1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan secara teoritis tentang pengaruh pendapatan
dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung
b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi sebagai pertimbangan pengambilan kebijakan dalam menentukan tolak ukur
pengupahan dan
penggolongan masyarakat
dalam ukuran
kesejahteraan keluarga b. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi petani sebagai tolak ukur
dalam membangun keluarga yang lebih sejahtera ditahun-tahun yang akan datang.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesejahteraan Keluarga 2.1.1 Konsep Dasar Kesejahteraan Keluarga
Keadaan sejahtera relatif berbeda pada setiap individu maupun keluarga dan ditentukan oleh falsafah hidup masing-masing. Kondisi sejahtera bersifat
tidak tetap dan dapat berubah setiap saat baik dalam waktu cepat atau lambat. Untuk mencapai dan mempertahankan kesejahteraan manusia harus berusaha
secara terus menerus dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan, sesuai dengan tuntutan hidup yang selalu berkembang dan tidak ada batasan waktunya
Kuswardinah, 2007:2 Secara keseluruhan konsep kesejahteraan sangat beragam. Menurut
undang-undang No. 52 Tahun 2009 menyatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME dan memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Dalam konsep yang lebih beragam Ishak 2012:10 menyatakan bahwa konsep kesejahteraan meliputi aspek
kehidupan manusia pada setiap individu atau sebuah keluarga yang meliputi: 1 Pembangunan modal insan; 2. Kerohanian; 3 Ekonomi; 4 Psikologikal; 5
dan sosial. Tidak jauh berbeda dengan yang dinyatakan oleh Puspawati 2013:7 bahwa kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat dan tidak terlihat,
misalnya: fisik, kesehatan dan spiritual. Lebih lanjut kesejahteraan meliputi aspek-aspek ; 1 Economical well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi; indikator
yang digunakan adalah pendapatan GNP, GDP, pendapatan perkapita per bulan, nilai asset; 2 Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial; indikator yang
digunakan diantaranya tingkat pendidikan SDMI-SMPMTS-SMAMA-PT; Pendidikan Non-Formal Paket A, B, C; melek aksara atau buka aksara dan status
dan jenis pekerjaan white collar= elitprofessional, blue collar = proletar buruh pekerja; punya pekerjaan tetap atau pengangguran; 3 Physical well-being, yaitu
kesejahteraan fisik; indikator yang digunakan adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas dan tingkat mobilitas; 4 Psychological spiritual mental, yaitu
kesejahteraan psikologi; indikator yang digunakan adalah sakit jiwa, tingkat stress, tingkat bunuh diri, tingkat perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal
perkosaan, pencurianperampokan,
penyiksaanpembunuhan, penggunaan
narkobanapsa, perusakan, dan tingkat kebebasan seks. Setiap aspek kehidupan dalam keluarga diupayakan untuk mencapai
kesejahteraan keluarga. Indikator dari ketercapaian kesejahteraan keluarga dengan terpenuhinya segala kebutuhan. Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan hidup
merupakan tuntutan bagi semua keluarga. Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang mampu memberikan rasa aman
dan nyaman pada seluruh anggota keluarga. Tingkatan kebutuhan yang harus dipenuhi menurut Kuswardinah 2007:18-20 yaitu; 1 kebutuhan jasmani, adalah
kebutuhan pokok keluarga dan alat, barang serta uang yang digunakan untuk memudahkan aktifitas sehari-hari; 2 kebutuhan rokhani, adalah kebutuhan yang
mencakupi agama dan pendidikan; 3 kebutuhan sosial psikologis, adalah kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial serta dorongan emosi yang
menimbulkan perasaan seperti: sedih dan gembira; 4 dan kebutuhan kesehatan, berupa kesehatan jasmani dan kesehatan rokhani.
Tidak jauh berbeda dengan Maslow 1943 dalam bukunya yang berjudul Theory of human motivation mengidentifikasikan kebutuhan dalam bentuk yang
hierarkis kedalam lima tingkatan Nitisusastro, 2012:46-54 yaitu; 1 kebutuhan fisik physical need, adalah kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal dan
bebas dari rasa sakit; 2 kebutuhan rasa aman safety need, adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau
lingkungan; 3 kebutuhan sosial sosial need, adalah kebutuhan kehidupan sosial dan rasa cinta, yakni: kebutuhan akan teman, afiasi, interaksi dan cinta, 4
kebutuhan harga diri estem need, adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain; 5 kebutuhan perwujudan diri self-actualization
need, adalah kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi.
Alderfer 1972 setuju dengan teori Maslow bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan yang tersusun secara hierarkis. Akan tetapi, hierarki
kebutuhannya meliputi tiga perangkat kebutuhan, yaitu: 1 ekstensi, adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, air, udara, upah
dan kondisi kerja; 2 keterkaitan, adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan antar pribadi yang bermanfaat; 3 pertumbuhan,
adalah kebutuhan dimana individu merasa puas dengan membuat suatu kontribusi yang kreatif dan produktif Setiadi, 2003:109.
Lain halnya dengan BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional membagi kesejahteraan keluarga ke dalam pemenuhan tiga kebutuhan
yakni: 1 kebutuhan dasar basic needs yang terdiri dari variabel pangan, sandang, papan kesehatan; 2 kebutuhan sosial psikologis social
psychological needs yang terdiri dari variabel pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan eksternal; 3 kebutuhan pengembangan
Development needs yang terdiri dari variabel tabungan, pendidikan khusus, akses terhadap informasi
Pada dasarnya jenis kebutuhan yang disebutkan oleh beberapa ahli mempunyai banyak kesamaan. Berbagai kebutuhan perlu dipenuhi oleh setiap
keluarga dalam hidupnya, agar tujuan keluarga dalam mencapai keluarga sejahtera dapat terwujud. Kondisi kesejahteraan keluarga terjadi pada suatu
keadaan ketika keluarga dapat memenuhi segala macam kebutuhannya baik kebutuhan fisik, spriritual, materiil maupun sosial sehingga keluarga dapat hidup
sesuai dengan lingkungannya hingga mencapai kepuasan dan kemakmuran.
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
Berbagai macam kebutuhan dan kesungguhan dalam memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan keluarga tidak sama bagi semua keluarga. Hal
tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor internal, eksternal dan unsur manajemen keluarga. Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi:
pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan
aset dan tabungan; sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan adalah kemudahan akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan
pemerintah, kemudahan akses dalam kredit barangperalatan dan lokasi tempat tinggal. Sementara itu, unsur manajemen sumber daya keluarga yang
mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, pembagian tugas dan pengontrolan kegiatan Iskandar, 2011:138-139. Hal tersebut sependapat dengan
pernyataan BPS Badan Pusat Statistik bahwa indikator yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah pendidikan isteri, kepemilikan asset, pendapatan,
pekerjaan kepala keluarga dan perencanaan keluarga. Tidak jauh berbeda dengan pernyataan BKKBN Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional bahwa kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh variabel demografi jumlah anggota keluarga dan usia, ekonomi pendapatan,
pekerjaan, kepemilikan asset dan tabungan, manajemen sumber daya keluarga dan lokasi tempat tinggal.
Sunarti 2011 menyatakan bahwa faktor-faktor kesejahteraan keluarga lebih luas, faktor-faktor tersebut diantaranya: 1 kemiskinan; hasil korelasi
menunjukkan semakin tinggi prosentase warga terkategori miskin di suatu wilayah maka semakin tinggi prosentase keluarga terkategori tidak sejahtera; 2
kepadatan penduduk; ketika suatu wilayah memiliki kepadatan penduduk yang semakin tinggi maka akses terhadap sumber daya ekonomi dan kesempatan
berusaha serta kesempatan memperoleh layanan semakin terbatas sehingga pemenuhan kebutuhan pokok penduduk terbatas; 3 PDRB migas dan non migas;
dimana semakin tinggi prosentase keluarga sejahtera maka semakin kecil
sumbangan PDRB migas maupun non migas; 4 Pasangan usia subur ber-KB; kondisi semakin tinggi keluarga tidak sejahtera maka di suatu wilayah semakin
rendah pasangan usia subur ber-KB; 5 Rataan jumlah anggota keluarga, ketika semakin besar prosentase keluarga tidak sejahtera maka semakin besar rataan
jumlah angota keluarga; 6 sanitasi rumah; ketidak sejahteraan keluarga dicerminkan pada prosentase penduduk dengan sanitasi yang tidak layak dan
sebaliknya; 7 standard luas rumah penduduk; keluarga yang mimiliki lahan kurang dari 7m
2
berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga; 8 laju pertumbuhan penduduk dan pengangguran; faktor ini menunjukkan hasil korelasi
yang tidak signifikan dengan kesejahteraan keluarga; 9 indeks pembangunan manusia; semakin besar tingkat keluarga tidak sejahtera maka semakin rendah
indeks pembangunan manusianya. Dalam sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan erat dengan besaran
pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan dan dikeluarkan sebagai bentuk konsumsi untuk mencapai kesejahteraan. Sebagaimana penelitian oleh Wagle et
al. 2006:75, menyatakan : “Income and consumption are straight forward and extremely useful
measures of economic welfare, as they capture the means by which individuals and households can achieve human well-being. Income and
consumption tend to highly correlate with each other because consumption derives from income and income is essential for
consumption.
” Dapat diartikan bahwa pendapatan dan konsumsi merupakan variabel
sederhana yang menentukan kesejahteraan ekonomi, karena baik secara individu maupun rumah tangga dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Pendapatan dan konsumsi cenderung sangat berhubungan satu sama lain karena konsumsi berasal dari pendapatan dan pendapatan sangat penting untuk konsumsi.
Sebagaimana juga penelitian Ndakularak dkk 2011:147-152, yang menyatakan bahwa besaran konsumsi mempengaruhi kesejahteraan yang
berkaitan dengan indeks pembangunan manusia. Konsumsi rumah tangga yang menjadi indikator dari kesejahteraan keluarga diantaranya adalah pengeluaran
untuk makanan, pendidikan dan kesehatan. Sebagaimana dinyatakan oleh Sukirno 2005:7 bahwa salah satu pilihan yang digunakan dalam memaksimumkan
pendapatan adalah pilihan dalam mengkonsumsi. Pilihan dalam mengkonsumsi berkaitan dengan cara yang dilakukan oleh setiap individu untuk menentukan
barang yang dibeli dan jumlah pembelian hingga dapat mencapai kepuasan yang maksimum.
2.1.3 Tahapan-Tahapan Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dikembangkan kedalam lima indikator yang
meliputi keluarga Pra-Sejahtera, Keluarga Sejahtera-1, Keluarga Sejahtera-II, Keluarga sejahtera-III, dan keluarga Sejahtera-III plus. Pengertian masing-masing
tingkatan keluarga sejahtera meliputi : 1. Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya basic needs secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan
2. Keluarga KS-I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam
keadaan sehat, mempunyai penghasian, bias baca dan tulis latin dan keluarga berencana
3. Keluarga KS-II adalah keluarga-keluarga disamping telah memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk peningkatan
agama, menabung berinteraksi dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan mampu memperoleh informasi
4. Keluarga KS-III adalah keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya,
namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk
materiil untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau
yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya.
5. Keluarga KS-III plus adalah keluarga-keluarga yang telah mampu memenuhi semua kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun yang bersifat pengembangan, serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
2.2 Pendapatan
2.2.1 Konsep Dasar Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu unsur penting dalam perekonomian yang berperan meningkatkan derajat hidup orang banyak melalui kegiatan produksi
barang dan jasa. Besarnya pendapatan seseorang bergantung pada jenis pekerjaannya. Menurut Pass 1994:287, pendapatan adalah uang yang diterima
oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. Bersama-sama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun,
dan lain sebagainya. Dalam analisis mikro ekonomi, istilah pendapatan khususnya dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode
waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang masing-masing dalam bentuk sewa, upah dan
bungalaba secara berurutan. Begitu juga dengan yang dinyatakan Raharja dan Manurung 2001: 266
bahwa pendapatan merupakan total penerimaan berupa uang maupun bukan uang oleh seseorang atau rumah tangga selama periode tertentu. Dalam bentuk
bukan uang yang diterima oleh seseorang misalnya berupa barang, tunjangan beras, dan sebagainya. Penerimaan yang diterima tersebut berasal dari penjualan
barang dan jasa yang dihasilkan dalam kegiatan usaha. Tidak jauh berbeda pula dengan yang dirumuskan oleh BPS Badan Pusat
Statistik yang menyatakan bahwa pendapatan yaitu keseluruhan jumlah penghasilan yang diterima oleh seseorang sebagai balas jasa berupa uang dari
segala hasil kerja atau usahanya baik dari sektor formal maupun non formal yang terhitung dalam jangka waktu tertentu.
Pada dasarnya pendapatan rumah tangga berasal dari berbagai sumber, kondisi ini bisa terjadi karena masing-masing anggota rumah tangga mempunyai
lebih dari satu jenis pekerjaan baik sebagai pekerjaan tetap maupun pekerjaan pengganti. Sementara Case dan Fair 2007:403 menyebutkan bahwa pendapatan
seseorang pada dasarnya berasal dari tiga macam sumber meliputi: 1 berasal dari upah atau gaji yang diterima sebagai imbalan tenaga kerja; 2 berasal dari
hak milik yaitu modal, tanah, dan sebagainya; dan 3 berasal dari pemerintah. Sedangkan menurut Reksohadiprodjo 2000:25 kaitannya pendapatan dengan
kesejahteraan keluarga bahwa manusia menilai pekerjaan berdasarkan pada besaran upah dan kondisi kerja.
Berdasarkan deskripsi tentang pendapatan seperti tersebut di atas, maka pendapatan rumah tangga penggarap kopi diklasifikasikan sebagai pendapatan
total buruh penggarap kopi, yaitu besarnya pendapatan total anggota keluarga yang diperoleh dari penjumlahan pendapatan pokok dari penghasilan sebagai
pekerja buruh penggarap kopi.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Sebelumnya telah diketahui bahwa pendapatan merupakan sejumlah penghasilan yang diterima dalam waktu tertentu sebagai balas jasa dari faktor-
faktor produksi berupa upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya Pass, 1994:287.
Petani penggarap kopi merupakan salah satu faktor produksi sebagai tenaga kerja. Pembayaran kepada tenaga kerja dapat dibedakan kepada dua
pengertian: gaji dan upah. Menurut Sukirno 2010:350-351 gaji diartikan sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja tetap dan tenaga kerja professional,
seperti pegawai pemerintah, dosen, guru, manajer dan akuntan. Pembayaran tersebut biasanya sebulan sekali. Sedangkan upah dimaksud sebagai pembayaran
kepada pekerja-pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpindah-pindah, seperti misalnya pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu dan buruh kasar.
Upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha.
Antara para pekerja maupun di berbagai golongan tenaga kerja terdapat perbedaan upah sebagai pendapatannya. Menurut Sukirno 2010:364-366 faktor-
faktor yang membedakan upah di antara pekerja-pekerja di dalam suatu jenis kerja dan golongan pekerjaan tertentu yaitu: 1 Perbedaan corak permintaan dan
penawaran dalam berbagai jenis pekerjaan, ketika dalam suatu pekerjaan terdapat penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak permintaannya,
maka upah cenderung mencapai tingkat rendah begitu juga sebaliknya; 2 Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan, pada golongan pekerjaan yang
memerlukan fisik dan berada dalam keadaan yang tidak menyenagkan akan menuntut upah yang lebih besar dari pekerjaan yang ringan dan mudah
dikerjakan; 3 Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan, sehingga pekerja yang lebih tinggi pendidikannya memperoleh pendapatan yang lebih tinggi karena
pendidikannya mempertimbangkan kemampuan kerja yang akan menaikkan
produktivitas; 4 Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan; 5 Ketidak sempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja, dalam faktor ini
mobilitas kerja terjadi karena dua faktor yaitu faktor institusional dan faktor geografis.
