persentase sebesar 62.8, yang berada pada interval 3549 ≥ Skor ≤ 4614 dan termasuk dalam kategori tinggi. Dalam penelitian diketahui bahwa sebanyak 1 keluarga berada pada interval 4615 ≥ Skor ≤ 5680 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 38 keluarga berada pada interval 4615 ≥ Skor ≤ 5680 yang termasuk dalam kategori tinggi, 30 keluarga berada pada interval 2483 ≥ Skor ≤ 3548 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 2 keluarga berada pada interval 1417 ≥ Skor ≤ 2482 yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih rincinya variabel konsumsi rumah tangga berasal dari indikator konsumsi makanan, konsumsi bukan makanan dan konsumsi insidental. Berikut disajikan diagram batang tentang konsumsi rumah tangga. Gambar 4.3 Diagram Batang Deskriptif Persentase Konsumsi Rumah Tangga Secara rinci gambaran tentang konsumsi rumah tangga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung didasari oleh beberapa indikator yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Konsumsi makanan Pada indikator ini digunakan 7 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator konsumsi makanan terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Konsumsi Makanan No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 1615 ≥ Skor ≤ 1988 Sangat Tinggi 2 2.82 2 1241 ≥ Skor ≤ 1614 Tinggi 31 43.66 3 897 ≥ Skor ≤ 1240 Rendah 36 50.70 4 493 ≥ Skor ≤ 866 Sangat Rendah 2 2.82 Jumlah 71 100 1223 Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2015 1.41 53.52 42.25 2.82 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah Konsumsi Rumah Tangga Dari tabel 4.10 diketahui hasil analisis deskriptif indikator konsumsi makanan diperoleh skor total sebesar 1223 dengan jumlah persentase sebesar 61.5 yang berada pada interval 897 ≥ Skor ≤ 1240 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 2 keluarga berada pada interval 1615 ≥ Skor ≤ 1988 yang termasuk dalm kategori sangat tinggi, 31 keluarga berada pada interval 1241 ≥ Skor ≤ 1614 yang termasuk dalam kategori tinggi, 36 keluarga berada pada interval 897 ≥ Skor ≤ 1240 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 2 keluarga berada pada interval 493 ≥ Skor ≤ 866 yang termasuk dalam kategori sangat rendah. 2. Konsumsi bukan makanan Pada indikator ini digunakan 13 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator konsumsi bukan makanan terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.11 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Konsumsi bukan makanan No Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor 1 3002 ≥ Skor ≤ 3692 Sangat Tinggi 1 1.41 2 2311 ≥ Skor ≤ 3001 Tinggi 36 50.70 3 1620 ≥ Skor ≤ 2310 Rendah 33 46.48 4 929 ≥ Skor ≤ 1619 Sangat Rendah 1 1.41 Jumlah 71 100 2345 Tinggi Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.11 diketahui bahwa dari hasil analisis deskriptif indikator konsumsi bukan makanan diperoleh skor total sebesar 2345 dengan jumlah persentase sebesar 63.5 yang berada pada interval 2311 ≥ Skor ≤ 3001 dan termasuk dalam kategori tinggi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 1 keluarga berada pada interval 3002 ≥ Skor ≤ 3692 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 36 keluarga berada pada interval 2311 ≥ Skor ≤ 3001 yang termasuk dalam kategori tinggi, 33 keluarga berada pada interval 1620 ≥ Skor ≤ 2310 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 1 keluarga berada pada interval 929 ≥ Skor ≤ 1619 yang termasuk dalam kategori sangat rendah. 4.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 4.1.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plooting data residual yang akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas adalah: 1 Jika data menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas; 2 Jika data menggambarkan jauh dari diagonal atau histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain dengan melihat norma probability plot, salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas residual adalah uji statistic non- parametrik kolmogorov-smirnov K-S. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Ghozali,2007:110-112 Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis nol H0 maupun hipotesis alternativ Ha antara lain: 1 H0 diterima jika nilai Asymp.Sig level of significant α dan; 2 Ha diterima jika nilai Asymp.Sig level of significant α. Gambar 4.4 Uji Normalitas Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Menurut gambar histogram menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena bentuk histogram yang simetris, tidak condong ke kiri dan tidak condong ke kanan. Hal ini juga dikuatkan dengan gambar Normal P.Plot yang menunjukkan bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menuju pola distribusi normal. Tabel. 4.12 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 71 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 4.08696245 Most Extreme Differences Absolute .092 Positive .070 Negative -.092 Kolmogorov-Smirnov Z .776 Asymp. Sig. 2-tailed .583 a. Test distribution is Normal. Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.12 diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.776 dan nilai Asymp. Sig 2-tailed adalah 0.583 yang artinya 0.583 0.05 hal ini berarti H0 diterima, maka disimpulkan data berdistribusi normal.

4.1.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi bebasindependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Deteksi untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dalam model regresi penelitian ini dapat dilakukan dengan cara melihat Variance Inflation Factor VIF, dan nilai tolerance. Gejala multikolinieritas tidak terjadi apabila nilai VIF tidak lebih besar dari 10 serta nilai tolerance tidak kurang dari 0.10. Berikut hasil perhitungan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinieritas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 16.032 5.218 3.072 .003 Pendapatan .444 .184 .255 2.411 .019 .957 1.045 Konsumsi Rumah Tangga .283 .074 .405 3.825 .000 .957 1.045 a. Dependent Variable: Kesejahteraan Keluarga Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Dari Tabel 4.13 terlihat hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance ≥ 0.10. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan bahwa VIF ≤ 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antas variabel independen dalam model regresi ini.

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antar nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut sehingga model tersebut dapat dikatakan homoskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scaterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika: 1 titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0; 2 titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas dan di bawah saja; 3 penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, dan; 4 penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Gambar 4.5 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari grafik scaterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model layak untuk memprediksi kesejahteraan keluarga berdasarkan pengaruh dari variabel pendapatan dan konsumsi rumah tangga. Tabel 4.14 Uji Glejser Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 9.267 3.239 2.861 .006 Pendapatan -.199 .114 -.210 -1.739 .087 Konsumsi Rumah Tangga -.026 .046 -.068 -.568 .572 a. Dependent Variable: RES2 Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Dari Tabel 4.14 menunjukkan bahwa Output uji glejser dengan residual kesejahteraan keluarga sebagai variabel dependen diketahui bahwa nilai signifikansi untuk pendapatan sebesar 0.087 dan konsumsi rumah tangga sebesar 0.572 karena signifikansi ≥ 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

4.1.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sudjana 2002:310 analisis regresi adalah hubungan yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antar variabel. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda multiple regression. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel independen pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap variabel dependen yaitu kesejahteraan keluarga. Rumus sistematis dari regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Y = a + β1X 1 + β2X 2 + e Berdasarkan penelitian dengan menggunakan program SPSS 16.0 For windows diperoleh hasil perhitungan analisis regresi berganda seperti terangkum pada tabel berikut ini: Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 16.032 5.218 3.072 .003 Pendapatan .444 .184 .255 2.411 .019 Konsumsi Rumah Tangga .283 .074 .405 3.825 .000 a. Dependent Variable: Kesejahteraan Keluarga Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 16.032 + 0.444X 1 + 0.283X 2 , persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai berikut: a. Konstanta = 16.032 Konstanta sebesar 16.032 dapat diartikan jika variabel bebas pendapatan dan konsumsi rumah tangga dalam model sama = 0 nol, maka secara rata-rata variabel di luar model memberikan nilai pada kesejahteraan keluarga sebesar 16.032. b. Koefisien X 1 = 0.444 Koefisien regresi pendapatan pada tabel diatas sebesar 0.444 serta bernilai positif artinya apabila pendapatan mengalami kenaikan sebesar 1 satuan karena nilai koefisien regresinya positif, sedangkan variabel konsumsi rumah tangga nilainya tetap, maka variabel kesejahteraan keluarga akan mengalami kenaikan sebesar 0.444 point, begitu juga sebaliknya. c. Koefisisen X 2 = 0.283 Koefisien regresi konsumsi rumah tangga pada tabel diatas sebesar 0.283 serta bernilai positif artinya apabila konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 1 satuan karena nilai koefisien regresi positif, sedangkan pendapatan nilainya tetap, maka variabel kesejahteraan keluarga akan mengalami kenaikan sebesar 0.283 point, begitu juga sebaliknya. Angka yang terdapat dalam persamaan regresi berganda ini menggunakan Unstandardized Coefficients. Menurut Ghozali 2011:113 menggunakan Unstandardized Coefficients dikarenakan bahwa regresi yang dihasilkan dengan menggunakan variabel biasa tidak distandarisasi, tetap menggunakan unit skala dari ukuran aslinya. Unstandardized Coefficients lebih baik dan mudah dibaca disamping dengan menggunakan Unstandardized Variabel, R Square bisa dipergunakan. Pemakaian Unstandardized juga dengan tujuan untuk menginterpretasi koefisien. Sedangkan menurut Suwarno 2002:2 nilai β mewakili koefisien regresi baku standardized dan koefisien tidak baku unstandardized. Maka saat sumbu vertikal dari diagram pencar digunakan untuk menggambarkan nilai-nilai variabel tergantung sedangkan sumbu horizontal menggambarkan nilai prediktor. Intercept merupakan titik sumbu vertikal yang merupakan nilai variabel tergantung yang diprediksi saat nilai prediktor atau variabel bebas sebesar nol. Nilai prediksi akan sebesar 0 jika koefisien regresi baku digunakan. Itu sebabnya saat menggunakan IBM SPSS keluaram yang digunakan dalam koefisien regresi menggunakan keluaran pada kolom “unstandardized coefficient”.