2.3 Konsumsi Rumah Tangga 2.3.1 Konsep Dasar Konsumsi Rumah Tangga
Dalam ilmu ekonomi, pengertian konsumsi lebih luas dari pada konsumsi yang terjadi dalam sehari-hari yang hanya dianggap berupa makanan dan
minuman saja. Menurut Soeharno 2007:6 Konsumsi adalah kegiatan memanfaatkan barang-barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Konsumsi merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh setiap orang untuk bertahan hidup. Dalam ilmu ekonomi semua pengeluaran selain yang digunakan
untuk tabungan dinamakan konsumsi. Menurut Samuelson 2004:125 Konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa
akhir yang berguna untuk mendapatkan kepuasan maupun memenuhi kebutuhan. Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya adalah untuk
memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun
kebutuhan sekunder, sampai dengan kebutuhan tersier. Tingkat konsumsi memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau keluarga. Sehingga
dapat diketahui bahwa konsumsi rumah tangga tidak berhenti pada tahap tertentu, tetapi selalu meningkat hingga mencapai pada titik kepuasan dan kemakmuran
tertinggi hingga merasa sejahtera.
Lain halnya menurut Sukirno 1994:38 bahwa konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai
jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu. Pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan,
membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya dan
termasuk pembelanjaan yang dinamakan konsumsi. Dumairy 1986:114 sependapat dengan yang dikatakan oleh Sukirno
bahwa konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Ketika semakin besar pendapatan maka akan semakin besar pengeluaran untuk
konsumsi. Sehingga untuk mendapatkan konsumsi, seseorang harus mempunyai pendapatan, dengan besar kecilnya pendapatan seseorang sangat menentukan
tingkat konsumsi.
2.3.2 Pola Konsumsi
Pola konsumsi dapat dikatakan sebagai suatu kondisi kecenderungan terhadap pengeluaran keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dengan pertimbangan terhadap lingkungan dan kehidupan kebudayaan masyarakat. Pola konsumsi dijadikan sebagai standard hidup seseorang. Dimana
standar hidup itu berupa ukuran taraf hidup yang layak dan wajar atau pantas seperti selayaknya kehidupan orang lain. Taraf hidup yang harus dipenuhi
adalah dengan memenuhi segala kebutuhan baik berupa barang maupun jasa. Samuelson 2004:126 membagi konsumsi menjadi tiga kategori yaitu:
barang tahan lama, barang tidak tahan lama dan jasa. Sektor jasa berkembang
semakin penting karena kebutuhan-kebutuhan dasar untuk makanan terpenuhi dan kesehatan, rekreasi dan pendidikan menuntut bagian yang lebih dari
anggaran keluarga. Yang dimaksud dengan barang tahan lama diantaranya: kendaraan bermotor dan suku cadang, mebel dan perlengkapan rumah tangga
dan lain sebagainya. barang tidak tahan lama diantaranya: makanan, pakaian, sepatu, barang-barang energi dan lain sebagainya. sedangkan yang merupakan
jasa diantaranya: perumahan, operasi rumah tangga, transportasi, perawatan medis, rekreasi dan lain sebagainya.
Lain halnya menurut BPS bahwa pengeluaran untuk konsumsi digunakan untuk dua hal yaitu: 1 pengeluaran konsumsi untuk makanan, dan; 2
pengeluaran konsumsi bukan makanan. Hal yang sama dinyatakan oleh Dumairy 1996:117 yang mengalokasikan konsumsi masyarakat kedalam dua kelompok
penggunaan, yaitu: pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk bukan makanan. Masing-masing kelompok pengeluaran dirinci sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar Alokasi Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
A. MAKANAN
B. BUKAN MAKANAN
1. Padi-padian 2. Umbi-umbian
3. Ikan 4. Daging
5. Telur dan susu 6. Sayur-sayuran
7. Kacang-kacangan 8. Buah-buahan
9. Minyak dan lemak 10. Bahan minuman
11. Bumbu-bumbuan 12. Bahan pangan lain
13. Makanan jadi 14. Minuman beralkohol
15. Tembakau dan sirih 1. Perumahan dan bahan bakar
2. Aneka barang dan jasa a. Bahan perawatan badan
sabun, pasta gigi, parfum, dsb
b. Bacaan c. Komunikasi
d. Kendaraan bermotor e. Transportasi
f. Pembantu dan sopir
3. Biaya pendidikan 4. Biaya kesehatan
5. Pakaian, alas kaki, tutup kepala 6. Barang-barang tahan lama
7. Pajak dan premi asuransi 8. Keperluan pesta dan upacara
Pola konsumsi setiap rumah tangga satu dengan yang lainnya berbeda. Dimana tidak ada dua keluarga yang menghabiskan pendapatannya untuk
konsumsi mereka dengan cara yang sama. Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya baik dalam kecenderungan yang mengarah
pada unsur makanan atau non makanan. Kecenderungan mengkonsumsi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pola konsumsi antara lain sebagai berikut : 1 Tingkat pendapatan masyarakat yaitu tingkat pendapatan income = I dapat digunakan untuk dua tujuan:
konsumsi consumption = C dan tabungan saving = S, besar kecilnya pendapatan yang diterima seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi; 2
Selera konsumen, setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dan ini akan mempengaruhi pola konsumsi; 3 Harga barang, jika harga suatu barang
mengalami kenaikan, maka konsumsi barang tersebut akan mengalami penurunan; 4 Tingkat pendidikan, tinggi rendahnya pendidikan akan
berpengaruh terhadap perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsinya; 5 Jumlah keluarga, maka semakin besar jumlah keluarga makan akan semakin banyak
kebutuhan yang harus dipenuhi; 6 Lingkungan, keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku konsumsi masyarakat.
2.3 Teori Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk 1994, dalam bukunya yang berjudul Consumer Behaviour, menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua tindakan yang
dilakukan seseorang untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk. Dalam kegiatan mencari tentu saja tidak hanya sebatas
pada barang dan jasa yang dibutuhkan melainkan juga terkait pada barang dan jasa yang diinginkan yang meliputi: kualitas, harga, ukuran, cara
mendapatkannya, cara penggunaannya dan sebagainya Nitisusastro, 2013:31. Pemahaman pendapat yang sedikit lebih luas dinyatakan oleh Engel et al,
1994:3 yang menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan langsung untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan. Lain halnya dengan yang dikatakan The American Marketing Association bahwa
perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya ketika manusia melakukan kegiatan pertukaran
dalam hidup mereka. Perilaku konsumen adalah dinamis, ini berarti bahwa perilaku seorang konsumen, group konsumen, ataupun masyarakat luas selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, ini berarti bahwa perilaku konsumen erat kaitannya dengan kegiatan
pemasaran yang sejauh ini juga melakukan pertukaran Setiadi, 2003:2-7. Menurut Umar 2002:50 perilaku konsumen terbagi menjadi dua bagian
yaitu: 1 perilaku yang tampak, diantaranya adalah jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dengan siapa dan bagaimana konsumen melakukan pembelian; 2
perilaku yang tidak tampak, diantaranya adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan oleh konsumen. Hal tersebut didukung oleh
Simamora 2004:2 yang menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan
siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Perilaku
yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif dan apa yang
mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam- macam.
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Umar 2002:50- 51, yaitu: 1 faktor sosial budaya yang terdiri atas kebudayaan baik dalam
budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi maupun keluarga; 2 faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan
dan sikap. Perilaku konsumen sangat menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah
yang berupa desakan yang membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan.
Dalam pandangan yang sedikit lebih luas Engel et al, 1994:46-60 menyebutkan bahwa pengaruh yang mendasari pada perilaku konsumen terbagi
menjadi tiga kategori: 1 pengaruh lingkungan, bahwa konsumen hidup di dalam lingkungan yang kompleks diantaranya: budaya, kelas sosial, pengaruh
pribadi, keluarga dan situasi; 2 perbedaan individu, dapat disebut juga sebagai faktor internal yang meliputi: sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan,
pengetahuan, sikap serta kepribadian, gaya hidup dan demografi; 3 proses psikologis, yang dianggap sebagai minat dalam konsumsi yang meliputi:
pengolahan informasi, pembelajaran serta perubahan sikap dan perilaku. Lain halnya dengan Simamora 2004:6-14 dan Setiadi 2003, 11-15 yang
membagi atas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen kedalam
empat bagian yaitu: 1 faktor kebudayaan, meliputi kebudayaan, sub-budaya, dan kelas sosial; 2 faktor sosial, meliputi kelompok referensi, keluarga serta
peran dan status sosial; 3 faktor Individu, meliputi usia, tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri; 4 faktor
psiklogis, meliputi: motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.
2.4 Perilaku Konsumen dalam Pemasaran
Perilaku konsumen merupakan bagian dari manajemen pemasaran yang berhubungan dengan manusia sebagai pasar sasaran. Pelanggan merupakan
komponen lingkungan yang mampu mempengaruhi pencapaian tujuan pemasaran. Prinsip pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi
tergantung pada seberapa mampu organisasi tersebut memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan dan memenuhinya secara lebih efisien dan efektif
dibandingkan pesaing Simamora, 2004:25. Nitisusastro 2013:61 menghubungkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen berkaitan dengan pemasaran kedalam dua bagian yaitu: 1 faktor internal adalah unsur-unsur internal psikologis yang melekat pada setiap
individu konsumen meliputi unsur-unsur persepsi, kepribadian, pembelajaran, motivasi dan sikap; 2 faktor eksternal adalah semua kejadian yang berkembang
secara dinamis disekitar lingkungan kehidupan konsumen yang meliputi dua kelompok yaitu sub-faktor pemasar seperti produk, harga, saluran distribusi dan
promosi, sedangkan sub-faktor budaya seperti demografi, keluarga, kelas sosial, dan referensi kelompok.
Keterkaitan perilaku konsumen dengan pemasaran tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Enggel et, al 1994:62 yang digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Pandangan Umum Perilaku Konsumen Sampai Kepada Strategi Pemasaran
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa keterkaitan perilaku konsumen dalam konteks pemasaran agar konsumen tertarik dengan barang dan
jasa yang ditawarkan dengan menggunakan strategi pemasaran. Menurut Setiadi 2003:9-11 Startegi pemasaran marketing strategi adalah suatu rencana yang
didesain untuk mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau
frekuensi perilaku konsumen dalam pembelian produk tertentu. Sangat sedikit keputusan strategi pemasaran yang tidak mempertimbangkan perilaku
konsumen. Dengan demikian, elemen strategi pemasaran yang digunakan untuk
PENGARUH LINGKUNGAN Budaya
Kelas Sosial Pengaruh pribadi
Keluarga situasi
PERBEDAAN INDIVIDU
Sumber daya konsumen Motivasi Keterlibatan
Pengeluaran Sikap
Kepribadian, gaya hidup, demografi
PROSES KEPUTUSAN Pengenalan kebutuhan
Evaluasi alternatif Pembelian
Hasil PROSES PSIKOLOGIS
Pengolahan Informasi
Pembelajaran Perubahan SikapPerilaku
STRATEGI PEMASARAN
menarik perilaku konsumen meliputi: 1 segmentasi pasar, meliputi siapa dengan sifat yang bagaimana tepat untuk produksi tersebut; 2 produk, meliputi
produk apa dan keuntungan apa yang diperoleh; 3 promosi, meliputi menentukan strategi promosi dan iklan agar konsumen tertarik; 4 harga,
meliputi ukuran kemampuan konsumen dan dampaknya terhadap perubahan harga dan; 5 distribusi, meliputi diman konsumen dapat mendapatkan produk
dan sistem distribusi yang dapat merubah pembeli Setiadi, 2003:10. Sependapat yang dijelaskan oleh Engel et al, 1994:12-13 bahwa pemasar
yang siaga akan memanfaatkan berbagai perbedaan melalui strategi pemangsaan pasar, masing-masing pangsa dipandang sebagai target yang berbeda dengan
persyaratannya sendiri untuk produk, harga, distribusi dan promosi. Maka, titik tolok di dalam perencanaan pemasaran adalah selalu dengan konsumen. Siapa
calon pembelinya?, bagaimana tawaran kita dibandingkan dengan pesaing?, kebutuhan dan motif apa yang masuk kedalam keputusan?, apakah lebih dari
satu anggota yang terlibat? Informasi apa yang digunakan di dalam keputusan?. Tidak jauh berbeda dengan yang dinyatakan oleh Umar 2002:31-49
yang memandang pemasaran meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga,
hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun potensial.
Dengan demikian, dalam lingkup pemasaran untuk dapat sampai pada konsumen hingga dapat mempengaruhi perilaku konsumen harus melalui berbagai tahap
kegiatan. Ruang lingkup kegiatan tersebut dapat disebut dengan bauran
pemasaran yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1 produk product adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli,
digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Yang termasuk dalam produk selain berbentuk fisik juga jasa atau
layanan; 2 harga price adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya
ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli; 3 distribusi
place, produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan membangun suatu saluran distribusi dengan sekelompok
orang yang saling tergantung dan terlibat dalam suatu proses penyampaian produk atau jasa hingga sampai pada konsumsi oleh konsumen atau pengguna
industrial; 4 promosi promotion meupakan kegiatan mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk dikenal dan dibeli. Untuk promosi
membutuhkan strategi tertentu, strategi itu disebut dengan strategi Bauran Promosi Promotion-Mix yang terdiri dari empat komponen yaitu: a
periklanan advertising; b promosi penjualan sales promotion; c hubungan masyarakat public relations, dan d penjualan perorangan personal selling.
Menurut Belk 1986 susunan dari bauran pemasaran akan memiliki efek pada perilaku pembeli puschase behaviour dari semua jenis konsumen. Oleh
karena itu, proses pembelian buying process lebih menjadi perhatian para pemasar daripada proses konsumsi Engel et al, 1994:5. Sehubungan perilaku
konsumen dengan pemasaran maka dapat diketahui bahwa seorang konsumen
akan mempertimbangkan pembelian atas kebutuhan dan keinginannya berdasarkan bauran pemasaran antaralain: 1 produk, sehubungan dengan
produk konsumen akan menilai produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya; 2 harga, dalam hal ini konsumen akan mempertimbangkan
harga sesuai dengan uang atau pendapatan yang dimiliki; 3 distribusi, dalam hal ini konsumen akan mempertimbangkan bagaimana barang atau jasa akan
sampai pada mereka; 4 promosi, dimana konsumen akan mempertimbangkan dasar penawaran yang diberikan atas barang atau jasa yang dibeli sehingga
konsumen tertarik untuk membelinya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi perbandingan dalam penelitian antara lain :
1. Erwin Ndakularak, dkk.2012.“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat KabupatenKota di Provinsi Bali ”. Universitas
Udayana Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: pengeluaran rumah tangga
untuk makanan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian adalah: 1 Hasil nilai F
hitung
F
tabel
29.928 3.209, maka pengeluaran rumah tangga untuk makanan, pendidikan dan kesehatan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat KabupatenKota di Provinsi Bali; 2 Pengeluaran rumah tangga untuk makanan memiliki nilai t
hitung
sebesar 3.359 lebih besar dari t
table
2.018, dengan demikian variabel
pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan berpengaruh sinifikan terhadap kesejahteraan masyarakat KabupatenKota di Provinsi Bali; 3
pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan memiliki t
hitung
sebesar 2.503 lebih besar dari t
tabel
2.018, dengan demikian variabel pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan
masyarakat di KabupatenKota di Provinsi Bali; 4 pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan memiliki nilai t
hitung
sebesar 1.340 lebih kecil dari t
tabel
2.018, dengan demikian variabel pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat
KabupatenKota di Provinsi Bali
2. Hendrik.
2011.”Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten
Siak Provinsi Riau
”. Universitas Riau
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: terdapat pengaruh pendapatan terhadap tingkat kesejahteraan. Hasil penelitian adalah : 1
Nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan kapal motor sebanyak 18 orang, mempunyai pendapatan berkisar Rp 1.500.000-
3.000.000 dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp 2.305.055bulan dan pengeluaran
rata-rata sebesar
Rp 1.719.000bulan.
Sedangkan pendapatan rumah tangga dengan menggunakan sampan sebanyak 18
orang, berkisar 1.000.000-2.000.000 dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp 1.582.833bulan dan pengeluaran sebesar Rp 1.328.500bulan; 2
Berdasarkan kriteria UMR didapatkan seluruh nelayan mempunyai
pendapatan di atas UMR, berdasarkan ukuran Bappenas sebanyak 4 rumah tangga nelayan tidak sejahtera dan menurut ukuran BPS sebanyak
6 rumah tangga responden termasuk ke dalam rumah tangga tidak sejahtera.
3.
Iskandar, dkk.2011.”Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
”. Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: faktor-faktor yang menjadi pengaruh dalam kesejahteraan keluarga antara lain faktor
internal demografi dan sosial ekonomi, faktor eksternal tempat tinggal dan kredit dan manajemen keluarga. Hasil Penelitian adalah : Kriteria
BPS mengungkapkan 91,2 keluarga sejahtera, menurut kriteria BKKBN 52,1 keluarga sejahtera, menurut kriteria pengeluaran pangan
47,1 keluarga sejahtera dan menurut kriteria persepsi keluarga 81,2 keluarga sejahtera.
4.
Elmanora, dkk.2012.“Kesejahteraan Keluarga Petani Kayu Manis”.
Institut Pertanian Bogor
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: keluarga petani kayu manis di Desa Timai, Kerinci, Jambi memiliki tingkat kesejahteraan
yang rendah dan kesejahteraan petani kayu manis dipengaruhi oleh besar keluarga, usia ayah dan pendapatan keluarga perbulan. Hasil penelitian
adalah: 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga 86 merupakan keluarga inti. Lima dari sepuluh keluarga merupakan
keluarga sedang jumlah anggota keluarga 5-6 orang. Dua dari tiga ayah
pada keluarga merupakan dewasa madya 41-65 tahun. Sementara itu, dua dari tiga ibu merupakan dewasa muda 20-40 tahun; 2
Berdasarkan indikator garis kemiskinan BPS menunjukkan bahwa tiga dari lima keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kerinci Jambi
56 tergolong dalam keluarga miskin; 3 Berdasarkan indikator BKKBN sebesar 60 keluarga berada dalam kategori miskin; 4
Berdasarkan indikator simple poverty scorecard for Indonesia menunjukkan sebagian besar 94 keluarga petani kayu manis berada
pada skor yang rendah dan kemungkinan mengalami masalah kemiskinan; 5 Analisis korelasi menunjukkan ada hubungan signifikan
positif antara kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator simple poverty scorecard for Indonesia dengan kesejahteraan keluarga
berdasarkan indikator BPS r=0,67, α=0,01 dan BKKBN r=0,535,
α=0,01. 6. Kayu manis hanya menyumbang sebesar 8,86 terhadap pendapatan keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kecamatan
Batang Merangin, Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi
5.
Udayana R. Wagle.2006.”Poverty in Kathmandu: What do Subjective and objective economic welfare concepts suggest ?”. Western Michigan
University
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: pendapatan dan konsumsi merupakan salah satu variabel yang menentukan kesejahteraan ekonomi.
Hasil penelitian adalah: 1 Model menunjukkan bahwa konsep subjektif dan objektif dari kesejahteraan ekonomi di Kathmandun memiliki
karakteristik yang berbeda yaitu pada dinamika ekonomi, sosial dan budaya yang dianggap normative; 2 Jumlah rumah tangga yang lebih
besar memiliki tingkat yang lebih rendah dari tujuan kesejahteraan ekonomi tetapi berbeda dengan penduduk yang berada dibagian timur
kota yang memeluk agama budha dengan presentase paling besar pada orang dewasa yang bekerja dan mereka melihat pendapatan dan
konsumsi mereka akan cukup padahal sebenarnya yang mereka peroleh relatif kurang dibandingkan dengan yang lainnya, meskipun mereka
memiliki pendapatan yang lebih tinggi mereka justru melakukan ajaran agama dengan melakukan penghematan; 3 Rumah tangga wiraswasta
menunjukkan kecukupan atas pendapatan dan konsumsi tetapi tidak signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi; 4 Konsep kemiskinan
selalu dipandang pada kecukupan pendapatan dan konsumsi yang mana pendidikan dan tempat tinggal digunakan sebagai faktor utama dalam
pengukuran.
6.
Richard R. Nelson dan Davide Consoli.2010.”An evolutionary theory of household consumption behaviour
”. University of Manchester
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: pola konsumsi akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan baik secara subjektif maupun objektif
Hasil penelitian adalah: 1 Dalam teori konsumsi neoklasik perilaku manusia dalam konsumsi dijadikan sebagai tujuan untuk mengetahui
keadaan dan permasalahan yang dihadapi, dan pilihan yang dilakukan rumah tangga secara optimal dalam konsumsi; 2 Dalam konsumsi rumah
tangga hal yang harus diperhatikan adalah proses dalam menentukan konsumsi sebagai pelaku ekonom dengan mempertimbangkan hasil utilitas
dan prediksi; 3 Teori konsumsi neoklasik tidak menangani tentang keinginan baru yang disebabkan oleh barang dan jasa jenis baru; 4
Perilaku konsumsi berhubungan secara signifikan terhadap ketidakpastian dan pembelajaran mengenai suatu barang dan jasa.
2.6 Kerangka Berfikir Peneliti
Kehidupan manusia melakukan berbagai upaya untuk tetap bertahan hidup. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pemenuhan kebutuhan. Jumlah
kebutuhan manusia tidak terbatas, biasanya manusia tidak pernah merasa puas dengan benda yang mereka peroleh dan prestasi yang mereka capai. Upaya yang
dilakukan manusia dalam pemenuhan kebutuhan berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis.
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap upaya pemenuhan kebutuhan, karena lingkungan akan memiliki nilai guna jika dimanfaatkan oleh manusia.
Lingkungan Kecamatan Candiroto merupakan wilayah penghasil kopi terbesar di Kabupaten Temanggung. Sebagian besar masyarakat bertahan hidup dengan
menggeluti bidang pertanian baik sebagai pemilik lahan atau petani, buruh tani maupun buruh harian lepas. Keberhasilan usaha tani tidak lepas dari peranan para
petani penggarap walaupun mereka sendiri tidak memiliki lahan pertanian. Balas jasa dari pekerjaan yang mereka lakukan adalah upah sebagai pendapatan.
Pendapatan yang diterima masih dalam kategori rendah.
Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pendapatan dialokasikan untuk memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga. Kegiatan konsumsi pada
masing-masing anggota keluarga memiliki perbedaan. Setiap keluarga memiliki cara dan pengeluaran yang berbeda. Dapat diketahui bahwa dalam
mempertahankan hidup seseorang menggunakan pendapatan sebagai alokasi pemenuhan kebutuhan dengan kegiatan konsumsi. Maka dapat dikatakan bahwa
pendapatan memiliki pengaruh terhadap konsumsi. Sehingga dikatakan bahwa pendapatan dan konsumsi keluarga digunakan untuk memenuhi segala macam
kebutuhannya. Ketika keluarga dapat memenuhi segala macam kebutuhannya dan merasa puas serta mencapai kemakmuran sehingga dapat dikatakan sejahtera.
Keterkaitan antara pendapatan dan konsumsi rumah tangga dalam mencapai kebutuhan maka akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga
Berdasarkan uraian di atas maka secara sistematis dapat digambarkan skema kerangka pemikiran seperti di bawah ini :
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Peneliti
Pendapatan
Pendapatan upah Kondisi kerja
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi makanan Konsumsi non-makanan
Kebutuhan
- Kebutuhan pokok
- Kebutuhan sosial
- Kebutuhan pengembangan
Kesejahteraan Keluarga
- Kesejahteraan fisik
- Kesejahteraan sosial
- Kesejahteraan ekonomi
- Kesejahteraan psikologis
- Kesejahteraan spiritual
Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan: - Permintaan dan penawaran tenaga kerja
- Perbedaan corak pekerjaan - Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan
- Pertimbangan bukan uang - Mobilitas kerja
Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen:
- Faktor Kebudayaan - Faktor Sosial
- Faktor Pribadi - Faktor Psikologis
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, rumusan masalah peneliti telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan Sugiyono, 2012:64. Hipotesa dalam penelitian ini adalah : Ha
1
= Ada pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung
Ha
2
= Ada pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan petani keluarga keluarga penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten
Temanggung Ha
3
= Ada pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama- sama terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan
Candiroto Kabupaten
Temanggung
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan
Candiroto Kabupaten Temanggung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang bertujuan untuk menguji teori. Sebelum melakukan
pengujian hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini, terlebih dahulu diperlukan data-data yang relevan. Tujuan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah untuk
menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Berdasarkan tingkat kealamiahan tempat
penelitian, metode yang digunakan adalah metode survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah bukan buatan, tetapi
penelitian melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya Sugiyono,
2012:6-7.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono, 2012:80. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan
Candiroto Kabupaten Temanggung. Jumlah populasi diambil dari 9 Desa dari 14
Desa yang merupakan wilayah perkebunan kopi. Lebih rinci disebutkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Sumber: Aplikasi Pemutakhiran Data Kabupaten seluruh desa disebutkan dan data
diolah, 2015 L= Laki-laki
P= Perempuan
Berdasarkan data diatas populasi dalam penelitian ini buruh harian lepas yang berjumlah 250 keluarga yang berasal dari 220 kepala keluarga laki-laki dan
30 kepala keluarga perempuan. Menurut Sugiyono 2012:81, sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif mewakili. Dengan demikian
jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin yaitu:
No. Desa
Jumlah KK
Buruh Harian Lepas
L P Jumlah
1 Muntung
810 39
3 42
2 Mento
694 8
3 11
3 Batursari
1.034 19
3 22
4 Candiroto
775 84
6
90
5 Lempuyang
929 27
2
29
6 Muneng
586 10
10
7 Plosogaden
602 19
9 28
8 Gunung
Payung 461
6 2
8
9 Sidoharjo
526 8
2 10
Jumlah 6417
250
n =
Keterangan : n = besaran sampel
N = besaran populasi e = Nilai Kritis kelonggaran untuk ketidaktelitian karena kesalahan
penarikan sampel Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 250 kepala keluarga. Nilai
kritis yang digunakan dalam rumus diatas adalah 10 e=10. Maka perhitungan sampel berdasarkan rumus diatas adalah sebagi berikut:
n =
n = n = 71
Berdasarkan perhitungan diatas, maka ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 responden. Teknik sampling yang digunakan
peneliti adalah area propotional random sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam
populasi Suharsimi, 2010:182. Untuk mencari jumlah sampel tiap wilayah maka dilakukan dengan cara menghitung jumlah populasi tiap wilayah dibagi dengan
jumlah populasi keseluruhan dikali jumlah besaran sampel dan selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara acak random. Adapun perhitungan
proporsi sampel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Proporsi Pengambilan Sampel
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2012:38. Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan variabel pendapatan, konsumsi
rumah tangga dan kesejahteraan keluarga.
3.3.1 Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan sebagai upah yang diterima buruh harian lepas dari kontrak dan prestasi dalam pelaksaan pekerjaan. Indikator pendapatan
dalam penelitian ini yaitu penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian pekerjaan.
3.3.2 Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga merupakan cara pemenuhan kebutuhan anggota keluarga dalam mengkonsumsi barang danatau jasa. Indikator konsumsi rumah
N o
Desa Buruh
Harian Lepas
Proporsi Sampel Sampel
1 Muntung
42
42250 x 71 = 11.93 12 keluarga
2 Mento
11
11250 x 71 = 3.12 3 keluarga
3 Batursari
22
22250 x 71 = 6.25 6 keluarga
4 Lempuyang
90
90250 x 71 = 25.56 26 keluarga
5 Candiroto
29
29250 x 71 = 8.24 8 keluarga
6 Gunung paying
10
10250 x 71 = 2.84 3 keluarga
7 Muneng
28
28250 x 71 = 7.95 8 keluarga
8 Plosogaden
8
8250 x 71 = 2.27 2 keluarga
9 Sidoharjo
10
10250 x 71 = 2.84 3 keluarga
Jumlah 250
71 keluarga
tangga dalam penelitian ini adalah pengeluaran yang berupa konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan.
3.3.3 Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi keluarga yang dapat memenuhi kebutuhannya dan hidup wajar sesuai dengan lingkungannya. Indikator
kesejahteraan keluarga dalam penelitian ini terpenuhinya kebutuhan pokok, kebutuhan sosial, dan kebutuhan pengembangan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan Sugiyono, 2012:224. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner angket dan dokumentasi :
3.4.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
menjawab pertanyaan Sugiyono, 2012:142. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup digunakan untuk
mengumpulkan data berkaitan dengan variabel yang dalam pertanyaannya sudah disediakan alternatif pilihan jawaban pada masing-masing pertanyaan yang
disediakan empat pilihan jawaban, untuk variabel pendapatan dan konsumsi rumah tangga yaitu dengan kategori: 1 Sangat cukup dengan skor 4; 2 cukup
dengan skor 3; 3 kurang cukup dengan skor 2; dan 4 tidak cukup dengan skor 1. Sedangkan untuk variabel kesejahteraan keluarga yaitu dengan kategori: 1
Sangat terpenuhi dengan skor 4; 2 terpenuhi dengan skor 3; 3 kurang terpenuhi dengan skor 2; dan 4 tidak terpenuhi dengan skor 1.
3.4.2 Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data dari sumber-sumber yang telah ada seperti catatan, transkip, buku, media, kumpulan
data, jurnal dan lain sebagainya Sunarto, 2012:82. Teknik pengumpulan data dalam dokumentasi digunakan untuk mengetahui data berkaitan dengan
pendapatan dan konsumsi rumah tangga petani penggarap kopi Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Data pada penelitian mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Benar tidaknya data, tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrument yang baik harus mmenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel.
3.5.1 Validitas
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti Sugiyono, 2009:267.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan
sejauh mana data yang terkumpul, tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Validitas dalam penelitian ini digunakan untuk
mengukur sahih tidaknya instrument dari variabel pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga.
Uji validitas instrumen menggunakan teknik validitas internal yaitu menghitung validitas berdasarkan data dan instrumen yang telah dibuat
sebelumnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Sehingga hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Maka, valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS Statistical Package For Social Science 16.0 for Windows untuk menguji valid atau tidak
dilakukan dengan membandingkan nilai Correlated Item-Total Correlation dengan membandingkan antara nilai r
hitung
dan r
tabel
dengan Alpha = 5. Apabila r
hitung
r
tabel
dan nilai positif maka item soal dikatakan valid, sehingga instrumen layak untuk digunakan. Sebaliknya apabila r
hitung
r
tabel
maka item soal dikatakan tidak valid dan menunjukkan hasil yang tidak signifikan Ghozali,
2011:53. Berdasarkan uji coba pada 20 responden dan besarnya df degree of
freedom = n – 2 adalah 18 dengan alpha = 5 , jadi r tabel = 0,44 diperoleh hasil
bahwa dari 53 butir soal pernyataan lampiran terdapat 6 pernyataan tidak valid
yaitu nomor 9, 11, 20, 34 dan 52. Sedangkan pernyataan yang valid sebanyak 47 item, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Uji Validitas Pendapatan
No Corrected item- total correlation
r tabel Keterangan
1 0.731
0.444 Valid
2 0.690
0.444 Valid
3 0.621
0.444 Valid
4 0.582
0.444 Valid
5 0.492
0.444 Valid
6 0.575
0.444 Valid
7 0.799
0.444 Valid
8 0.712
0.444 Valid
9 -0.053
0.444 Tidak Valid
10 0.707
0.444 Valid
11 -0.292
0.444 Tidak Valid
12 0.563
0.444 Valid
Sumber: data penelitian diolah, 2015
Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Konsumsi Rumah Tangga
No Corrected item- total correlation
r tabel Keterangan
13 0.583
0.444 Valid
14 0.703
0.444 Valid
15 0.562
0.444 Valid
16 0.593
0.444 Valid
17 0.653
0.444 Valid
18 0.855
0.444 Valid
19 0.666
0.444 Valid
20 0.153
0.444 Tidak Valid
21 0.816
0.444 Valid
22 0.687
0.444 Valid
23 0.808
0.444 Valid
24 0.684
0.444 Valid
25 0.820
0.444 Valid
26 0.735
0.444 Valid
27 0.883
0.444 Valid
No Corrected item- total correlation
r tabel Keterangan
28 0.595
0.444 Valid
29 0.591
0.444 Valid
30 0.815
0.444 Valid
31 0.732
0.444 Valid
32 0.600
0.444 Valid
33 0.575
0.444 Valid
34 0.157
0.444 Tidak Valid
Sumber: data penelitian diolah, 2015
Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Validitas Kesejahteraan Keluarga
No Corrected item- total correlation
r tabel Keterangan
35 0.676
0.444 Valid
36 0.741
0.444 Valid
37 0.158
0.444 Tidak Valid
38 0.655
0.444 Valid
39 0.810
0.444 Valid
40 0.775
0.444 Valid
41 0.665
0.444 Valid
42 0.644
0.444 Valid
43 0.639
0.444 Valid
44 0.734
0.444 Valid
45 0.734
0.444 Valid
46 0.620
0.444 Valid
47 0.549
0.444 Valid
48 0.636
0.444 Valid
49 0.856
0.444 Valid
50 0.713
0.444 Valid
51 0.649
0.444 Valid
52 -0.188
0.444 Tidak Valid
53 0.758
0.444 Valid
Sumber: data penelitian diolah, 2015 Pernyataan yang valid seluruhnya digunakan untuk memperoleh data,
sedangkan untuk pernyataan yang tidak valid tidak digunakan karena indikator pada pernyataan yang tidak valid sudah dapat terwakili oleh pernyataan-
pernyataan yang valid.