4.1.5 Hasil Pengujian Hipotesis

Metode pengujian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan. Pengujian secara parsial menggunakan uji t, sedangkan pengujian secara simultan menggunakan uji F.

4.1.5.1 Pengujian Hipotesisi Secara Parsial Uji t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen pendapatan dan konsumsi rumah tangga, secara individual atau parsial terhadap variabel dependen kesejahteraan keluarga. Untuk melihat ada dan tidaknya pengaruh secara parsial dapat diketahui dari besarnya probabilitas signifikansi tiap variabel pada tabel coefficient dengan kriteria sebagai berikut: 1 Jika probabilitas signifikansi alpha 0.05, maka H0 diterima, atau dengan kata lain menyatakan bahwa variabel independen pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara terpisah mempengaruhi variabel dependen kesejahteraan keluarga; 2 jika probabilitas signifikansi alpha 0.05, maka H0 diterima, atau dengan kata lain menyatakan bahwa variabel independen pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara terpisah tidak mempengaruhi variabel dependen kesejahteraan keluarga. Secara lebih jelas hasil uji koefisien regresi secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16 Hasil pengujian Secara Parsial Uji t Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 16.032 5.218 3.072 .003 Pendapatan .444 .184 .255 2.411 .019 Konsumsi Rumah Tangga .283 .074 .405 3.825 .000 a. Dependent Variable: Kesejahteraan Keluarga Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari hasil analisis data pada tabel 4.16 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga Koefisisen korelasi untuk variabel pendapatan sebesar 0.444 bertanda positif yang artinya semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi kesejahteraan keluarga. Untuk koefisisen korelasi parsial antara pendapatan dan kesejahteraan keluarga diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.019 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan maka hipotesis yang diajukan diterima Ha diterima. Dengan demikian secara parsial pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. 2. Pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga Koefisisen korelasi untuk variabel konsumsi rumah tangga sebesar 0.283 bertanda positif yang artinya semakin tinggi konsumsi rumah tangga maka akan semakin tinggi kesejahteraan keluarga. Untuk koefisisen korelasi parsial antara konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan maka hipotesis yang diajukan diterima Ha diterima. Dengan demikian secara parsial konsumsi rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga.

4.1.5.2 Pengujian Hipotesisi Secara Simultan Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Uji hipotesis ini dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 dengan menggunakan uji distribusi F dengan kriteria sebagai berikut: 1 jika probabilitas signifikansi 0.05 maka H0 diterima; dan 2 jika probabilitas signifikansi 0.05 maka H0 ditolak. Hasil pengujian uji F selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.17 Hasil Pengujian Hipotesis secara bersama-sama Uji F Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 435.645 2 217.822 12.668 .000 a Residual 1169.228 68 17.195 Total 1604.873 70 a. Predictors: Constant, Konsumsi Rumah Tangga, Pendapatan b. Dependent Variable: Kesejahteraan Keluarga Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.17 Hasil pengujian hipotesis dengan uji F diperoleh nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.000 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan maka hipotesis yang diajukan diterima Ha diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama-sama terhadap kesejahteraan keluarga.

4.1.6 Hasil Analisis Koefisien Determinasi

Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini ada 2 yaitu sebagai berikut :

4.1.6.1 Uji Koefisien Determinasi Secara Simultan R

2 Besarnya pengaruh variabel bebas pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap variabel terikat kesejahteraan keluarga secara simultan dapat dilihat dari hasil koefisien determinasi R square seperti pada tabel berikut: Tabel 4.18 Uji Koefisien Determinasi Secara Simultan R 2 Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .521 a .271 .250 4.14663 a. Predictors: Constant, KonsumsiRumahTangga, Pendapatan b. Dependent Variable: KesejahteraanKeluarga Sumber: Data yang diolah, 2015 Berdasarkan uji koefisien determinasi di atas dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga dapat dilihat dari nilai R square, yaitu 0.271 atau 27.1 . Dengan demikian besarnya pendapatan dan konsumsi rumah tangga dalam menjelaskan variabel kesejahteraan keluarga sebesar 27.1 sedangkan sisanya 72.9 dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak diteliti.