3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan kuantitatif, suatu data dinyatakan reliabel apabila dua
atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau
sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda Sugiyono, 2010:268.
Pada penelitian ini menggunakan reliabilitas internal yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudian dianalisis
dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat pada angket
penelitian berkaitan dengan kestabilan jawaban yang diberikan oleh responden. Uji reliabel dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 16 for
windows. Hasil analisis tersebut akan diperoleh melalui uji statistic cronbach’s
alpha. Menurut Nunnally, suatu variabel dikatakan reliabel jika cronbach’s alpha
0.70 Ghozali, 2011:48.
Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
No Variabel
Cronbach’s alpha
Cronbach’s alpha yang
diisyaraktan Keterangan
1 Pendapatan
0.845 0.70
Reliabel 2
Konsumsi Rumah Tangga 0.946
0.70 Reliabel
3 Kesejahteraan Keluarga
0.929 0.70
Reliabel Sumber: data penelitian diolah, 2015
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas diketahui bahwa variabel pendapatan mempunyai nilai
cronbach’s alpha 0.845, variabel konsumsi rumah tangga mempunyai nilai
cronbach’s alpha 0.946 dan variabel kesejahteraan keluarga mempunyai nilai
cronbach’s alpha 0.929. Ketiga variabel tersebut mempunyai nilai cronbach alpha 0.70 dan dinyatakan reliabel.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang
telah dirumuskan, karena datanya kuantitatif maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia Sudiyono, 2012:285. Dalam
penelitian ini digunakan analisis data sebagai berikut:
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono, 2012:147. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan data sampel saja, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Metode ini
digunakan untuk mendeskripsikan jawaban responden pada tiap-tiap variabel penelitian agar lebih mudah dalam memahaminya. Analisis ini digunakan untuk
mengkaji variabel-variabel yang ada pada penelitian ini yang terdiri dari pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan teknik analisis ini adalah
sebagai berikut: 1 Membuat tabel distribusi jawaban kuesioner dan mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif yaitu: a untuk variabel pendapatan dan
konsumsi rumah tangga dengan kategori: Sangat cukup dengan skor 4; cukup dengan skor 3; kurang cukup dengan skor 2; dan tidak cukup dengan skor 1, b
Sedangkan untuk variabel kesejahteraan keluarga yaitu dengan kategori: Sangat terpenuhi dengan skor 4; terpenuhi dengan skor 3; kurang terpenuhi dengan skor
2; dan tidak terpenuhi dengan skor 1; 2 membuat skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan; 3 menjumlahkan skor jawaban
yang diperoleh dari tiap-tiap responden; 4 menentukan skor jawaban tersebut kedalam rumus sebagai berikut:
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item pervariabel
Skor minimal = skor terendah x jumlah item pervariabel
Range = Data maksimal
– data minimal Panjang kelas interval =
5 hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel kriteria skor, dalam penyajiannya hasil analisis ini didasarkan pada distribusi frekuensi yang
memberikan gambaran mengenai distribusi subyek menurut kategori-kategori nilai untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam kuesioner.
a. Deskriptif Variabel Pendapatan
Berdasarkan variabel pendapatan yang digunakan 10 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1 sampai dengan 4, berikut adalah
perhitungannya: Skor maksimal = 4 x 10 x 71 = 2840
Skor minimal = 1 x 10 x 71 = 710
Range = 2840 - 710 = 2130
Interval Kelas = =
= 532
Tabel 3.7 Kategori Variabel Pendapatan
No Interval Skor
Kriteria
1 2308 ≥ Skor ≤ 2840 Sangat Cukup
2 1775 ≥ Skor ≤ 2307 Cukup
3 1242 ≥ Skor ≤ 1774 Kurang Cukup
4 709 ≥ Skor ≤ 1241 Tidak Cukup
b.
Deskriptif Variabel Konsumsi Rumah Tangga
Berdasarkan variabel pendapatan yang digunakan 20 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1 sampai dengan 4, berikut adalah
perhitungannya: Skor maksimal = 4 x 20 x 71 = 5680
Skor minimal = 1 x 20 x 71 = 1420
Range = 5680 - 1420 = 4260
Interval Kelas = =
= 1065
Tabel 3.8 Kategori Variabel Konsumsi Rumah Tangga
No Interval Skor
Kriteria
1 4615 ≥ Skor ≤ 5680
Sangat Terpenuhi 2
3549 ≥ Skor ≤ 4614 Terpenuhi
3 2483 ≥ Skor ≤ 3548
Kurang Terpenuhi 4
1417 ≥ Skor ≤ 2482 Tidak Terpenuhi
c. Deskriptif Variabel Kesejahteraan Keluarga
Berdasarkan variabel pendapatan yang digunakan 17 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1 sampai dengan 4, berikut adalah
perhitungannya: Skor maksimal = 4 x 17 x 71 = 4828
Skor minimal = 1 x 17 x 71 = 1207
Range = 4828 - 1207 = 3621
Interval Kelas = =
= 905
Tabel 3.9 Kategori Variabel Kesejahteraan Keluarga
No Interval Skor
Kriteria
1 3923 ≥ Skor ≤ 4828
Sangat Terpenuhi 2
3017 ≥ Skor ≤ 3922 Terpenuhi
3 2111 ≥ Skor ≤ 3016
Kurang Terpenuhi 4
1205 ≥ Skor ≤ 2110 Tidak Terpenuhi
3.7 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini memenuhi
asumi klasik atau tidak. Adapun uji asumsi klasik meliputi:
3.7.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti
diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal Ghozali, 2011:160. Data yang baik yaitu data yang memiliki
distribusi normal atau mendekati normal. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan
analisis grafik. Analisis grafik terdapat dua acara yang digunakan yaitu: 1 menggunakan
grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal; 2 menggunakan normal probability plot yang
membandingkan distribusi komulatif data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
normalitas adalah sebagai berikut: 1 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pada
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas; 2 Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.7.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen Ghozali, 2011:105. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi digunakan analisis sebagai berikut: 1 Jika R
2
sangat tinggi tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan, maka dalam model regresi terdapat
multikolonieritas; 2 Melihat nilai tolerance ≥ 0.1 dan nilai VIF ≤ 10 berarti tidak
ada multikolonieritas.
Bila ternyata
dalam model
regresi terdapat
multikolonieritas, maka harus menghilangkan variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi.
3.7.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas Ghozali, 2011:139.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model maka dapat dilakukan dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat
dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi
– Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar analisis yang digunakan adalah:
1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur bergelombang,
melebar kemudian
menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas; 2 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisistas.
3.8 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan naik turunnya variabel dependen kriterium,
bila dua atau lebih variabel independent sebagai faktor prediktor dimanipulasi dinaik turunkan nilainya Sugiyono, 2006:250. Analisis regeresi ini digunakan
untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen, yaitu: pendapatan, konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga. Berikut
rumus persamaan regresi linier berganda dengan dua prediktor : Y = a
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ e Keterangan :
Y = variabel terikat kesejahteraan keluarga a
= konstanta X
1
= variabel bebas pendapatan X
2
= variabel bebas konsumsi rumah tangga b
1
= koefisien variabel X
1
b
2
= koefisien variabel X
2
e = kesalahan pengganggu
3.9 Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
Suharsimi, 2010:110. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang
diajukan pada penelitian ini. Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan,
dilakukan pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan. Pengujian secara parsial menggunakan uji t, sedangkan pengujian secara simultan
menggunakan uji F.
3.9.1 Uji Signifikansi Parsial Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut Ghozali, 2011:98: pada uji hipotesis ini dengan membandingkan nilai t
hitung
dan t
tabel
dengan menggunakan nilai signifikan 0.05 α=5. Kriteria pengambilan keputusan diantaranya: 1 Bila t
hitung
t
tabel
atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen; 2 Bila t
hitung
t
tabel
atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima, variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
Ho
1
: pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga Ha
1
: pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga Ho
2
:konsumsi rumah tangga tidak berpengaruh sigifikan terhadap kesejahteraan keluarga
Ha
2
: konsumsi rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga
3.9.2 Uji Signifikansi Simultan Uji F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependenterikat Ghozali, 2011:98. Untuk menguji hipotesis ini digunakan dengan membandingkan nilai F
hitung
dan F
tabel
dengan menggunakan signifika
n 0.05 α=5 dan derajat kebebasan degree of freedom df= n-k dan k-1, dimana n adalah jumlah sampel. Antara lain dengan kriteria pengambilan
keputusan: 1 Bila F
hitung
F
tabel
atau probabili tas nilai signifikan Sig ≤ 0.05,
maka Ha diterima, hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen memilki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen; 2 Bila F
hitung
F
tabel
atau probabilitas nilai signifikan Sig ≥ 0.05, maka Ha ditolak, hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak memilki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
Ho : pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga
Ha : pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kesejahteraan keluarga.
3.10 Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R² mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
yaitu antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen Ghozali, 2011:97. Koefisien determinasi keseluruhan R
2
digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel pendapatan, konsumsi rumah
tangga dan kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung secara simultan. Selain melakukan uji F, uji t dan uji R
2
perlu juga dicari koefisien determinasi parsial r
2
, digunakan untuk mengetahui kotribusi pengaruh masing-masing variabel independen yaitu pendapatan,
konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Petani Penggarap Kopi
Penelitian ini dilaksanakan pada 5 agustus 2015 sampai 22 agustus 2015 kepada keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten
Temanggung. Lebih tepatnya pada 9 Desa diantaranya Muntung, Mento, Batursari, Candiroto, Lempuyang, Muneng, Plosogaden dan Gunung payung.
Wilayah Desa yang digunakan penelitian merupakan wilayah perkebunan kopi rakyat terluas dikabupaten Temanggung yang penggarapannya di lakukan secara
mandiri tanpa ada struktur dari pihak lain, baik pihak pemerintah atau swasta. Sehingga pekerjaan dapat terjadi sewaktu-waktu karena yang dilakukan para
kepala keluarga sesuai dengan keinginan dan perintah dari pemilik lahan perkebunan masing-masing.
4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 4.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kesejahteraan Keluarga
Varibel kesejahteraan keluarga dalam penelitian ini meliputi tiga indikator, yaitu pemenuhan pada kebutuhan pokok, kebutuhan sosial dan kebutuhan
pengembangan. Pada variabel kesejahteraan keluarga terdapat 17 pernyataaan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di
Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan kesejahteraan keluarga terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Hasil Analisis Derkriptif Variabel Kesejahteraan Keluarga
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 3923 ≥ Skor ≤ 4828 Sangat
Tinggi 0.00
2 3017 ≥ Skor ≤ 3922 Tinggi
25 35.21
3 2111 ≥ Skor ≤ 3016 Rendah
45 63.38
4 1205 ≥ Skor ≤ 2110 Sangat Rendah
1 1.41
Jumlah 71
100 2914
Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa dari hasil analisis deskriptif variabel kesejahteraan keluarga diperoleh total skor sebesar 2914 dengan persentase
sebesar 60.4, yang berada pada interval 2111 ≥ Skor ≤ 3016 dan termasuk
dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 0 keluarga berada pada interval
3923 ≥ Skor ≤ 4828 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 25 keluarga berada pada interval
3017 ≥ Skor ≤ 3922 yang termasuk dalam kategori Tinggi, 45 keluarga berada pada interval 2
111 ≥ Skor ≤ 3016 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 1 keluarga berada pada interval
1205 ≥ Skor ≤ 2110 yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih rincinya variabel kesejahteraan keluarga berasal dari kebutuhan
pokok, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangan. Berikut disajikan diagram batang tentang kesejahteraan keluarga.
Gambar 4.1 Diagram Batang Deskriptif Persentase Kesejahteraan Keluarga
Secara rinci gambaran tentang kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung didasari oleh beberapa indikator
yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Kebutuhan pokok Pada indikator ini digunakan 6 pernyataan, dengan nilai skornya 1 sampai 4.
Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan kebutuhan pokok terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Kebutuhan Pokok
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 1385 ≥ Skor ≤ 1704 Sangat
Tinggi 2
2.82 2
1065 ≥ Skor ≤ 1384 Tinggi 25
35.21 3
745 ≥ Skor ≤ 1064 Rendah 44
61.97 4
425 ≥ Skor ≤ 744 Sangat Rendah
0.00 Jumlah
71 100
1065 Rendah
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
0.00 35.21
63.38
1.41 0.00
10.00 20.00
30.00 40.00
50.00 60.00
70.00
Sangat Tinggi Tinggi
Rendah Sangat
Rendah
Kesejahteraan Keluarga
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa hasil analisis deskriptif indikator kebutuhan pokok diperoleh skor total sebesar 1065 dengan jumlah persentase sebesar 62.5
yang berada pada interval 745 ≥ Skor ≤ 1064 dan termasuk dalam kategori
rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 2 keluarga berada pada interval
1385 ≥ Skor ≤ 1704 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 25 keluarga berada pada interval
1065 ≥ Skor ≤ 1384 yang termasuk dalam kategori tinggi, 44 keluarga berada pada interval 745 ≥ Skor ≤ 1064 yang termasuk dalam
kategori rendah dan sebanyak 0 keluarga berada pada interval 425 ≥ Skor ≤ 744 yang termasuk dalam kategori sangat rendah.
2. Kebutuhan Sosial
Pada indikator ini digunakan 8 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator kebutuhan sosial terangkum dalam
tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Kebutuhan Sosial
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 1846 ≥ Skor ≤ 2272 Sangat
Tinggi 0.00
2 1419 ≥ Skor ≤ 1845 Tinggi
38 53.52
3 992 ≥ Skor ≤ 1418 Rendah
30 42.25
4 565 ≥ Skor ≤ 991
Sangat Rendah 3
4.23 Jumlah
71 100
1445 Tinggi
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.3 diketahui dari perhitungan deskriptif indikator kebutuhan
sosial diperoleh skor total sebesar 1445 dengan jumlah persentase sebesar 62.7 yang berada pada interval
1419 ≥ Skor ≤ 1845 dan termasuk dalam kategori
tinggi. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 2 keluarga berada pada interval
1385 ≥ Skor ≤ 1704 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 9 keluarga berada pada interval
1065 ≥ Skor ≤ 1384 yang termasuk dalam kategori tinggi, 50 keluarga berada pada interval 745 ≥ Skor ≤ 1064 yang termasuk dalam
kategori rendah dan sebanyak 0 keluarga berada pada interval 425 ≥ Skor ≤ 744 yang termasuk dalam kategori sangat rendah.
3. Kebutuhan Pengembangan
Pada indikator ini digunakan 3 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator kebutuhan pengembangan
terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Kebutuhan Pengembangan
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 696 ≥ Skor ≤ 852 Sangat Tinggi
0.00 2
539 ≥ Skor ≤ 695 Tinggi 6
2.82 3
382 ≥ Skor ≤ 538 Rendah 38
42.25 4
225 ≥ Skor ≤ 381 Sangat Rendah 27
54.93 Jumlah
71 100
424 Rendah
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.4 diketahui bahwa dari perhitungan deskriptif indikator
kebutuhan pengembangan diperoleh skor total sebesar 424 dengan jumlah persentase sebesar 49.8 yang berada pada interval
382 ≥ Skor ≤ 538 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa
sebanyak 0 keluarga berada pada interval 696 ≥ Skor ≤ 852 dengan kategori
sangat tinggi, 6 keluarga berada pada interval 539 ≥ Skor ≤ 695 dengan kategori
tinggi, 38 keluarga berada pada interval 382 ≥ Skor ≤ 538 kategori rendah dan
sebanyak 27 keluarga berada pada interval 225 ≥ Skor ≤ 381 dengan kategori sangat rendah.