4.1.6.2 Uji Koefisien Determinasi Secara Parsial r

2 Besarnya pengaruh variabel bebas pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap variabel terikat kesejahteraan keluarga secara parsial dapat dilihat dari hasil koefisien determinasi seperti pada tabel berikut: Tabel 4.19 Uji Koefisien Determinasi Secara Parsial r 2 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations B Std. Error Beta Zero- order Partial Part 1 Constant 16.032 5.218 3.072 .003 Pendapatan .444 .184 .255 2.411 .019 .339 .281 .250 Konsumsi Rumah Tangga .283 .074 .405 3.825 .000 .457 .421 .396 a. Dependent Variable: KesejahteraanKeluarga Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.19 tampak bahwa koefisien korelasi parsial untuk variabel pendapatan adalah 0.281. Sehingga r 2 untuk variabel ini sebesar 0.281 2 x 100= 7.89 yang berarti bahwa sumbangan efektif untuk variabel pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga 7.89. Koefisien korelasi parsial untuk variabel konsumsi rumah tangga sebesar 0.421 sehingga r 2 untuk variabel ini adalah 0.421 2 x 100 = 17.72 yang berarti bahwa sumbangan efektif untuk variabel konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga sebesar 17.72.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang terkait dengan judul, permasalahan dan hipotesis penelitian, maka dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan variabel pendapatan dan kesejahteraan keluarga berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung bail secara simultan maupun parsial. Berdasarkan hasil analisis deskriptif variabel pendapatan digunakan 10 pernyataan dan hasil penelitian berdasarkan tanggapan dari 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini diperoleh total skor 1726 dengan persentase sebesar 60.77 dalam interval 1242≥ Skor ≤ 1774 dan termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum pendapatan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung memiliki pendapatan yang tergolong rendah. Hal ini terjadi karena pendapatan yang diterima dalam bentuk upah uang maupun upah riil masih rendah. Dimana pekerjaan yang banyak dilakukan petani penggarap kopi dalam kategori harian sehingga selain membutuhkan kesungguhan untuk selalu mendapatkan pekerjaan tetapi juga disesuaikan dengan pekerjaan yang tersedia. Variabel pendapatan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian pekerjaan. Indikator-indikator dalam variabel pendapatan berpengaruh secara langsung terhadap kesejahteraan keluarga. Hitungan perindikator menunjukkan bahwa indikator penerimaan penghasilan berdasarkan 5 pernyataan yang diberikan kepada 71 responden petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Hasil penelitian pada indikator penerimaan pendapatan diperoleh skor total sebesar 799 dengan jumlah persentase sebesar 56.27 yang berada pada interval 620≥ Skor ≤ 886 dengan kategori rendah. Hal tersebut disebabkan karena pengupahan yang diberikan tergolong rendah. Segala upaya yang digunakan sebagai patokan pemberian upah baik oleh masyarakat atau kesatuan kelompok pertanian tidak dapat menjamin kelangsungan bagi para petani penggarap kopi tetapi juga pada sisi pemilik lahan sebagai pemberi atau pembayar, sehingga dapat dimungkinkan ketika para petani penggarap kopi meminta ukuran pengupahan yang tinggi dan petani pemilik lahan keberatan maka para petani penggarap kopi justru akan kehilangan beberapa pekerjaannya karena petani pemilik lahan akan lebih memilih mengerjakan sendiri atau gotong royong dengan pihak keluarga. Selain itu setiap tahun sudah banyak terjadi perubahan jumlah pengupahan dengan terus menaikkan taraf upah dari waktu kewaktu, hal itu disebabkan karena tuntutan harga bahan pokok kebutuhan yang semakin meningkat dengan selarasnya peningkatan harga bahan bakar minyak. Disisi lain terdapat perbedaan pengupahan pada jenis pekerjaan tertentu pada setiap Desa sehingga pendapatan yang dimiliki petani penggarap kopi antara desa satu dengan yang lainnya terjadi ketimpangan. Berdasarkan kuesioner dengan perhitungan variabel derkriptif bahwa pendapatan petani penggarap kopi sangat rendah dalam menerima bonus sebagai tambahan pendapatannya berarti bahwa petani pemilik lahan kurang memperhatikan tambahan sebagai reword atas pekerjaan yang sudah dikerjakan. Hasil perhitungan indikator ketepatan pembayaran berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh jumlah skor 534 dengan persentase 62.68 yang berada pada interval 370≥ Skor ≤ 530 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum ketepatan pembayaran kepada petani penggarap kopi sudah tepat waktu. Hal itu disebabkan karena petani penggarap kopi justru banyak yang akan meminta pembayarannya sebelum melakukan pekerjaan karena berbagai tuntutan kebutuhan, selain itu petani pemilik lahan akan senantiasa memberikan pembayarannya karena selain memberikan kepercayaan juga sebagai jaminan bahwa sebelum jumlah pembayaran yang diminta terlampaui oleh petani penggarap kopi akan bekerja sebagai tenaga kerjanya. Adanya kesepakatan jumlah pembayaran akan dilakukan sebelum dimulai pekerjaan sehingga ketika jumlah pembayaran tidak sesuai dengan ketetapannya petani penggarap akan mundur dari pekerjaanya atau bahkan suatu saat nanti petani penggarap tidak akan bekerja lagi ditempat pemilik lahan yang demikian. Sebagai mana yang dikatakan oleh Anoraga 2006:82 bahwa orang mau bekerja bukan hanya mencari dan mendapatkan upah saja unsur ekonomis, akan tetapi dengan bekerja juga terdapat harapan akan mendapatkan kepuasan dalam bekerja. Sehingga dapat diketahui bahwa alasan seseorang tetap mempertahankan pendapatan yang diterima bukan diukur dari besaran rupiah tetapi juga berdasarkan atas pertimbangan kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis. Dengan begitu hasil pendapatan rendah tetapi dengan posisi ketepatan pembayaran yang tinggi membuktikan bahwa petani penggarap kopi mempertimbangkan kondisi yang tidak hanya diukur dengan besaran rupiah tetapi di imbangi dengan kondisi lainnya. Hasil perhitungan indikator kesesuaian pekerjaan berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh jumlah skor sebesar 393 dengan persentase 69.19 yang berada pada interval 355≥ Skor ≤ 461 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kesesuaian pekerjaan yang dilakukan petani penggarap kopi sudah sesuai. Hal itu disebabkan bahwa dalam memberikan upah pemilik lahan juga mempertimbangkan akan perbedaan gender dan keahlian yang dimiliki petani penggarap sehingga terciptanya keseimbangan pengupahan dan tidak ada pihak yang dirugikan baik secara tenaga atau materiil. Pada variabel konsumsi rumah tangga digunakan 20 pernyataan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh skor total sebesar 3568 dengan persentase sebesar 62.8, yang berada pada interval 3549 ≥ Skor ≤ 4614 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum konsumsi rumah tangga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung memiliki konsumsi yang tergolong tinggi. Hal tersebut terjadi karena setiap keluarga tetap harus melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya walaupun tidak memiliki pendapatan yang dikatakan cukup untuk melakukan pengeluaran dalam memenuhi barang atau jasa.Variabel konsumsi rumah tangga menggunakan indikator konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Indikator dalam variabel konsumsi rumah tangga berpengaruh secara langsung terhadap kesejahteraan keluarga. Hasil perhitungan indikator konsumsi makanan berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. diperoleh jumlah skor 1223 dengan persentase 61.5, dalam interval 8 97 ≥ Skor ≤ 1240 dan termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum konsumsi makanan keluarga petani penggarap kopi masih kurang terpenuhi dan dalam keadaan yang rendah. Hal itu disebabkan karena keluarga petani penggarap kopi hanya memenuhi kebutuhan makanan dengan dasar cukup dalam makan pokok minimal 2 kali sehari tanpa mempertimbangkan ukuran kesempurnaan gizi atau makanan tambahan lainnya seperti makanan ringan atau makanan cepat saji lainnya. Hasil perhitungan indikator konsumsi bukan makanan berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh jumlah skor 2345 dengan persentase 63.5, dalam interval 2311 ≥ Skor ≤ 3001 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum konsumsi bukan makanan sudah terpenuhi dan dalam kategori tinggi. Hal itu disebabkan karena adanya rasa sosial yang tinggi sehingga memprioritaskan kebutuhan kemasyarakatan dan berkembangnya kebutuhan modern menjadikan keluarga petani penggarap kopi meningkatkan pemenuhi keinginannya. Pada variabel kesejahteraan keluarga digunakan 17 pernyataan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini diperoleh total skor sebesar 2914 dengan persentase sebesar 60.4, yang berada pada interval 2111 ≥ Skor ≤ 3016 dan termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut terjadi karena kesejahteraan keluarga merupakan suatu kondisi dimana keluarga dapat memenuhi tingkatan kebutuhan dan keinginannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh kuswardinah 2007 bahwa kondisi sejahtera bersifat tetap dapat berubah setiap saat baik dalam waktu cepat atau lambat. Untuk mencapai dan mempertahankan kesejahteraan setiap manusia harus berusaha secara terus menurus dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan, sesuai dengan tuntutan hidup yang selalu berkembang tanpa batasan waktu. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga yaitu: kebutuhan pokok, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangan. Hasil perhitungan indikator kebutuhan pokok berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung dalam penelitian ini diperoleh total skor sebesar 1065 dengan jumlah persentase sebesar 62.5 yang berada pada interval 745 ≥ Skor ≤ 1064 dengan kategori rendah. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan pokok keluarga petani dipenuhi sebatas kebutuhan makanan yang mencukupi kebutuhan sehari-hari sedangkan mengenai sandang dan papan akan dipenuhi setelah kebutuhan makanan terpenuhi dengan berusaha untuk lebih baik dari keadaan sebelumnya. Hasil perhitungan indikator kebutuhan sosial berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diketahui bahwa dalam penelitian ini diperoleh total skor sebesar 1445 dengan jumlah persentase sebesar 62.7 yang berada pada interval 1419 ≥ Skor ≤ 1845 dengan kategori tinggi. Hal tersebut terjadi karena masyarakat pedesaan memiliki rasa kekeluargaan dan gotong royong yang tinggi sehingga keluarga petani penggarap kopi lebih mengutamakan kebutuhan sosial dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Hasil perhitungan indikator kebutuhan pengembangan berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh total skor sebesar 424 dengan jumlah persentase sebesar 49.8 yang berada pada interval 382 ≥ Skor ≤ 538 dengan kategori rendah. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan pengembangan menurut teori keebutuhan maslow akan dipenuhi setelah kebutuhan lainnya terpenuhi, sehingga kebutuhan pengembangan menjadikan kebutuhan yang dikesampingkan dan hanya dianggap sebagai pemenuhan untuk masa yang akan datang. Hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistik mengenai pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung akan dibahas sebagai berikut: 4.2.1 Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang dari kegiatan bekerja dan penanaman modal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Pada dasarnya pendapatan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan utama seseorang dalam bekerja. Secara ekonomi pendapatan diukur dari besaran rupiah. Disini keterkaitan pendapatan dengan kesejahteraan tidak hanya diukur dari sisi ekonominya saja tetapi tentang kecukupan pendapatan yang dimiliki dalam mengaktualisasikan dalam kesejahteraan keluarganya. Sebagai mana yang dinyatakan oleh Reksohadiprodjo 2000:25 keterkaitan pendapatan dengan kesejahteraan, bahwa manusia menilai suatu pekerjaan berdasarkan pada besarnya upah dan kondisi kerja. Sehingga dapat diketahui bahwa keterkaitan pendapatan dalam memenuhi kesejahteraan keluarga juga diukur dengan keadaan psikologi kerja sebagai gambaran kondisi kerja. Berdasarkan hasil penelitian dengan 71 responden keluarga sebagai sampel dari petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh keterangan bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari uji parsialnya yang menunjukkan kontribusi pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga sebesar 7.89 dan dengan deskriptif variabel menunjukkan rata-rata pendapatan keluarga petani penggarap kopi sebesar 60.77 dan masuk dalam kategori rendah. Hal ini berarti semakin rendah pendapatan yang dimiliki keluarga maka berdampak pada semakin rendah pula kesejahteraan keluarga. Hal tersebut terjadi karena pendapatan yang dimiliki akan berdampak dalam pemenuhan kebutuhan setiap keluarga sehingga ketika pendapatan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan akan mengurangi tingkat kesejahteraan keluarga. Pada pengukuran variabel deskriptif pendapatan didapatkan dari tiga indikator antaralain; penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian pekerjaan. Indikator tersebut digunakan atas dasar keterkaitan antara pendapatan dengan kesejahteraan keluarga. Sebagai mana yang dikatakan oleh Sukirno 2006:351 bahwa kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran dari kenaikan kesejahteraan yang dinikmati oleh para pekerja. Sehingga berkaitan dengan hal tersebut atas dasar pendapatan maka upah dibedakan menjadi dua yaitu upah uang dan upah riil. Yang dimaksudkan dengan upah uang adalah jumlah uang diterima para pekerja, sedangkan upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut pandang kemampuan upah tersebut dalam membeli barang atau jasa. Dari segi materiil pendapatan diukur dari segi upah. Upah yang dimiliki oleh setiap orang dan pekerjaannya itu berbeda-beda sebagai mana yang dikemukaan oleh Sukirno 2005:364 bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya upah antara lain: 1 perbedaan corak pekerjaan; 2 perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan; 3 pertimbangan bukan keuangan, dan 4 mobilitas kerja. Sebelum mendefinisikan pengaruh perbedaan upah sukirno 2005:351 menyatakan bahwa pendapatan akan menggambarkan kesejahteraan yang dinikmati oleh para pekerja. Itu membuktikan bahwa ada pengaruh antara pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Dalam penelitian ini berdasarkan hasil uji parsial variabel pendapatan diperoleh hasil signifikansi sebesar 0.019 0.05 maka hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Ha diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh BKKBN bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga diantaranya adalah ekonomi yang terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kepemilikan asset dan tabungan, sedangkan Iskandar 2011: 138-139 menyatakan bahwa pendapatan merupakan indikator dari kesejahteraan keluarga . Penelitian yang dilakukan oleh Hendrik 2011 dan Elmanora 2012 juga menunjukkan bahwa pendapatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Dengan demikian penelitian ini dapat diterima karena sesuai dengan teori yang ada. 4.2.2 Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Konsumsi Rumah Tangga adalah kegiatan pengeluaran yang dilakukan dengan pembelian barang danatau jasa. Konsumsi merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh setiap orang untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya dalam upaya mempertahankan hidup. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Untuk memperoleh berbagai kebutuhan tersebut seseorang memerlukan pengeluaran untuk konsumsi. Dari semua pengeluaran yang dilakukan tersebut sekurang-kurangnya dapat memenuhi tingkat kebutuhan minimum yang diperlukan. Adapaun perbedaan yang mendasari konsumsi rumah tangga dapat berasal dari pola konsumsi maupun perilaku konsumen keluarga. Pola konsumsi dijadikan sebagai standar hidup seseorang yang digunakan sebagai ukuran taraf hidup yang layak dan wajar harus terpenuhi agar dapat hidup selayaknya dengan kehidupan orang lain. BPS dan Dumairy 1996:117 yang membedakan konsumsi menjadi dua kelompok yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Konsumsi makanan terdiri dari barang yang tidak tahan lama, sedangkan konsumsi bukan makanan adalah konsumsi yang berguna untuk jangka waktu panjang dan dalam pemenuhannya bersifat insidental. Schiffman dan Kanuk 1994, dalam bukunya yang berjudul Consumer Behaviour, menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk. Dalam kegiatan mencari tentu saja tidak hanya sebatas pada barang dan jasa yang dibutuhkan melainkan juga terkait pada barang dan jasa yang diinginkan yang meliputi akan kualitas, harga, ukuran, cara mendapatkannya, cara penggunaannya dan sebagainya Nitisusastro, 2013:31- 32. Menurut Sukirno 2000:101 Konsumsi rumah tangga juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: 1 ekspektasi: yaitu mengenai keadaan dimasa yang akan datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa kini, dengan adanya keyakinan bahwa pada masa mendatang seseorang akan dapat meningkatkan konsumsinya atau sebaliknya sehingga akan menentukan konsumsi dimasa sekarang; 2 jumlah penduduk; jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun rata-rata perorang dalam keluarga relatif rendah; 3 tingkat harga: ketika semakin tinggi tingkat harga barang atau jasa maka akan semakin tinggi pula jumlah pengeluaran. Keluarga sebagai pihak konsumen akan memilih barang kebutuhan pokok untuk dikonsumsi dan mempertimbangkan nilai guna dari barang tersebut. Keterbatasan anggaran pendapatan yang diterima oleh keluarga dapat menunda untuk mengkonsumsi barang-barang yang mempunyai nilai tinggi. Ukuran konsumsi rumah tangga yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Berdasarkan hasil penelitian dari 71 keluarga sebagai sampel dari petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh hasil bahwa konsumsi rumah tangga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Hal ini dapat diketahui dengan uji parsialnya yang menunjukkan kontribusi pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga sebesar 17.72 dengan deskripsi variabel menunjukkan skor total sebanyak 3568 dengan persentase sebesar 62.8 dan termasuk dalam ketegori tinggi. Dalam penelitian ini variabel konsumsi rumah tangga memberi kontribusi pengaruh yang lebih besar terhadap kesejahteraan dibandingkan dengan variabel pendapatan. Berdasarkan uji parsial variabel konsumsi rumah tangga diperoleh hasil signifikansi sebesar 0.000 0.05 maka hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Ha diterima. Hal ini ditunjukkan dari koefisien regresi sebesar 0.283, nilai probabilitas 0.000 0.05 dan koefisien determinan r 2 Hasil penelitian 0.421 atau dapat dikatakan pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga sebesar 17.72 dan 82.28 ditentukan oleh variabel lain. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendrik 2011 juga menunjukkan bahwa pendapatan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kesejahteraan keluarga, begitu juga menurut Wagle et al, 2006 bahwa secara langsung konsumsi yang berasal dari pendapatan akan mempengaruhi kesejahteraan. Dengan demikian penelitian ini dapat diterima karena sesuai dengan teori yang ada. 4.2.3 Pengaruh Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga. Dari hasil uji simultan diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten temanggung secara bersama-sama sebesar 27.1 dan sisanya sebesar 72.9 dipengaruhi oleh variabel lain atau faktor-faktor lain di luar penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dan konsumsi rumah tangga akan memberikan dampak terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Hasil penelitian ini mengandung bahwa penerimaan pendapatan dan konsumsi rumah tangga semaksimal mungkin dapat menunjang pemenuhan kebutuhan yang akhirnya akan dapat menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi keluarga dimana keluarga dapat hidup sewajarnya sesuai dengan lingkungan dengan terpenuhi semua kebutuhannya. Jika keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhannya maka keluarga akan mencapai pada kesejahteraannya. Dalam memenuhi kesejahteraannya keluarga memiliki tata cara yang berbeda sebagai prioritas yang harus didahulukan. Keluarga dalam menciptakan kesejahteraan keluarga diperlukan manajemen dari pendapatan dan konsumsi rumah tangga yang dijalankan. Penerimaan pendapatan dapat dilakukan dengan kesungguhan dalam menekuni pekerjaan yang digeluti. Sehingga dengan pendapatan yang maksimal akan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat mencapai pada tingkat kesejahteraan keluarga yang di inginkan. Perolehan pendapatan tidak hanya diukur dari besarnya nilai rupiah tetapi nilai upah secara riil yang digunakan sebagai ukuran kemampuan upah untuk dapat membeli barang dan jasa. Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1992 Bab I Pasal I Ayat 11 dinyatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut dalam kaitannya dengan pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga maka kondisi kesejahteraan keluarga dapat tercipta apabila kebutuhan dasar dan pengembangan setiap anggota keluarga dapat terpenuhi, keluarga yang anggota- anggotanya memiliki jiwa keimanan dan ketaqwaan yang tinggi serta keluarga yang memiliki hubungan yang dinamis antar anggota keluarga maupun dengan masyarakat. Sehingga dalam pengertian yang lebih luas dapat dikatakan bahwa kesejahteraan keluarga merupakan suatu keadaan keluarga dengan anggota- anggotanya sudah tercukupi secara lahiriahnya sandang, pangan, papan dan kesehatan dan batiniahnya rasa aman, tenteram, dan nyaman serta tercukupi kebutuhan pengembangannya. Konsumsi rumah tangga mempunyai peran penting dalam tingkat kesejahteraan keluarga. Dengan cara konsumsi yang efisien dan efektif sesuai dengan pola konsumsi dan perilaku konsumen maka keluarga dapat mencapai pada tingkat kesejahteraan yang tinggi. Keadaan sejahtera dikatakan relatif karena kesejahteraan keluarga berbeda, yang ditentukan oleh falsafah hidup maing- masing. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kuswardinah 2007:2 bahwa kondisi sejahtera bersifat tidak tetap dan dapat berubah setiap saat baik dalam waktu cepat atau lambat. Untuk mencapai dan mempertahankan kesejahteraan setiap manusia harus berusaha secara terus-menurus dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan, sesuai dengan tuntutan hidup yang selalu berkembang tanpa batasan waktu. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Wegle et al 2006 dan Hendrik 2011 yang menyatakan bahwa variabel pendapatan dan konsumsi rumah tangga bersama-sama berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Wegle et al 2006 bahwa konsumsi rumah tangga yang akan menjadi pertimbangan adalah dengan adanya barang atau jasa jenis baru. Sedangkan perbedaan yang oleh penelitian yang dilakukan oleh hendrik 2011 bahwa yang menjadi ukuran konsumsi rumah tangga adalah terletak pada tingkat pendidikan, sedangkan pendapatan diukur dari cara yang digunakan dalam melakukan pekerjaannya. 100

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten temanggung. Jika variabel pendapatan naik sebesar satu persen maka kesejahteraan keluarga akan meningkat sebesar 7.89. 2. Konsumsi rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Jika variabel konsumsi rumah tangga naik sebesar satu persen maka kesejahteraan keluarga akan meningkat sebesar 17.72. 3. Pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung sebesar 27.1 dan sisanya 72.9 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat di sampaikan saran sebagai berikut: 1. Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi juga kesejahteraan keluarga. Berdasarkan penelitian bahwa pendapatan dan kesejahteraan keluarga dalam kategori rendah. Dengan adanya hal tersebut maka sebaiknya pihak kesatuan pertanian dari pemerintah dan kelompok pertanian memberikan ukuran pengupahan yang sama pada setiap desa dan memberikan pelatihan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambahan dalam rangka meningkatkan perekonomian keluarga 2. Semakin tinggi konsumsi rumah tangga maka akan semakin tinggi juga kesejahteraan keluarga. Berdasarkan penelitian bahwa konsumsi rumah tangga dalam kategori tinggi. Dengan adanya hal tersebut maka sebaiknya pihak pemerintah memberikan pengarahan kepada petani penggarap kopi mengenai tata cara pola konsumsi yang baik dan benar dengan mengadakan tabungan untuk menjamin konsumsi dimasa depan dan mengurangi sifat konsumerisme 3. Semakin tinggi pendapatan dan konsumsi rumah tangga maka akan semakin tinggi juga kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi rendah. Dengan adanya hal tersebut maka pihak pemerintah mendata ulang keadaan kesejahteraan keluarga sehingga penerimaan dana bantuan kesejahteraan dapat tepat pada sasarannya. 102 DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji.2005.Psikologi Kerja.Jakarta:PT Rineka Cipta Anwar, Rustini Chairul.1981. Pendidikan Keterampilan, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta:CV. Jasanku Aplikasi Pemutakhiran Data Kabupaten, Seluruh Desa Terkait Penelitian Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia.Jakarta:Erlangga Engel, James F. et, al.1994.Perilaku Konsumen Edisi Keenam Jilid 1. Alih Bahasa Budiyanto.Jakarta Binarupa Aksara Falih, Ahmad.2007.”Pengaruh Besarnya Upah Buruh Tani Terhadap Perilaku Konsumsi Kerja dan Konsumsi Studi Pada Usaha Tani Bawang Merah di Kabupaten Brebes.Tesis.Jakarta: Fakultas ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro. Habibi, Maksum dan Gunadi.2013.Pengantar Ekonomi dan Bisnis, Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen SMK Kelas X.Jakarta:Yudhistira Hendrik.2011.”Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau. Dalam Jurnal Perikanan dan Kelautan, volume 16 No. 1. Hal 21-32 Riau:Universitas Riau Ishak, Ismahalil.2012.Kajian Indikator Kesejahteraan Keluarga. Dalam Seminar Penggunaan Data-data Hasil Penyelidikan,Daripada Persepsi Ke Realiti:Malaysia:Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Negara Kuswardinah, Asih.2007.Ilmu Kesejahteraan Keluarga.Semarang:Universitas Negeri Semarang Prees Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller.2009.Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Belas Jilid 1.Alih bahasa Benyamin Molan.Jakarta: PT Indeks Nanga, Muana.2001.Makro Ekonomi:teori, masalah dan kebijakan Edisi 1. Jakarta:PT RajaGrafindo persada Ndakularak, Erwin.Seyiawina dkk.2011.Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga.Sumatera Utara:Universitas Sumatera Utara. Dalam Jurnal Info Kesejahteraan Masyarakat, Volume 10 No. 02 Hal. 133-141 Nitisusastro, Mulyadi. 2013.Perilaku Konsumen Dalam Prespektif Kewirausahaan.Bandung:Alfabeta Bandung Puspitasari,Herien.2013.Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga.Bogor: Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor Pass, Christopher, Bryan Lowes.1994.Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua.Alih Bahasa Tumpal Rumapea.Jakarta: Erlangga Reksohadiprojo, Sukanto.2000.Ekonomi Lingkungan Suatu Pengantar.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta Robiyanto, Febra.2003. Sekilas Perihal Perekonomian Indonesia.Semarang:Studi Nusa Samuelson, Paul A. dan Willian D. Nordaus.2004.Makro Ekonomi Edisi 14.Alih Bahasa Haris Munandar dkk.Jakarta:PT. Gelora Aksara Pratama Setiadi, Nugroho J. 2003.Perilaku Konsumen: konsep dan implikasi untuk strategi dan penelitian Pemasaran.Jakarta:Prenada Media Simamora, Bilson.2004.Panduan Riset Perilaku Konsumen.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sugiyono.2006.Statistik Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta . . . . . . 2012.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD.Bandung: Alfabeta Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta: PT Rineka Cipta Sukirno,Sadono.2005.Mikro Ekonomi Teori Pengantar Ed. Ketiga.Jakarta:RajaGrafindo Persada Sunarti, Euis. 2011.”Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga; isu strategis dalam analisis dampak kependudukan terhadap aspek sosial ekonomi”.Bogor:Fakultas Ekologi Manusia IPB Sunarto, ST.2012.Metodologi Penelitian.Semarang:UNNES PRESS Soeharno.2007. Teori Mikro Ekonomi.Yogyakarta: CV. Andi Offset Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Umar, Husein.2002.Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Wagle, R. Udayana.2006.Poverty in Kathmandu: What do subjective and objective economic welfare concepts suggest ?.USA:Westren Michigan University. Dalam Jurnal Economi Inequal Volume 5 Hal. 73-95 Waluyo, Dwi Eko.2004.Teori Ekonomi Makro.Malang:Universitas Muhammadiyah Malang Pres www. temanggungkab.go.id Potensi Perkebunan Kabupaten Temanggung LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 KISI-KISI UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN No. Variabel Indikator Butir Pernyataan Jumlah Soal 1. Pendapatan : adalah penghasilan sebagai upah yang diterima buruh harian lepas dari kontrak dan prestasi dalam pelaksaan pekerjaan 1. Penerimaan Penghasilan 2. Ketepatan pembayaran 3. Kesesuaian pekerjaan yang dilakukan 1, 2, 3, 4, 5. 6, 7, 8, 9. 10, 11, 12. 5 4 3 2. Konsumsi Rumah Tangga : adalah cara pemenuhan kebutuhan anggota keluarga dalam mengkonsumsi barang danatau jasa 1. Konsumsi makanan 2. Konsumsi bukan makanan 13, 14, 15, 16, 17, 18,19, 20. 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34. 8 14 3. Kesejahteraan Keluarga : adalah suatu kondisi keluarga yang dapat memenuhi kebutuhannya dan hidup wajar sesuai dengan lingkungannya. 1. Kebutuhan pokok 2. Kebutuhan sosial 3. Kebutuhan pengembangan 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42. 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50 51, 52, 53. 7 8 4 Lampiran 2 KUESIONER UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH PENDAPATAN DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI PENGGARAP KOPI DI KECAMATAN CANDIROTO KABUPATEN TEMANGGUNG