4.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Pendapatan
Varibel pendapatan dalam penelitian ini meliputi tiga indikator, yaitu penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian pekerjaan. Pada
variabel pendapatan terdapat 10 pernyataaan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan pendapatan terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Derkriptif Variabel Pendapatan
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 2308≥ Skor ≤ 2840 Sangat Tinggi
0.00 2
1775≥ Skor ≤ 2307 Tinggi 20
28.17 3
1242≥ Skor ≤ 1774 Rendah 50
70.42 4
709≥ Skor ≤ 1241 Sangat Rendah 1
1.41 Jumlah
71 100
1726 Rendah
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.5 dari hasil analisis deskriptif variabel pendapatan diperoleh
total skor sebesar 1726 dengan rata-rata persentase sebesar 60.77 yang berada pada interval
1242≥ Skor ≤ 1774 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 0 keluarga berada pada interval
2308 ≥ Skor ≤ 2840 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 20 keluarga
berada pada interval 1775≥ Skor ≤ 2307 yang termasuk dalam kategori tinggi, 50
keluarga berada pada interval 1242≥ Skor ≤ 1774 yang termasuk dalam kategori
rendah dan sebanyak 1 keluarga berada pada interval 709≥ Skor ≤ 1241 yang
termasuk kategori sangat rendah. Untuk lebih rincinya variabel pendapatan berasal dari penerimaan
penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian pekerjaan. Berikut disajikan diagram batang tentang pendapatan.
Gambar 4.2 Diagram Batang Deskriptif Persentase Pendapatan
Secara rinci gambaran tentang pendapatan petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung didasari oleh beberapa indikator
yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Penerimaan Penghasilan Pada indikator ini digunakan 5 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil
analisis deskriptif berkaitan dengan indikator penerimaan penghasilan terangkum dalam tabel berikut:
0.00 28.17
70.42
1.41 0.00
10.00 20.00
30.00 40.00
50.00 60.00
70.00 80.00
Sangat Tinggi Tinggi
Rendah Sangat Rendah
Pendapatan
Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penerimaan Penghasilan
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 1154≥ Skor ≤ 1420 Sangat Tinggi
0.00 2
887≥ Skor ≤ 1153 Tinggi
18 25.35
3 620≥ Skor ≤ 886
Rendah 47
66.20 4
353≥ Skor ≤ 619 Sangat Rendah
6 8.45
Jumlah 71
100 799
Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Dari tabel 4.6 dari hasil analisis deskriptif variabel penerimaan penghasilan diperoleh skor total sebesar 799 dengan jumlah persentase sebesar 56.27 yang
berada pada interval 620≥ Skor ≤ 886 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam
penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 0 keluarga berada pada interval 1154≥ Skor ≤ 1420 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 18 keluarga
berada pada interval 887≥ Skor ≤ 1153 yang termasuk dalam kategori tinggi, 47
keluarga berada pada interval 620≥ Skor ≤ 886 yang termsuk dalam kategori rendah dan sebanyak 6 keluarga berada pada interval 353≥ Skor ≤ 619 yang
termasuk dalam kategori sangat rendah 2. Ketepatan Pembayaran
Pada indikator ini digunakan tiga pernyataan, nilai skornya 1 sampai dengan 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator ketepatan pembayaran
terangkum dalam tebel berikut:
Tabel 4.7 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Ketepatan Pembayaran
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 692≥ Skor ≤ 852 Sangat Tinggi
4 5.63
2 531≥ Skor ≤ 691 Tinggi
32 45.07
3 370≥ Skor ≤ 530 Rendah
33 46.48
4 209≥ Skor ≤ 369 Sangat Rendah
2 2.82
Jumlah 71
100 534
Tinggi Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Dari tabel 4.7 dari hasil analisis deskriptif indikator ketepatan pembayaran diperoleh skor total sebesar 534 dengan jumlah persentase sebesar 62.68 yang
berada pada interval 370≥ Skor ≤ 530 dan termasuk dalam kategori rendah. Dalam
penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 4 keluarga berada pada interval 692≥ Skor ≤ 852 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 32 keluarga berada
pada interval 531≥ Skor ≤ 691 yang termasuk dalam kategori tinggi, 33 keluarga
berada pada interval 370≥ Skor ≤ 530 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 2 keluarga berada pada interval 209≥ Skor ≤ 369 yang termasuk dalam
kategori sangat rendah. 3. Kesesuaian Pekerjaan
Pada indikator ini digunakan 2 pernyataan, nilai skornya 1 sampai dengan 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator kesesuaian pekerjaan
terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Kesesuaian Pekerjaan
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 462 ≥ Skor ≤ 568 Sangat Tinggi
9 12.68
2 355≥ Skor ≤ 461 Tinggi
30 42.25
3 248≥ Skor ≤ 354 Rendah
29 40.85
4 141≥ Skor ≤ 247 Sangat Rendah
3 4.23
Jumlah 71
100 393
Tinggi Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa hasil analisis deskriptif indikator kesesuaian pekerjaan diperoleh skor total sebesar 393 dengan jumlah persentase sebesar
69.19 yang berada pada interval 355≥ Skor ≤ 461 dengan kategori tinggi. Dalam
penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 9 keluarga berada pada interval 462 ≥
Skor ≤ 568 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 30 keluarga berada pada interval
355≥ Skor ≤ 461 yang termasuk dalam kategori tinggi, 29 keluarga berada pada interval 248≥ Skor ≤ 354 yang termasuk dalam kategori rendah dan
sebanyak 3 keluarga berada pada interval 141≥ Skor ≤ 247 yang termasuk dalam kategori sangat rendah.
4.1.2.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Konsumsi Rumah Tangga
Varibel konsumsi rumah tangga dalam penelitian ini meliputi dua indikator, yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Pada variabel konsumsi
rumah tangga terdapat 20 pernyataaan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan konsumsi rumah tangga terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.9 Hasil Analisis Derkriptif Variabel Konsumsi Rumah Tangga
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 4615 ≥ Skor ≤ 5680 Sangat Tinggi
1 1.41
2 3549 ≥ Skor ≤ 4614 Tinggi
38 53.52
3 2483 ≥ Skor ≤ 3548 Rendah
30 42.25
4 1417 ≥ Skor ≤ 2482 Sangat Rendah
2 2.82
Jumlah 71
100 3568
Tinggi Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Dari tabel 4.9 diketahui hasil analisis deskriptif variabel konsumsi rumah tangga diperoleh skor total sebesar 3568 dengan persentase sebesar 62.8, yang
berada pada interval 3549 ≥ Skor ≤ 4614 dan termasuk dalam kategori tinggi.
Dalam penelitian diketahui bahwa sebanyak 1 keluarga berada pada interval 4615 ≥ Skor ≤ 5680 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 38 keluarga berada
pada interval 4615 ≥ Skor ≤ 5680 yang termasuk dalam kategori tinggi, 30
keluarga berada pada interval 2483 ≥ Skor ≤ 3548 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 2 keluarga berada pada interval 1417 ≥ Skor ≤ 2482 yang
termasuk dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih rincinya variabel konsumsi rumah tangga berasal dari indikator
konsumsi makanan, konsumsi bukan makanan dan konsumsi insidental. Berikut disajikan diagram batang tentang konsumsi rumah tangga.
Gambar 4.3 Diagram Batang Deskriptif Persentase Konsumsi Rumah Tangga
Secara rinci gambaran tentang konsumsi rumah tangga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung didasari oleh beberapa
indikator yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Konsumsi makanan
Pada indikator ini digunakan 7 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil analisis deskriptif berkaitan dengan indikator konsumsi makanan terangkum
dalam tabel berikut:
Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Konsumsi Makanan
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 1615 ≥ Skor ≤ 1988 Sangat Tinggi
2 2.82
2 1241 ≥ Skor ≤ 1614 Tinggi
31 43.66
3 897 ≥ Skor ≤ 1240 Rendah
36 50.70
4 493 ≥ Skor ≤ 866
Sangat Rendah 2
2.82 Jumlah
71 100
1223 Rendah
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
1.41 53.52
42.25
2.82 0.00
10.00 20.00
30.00 40.00
50.00 60.00
Sangat Tinggi Tinggi
Rendah Sangat Rendah
Konsumsi Rumah Tangga
Dari tabel 4.10 diketahui hasil analisis deskriptif indikator konsumsi makanan diperoleh skor total sebesar 1223 dengan jumlah persentase sebesar
61.5 yang berada pada interval 897 ≥ Skor ≤ 1240 dan termasuk dalam kategori
rendah. Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 2 keluarga berada pada interval
1615 ≥ Skor ≤ 1988 yang termasuk dalm kategori sangat tinggi, 31 keluarga berada pada interval
1241 ≥ Skor ≤ 1614 yang termasuk dalam kategori tinggi, 36 keluarga berada pada interval 897 ≥ Skor ≤ 1240 yang termasuk dalam
kategori rendah dan sebanyak 2 keluarga berada pada interval 493 ≥ Skor ≤ 866 yang termasuk dalam kategori sangat rendah.
2. Konsumsi bukan makanan Pada indikator ini digunakan 13 pernyataan, nilai skornya 1 sampai 4. Hasil
analisis deskriptif berkaitan dengan indikator konsumsi bukan makanan terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.11 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Konsumsi bukan makanan
No Interval
Kategori Frekuensi
Persentase Skor
1 3002 ≥ Skor ≤ 3692 Sangat Tinggi
1 1.41
2 2311 ≥ Skor ≤ 3001 Tinggi
36 50.70
3 1620 ≥ Skor ≤ 2310 Rendah
33 46.48
4 929 ≥ Skor ≤ 1619
Sangat Rendah 1
1.41 Jumlah
71 100
2345 Tinggi
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.11 diketahui bahwa dari hasil analisis deskriptif indikator
konsumsi bukan makanan diperoleh skor total sebesar 2345 dengan jumlah persentase sebesar 63.5 yang berada pada interval
2311 ≥ Skor ≤ 3001 dan
termasuk dalam kategori tinggi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 1 keluarga berada pada interval
3002 ≥ Skor ≤ 3692 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, 36 keluarga berada pada interval
2311 ≥ Skor ≤ 3001 yang termasuk dalam kategori tinggi, 33 keluarga berada pada interval
1620 ≥ Skor ≤ 2310 yang termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 1 keluarga berada pada interval 929
≥ Skor ≤ 1619 yang termasuk dalam kategori sangat rendah.
4.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 4.1.3.1
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu
garis lurus diagonal dan plooting data residual yang akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas adalah: 1 Jika
data menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas; 2 Jika data menggambarkan jauh dari diagonal atau histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas. Selain dengan melihat norma probability plot, salah satu uji statistik yang
dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas residual adalah uji statistic non-
parametrik kolmogorov-smirnov K-S. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Ghozali,2007:110-112
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis nol H0 maupun hipotesis alternativ Ha antara lain: 1 H0 diterima jika nilai Asymp.Sig
level of significant α dan; 2 Ha diterima jika nilai Asymp.Sig level of
significant α.
Gambar 4.4 Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Menurut gambar histogram menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
karena bentuk histogram yang simetris, tidak condong ke kiri dan tidak condong ke kanan. Hal ini juga dikuatkan dengan gambar Normal P.Plot yang
menunjukkan bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menuju pola distribusi normal.
Tabel. 4.12 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 71
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 4.08696245
Most Extreme Differences
Absolute .092
Positive .070
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .776
Asymp. Sig. 2-tailed .583
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.12 diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.776
dan nilai Asymp. Sig 2-tailed adalah 0.583 yang artinya 0.583 0.05 hal ini berarti H0 diterima, maka disimpulkan data berdistribusi normal.
4.1.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi bebasindependen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Deteksi untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dalam model regresi penelitian
ini dapat dilakukan dengan cara melihat Variance Inflation Factor VIF, dan nilai tolerance. Gejala multikolinieritas tidak terjadi apabila nilai VIF tidak lebih besar
dari 10 serta nilai tolerance tidak kurang dari 0.10. Berikut hasil perhitungan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinieritas
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1 Constant
16.032 5.218
3.072 .003
Pendapatan .444
.184 .255
2.411 .019
.957 1.045
Konsumsi Rumah Tangga
.283 .074
.405 3.825
.000 .957
1.045 a. Dependent Variable: Kesejahteraan Keluarga
Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Dari Tabel 4.13 terlihat hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan
bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance ≥ 0.10. Hasil
perhitungan nilai VIF juga menunjukkan bahwa VIF ≤ 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antas variabel independen dalam model regresi
ini.
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan
antar nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance
residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual nilai
tersebut sehingga model tersebut dapat dikatakan homoskedastisitas.
Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scaterplot yang menyatakan model regresi linier
berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika: 1 titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0; 2 titik-titik data tidak mengumpul
hanya di atas dan di bawah saja; 3 penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar
kembali, dan; 4 penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Gambar 4.5 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari grafik scaterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga
model layak untuk memprediksi kesejahteraan keluarga berdasarkan pengaruh dari variabel pendapatan dan konsumsi rumah tangga.
Tabel 4.14 Uji Glejser
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
9.267 3.239
2.861 .006
Pendapatan -.199
.114 -.210
-1.739 .087
Konsumsi Rumah Tangga -.026
.046 -.068
-.568 .572
a. Dependent Variable: RES2
Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Dari Tabel 4.14 menunjukkan bahwa Output uji glejser dengan residual
kesejahteraan keluarga sebagai variabel dependen diketahui bahwa nilai signifikansi untuk pendapatan sebesar 0.087 dan konsumsi rumah tangga sebesar
0.572 karena signifikansi ≥ 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
4.1.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Sudjana 2002:310 analisis regresi adalah hubungan yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang menyatakan hubungan
fungsional antar variabel. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda multiple regression. Analisis regresi linier
berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel independen pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap variabel dependen yaitu
kesejahteraan keluarga. Rumus sistematis dari regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a + β1X
1
+ β2X
2
+ e
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan program SPSS 16.0 For windows diperoleh hasil perhitungan analisis regresi berganda seperti terangkum
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Berganda
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
16.032 5.218
3.072 .003
Pendapatan .444
.184 .255
2.411 .019
Konsumsi Rumah Tangga .283
.074 .405
3.825 .000
a. Dependent Variable: Kesejahteraan Keluarga
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh persamaan regresi berganda sebagai
berikut: Y = 16.032 + 0.444X
1
+ 0.283X
2
, persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai berikut:
a. Konstanta = 16.032 Konstanta sebesar 16.032 dapat diartikan jika variabel bebas pendapatan
dan konsumsi rumah tangga dalam model sama = 0 nol, maka secara rata-rata variabel di luar model memberikan nilai pada kesejahteraan keluarga sebesar
16.032. b. Koefisien X
1
= 0.444 Koefisien regresi pendapatan pada tabel diatas sebesar 0.444 serta bernilai
positif artinya apabila pendapatan mengalami kenaikan sebesar 1 satuan karena
nilai koefisien regresinya positif, sedangkan variabel konsumsi rumah tangga nilainya tetap, maka variabel kesejahteraan keluarga akan mengalami kenaikan
sebesar 0.444 point, begitu juga sebaliknya. c. Koefisisen X
2
= 0.283 Koefisien regresi konsumsi rumah tangga pada tabel diatas sebesar 0.283
serta bernilai positif artinya apabila konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 1 satuan karena nilai koefisien regresi positif, sedangkan pendapatan
nilainya tetap, maka variabel kesejahteraan keluarga akan mengalami kenaikan sebesar 0.283 point, begitu juga sebaliknya.
Angka yang terdapat dalam persamaan regresi berganda ini menggunakan Unstandardized Coefficients. Menurut Ghozali 2011:113 menggunakan
Unstandardized Coefficients dikarenakan bahwa regresi yang dihasilkan dengan menggunakan variabel biasa tidak distandarisasi, tetap menggunakan unit skala
dari ukuran aslinya. Unstandardized Coefficients lebih baik dan mudah dibaca disamping dengan menggunakan Unstandardized Variabel, R Square bisa
dipergunakan. Pemakaian
Unstandardized juga
dengan tujuan
untuk menginterpretasi koefisien.
Sedangkan menurut Suwarno 2002:2 nilai β mewakili koefisien regresi baku standardized dan koefisien tidak baku
unstandardized. Maka saat sumbu vertikal dari diagram pencar digunakan untuk menggambarkan nilai-nilai variabel tergantung sedangkan sumbu horizontal
menggambarkan nilai prediktor. Intercept merupakan titik sumbu vertikal yang merupakan nilai variabel tergantung yang diprediksi saat nilai prediktor atau
variabel bebas sebesar nol. Nilai prediksi akan sebesar 0 jika koefisien regresi baku digunakan. Itu sebabnya saat menggunakan IBM SPSS keluaram yang
digunakan dalam koefisien regresi menggunakan keluaran pada kolom “unstandardized coefficient”.
4.1.5 Hasil Pengujian Hipotesis
Metode pengujian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan. Pengujian secara
parsial menggunakan uji t, sedangkan pengujian secara simultan menggunakan uji F.
4.1.5.1 Pengujian Hipotesisi Secara Parsial Uji t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen pendapatan dan konsumsi rumah tangga, secara individual atau parsial terhadap
variabel dependen kesejahteraan keluarga. Untuk melihat ada dan tidaknya pengaruh secara parsial dapat diketahui dari besarnya probabilitas signifikansi tiap
variabel pada tabel coefficient dengan kriteria sebagai berikut: 1 Jika probabilitas signifikansi alpha 0.05, maka H0 diterima, atau dengan kata lain
menyatakan bahwa variabel independen pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara terpisah mempengaruhi variabel dependen kesejahteraan keluarga; 2
jika probabilitas signifikansi alpha 0.05, maka H0 diterima, atau dengan kata lain menyatakan bahwa variabel independen pendapatan dan konsumsi rumah
tangga secara terpisah tidak mempengaruhi variabel dependen kesejahteraan
keluarga. Secara lebih jelas hasil uji koefisien regresi secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Hasil pengujian Secara Parsial Uji t
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
16.032 5.218
3.072 .003
Pendapatan .444
.184 .255
2.411 .019
Konsumsi Rumah Tangga .283
.074 .405
3.825 .000
a. Dependent Variable: Kesejahteraan Keluarga
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari hasil analisis data pada tabel 4.16 diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga Koefisisen korelasi untuk variabel pendapatan sebesar 0.444 bertanda
positif yang artinya semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi kesejahteraan keluarga. Untuk koefisisen korelasi parsial antara pendapatan dan
kesejahteraan keluarga diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.019 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan maka hipotesis yang diajukan
diterima Ha diterima. Dengan demikian secara parsial pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga.
2. Pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga Koefisisen korelasi untuk variabel konsumsi rumah tangga sebesar 0.283
bertanda positif yang artinya semakin tinggi konsumsi rumah tangga maka akan semakin tinggi kesejahteraan keluarga. Untuk koefisisen korelasi parsial antara
konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan keluarga diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan maka
hipotesis yang diajukan diterima Ha diterima. Dengan demikian secara parsial konsumsi rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan
keluarga.
4.1.5.2 Pengujian Hipotesisi Secara Simultan Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependen,
yaitu pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Uji
hipotesis ini dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 dengan menggunakan uji distribusi F dengan kriteria sebagai berikut: 1 jika probabilitas signifikansi
0.05 maka H0 diterima; dan 2 jika probabilitas signifikansi 0.05 maka H0 ditolak. Hasil pengujian uji F selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Hipotesis secara bersama-sama Uji F
Model Sum of
Squares Df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 435.645
2 217.822
12.668 .000
a
Residual 1169.228
68 17.195
Total 1604.873
70 a. Predictors: Constant, Konsumsi Rumah Tangga, Pendapatan
b. Dependent Variable: Kesejahteraan Keluarga Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.17 Hasil pengujian hipotesis dengan uji F diperoleh nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.000 0.05 yang berarti bahwa model
regresi tersebut signifikan maka hipotesis yang diajukan diterima Ha diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara pendapatan dan
konsumsi rumah tangga secara bersama-sama terhadap kesejahteraan keluarga.
4.1.6 Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini ada 2 yaitu sebagai berikut :
4.1.6.1 Uji Koefisien Determinasi Secara Simultan R
2
Besarnya pengaruh variabel bebas pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap variabel terikat kesejahteraan keluarga secara simultan dapat dilihat
dari hasil koefisien determinasi R square seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.18 Uji Koefisien Determinasi Secara Simultan R
2
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
.521
a
.271 .250
4.14663 a. Predictors: Constant, KonsumsiRumahTangga, Pendapatan
b. Dependent Variable: KesejahteraanKeluarga Sumber: Data yang diolah, 2015
Berdasarkan uji koefisien determinasi di atas dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap
kesejahteraan keluarga dapat dilihat dari nilai R square, yaitu 0.271 atau 27.1 . Dengan demikian besarnya pendapatan dan konsumsi rumah tangga dalam
menjelaskan variabel kesejahteraan keluarga sebesar 27.1 sedangkan sisanya 72.9 dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak diteliti.
4.1.6.2 Uji Koefisien Determinasi Secara Parsial r
2
Besarnya pengaruh variabel bebas pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap variabel terikat kesejahteraan keluarga secara parsial dapat dilihat dari
hasil koefisien determinasi seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.19 Uji Koefisien Determinasi Secara Parsial r
2
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Correlations
B Std.
Error Beta
Zero- order
Partial Part 1
Constant 16.032
5.218 3.072
.003 Pendapatan
.444 .184
.255 2.411 .019
.339 .281 .250
Konsumsi Rumah Tangga
.283 .074
.405 3.825 .000
.457 .421 .396
a. Dependent Variable: KesejahteraanKeluarga
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.19 tampak bahwa koefisien korelasi parsial untuk
variabel pendapatan adalah 0.281. Sehingga r
2
untuk variabel ini sebesar 0.281
2
x 100= 7.89 yang berarti bahwa sumbangan efektif untuk variabel pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga 7.89. Koefisien korelasi parsial untuk variabel
konsumsi rumah tangga sebesar 0.421 sehingga r
2
untuk variabel ini adalah 0.421
2
x 100 = 17.72 yang berarti bahwa sumbangan efektif untuk variabel konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga sebesar 17.72.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang terkait dengan judul, permasalahan dan hipotesis penelitian, maka dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa hasil
penelitian menunjukkan variabel pendapatan dan kesejahteraan keluarga berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesejahteraan
keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung bail secara simultan maupun parsial.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif variabel pendapatan digunakan 10 pernyataan dan hasil penelitian berdasarkan tanggapan dari 71 responden keluarga
petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini diperoleh total skor 1726 dengan persentase sebesar 60.77 dalam
interval 1242≥ Skor ≤ 1774 dan termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara umum pendapatan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung memiliki pendapatan yang
tergolong rendah. Hal ini terjadi karena pendapatan yang diterima dalam bentuk upah uang maupun upah riil masih rendah. Dimana pekerjaan yang banyak
dilakukan petani penggarap kopi dalam kategori harian sehingga selain membutuhkan kesungguhan untuk selalu mendapatkan pekerjaan tetapi juga
disesuaikan dengan pekerjaan yang tersedia. Variabel pendapatan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga
indikator yaitu penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian
pekerjaan. Indikator-indikator dalam variabel pendapatan berpengaruh secara langsung terhadap kesejahteraan keluarga.
Hitungan perindikator menunjukkan bahwa indikator penerimaan penghasilan berdasarkan 5 pernyataan yang diberikan kepada 71 responden petani
penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Hasil penelitian pada indikator penerimaan pendapatan diperoleh skor total sebesar 799
dengan jumlah persentase sebesar 56.27 yang berada pada interval 620≥ Skor ≤
886 dengan kategori rendah. Hal tersebut disebabkan karena pengupahan yang diberikan tergolong rendah. Segala upaya yang digunakan sebagai patokan
pemberian upah baik oleh masyarakat atau kesatuan kelompok pertanian tidak dapat menjamin kelangsungan bagi para petani penggarap kopi tetapi juga pada
sisi pemilik lahan sebagai pemberi atau pembayar, sehingga dapat dimungkinkan ketika para petani penggarap kopi meminta ukuran pengupahan yang tinggi dan
petani pemilik lahan keberatan maka para petani penggarap kopi justru akan kehilangan beberapa pekerjaannya karena petani pemilik lahan akan lebih
memilih mengerjakan sendiri atau gotong royong dengan pihak keluarga. Selain itu setiap tahun sudah banyak terjadi perubahan jumlah pengupahan dengan terus
menaikkan taraf upah dari waktu kewaktu, hal itu disebabkan karena tuntutan harga bahan pokok kebutuhan yang semakin meningkat dengan selarasnya
peningkatan harga bahan bakar minyak. Disisi lain terdapat perbedaan pengupahan pada jenis pekerjaan tertentu pada setiap Desa sehingga pendapatan
yang dimiliki petani penggarap kopi antara desa satu dengan yang lainnya terjadi ketimpangan.
Berdasarkan kuesioner dengan perhitungan variabel derkriptif bahwa pendapatan petani penggarap kopi sangat rendah dalam menerima bonus sebagai
tambahan pendapatannya berarti bahwa petani pemilik lahan kurang memperhatikan tambahan sebagai reword atas pekerjaan yang sudah dikerjakan.
Hasil perhitungan indikator ketepatan pembayaran berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten
Temanggung diperoleh jumlah skor 534 dengan persentase 62.68 yang berada pada interval
370≥ Skor ≤ 530 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum ketepatan pembayaran kepada petani
penggarap kopi sudah tepat waktu. Hal itu disebabkan karena petani penggarap kopi justru banyak yang akan meminta pembayarannya sebelum melakukan
pekerjaan karena berbagai tuntutan kebutuhan, selain itu petani pemilik lahan akan senantiasa memberikan pembayarannya karena selain memberikan
kepercayaan juga sebagai jaminan bahwa sebelum jumlah pembayaran yang diminta terlampaui oleh petani penggarap kopi akan bekerja sebagai tenaga
kerjanya. Adanya kesepakatan jumlah pembayaran akan dilakukan sebelum dimulai pekerjaan sehingga ketika jumlah pembayaran tidak sesuai dengan
ketetapannya petani penggarap akan mundur dari pekerjaanya atau bahkan suatu saat nanti petani penggarap tidak akan bekerja lagi ditempat pemilik lahan yang
demikian. Sebagai mana yang dikatakan oleh Anoraga 2006:82 bahwa orang mau
bekerja bukan hanya mencari dan mendapatkan upah saja unsur ekonomis, akan tetapi dengan bekerja juga terdapat harapan akan mendapatkan kepuasan dalam
bekerja. Sehingga dapat diketahui bahwa alasan seseorang tetap mempertahankan pendapatan yang diterima bukan diukur dari besaran rupiah tetapi juga
berdasarkan atas pertimbangan kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis. Dengan begitu hasil pendapatan rendah tetapi dengan posisi ketepatan
pembayaran yang tinggi membuktikan bahwa petani penggarap kopi mempertimbangkan kondisi yang tidak hanya diukur dengan besaran rupiah tetapi
di imbangi dengan kondisi lainnya. Hasil perhitungan indikator kesesuaian pekerjaan berdasarkan 71 responden
keluarga petani penggarap kopi di kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh jumlah skor sebesar 393 dengan persentase 69.19 yang berada pada
interval 355≥ Skor ≤ 461 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum kesesuaian pekerjaan yang dilakukan petani penggarap kopi sudah sesuai. Hal itu disebabkan bahwa dalam memberikan upah
pemilik lahan juga mempertimbangkan akan perbedaan gender dan keahlian yang dimiliki petani penggarap sehingga terciptanya keseimbangan pengupahan dan
tidak ada pihak yang dirugikan baik secara tenaga atau materiil. Pada variabel konsumsi rumah tangga digunakan 20 pernyataan yang
diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh skor total sebesar 3568 dengan
persentase sebesar 62.8, yang berada pada interval 3549 ≥ Skor ≤ 4614 dan
termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum konsumsi rumah tangga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto
Kabupaten Temanggung memiliki konsumsi yang tergolong tinggi. Hal tersebut
terjadi karena setiap keluarga tetap harus melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya walaupun tidak memiliki pendapatan yang dikatakan cukup untuk
melakukan pengeluaran dalam memenuhi barang atau jasa.Variabel konsumsi rumah tangga menggunakan indikator konsumsi makanan dan konsumsi bukan
makanan. Indikator dalam variabel konsumsi rumah tangga berpengaruh secara langsung terhadap kesejahteraan keluarga.
Hasil perhitungan indikator konsumsi makanan berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
diperoleh jumlah skor 1223 dengan persentase 61.5, dalam interval 8 97 ≥ Skor
≤ 1240 dan termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum konsumsi makanan keluarga petani penggarap kopi masih kurang
terpenuhi dan dalam keadaan yang rendah. Hal itu disebabkan karena keluarga petani penggarap kopi hanya memenuhi kebutuhan makanan dengan dasar cukup
dalam makan pokok minimal 2 kali sehari tanpa mempertimbangkan ukuran kesempurnaan gizi atau makanan tambahan lainnya seperti makanan ringan atau
makanan cepat saji lainnya. Hasil perhitungan indikator konsumsi bukan makanan berdasarkan 71
responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh jumlah skor 2345 dengan persentase 63.5, dalam
interval 2311 ≥ Skor ≤ 3001 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara umum konsumsi bukan makanan sudah terpenuhi dan dalam kategori tinggi. Hal itu disebabkan karena adanya rasa sosial yang tinggi
sehingga memprioritaskan kebutuhan kemasyarakatan dan berkembangnya
kebutuhan modern menjadikan keluarga petani penggarap kopi meningkatkan pemenuhi keinginannya.
Pada variabel kesejahteraan keluarga digunakan 17 pernyataan yang diberikan kepada 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan
Candiroto Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini diperoleh total skor sebesar 2914 dengan persentase sebesar 60.4, yang berada pada interval
2111 ≥ Skor ≤ 3016 dan termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut terjadi karena
kesejahteraan keluarga merupakan suatu kondisi dimana keluarga dapat memenuhi tingkatan kebutuhan dan keinginannya. Sebagaimana yang dikatakan
oleh kuswardinah 2007 bahwa kondisi sejahtera bersifat tetap dapat berubah setiap saat baik dalam waktu cepat atau lambat. Untuk mencapai dan
mempertahankan kesejahteraan setiap manusia harus berusaha secara terus menurus dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan, sesuai dengan tuntutan
hidup yang selalu berkembang tanpa batasan waktu. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga yaitu:
kebutuhan pokok, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangan. Hasil perhitungan indikator kebutuhan pokok berdasarkan 71 responden
keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung dalam penelitian ini diperoleh total skor sebesar 1065 dengan jumlah persentase
sebesar 62.5 yang berada pada interval 745 ≥ Skor ≤ 1064 dengan kategori
rendah. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan pokok keluarga petani dipenuhi sebatas kebutuhan makanan yang mencukupi kebutuhan sehari-hari sedangkan
mengenai sandang dan papan akan dipenuhi setelah kebutuhan makanan terpenuhi dengan berusaha untuk lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Hasil perhitungan indikator kebutuhan sosial berdasarkan 71 responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung
diketahui bahwa dalam penelitian ini diperoleh total skor sebesar 1445 dengan jumlah persentase sebesar 62.7 yang berada pada interval
1419 ≥ Skor ≤ 1845 dengan kategori tinggi. Hal tersebut terjadi karena masyarakat pedesaan memiliki
rasa kekeluargaan dan gotong royong yang tinggi sehingga keluarga petani penggarap kopi lebih mengutamakan kebutuhan sosial dibandingkan dengan
kebutuhan lainnya. Hasil perhitungan indikator kebutuhan pengembangan berdasarkan 71
responden keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh total skor sebesar 424 dengan jumlah persentase sebesar
49.8 yang berada pada interval 382 ≥ Skor ≤ 538 dengan kategori rendah. Hal
tersebut terjadi karena kebutuhan pengembangan menurut teori keebutuhan maslow akan dipenuhi setelah kebutuhan lainnya terpenuhi, sehingga kebutuhan
pengembangan menjadikan kebutuhan yang dikesampingkan dan hanya dianggap sebagai pemenuhan untuk masa yang akan datang.
Hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistik mengenai pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani
penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung akan dibahas sebagai berikut:
4.2.1 Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang dari kegiatan bekerja dan penanaman modal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan. Pada dasarnya pendapatan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan utama seseorang dalam bekerja. Secara ekonomi pendapatan diukur
dari besaran rupiah. Disini keterkaitan pendapatan dengan kesejahteraan tidak hanya diukur dari sisi ekonominya saja tetapi tentang kecukupan pendapatan yang
dimiliki dalam mengaktualisasikan dalam kesejahteraan keluarganya. Sebagai mana yang dinyatakan oleh Reksohadiprodjo 2000:25 keterkaitan pendapatan
dengan kesejahteraan, bahwa manusia menilai suatu pekerjaan berdasarkan pada besarnya upah dan kondisi kerja. Sehingga dapat diketahui bahwa keterkaitan
pendapatan dalam memenuhi kesejahteraan keluarga juga diukur dengan keadaan psikologi kerja sebagai gambaran kondisi kerja.