A. DATA RESPONDEN

1. Nama : . . . . . . . . . . . . . 2. Alamat : DusunRWRT : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Desa : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan 4. Usia Anda : . . . . . .tahun 5. Pendidikan Terakhir : . . . . . . . . . . . . . . 6. Lama Menjadi Petani Penggarap Kopi : . . . . . . tahun

B. PETUNJUK PENGISIAN

1. Mohon dengan hormat untuk menjawab semua pernyataan yang tersedia sesuai dengan pendapat bapakibu, dengan memberikan tanda centang √ pada kolom jawaban yang sudah disediakan 2. Berikut ini disajikan pernyataan dengan kategori pilihan jawaban a. Variabel pendapatan dan Variabel Konsumsi Rumah Tangga: Sangat Cukup SC, Cukup C, Kurang Cukup KC, Tidak Cukup TC b. Variabel Kesejahteraan Keluarga: Sangat Terpenuhi ST, Terpenuhi T, Kurang Terpenuhi KT, Tidak Terpenuhi TT 3. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian tentukan pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi dan keadaan bapakibu

C. DAFTAR PERNYATAAN

PENDAPATAN 1. Berkaitan dengan tingkat kecukupan atas pendapatan yang diterima sebagai petani penggarap kopi, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal berikut ini: No. Pernyataan Kategori SC C KC TC 1. Pendapatan yang diterima dari pengupahan dalam hitungan pekerjaan harian 2. Pendapatan yang diterima dari pengupahan dalam hitungan pekerjaan borongan 3. Pendapatan yang diterima dari pekerjaan sampingan atau pekerjaan selain sebagai petani penggarap kopi 4. Pendapatan yang diterima sebagai bonus dari pekerjaan yang dilakukan 5. Pendapatan yang diterima dari anggota keluarga yang bekerja 2. Berkaitan dengan ketepatan pembayaran atas pendapatan yang diterima, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal berikut ini: No. Pernyataan Kategori SC C KC TC 6. Permintaan pembayaran sebelum pekerjaan terselesaikan 7. Ketepatan waktu pembayaran yang diberikan 8. Kesesuaian jumlah pembayaran yang diberikan 9. Kepuasan pemberian bonus yang diberikan 3. Berkaitan dengan kesesuaian pekerjaan atas pendapatan yang diterima, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal berikut ini: No. Pernyataan Kategori SC C KC TC 10. Kesesuaian jenis pekerjaan yang dilakukan dengan pendapatan yang diterima No. Pernyataan Kategori SC C KC TC 11. Kesesuaian pendapatan yang diterima dengan keahlian pada bidang pekerjaan yang dilakukan 12. Pembedaan jenis pekerjaan antara laki- laki dan perempuan KONSUMSI RUMAH TANGGA 1. Berkaitan dengan konsumsi makanan makanan yang biasa dikonsumsi seluruh anggota keluarga, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal- hal berikut ini: No. Pernyataan Kategori SC C KC TC 13. Konsumsi keluarga terhadap makanan makanan pokok beras atau gandum 14. Konsumsi keluarga terhadap buah dan sayur 15 Konsumsi keluarga terhadap sumber protein tahu, tempe, telur, ikan dan daging 16. Konsumsi keluarga terhadap bahan minuman gula, susu, the, kopi dll 17. Konsumsi keluarga terhadap keperluan dapur minyak goring, garam, bawang merah, bawang putih, dll 18. Konsumsi keluarga terhadap makanan ringan snack 19. Konsumsi keluarga terhadap rokok dan atau sirih 20. Konsumsi keluarga terhadap makanan jadi bakso, mie ayam, burger, dll 2. Berkaitan dengan konsumsi bukan makanan seluruh anggota keluarga, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal beikut ini: No. Pernyataan Kategori SC C KC TC 21. Keadaan rumah yang dihuni 22. Penggunaan bahan bakar untuk memasak 23. Perawatan yang dilakukan pada kendaraan yang dimiliki No. Pernyataan Kategori SC C KC TC 24. Kebutuhan keluarga pada penggunaan daya listrik 25. Penggunaan komunikasitelepon pada anggota keluarga 26. Memiliki perlengkapan dan kebutuhan MCK Mandi, cuci dan kebersihan 27. Perlengkapan kosmetik yang dimiliki anggota keluarga 28. Pembayaran untuk biaya pendidikan uang SPP dan buku 29. Jaminan pada kesehatan anggota keluarga 30. Memiliki alat pertanian yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerjaan 31. Kepemilikan barang-barang tahan lama yang bias dibanggakan emas, tv, cd, parabola, dll 32. Pengadaan acara tasyakuran dimasyarakat Yasin-tahlil, RTan, Kelompok kerajinan, dll seperti keluarga lainnya 33. Menghadiri undangan orang yang memiliki hajad atau Ta’ziah 34. Memberikan infaksedekah pada setiap kesempatan yang ada KESEJAHTERAAN KELUARGA 1. Berkaitan dengan kebutuhan pokok kebutuhan berupa sandang, pangan, papan dan kesehatan yang dibutuhkan keluarga, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal berikut ini: No. Pernyataan Kategori ST T KT TT 35. Keluarga dapat makan minimal 2 kali dalam sehari 36. Makanan yang dikonsumsi memenuhi ukuran gizi dan protein yang sesuai 4 sehat 5 sempurna 37. Memiliki beberapa pakaian untuk kegiatan yang berbeda-beda 38 Membeli minimal satu pasang pakian dalam waktu setahun 39. Kondisi rumah tidak perlu perbaikan No. Pernyataan Kategori ST T KT TT 40. Tidak memiliki tanggungan hutang pada orang lain baik berupa barang atau uang 41. Seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat 2. Berkaitan dengan kebutuhan sosial kebutuhan yang berupa interaksi internal dan eksternal, keagamaan, pendidikan, rekreasi, dan transportasi yang dibutuhkan keluarga, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal- hal berikut ini: No. Pernyataan Kategori ST T KT TT 42. Keluarga dalam keadaan damai dan saling menyayangi 43. Memiliki hubungan yang damai dimasyarakat 44. Salah satu anggota keluarga memiliki peran dalam kelembagaan masyarakat 45. Dapat beribadah dengan aman dan nyaman 46. Tidak mengalami dan melakukan tindakan kejahatan 47. Pendidikan anggota keluarga mencapai 12 tahun wajib belajar 48. Mendapatkan pelayanan transportasi 49. Keluarga berekreasi dalam kesempatan yang dimiliki 3. Berkitan dengan kebutuhan pengembangan kebutuhan yang berkaitan dengan tabungan, pendidikan khusus, dan akses terhadap informasi yang dibutuhkan keluarga, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal berikut ini: No. Pernyataan Kategori ST T KT TT 50. Memiliki tabungan yang digunakan untuk jaminan dimasa yang akan datang 51. Mendapatkan informasi dari berbagai sumber tv, koran, internet dll 52. Anggota keluarga memiliki kepastian masa depan yang terjamin 53. Hobi yang dimiliki anggota keluarga dapat tersalurkan Lampiran 3 DAFTAR NAMA UJI COBA PENELITIAN No Nama Kepala Keluarga Jenis Kelamin Alamat 1 Kustanto Laki-laki Desa Mento 2 Rumidi Laki-laki Desa Mento 3 Tumidi Laki-laki Desa Mento 4 Rupinah Perempuan Desa Mento 5 Suratno Laki-laki Desa Muntung 6 Waridi Laki-laki Desa Muntung 7 Mustanir Laki-laki Desa Batursari 8 Walyono Laki-laki Desa Batursari 9 Sumadi Laki-laki Desa Batursari 10 Danik sulistiyo Laki-laki Desa Batursari 11 Paryadi Laki-laki Desa Batursari 12 Wahyudi Laki-laki Desa Batursari 13 Harjo prayitno Laki-laki Desa Batursari 14 Sudarno Laki-laki Desa Gunung Payung 15 Zaenal Laki-laki Desa Gunung Payung 16 Nguadi Laki-laki Desa Gunung Payung 17 Sutrisno Laki-laki Desa Sidoharjo 18 Wasginanto Laki-laki Desa Sidoharjo 19 Nyono Laki-laki Desa Sidoharjo 20 Martono Laki-laki Desa Sidoharjo Lampiran 4 Data Hasil Uji Coba Variabel Instrumen 1. Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pendapatan No Res Jawaban Pernyataan Nomor Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2 28 2 3 3 3 1 2 2 3 4 4 4 3 2 34 3 2 3 1 3 2 2 3 3 2 3 3 3 30 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 29 5 3 3 2 1 3 2 3 2 2 3 2 1 27 6 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 1 4 40 7 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 32 8 3 2 3 2 3 2 3 1 3 2 3 1 28 9 2 2 1 1 3 3 3 2 1 2 2 1 23 10 3 3 2 3 3 3 2 3 1 3 3 1 30 11 3 2 3 3 2 3 3 4 1 3 2 2 31 12 3 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 32 13 3 1 1 2 1 2 1 1 3 2 2 1 20 14 2 3 1 1 2 2 1 1 1 3 2 1 20 15 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 32 16 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 4 1 20 17 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 17 18 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 20 19 2 1 2 1 3 1 3 3 2 3 3 2 26 20 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 3 1 18 114

2. Data Hasil Uji Coba Intrumen Variabel Konsumsi Rumah Tangga

No Res Jawaban Pernyataan Nomor Total 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 1 3 2 2 1 2 1 2 3 1 2 1 3 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 38 2 4 2 4 4 4 1 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 2 52 3 3 3 3 2 3 2 2 1 2 3 1 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 46 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 57 5 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 53 6 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 80 7 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 1 2 2 1 3 3 3 52 8 3 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 3 3 3 54 9 2 2 2 3 3 2 1 4 1 2 1 2 2 3 1 2 1 1 1 3 3 2 44 10 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3 3 65 11 3 2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 62 12 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 59 13 2 2 1 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 3 2 39 14 3 2 2 2 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 53 15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 62 16 1 2 3 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 3 34 17 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 3 1 37 18 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 1 40 19 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 57 20 3 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 2 1 3 35 1 1 4

3. Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kesejahteraan Keluarga

No Res Jawaban Pernyataan Nomor Total 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 3 1 1 1 2 1 4 2 33 2 2 2 2 1 1 1 3 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 3 1 31 3 3 1 1 3 1 2 3 3 3 3 3 4 1 2 2 2 2 2 2 43 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 1 50 5 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 49 6 4 4 1 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 66 7 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 2 46 8 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 2 1 1 49 9 3 2 2 3 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 1 40 10 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 11 4 2 1 2 2 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 2 3 1 2 47 12 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 48 13 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 4 1 30 14 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 44 15 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 2 3 58 16 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 29 17 3 1 2 2 2 1 3 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 1 1 37 18 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 30 19 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 49 20 3 2 2 1 1 1 2 1 2 1 3 2 3 2 1 1 2 1 1 32 1 1 5 Lampiran 5 Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Hasil Validitas a. Variabel Pendapatan Correlations 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 x1 1 Pearson Correlation 1 .597 .542 .585 .535 .747 .577 .449 .109 .612 -.452 .338 .790 Sig. 2-tailed .005 .014 .007 .015 .000 .008 .047 .648 .004 .045 .146 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 2 Pearson Correlation .597 1 .428 .492 .505 .598 .577 .456 -.117 .711 -.218 .413 .764 Sig. 2-tailed .005 .060 .027 .023 .005 .008 .043 .622 .000 .356 .071 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 3 Pearson Correlation .542 .428 1 .326 .450 .432 .556 .556 .157 .311 -.200 .420 .702 Sig. 2-tailed .014 .060 .161 .046 .057 .011 .011 .508 .182 .399 .065 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 4 Pearson Correlation .585 .492 .326 1 .230 .588 .426 .505 -.168 .369 -.148 .526 .668 Sig. 2-tailed .007 .027 .161 .329 .006 .061 .023 .478 .110 .532 .017 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 5 Pearson Correlation .535 .505 .450 .230 1 .559 .617 .343 -.316 .418 -.342 .180 .583 Sig. 2-tailed .015 .023 .046 .329 .010 .004 .139 .175 .066 .139 .447 .007 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 6 Pearson Correlation .747 .598 .432 .588 .559 1 .483 .429 -.223 .407 -.631 .269 .664 Sig. 2-tailed .000 .005 .057 .006 .010 .031 .059 .345 .075 .003 .252 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 7 Pearson Correlation .577 .577 .556 .426 .617 .483 1 .652 .036 .629 -.087 .585 .848 Sig. 2-tailed .008 .008 .011 .061 .004 .031 .002 .881 .003 .715 .007 .000 1 1 6 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 8 Pearson Correlation .449 .456 .556 .505 .343 .429 .652 1 -.032 .628 -.155 .693 .787 Sig. 2-tailed .047 .043 .011 .023 .139 .059 .002 .894 .003 .515 .001 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 9 Pearson Correlation .109 -.117 .157 -.168 -.316 -.223 .036 -.032 1 .051 .244 -.077 .081 Sig. 2-tailed .648 .622 .508 .478 .175 .345 .881 .894 .832 .301 .747 .734 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 10 Pearson Correlation .612 .711 .311 .369 .418 .407 .629 .628 .051 1 -.021 .398 .765 Sig. 2-tailed .004 .000 .182 .110 .066 .075 .003 .003 .832 .932 .082 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 11 Pearson Correlation -.452 -.218 -.200 -.148 -.342 -.631 -.087 -.155 .244 -.021 1 -.153 -.190 Sig. 2-tailed .045 .356 .399 .532 .139 .003 .715 .515 .301 .932 .521 .422 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 12 Pearson Correlation .338 .413 .420 .526 .180 .269 .585 .693 -.077 .398 -.153 1 .660 Sig. 2-tailed .146 .071 .065 .017 .447 .252 .007 .001 .747 .082 .521 .002 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 x1 Pearson Correlation .790 .764 .702 .668 .583 .664 .848 .787 .081 .765 -.190 .660 1 Sig. 2-tailed .000 .000 .001 .001 .007 .001 .000 .000 .734 .000 .422 .002 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. 1 1 7

b. Variabel Konsumsi Rumah Tangga

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 x2 13 Pearson Correlation 1 .435 .413 .417 .561 .370 .425 .028 .671 .656 .438 .729 .532 .346 .617 .266 .469 .381 .300 .127 .345 -.086 .620 Sig. 2-tailed .056 .070 .067 .010 .108 .062 .908 .001 .002 .053 .000 .016 .135 .004 .258 .037 .097 .199 .594 .136 .719 .004 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 14 Pearson Correlation .435 1 .416 .387 .254 .678 .545 .010 .688 .567 .503 .623 .683 .486 .705 .476 .543 .649 .537 .319 .279 .149 .728 Sig. 2-tailed .056 .068 .092 .279 .001 .013 .966 .001 .009 .024 .003 .001 .030 .001 .034 .013 .002 .015 .171 .234 .530 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 15 Pearson Correlation .413 .416 1 .562 .601 .357 .400 -.067 .573 .500 .431 .165 .415 .356 .591 .681 .398 .348 .318 .233 .394 .109 .609 Sig. 2-tailed .070 .068 .010 .005 .123 .081 .778 .008 .025 .058 .487 .069 .123 .006 .001 .082 .133 .171 .322 .085 .646 .004 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 16 Pearson Correlation .417 .387 .562 1 .772 .412 .341 .171 .639 .510 .383 .152 .427 .563 .549 .380 .242 .349 .248 .372 .440 .347 .630 Sig. 2-tailed .067 .092 .010 .000 .071 .141 .471 .002 .022 .095 .523 .060 .010 .012 .099 .304 .131 .292 .106 .052 .134 .003 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 17 Pearson Correlation .561 .254 .601 .772 1 .506 .403 .241 .574 .653 .469 .364 .390 .603 .662 .312 .298 .411 .302 .379 .459 .187 .682 Sig. 2-tailed .010 .279 .005 .000 .023 .078 .307 .008 .002 .037 .114 .089 .005 .001 .181 .201 .072 .196 .100 .042 .430 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 18 Pearson Correlation .370 .678 .357 .412 .506 1 .699 .325 .588 .540 .803 .668 .720 .712 .826 .496 .441 .815 .780 .560 .490 .162 .875 Sig. 2-tailed .108 .001 .123 .071 .023 .001 .162 .006 .014 .000 .001 .000 .000 .000 .026 .051 .000 .000 .010 .028 .495 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 19 Pearson Correlation .425 .545 .400 .341 .403 .699 1 .218 .421 .286 .591 .524 .420 .282 .642 .338 .677 .697 .646 .331 .374 .202 .709 Sig. 2-tailed .062 .013 .081 .141 .078 .001 .355 .064 .222 .006 .018 .065 .229 .002 .145 .001 .001 .002 .154 .104 .392 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Pearson Correlation .028 .010 -.067 .171 .241 .325 .218 1 -.107 .008 .133 .056 .191 .181 .014 .129 -.191 .192 .254 .284 .433 -.212 .224 Sig. 2-tailed .908 .966 .778 .471 .307 .162 .355 .653 .973 .576 .813 .421 .444 .952 .589 .421 .418 .280 .225 .057 .369 .342 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 21 Pearson Correlation .671 .688 .573 .639 .574 .588 .421 -.107 1 .848 .704 .590 .834 .637 .776 .505 .467 .645 .503 .495 .518 .125 .841 1 1 8 Sig. 2-tailed .001 .001 .008 .002 .008 .006 .064 .653 .000 .001 .006 .000 .003 .000 .023 .038 .002 .024 .026 .019 .601 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 22 Pearson Correlation .656 .567 .500 .510 .653 .540 .286 .008 .848 1 .537 .602 .730 .550 .643 .379 .247 .517 .265 .490 .429 .011 .720 Sig. 2-tailed .002 .009 .025 .022 .002 .014 .222 .973 .000 .015 .005 .000 .012 .002 .099 .295 .020 .259 .028 .059 .964 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 23 Pearson Correlation .438 .503 .431 .383 .469 .803 .591 .133 .704 .537 1 .659 .740 .636 .774 .430 .505 .666 .697 .553 .484 .257 .837 Sig. 2-tailed .053 .024 .058 .095 .037 .000 .006 .576 .001 .015 .002 .000 .003 .000 .059 .023 .001 .001 .011 .031 .273 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 24 Pearson Correlation .729 .623 .165 .152 .364 .668 .524 .056 .590 .602 .659 1 .656 .518 .696 .230 .634 .618 .518 .396 .227 .075 .713 Sig. 2-tailed .000 .003 .487 .523 .114 .001 .018 .813 .006 .005 .002 .002 .019 .001 .330 .003 .004 .019 .084 .336 .753 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 25 Pearson Correlation .532 .683 .415 .427 .390 .720 .420 .191 .834 .730 .740 .656 1 .768 .721 .607 .374 .661 .643 .535 .574 -.077 .840 Sig. 2-tailed .016 .001 .069 .060 .089 .000 .065 .421 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .005 .104 .001 .002 .015 .008 .746 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 26 Pearson Correlation .346 .486 .356 .563 .603 .712 .282 .181 .637 .550 .636 .518 .768 1 .762 .483 .353 .573 .600 .501 .530 .048 .767 Sig. 2-tailed .135 .030 .123 .010 .005 .000 .229 .444 .003 .012 .003 .019 .000 .000 .031 .127 .008 .005 .025 .016 .840 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 27 Pearson Correlation .617 .705 .591 .549 .662 .826 .642 .014 .776 .643 .774 .696 .721 .762 1 .515 .605 .736 .690 .347 .396 .116 .899 Sig. 2-tailed .004 .001 .006 .012 .001 .000 .002 .952 .000 .002 .000 .001 .000 .000 .020 .005 .000 .001 .134 .084 .627 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 28 Pearson Correlation .266 .476 .681 .380 .312 .496 .338 .129 .505 .379 .430 .230 .607 .483 .515 1 .405 .563 .645 .397 .347 -.150 .636 Sig. 2-tailed .258 .034 .001 .099 .181 .026 .145 .589 .023 .099 .059 .330 .005 .031 .020 .077 .010 .002 .083 .133 .528 .003 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 29 Pearson Correlation .469 .543 .398 .242 .298 .441 .677 -.191 .467 .247 .505 .634 .374 .353 .605 .405 1 .647 .560 .367 .111 .298 .631 Sig. 2-tailed .037 .013 .082 .304 .201 .051 .001 .421 .038 .295 .023 .003 .104 .127 .005 .077 .002 .010 .112 .643 .202 .003 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 30 Pearson Correlation .381 .649 .348 .349 .411 .815 .697 .192 .645 .517 .666 .618 .661 .573 .736 .563 .647 1 .852 .687 .444 .008 .842 Sig. 2-tailed .097 .002 .133 .131 .072 .000 .001 .418 .002 .020 .001 .004 .001 .008 .000 .010 .002 .000 .001 .050 .973 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 1 1 9 Correlations Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed 31 Pearson Correlation .300 .537 .318 .248 .302 .780 .646 .254 .503 .265 .697 .518 .643 .600 .690 .645 .560 .852 1 .448 .484 -.145 .764 Sig. 2-tailed .199 .015 .171 .292 .196 .000 .002 .280 .024 .259 .001 .019 .002 .005 .001 .002 .010 .000 .048 .031 .542 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 32 Pearson Correlation .127 .319 .233 .372 .379 .560 .331 .284 .495 .490 .553 .396 .535 .501 .347 .397 .367 .687 .448 1 .474 .238 .631 Sig. 2-tailed .594 .171 .322 .106 .100 .010 .154 .225 .026 .028 .011 .084 .015 .025 .134 .083 .112 .001 .048 .035 .313 .003 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 33 Pearson Correlation .345 .279 .394 .440 .459 .490 .374 .433 .518 .429 .484 .227 .574 .530 .396 .347 .111 .444 .484 .474 1 -.037 .612 Sig. 2-tailed .136 .234 .085 .052 .042 .028 .104 .057 .019 .059 .031 .336 .008 .016 .084 .133 .643 .050 .031 .035 .878 .004 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 34 Pearson Correlation -.086 .149 .109 .347 .187 .162 .202 -.212 .125 .011 .257 .075 -.077 .048 .116 -.150 .298 .008 -.145 .238 -.037 1 .160 Sig. 2-tailed .719 .530 .646 .134 .430 .495 .392 .369 .601 .964 .273 .753 .746 .840 .627 .528 .202 .973 .542 .313 .878 .501 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 x2 Pearson Correlation .620 .728 .609 .630 .682 .875 .709 .224 .841 .720 .837 .713 .840 .767 .899 .636 .631 .842 .764 .631 .612 .160 1 Sig. 2-tailed .004 .000 .004 .003 .001 .000 .000 .342 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .003 .000 .000 .003 .004 .501 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 1 2

c. Variabel Kesejahteraan Keluarga

Correlations 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 y 35 Pearson Correlation 1 .541 -.216 .439 .486 .623 .605 .690 .569 .499 .771 .539 .743 .515 .474 .388 .334 -.372 .467 .707 Sig. 2-tailed .014 .360 .053 .030 .003 .005 .001 .009 .025 .000 .014 .000 .020 .035 .091 .150 .106 .038 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 36 Pearson Correlation .541 1 .117 .433 .745 .564 .682 .332 .291 .408 .574 .451 .656 .439 .728 .520 .593 .015 .642 .774 Sig. 2-tailed .014 .625 .057 .000 .010 .001 .153 .213 .074 .008 .046 .002 .053 .000 .019 .006 .951 .002 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 37 Pearson Correlation -.216 .117 1 .119 .251 .141 .091 .115 .359 .223 -.037 -.040 .018 .418 .154 .012 .203 -.023 .047 .227 Sig. 2-tailed .360 .625 .618 .286 .554 .702 .628 .120 .344 .878 .868 .939 .067 .517 .960 .390 .923 .843 .336 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 38 Pearson Correlation .439 .433 .119 1 .513 .341 .420 .520 .642 .785 .559 .569 .327 .415 .619 .513 .470 -.305 .480 .699 Sig. 2-tailed .053 .057 .618 .021 .141 .066 .019 .002 .000 .010 .009 .160 .069 .004 .021 .037 .192 .032 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 39 Pearson Correlation .486 .745 .251 .513 1 .703 .632 .399 .474 .658 .603 .301 .568 .507 .776 .666 .584 -.124 .783 .838 Sig. 2-tailed .030 .000 .286 .021 .001 .003 .081 .035 .002 .005 .198 .009 .023 .000 .001 .007 .604 .000 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 40 Pearson Correlation .623 .564 .141 .341 .703 1 .509 .591 .449 .417 .515 .487 .415 .568 .740 .703 .563 .122 .718 .806 Sig. 2-tailed .003 .010 .554 .141 .001 .022 .006 .047 .067 .020 .030 .069 .009 .000 .001 .010 .609 .000 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 41 Pearson Correlation .605 .682 .091 .420 .632 .509 1 .616 .518 .517 .557 .474 .519 .468 .423 .266 .342 -.163 .550 .707 Sig. 2-tailed .005 .001 .702 .066 .003 .022 .004 .019 .020 .011 .035 .019 .037 .063 .256 .140 .491 .012 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 42 Pearson Correlation .690 .332 .115 .520 .399 .591 .616 1 .695 .557 .598 .466 .346 .545 .486 .327 .291 -.147 .442 .689 1 2 1 Sig. 2-tailed .001 .153 .628 .019 .081 .006 .004 .001 .011 .005 .038 .135 .013 .030 .159 .214 .537 .051 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 43 Pearson Correlation .569 .291 .359 .642 .474 .449 .518 .695 1 .696 .498 .516 .356 .503 .500 .302 .183 -.252 .427 .677 Sig. 2-tailed .009 .213 .120 .002 .035 .047 .019 .001 .001 .025 .020 .123 .024 .025 .196 .439 .285 .060 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 44 Pearson Correlation .499 .408 .223 .785 .658 .417 .517 .557 .696 1 .617 .476 .481 .556 .676 .594 .447 -.352 .530 .774 Sig. 2-tailed .025 .074 .344 .000 .002 .067 .020 .011 .001 .004 .034 .032 .011 .001 .006 .048 .127 .016 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 45 Pearson Correlation .771 .574 -.037 .559 .603 .515 .557 .598 .498 .617 1 .540 .638 .541 .598 .448 .724 - .496 .552 .767 Sig. 2-tailed .000 .008 .878 .010 .005 .020 .011 .005 .025 .004 .014 .002 .014 .005 .047 .000 .026 .012 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 46 Pearson Correlation .539 .451 -.040 .569 .301 .487 .474 .466 .516 .476 .540 1 .214 .389 .516 .501 .426 .065 .596 .671 Sig. 2-tailed .014 .046 .868 .009 .198 .030 .035 .038 .020 .034 .014 .364 .090 .020 .024 .061 .786 .006 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 47 Pearson Correlation .743 .656 .018 .327 .568 .415 .519 .346 .356 .481 .638 .214 1 .608 .415 .322 .392 - .448 .244 .611 Sig. 2-tailed .000 .002 .939 .160 .009 .069 .019 .135 .123 .032 .002 .364 .004 .069 .166 .087 .048 .301 .004 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 48 Pearson Correlation .515 .439 .418 .415 .507 .568 .468 .545 .503 .556 .541 .389 .608 1 .452 .351 .581 -.379 .232 .678 Sig. 2-tailed .020 .053 .067 .069 .023 .009 .037 .013 .024 .011 .014 .090 .004 .045 .129 .007 .099 .325 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 49 Pearson Correlation .474 .728 .154 .619 .776 .740 .423 .486 .500 .676 .598 .516 .415 .452 1 .841 .688 .126 .769 .879 Sig. 2-tailed .035 .000 .517 .004 .000 .000 .063 .030 .025 .001 .005 .020 .069 .045 .000 .001 .597 .000 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 1 2 2 50 Pearson Correlation .388 .520 .012 .513 .666 .703 .266 .327 .302 .594 .448 .501 .322 .351 .841 1 .584 .202 .783 .753 Sig. 2-tailed .091 .019 .960 .021 .001 .001 .256 .159 .196 .006 .047 .024 .166 .129 .000 .007 .394 .000 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 51 Pearson Correlation .334 .593 .203 .470 .584 .563 .342 .291 .183 .447 .724 .426 .392 .581 .688 .584 1 -.166 .480 .693 Sig. 2-tailed .150 .006 .390 .037 .007 .010 .140 .214 .439 .048 .000 .061 .087 .007 .001 .007 .484 .032 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 52 Pearson Correlation -.372 .015 -.023 -.305 -.124 .122 -.163 -.147 -.252 -.352 - .496 .065 - .448 -.379 .126 .202 -.166 1 .155 -.103 Sig. 2-tailed .106 .951 .923 .192 .604 .609 .491 .537 .285 .127 .026 .786 .048 .099 .597 .394 .484 .514 .665 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 53 Pearson Correlation .467 .642 .047 .480 .783 .718 .550 .442 .427 .530 .552 .596 .244 .232 .769 .783 .480 .155 1 .793 Sig. 2-tailed .038 .002 .843 .032 .000 .000 .012 .051 .060 .016 .012 .006 .301 .325 .000 .000 .032 .514 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Y Pearson Correlation .707 .774 .227 .699 .838 .806 .707 .689 .677 .774 .767 .671 .611 .678 .879 .753 .693 -.103 .793 1 Sig. 2-tailed .000 .000 .336 .001 .000 .000 .000 .001 .001 .000 .000 .001 .004 .001 .000 .000 .001 .665 .000 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.2. 1 2 3

2. Hasil Reliabilitas