Berdasarkan hasil penelitian dengan 71 responden keluarga sebagai sampel dari petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung
diperoleh keterangan bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari uji parsialnya
yang menunjukkan kontribusi pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga sebesar 7.89 dan dengan deskriptif variabel menunjukkan rata-rata
pendapatan keluarga petani penggarap kopi sebesar 60.77 dan masuk dalam kategori rendah. Hal ini berarti semakin rendah pendapatan yang dimiliki keluarga
maka berdampak pada semakin rendah pula kesejahteraan keluarga. Hal tersebut terjadi karena pendapatan yang dimiliki akan berdampak dalam pemenuhan
kebutuhan setiap keluarga sehingga ketika pendapatan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan akan mengurangi tingkat kesejahteraan keluarga. Pada
pengukuran variabel deskriptif pendapatan didapatkan dari tiga indikator antaralain; penerimaan penghasilan, ketepatan pembayaran dan kesesuaian
pekerjaan. Indikator tersebut digunakan atas dasar keterkaitan antara pendapatan dengan kesejahteraan keluarga.
Sebagai mana yang dikatakan oleh Sukirno 2006:351 bahwa kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran dari kenaikan kesejahteraan yang
dinikmati oleh para pekerja. Sehingga berkaitan dengan hal tersebut atas dasar pendapatan maka upah dibedakan menjadi dua yaitu upah uang dan upah riil.
Yang dimaksudkan dengan upah uang adalah jumlah uang diterima para pekerja, sedangkan upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut pandang
kemampuan upah tersebut dalam membeli barang atau jasa. Dari segi materiil pendapatan diukur dari segi upah. Upah yang dimiliki
oleh setiap orang dan pekerjaannya itu berbeda-beda sebagai mana yang dikemukaan oleh Sukirno 2005:364 bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya upah antara lain: 1 perbedaan corak pekerjaan; 2 perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan; 3 pertimbangan bukan keuangan, dan 4
mobilitas kerja. Sebelum mendefinisikan pengaruh perbedaan upah sukirno 2005:351 menyatakan bahwa pendapatan akan menggambarkan kesejahteraan
yang dinikmati oleh para pekerja. Itu membuktikan bahwa ada pengaruh antara pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
Dalam penelitian ini berdasarkan hasil uji parsial variabel pendapatan diperoleh hasil signifikansi sebesar 0.019 0.05 maka hipotesis yang berbunyi
bahwa terdapat pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Ha diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh BKKBN bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga diantaranya adalah
ekonomi yang terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kepemilikan asset dan tabungan, sedangkan Iskandar 2011: 138-139 menyatakan bahwa pendapatan merupakan
indikator dari kesejahteraan keluarga .
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrik 2011 dan Elmanora 2012 juga menunjukkan bahwa pendapatan berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Dengan demikian penelitian ini dapat diterima karena sesuai dengan teori yang ada.
4.2.2 Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten
Temanggung Konsumsi Rumah Tangga adalah kegiatan pengeluaran yang dilakukan
dengan pembelian barang danatau jasa. Konsumsi merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh setiap orang untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya
dalam upaya mempertahankan hidup. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas, baik dalam jumlah maupun
jenisnya. Untuk memperoleh berbagai kebutuhan tersebut seseorang memerlukan pengeluaran untuk konsumsi. Dari semua pengeluaran yang dilakukan tersebut
sekurang-kurangnya dapat memenuhi tingkat kebutuhan minimum yang diperlukan. Adapaun perbedaan yang mendasari konsumsi rumah tangga dapat
berasal dari pola konsumsi maupun perilaku konsumen keluarga. Pola konsumsi dijadikan sebagai standar hidup seseorang yang digunakan sebagai ukuran taraf
hidup yang layak dan wajar harus terpenuhi agar dapat hidup selayaknya dengan kehidupan orang lain.
BPS dan Dumairy 1996:117 yang membedakan konsumsi menjadi dua kelompok yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Konsumsi
makanan terdiri dari barang yang tidak tahan lama, sedangkan konsumsi bukan makanan adalah konsumsi yang berguna untuk jangka waktu panjang dan dalam
pemenuhannya bersifat insidental. Schiffman dan Kanuk 1994, dalam bukunya yang berjudul Consumer
Behaviour, menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk. Dalam kegiatan mencari tentu saja tidak hanya sebatas pada barang dan jasa yang dibutuhkan melainkan juga terkait pada barang dan
jasa yang diinginkan yang meliputi akan kualitas, harga, ukuran, cara mendapatkannya, cara penggunaannya dan sebagainya Nitisusastro, 2013:31-
32. Menurut Sukirno 2000:101 Konsumsi rumah tangga juga ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain: 1 ekspektasi: yaitu mengenai keadaan dimasa yang akan datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa kini,
dengan adanya keyakinan bahwa pada masa mendatang seseorang akan dapat meningkatkan konsumsinya atau sebaliknya sehingga akan menentukan konsumsi
dimasa sekarang; 2 jumlah penduduk; jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun rata-rata
perorang dalam keluarga relatif rendah; 3 tingkat harga: ketika semakin tinggi tingkat harga barang atau jasa maka akan semakin tinggi pula jumlah pengeluaran.
Keluarga sebagai pihak konsumen akan memilih barang kebutuhan pokok untuk dikonsumsi dan mempertimbangkan nilai guna dari barang tersebut.
Keterbatasan anggaran pendapatan yang diterima oleh keluarga dapat menunda untuk mengkonsumsi barang-barang yang mempunyai nilai tinggi. Ukuran
konsumsi rumah tangga yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan.
Berdasarkan hasil penelitian dari 71 keluarga sebagai sampel dari petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung diperoleh hasil
bahwa konsumsi rumah tangga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Hal ini dapat diketahui dengan uji parsialnya yang
menunjukkan kontribusi pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga sebesar 17.72 dengan deskripsi variabel menunjukkan skor total
sebanyak 3568 dengan persentase sebesar 62.8 dan termasuk dalam ketegori tinggi.
Dalam penelitian ini variabel konsumsi rumah tangga memberi kontribusi pengaruh yang lebih besar terhadap kesejahteraan dibandingkan dengan variabel
pendapatan. Berdasarkan uji parsial variabel konsumsi rumah tangga diperoleh hasil signifikansi sebesar 0.000 0.05 maka hipotesis yang berbunyi bahwa
terdapat pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Ha diterima.
Hal ini ditunjukkan dari koefisien regresi sebesar 0.283, nilai probabilitas 0.000 0.05 dan koefisien determinan r
2
Hasil penelitian 0.421 atau dapat dikatakan pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga sebesar
17.72 dan 82.28 ditentukan oleh variabel lain. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendrik 2011 juga menunjukkan bahwa
pendapatan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kesejahteraan keluarga, begitu juga menurut Wagle et al, 2006 bahwa secara langsung
konsumsi yang berasal dari pendapatan akan mempengaruhi kesejahteraan. Dengan demikian penelitian ini dapat diterima karena sesuai dengan teori yang
ada.
4.2.3 Pengaruh Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Kopi di Kecamatan
Candiroto Kabupaten Temanggung Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah
tangga terhadap kesejahteraan keluarga. Dari hasil uji simultan diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan dan konsumsi rumah tangga
terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten temanggung secara bersama-sama sebesar 27.1 dan sisanya sebesar
72.9 dipengaruhi oleh variabel lain atau faktor-faktor lain di luar penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dan konsumsi rumah tangga akan
memberikan dampak terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Hasil penelitian ini mengandung bahwa penerimaan pendapatan dan konsumsi rumah tangga
semaksimal mungkin dapat menunjang pemenuhan kebutuhan yang akhirnya akan dapat menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan keluarga.
Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi keluarga dimana keluarga dapat hidup sewajarnya sesuai dengan lingkungan dengan terpenuhi semua
kebutuhannya. Jika keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhannya maka keluarga akan mencapai pada kesejahteraannya. Dalam memenuhi kesejahteraannya
keluarga memiliki tata cara yang berbeda sebagai prioritas yang harus didahulukan.
Keluarga dalam menciptakan kesejahteraan keluarga diperlukan manajemen dari pendapatan dan konsumsi rumah tangga yang dijalankan. Penerimaan
pendapatan dapat dilakukan dengan kesungguhan dalam menekuni pekerjaan yang digeluti. Sehingga dengan pendapatan yang maksimal akan dapat memenuhi
kebutuhan keluarga dan dapat mencapai pada tingkat kesejahteraan keluarga yang di inginkan. Perolehan pendapatan tidak hanya diukur dari besarnya nilai rupiah
tetapi nilai upah secara riil yang digunakan sebagai ukuran kemampuan upah untuk dapat membeli barang dan jasa.
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1992 Bab I Pasal I Ayat 11 dinyatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut dalam kaitannya dengan pengaruh
pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga maka kondisi kesejahteraan keluarga dapat tercipta apabila kebutuhan dasar dan
pengembangan setiap anggota keluarga dapat terpenuhi, keluarga yang anggota- anggotanya memiliki jiwa keimanan dan ketaqwaan yang tinggi serta keluarga
yang memiliki hubungan yang dinamis antar anggota keluarga maupun dengan masyarakat. Sehingga dalam pengertian yang lebih luas dapat dikatakan bahwa
kesejahteraan keluarga merupakan suatu keadaan keluarga dengan anggota- anggotanya sudah tercukupi secara lahiriahnya sandang, pangan, papan dan
kesehatan dan batiniahnya rasa aman, tenteram, dan nyaman serta tercukupi kebutuhan pengembangannya.
Konsumsi rumah tangga mempunyai peran penting dalam tingkat kesejahteraan keluarga. Dengan cara konsumsi yang efisien dan efektif sesuai
dengan pola konsumsi dan perilaku konsumen maka keluarga dapat mencapai pada tingkat kesejahteraan yang tinggi. Keadaan sejahtera dikatakan relatif karena
kesejahteraan keluarga berbeda, yang ditentukan oleh falsafah hidup maing- masing. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kuswardinah 2007:2 bahwa kondisi
sejahtera bersifat tidak tetap dan dapat berubah setiap saat baik dalam waktu cepat atau lambat. Untuk mencapai dan mempertahankan kesejahteraan setiap manusia
harus berusaha secara terus-menurus dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan, sesuai dengan tuntutan hidup yang selalu berkembang tanpa batasan
waktu. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Wegle et al 2006 dan Hendrik
2011 yang menyatakan bahwa variabel pendapatan dan konsumsi rumah tangga
bersama-sama berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Wegle et al 2006 bahwa konsumsi rumah tangga
yang akan menjadi pertimbangan adalah dengan adanya barang atau jasa jenis baru. Sedangkan perbedaan yang oleh penelitian yang dilakukan oleh hendrik
2011 bahwa yang menjadi ukuran konsumsi rumah tangga adalah terletak pada tingkat pendidikan, sedangkan pendapatan diukur dari cara yang digunakan dalam
melakukan pekerjaannya.
100
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten
temanggung. Jika variabel pendapatan naik sebesar satu persen maka kesejahteraan keluarga akan meningkat sebesar 7.89.
2. Konsumsi rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi di Kecamatan Candiroto
Kabupaten Temanggung. Jika variabel konsumsi rumah tangga naik sebesar satu persen maka kesejahteraan keluarga akan meningkat sebesar 17.72.
3. Pendapatan dan konsumsi rumah tangga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan keluarga petani penggarap kopi
di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung sebesar 27.1 dan sisanya 72.9 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat di sampaikan saran sebagai berikut:
1. Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi juga kesejahteraan keluarga. Berdasarkan penelitian bahwa pendapatan dan kesejahteraan
keluarga dalam kategori rendah. Dengan adanya hal tersebut maka sebaiknya pihak kesatuan pertanian dari pemerintah dan kelompok pertanian
memberikan ukuran pengupahan yang sama pada setiap desa dan memberikan pelatihan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambahan
dalam rangka meningkatkan perekonomian keluarga 2. Semakin tinggi konsumsi rumah tangga maka akan semakin tinggi juga
kesejahteraan keluarga. Berdasarkan penelitian bahwa konsumsi rumah tangga dalam kategori tinggi. Dengan adanya hal tersebut maka sebaiknya
pihak pemerintah memberikan pengarahan kepada petani penggarap kopi mengenai tata cara pola konsumsi yang baik dan benar dengan mengadakan
tabungan untuk menjamin konsumsi dimasa depan dan mengurangi sifat konsumerisme
3. Semakin tinggi pendapatan dan konsumsi rumah tangga maka akan semakin tinggi juga kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga petani penggarap
kopi rendah. Dengan adanya hal tersebut maka pihak pemerintah mendata ulang keadaan kesejahteraan keluarga sehingga penerimaan dana bantuan
kesejahteraan dapat tepat pada sasarannya.
102
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji.2005.Psikologi Kerja.Jakarta:PT Rineka Cipta Anwar,
Rustini Chairul.1981.
Pendidikan Keterampilan,
Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga. Departemen
Pendidikan dan
Kebudayaan.Jakarta:CV. Jasanku Aplikasi Pemutakhiran Data Kabupaten, Seluruh Desa Terkait Penelitian
Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia.Jakarta:Erlangga Engel, James F. et, al.1994.Perilaku Konsumen Edisi Keenam Jilid 1. Alih Bahasa
Budiyanto.Jakarta Binarupa Aksara Falih, Ahmad.2007.”Pengaruh Besarnya Upah Buruh Tani Terhadap Perilaku
Konsumsi Kerja dan Konsumsi Studi Pada Usaha Tani Bawang Merah di Kabupaten
Brebes.Tesis.Jakarta: Fakultas
ekonomi UIN
Syarif Hidayatullah
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro.
Habibi, Maksum dan Gunadi.2013.Pengantar Ekonomi dan Bisnis, Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen SMK Kelas X.Jakarta:Yudhistira
Hendrik.2011.”Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Dayun
Kabupaten Siak Provinsi Riau. Dalam Jurnal Perikanan dan Kelautan, volume 16 No. 1. Hal 21-32 Riau:Universitas Riau
Ishak, Ismahalil.2012.Kajian Indikator Kesejahteraan Keluarga. Dalam Seminar Penggunaan Data-data Hasil Penyelidikan,Daripada Persepsi Ke
Realiti:Malaysia:Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Negara Kuswardinah, Asih.2007.Ilmu Kesejahteraan Keluarga.Semarang:Universitas
Negeri Semarang Prees Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller.2009.Manajemen Pemasaran Edisi Kedua
Belas Jilid 1.Alih bahasa Benyamin Molan.Jakarta: PT Indeks Nanga, Muana.2001.Makro Ekonomi:teori, masalah dan kebijakan Edisi 1.
Jakarta:PT RajaGrafindo persada Ndakularak, Erwin.Seyiawina dkk.2011.Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan keluarga.Sumatera Utara:Universitas Sumatera Utara.
Dalam Jurnal Info Kesejahteraan Masyarakat, Volume 10 No. 02 Hal. 133-141
Nitisusastro, Mulyadi.
2013.Perilaku Konsumen
Dalam Prespektif
Kewirausahaan.Bandung:Alfabeta Bandung Puspitasari,Herien.2013.Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga.Bogor: Fakultas
Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor Pass, Christopher, Bryan Lowes.1994.Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua.Alih
Bahasa Tumpal Rumapea.Jakarta: Erlangga Reksohadiprojo,
Sukanto.2000.Ekonomi Lingkungan
Suatu Pengantar.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta
Robiyanto, Febra.2003. Sekilas Perihal Perekonomian Indonesia.Semarang:Studi Nusa
Samuelson, Paul A. dan Willian D. Nordaus.2004.Makro Ekonomi Edisi 14.Alih Bahasa Haris Munandar dkk.Jakarta:PT. Gelora Aksara Pratama
Setiadi, Nugroho J. 2003.Perilaku Konsumen: konsep dan implikasi untuk strategi dan penelitian Pemasaran.Jakarta:Prenada Media
Simamora, Bilson.2004.Panduan Riset Perilaku Konsumen.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono.2006.Statistik Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta . . . . . . 2012.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD.Bandung:
Alfabeta Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta: PT Rineka
Cipta Sukirno,Sadono.2005.Mikro
Ekonomi Teori
Pengantar Ed.
Ketiga.Jakarta:RajaGrafindo Persada Sunarti, Euis. 2011.”Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga; isu strategis
dalam analisis
dampak kependudukan
terhadap aspek
sosial ekonomi”.Bogor:Fakultas Ekologi Manusia IPB
Sunarto, ST.2012.Metodologi Penelitian.Semarang:UNNES PRESS Soeharno.2007. Teori Mikro Ekonomi.Yogyakarta: CV. Andi Offset
Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Umar, Husein.2002.Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Wagle, R. Udayana.2006.Poverty in Kathmandu: What do subjective and objective economic welfare concepts suggest ?.USA:Westren Michigan
University. Dalam Jurnal Economi Inequal Volume 5 Hal. 73-95 Waluyo,
Dwi Eko.2004.Teori
Ekonomi Makro.Malang:Universitas
Muhammadiyah Malang Pres www. temanggungkab.go.id Potensi Perkebunan Kabupaten Temanggung
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1
KISI-KISI UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN No.
Variabel Indikator
Butir Pernyataan
Jumlah Soal
1. Pendapatan :
adalah penghasilan sebagai upah yang diterima buruh
harian lepas dari kontrak dan prestasi dalam
pelaksaan pekerjaan 1. Penerimaan
Penghasilan 2. Ketepatan
pembayaran 3. Kesesuaian
pekerjaan yang dilakukan
1, 2, 3, 4, 5. 6, 7, 8, 9.
10, 11, 12. 5
4 3
2. Konsumsi Rumah Tangga :
adalah cara pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
dalam mengkonsumsi barang danatau jasa
1. Konsumsi makanan
2. Konsumsi bukan makanan
13, 14, 15, 16, 17, 18,19, 20.
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 32,
33, 34. 8
14
3. Kesejahteraan Keluarga :
adalah suatu kondisi keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhannya dan hidup wajar sesuai
dengan lingkungannya. 1. Kebutuhan
pokok 2. Kebutuhan
sosial 3. Kebutuhan
pengembangan 36, 37, 38, 39,
40, 41, 42. 43, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 50 51, 52, 53.
7 8
4
Lampiran 2
KUESIONER UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH PENDAPATAN DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA
TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI PENGGARAP KOPI DI KECAMATAN CANDIROTO KABUPATEN TEMANGGUNG
A. DATA RESPONDEN
1. Nama : . . . . . . . . . . . . .
2. Alamat : DusunRWRT : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Desa
: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki b. Perempuan
4. Usia Anda : . . . . . .tahun 5. Pendidikan Terakhir : . . . . . . . . . . . . . .
6. Lama Menjadi Petani Penggarap Kopi : . . . . . . tahun
B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Mohon dengan hormat untuk menjawab semua pernyataan yang tersedia sesuai dengan pendapat bapakibu, dengan memberikan tanda centang √
pada kolom jawaban yang sudah disediakan 2. Berikut ini disajikan pernyataan dengan kategori pilihan jawaban
a. Variabel pendapatan dan Variabel Konsumsi Rumah Tangga:
Sangat Cukup SC, Cukup C, Kurang Cukup KC, Tidak Cukup TC
b. Variabel Kesejahteraan Keluarga:
Sangat Terpenuhi ST, Terpenuhi T, Kurang Terpenuhi KT, Tidak Terpenuhi TT
3. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian tentukan pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi dan keadaan
bapakibu
C. DAFTAR PERNYATAAN
PENDAPATAN
1. Berkaitan dengan tingkat kecukupan atas pendapatan yang diterima sebagai petani penggarap kopi, bagaimana pendapat bapakibu mengenai
hal-hal berikut ini:
No. Pernyataan
Kategori SC C
KC TC
1. Pendapatan
yang diterima
dari pengupahan dalam hitungan pekerjaan
harian 2.
Pendapatan yang
diterima dari
pengupahan dalam hitungan pekerjaan borongan
3. Pendapatan yang diterima dari pekerjaan
sampingan atau pekerjaan selain sebagai petani penggarap kopi
4. Pendapatan yang diterima sebagai bonus
dari pekerjaan yang dilakukan 5.
Pendapatan yang diterima dari anggota keluarga yang bekerja
2. Berkaitan dengan ketepatan pembayaran atas pendapatan yang diterima, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal berikut ini:
No. Pernyataan
Kategori SC C
KC TC
6. Permintaan
pembayaran sebelum
pekerjaan terselesaikan 7.
Ketepatan waktu pembayaran yang diberikan
8. Kesesuaian jumlah pembayaran yang
diberikan 9.
Kepuasan pemberian
bonus yang
diberikan 3. Berkaitan dengan kesesuaian pekerjaan atas pendapatan yang diterima,
bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal berikut ini:
No. Pernyataan
Kategori SC C
KC TC
10. Kesesuaian jenis
pekerjaan yang
dilakukan dengan pendapatan yang diterima
No. Pernyataan
Kategori SC C
KC TC
11. Kesesuaian pendapatan yang diterima dengan keahlian pada bidang pekerjaan
yang dilakukan 12. Pembedaan jenis pekerjaan antara laki-
laki dan perempuan
KONSUMSI RUMAH TANGGA
1. Berkaitan dengan konsumsi makanan makanan yang biasa dikonsumsi seluruh anggota keluarga, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-
hal berikut ini:
No. Pernyataan
Kategori SC C
KC TC
13. Konsumsi keluarga terhadap makanan makanan pokok beras atau gandum
14. Konsumsi keluarga terhadap buah dan sayur
15 Konsumsi keluarga terhadap sumber
protein tahu, tempe, telur, ikan dan daging
16. Konsumsi keluarga terhadap bahan minuman gula, susu, the, kopi dll
17. Konsumsi keluarga terhadap keperluan dapur minyak goring, garam, bawang
merah, bawang putih, dll 18. Konsumsi keluarga terhadap makanan
ringan snack 19. Konsumsi keluarga terhadap rokok dan
atau sirih 20. Konsumsi keluarga terhadap makanan
jadi bakso, mie ayam, burger, dll 2. Berkaitan dengan konsumsi bukan makanan seluruh anggota keluarga,
bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal beikut ini:
No. Pernyataan
Kategori SC C
KC TC
21. Keadaan rumah yang dihuni 22. Penggunaan bahan bakar untuk memasak
23. Perawatan yang
dilakukan pada
kendaraan yang dimiliki
No. Pernyataan
Kategori SC C
KC TC
24. Kebutuhan keluarga pada penggunaan daya listrik
25. Penggunaan komunikasitelepon pada anggota keluarga
26. Memiliki perlengkapan dan kebutuhan MCK Mandi, cuci dan kebersihan
27. Perlengkapan kosmetik yang dimiliki anggota keluarga
28. Pembayaran untuk biaya pendidikan uang SPP dan buku
29. Jaminan pada
kesehatan anggota
keluarga 30. Memiliki alat pertanian yang lengkap
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan 31. Kepemilikan barang-barang tahan lama
yang bias dibanggakan emas, tv, cd, parabola, dll
32. Pengadaan acara
tasyakuran dimasyarakat
Yasin-tahlil, RTan,
Kelompok kerajinan,
dll seperti
keluarga lainnya 33. Menghadiri
undangan orang
yang memiliki hajad atau Ta’ziah
34. Memberikan infaksedekah pada setiap kesempatan yang ada
KESEJAHTERAAN KELUARGA
1. Berkaitan dengan kebutuhan pokok kebutuhan berupa sandang, pangan, papan dan kesehatan yang dibutuhkan keluarga, bagaimana pendapat
bapakibu mengenai hal-hal berikut ini:
No. Pernyataan
Kategori ST T
KT TT
35. Keluarga dapat makan minimal 2 kali dalam sehari
36. Makanan yang dikonsumsi memenuhi ukuran gizi dan protein yang sesuai 4
sehat 5 sempurna 37. Memiliki
beberapa pakaian
untuk kegiatan yang berbeda-beda
38 Membeli minimal satu pasang pakian
dalam waktu setahun 39. Kondisi rumah tidak perlu perbaikan
No. Pernyataan
Kategori ST T
KT TT
40. Tidak memiliki tanggungan hutang pada orang lain baik berupa barang atau uang
41. Seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat
2. Berkaitan dengan kebutuhan sosial kebutuhan yang berupa interaksi internal dan eksternal, keagamaan, pendidikan, rekreasi, dan transportasi
yang dibutuhkan keluarga, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal- hal berikut ini:
No. Pernyataan
Kategori ST T
KT TT
42. Keluarga dalam keadaan damai dan saling menyayangi
43. Memiliki hubungan
yang damai
dimasyarakat 44. Salah satu anggota keluarga memiliki
peran dalam kelembagaan masyarakat 45. Dapat beribadah dengan aman dan
nyaman 46. Tidak
mengalami dan
melakukan tindakan kejahatan
47. Pendidikan anggota keluarga mencapai 12 tahun wajib belajar
48. Mendapatkan pelayanan transportasi 49. Keluarga berekreasi dalam kesempatan
yang dimiliki 3. Berkitan dengan kebutuhan pengembangan kebutuhan yang berkaitan
dengan tabungan, pendidikan khusus, dan akses terhadap informasi yang dibutuhkan keluarga, bagaimana pendapat bapakibu mengenai hal-hal
berikut ini:
No. Pernyataan
Kategori ST T
KT TT
50. Memiliki tabungan yang digunakan untuk jaminan dimasa yang akan datang
51. Mendapatkan informasi dari berbagai sumber tv, koran, internet dll
52. Anggota keluarga memiliki kepastian masa depan yang terjamin
53. Hobi yang dimiliki anggota keluarga dapat tersalurkan
Lampiran 3
DAFTAR NAMA UJI COBA PENELITIAN No
Nama Kepala Keluarga Jenis Kelamin
Alamat
1 Kustanto
Laki-laki Desa Mento
2 Rumidi
Laki-laki Desa Mento
3 Tumidi
Laki-laki Desa Mento
4 Rupinah
Perempuan Desa Mento
5 Suratno
Laki-laki Desa Muntung
6 Waridi
Laki-laki Desa Muntung
7 Mustanir
Laki-laki Desa Batursari
8 Walyono
Laki-laki Desa Batursari
9 Sumadi
Laki-laki Desa Batursari
10 Danik sulistiyo
Laki-laki Desa Batursari
11 Paryadi
Laki-laki Desa Batursari
12 Wahyudi
Laki-laki Desa Batursari
13 Harjo prayitno
Laki-laki Desa Batursari
14 Sudarno
Laki-laki Desa Gunung Payung
15 Zaenal
Laki-laki Desa Gunung Payung
16 Nguadi
Laki-laki Desa Gunung Payung
17 Sutrisno
Laki-laki Desa Sidoharjo
18 Wasginanto
Laki-laki Desa Sidoharjo
19 Nyono
Laki-laki Desa Sidoharjo
20 Martono
Laki-laki Desa Sidoharjo
Lampiran 4
Data Hasil Uji Coba Variabel Instrumen 1.
Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pendapatan
No Res
Jawaban Pernyataan Nomor Total
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11
12 1
2 3
2 2
2 1
3 3
2 3
3 2
28 2
3 3
3 1
2 2
3 4
4 4
3 2
34 3
2 3
1 3
2 2
3 3
2 3
3 3
30 4
2 2
2 2
2 2
3 3
2 3
3 3
29 5
3 3
2 1
3 2
3 2
2 3
2 1
27 6
4 4
4 3
3 4
4 4
2 3
1 4
40 7
3 3
2 3
2 2
3 3
2 3
3 3
32 8
3 2
3 2
3 2
3 1
3 2
3 1
28 9
2 2
1 1
3 3
3 2
1 2
2 1
23 10
3 3
2 3
3 3
2 3
1 3
3 1
30 11
3 2
3 3
2 3
3 4
1 3
2 2
31 12
3 3
3 2
3 2
3 3
1 3
3 3
32 13
3 1
1 2
1 2
1 1
3 2
2 1
20 14
2 3
1 1
2 2
1 1
1 3
2 1
20 15
3 3
3 2
3 3
3 3
2 3
2 2
32 16
1 2
2 1
1 1
2 1
2 2
4 1
20 17
1 1
2 1
2 1
1 2
1 1
2 2
17 18
2 1
1 1
1 1
2 2
2 2
3 2
20 19
2 1
2 1
3 1
3 3
2 3
3 2
26 20
1 1
2 1
1 1
1 2
3 1
3 1
18
114
2. Data Hasil Uji Coba Intrumen Variabel Konsumsi Rumah Tangga
No Res
Jawaban Pernyataan Nomor Total
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 1
3 2
2 1
2 1
2 3
1 2
1 3
2 1
1 2
2 1
1 2
2 1
38 2
4 2
4 4
4 1
2 2
3 3
1 2
2 2
2 3
2 1
1 2
3 2
52 3
3 3
3 2
3 2
2 1
2 3
1 3
2 2
2 2
2 1
1 2
2 2
46 4
3 3
2 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
3 2
2 2
2 2
2 2
57 5
3 2
2 2
3 3
3 2
2 3
2 3
2 2
2 2
2 3
2 3
3 2
53 6
4 4
4 3
3 4
4 2
4 3
4 4
4 4
4 4
4 4
4 3
4 2
80 7
3 3
2 3
3 2
2 2
3 3
2 3
2 2
2 1
2 2
1 3
3 3
52 8
3 2
3 3
3 2
2 1
3 3
3 3
3 3
2 2
2 1
1 3
3 3
54 9
2 2
2 3
3 2
1 4
1 2
1 2
2 3
1 2
1 1
1 3
3 2
44 10
3 3
3 3
3 3
4 3
3 3
3 3
3 2
2 3
3 3
2 4
3 3
65 11
3 2
3 3
4 3
4 3
2 2
3 3
2 3
3 2
3 3
3 3
3 2
62 12
3 3
3 3
3 3
2 2
3 3
2 3
3 3
3 3
2 3
2 3
2 2
59 13
2 2
1 2
2 2
2 3
1 1
1 2
2 2
1 2
1 1
2 2
3 2
39 14
3 2
2 2
3 2
1 2
3 3
3 3
3 3
2 2
2 2
2 3
3 2
53 15
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 2
2 3
2 3
3 3
3 2
62 16
1 2
3 2
2 1
2 1
1 1
1 1
1 1
1 2
2 1
1 2
2 3
34 17
3 2
2 2
2 1
2 2
2 2
1 2
2 1
1 1
1 1
1 2
3 1
37 18
2 2
2 2
2 1
1 1
2 2
1 2
2 2
1 3
2 2
2 3
2 1
40 19
3 3
2 3
3 2
3 2
3 3
1 3
3 3
2 2
3 3
2 3
3 2
57 20
3 2
1 2
2 1
2 1
1 1
1 3
1 1
1 1
3 1
1 2
1 3
35
1 1
4
3. Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kesejahteraan Keluarga
No Res
Jawaban Pernyataan Nomor
Total
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
48 49
50 51 52 53
1 3
1 1
1 1
2 2
2 2
1 2
3 1
1 1
2 1
4 2
33
2 2
2 2
1 1
1 3
2 1
1 2
2 1
2 1
1 2
3 1
31
3 3
1 1
3 1
2 3
3 3
3 3
4 1
2 2
2 2
2 2
43
4 3
2 3
3 2
2 3
3 3
3 3
3 3
4 2
2 3
2 1
50
5 3
2 3
2 3
3 3
3 3
2 3
3 2
3 2
2 2
2 3
49
6 4
4 1
4 4
3 4
3 3
4 4
4 4
3 4
4 3
2 4
66
7 3
2 3
2 2
2 3
3 3
3 3
3 2
3 2
1 2
2 2
46
8 4
2 2
2 2
3 3
3 3
3 3
3 4
4 2
2 2
1 1
49
9 3
2 2
3 1
1 2
3 3
2 3
3 2
2 2
1 2
2 1
40
10 3
3 3
2 3
3 4
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
57
11 4
2 1
2 2
3 3
4 2
2 4
2 3
3 2
2 3
1 2
47
12 3
3 2
2 3
3 3
2 2
2 3
2 3
2 3
2 3
3 2
48
13 2
1 2
1 1
2 1
2 2
1 1
1 1
2 2
2 1
4 1
30
14 3
2 3
3 2
2 3
3 3
3 2
2 2
2 2
2 1
2 2
44
15 3
2 3
3 3
3 2
3 3
4 4
3 2
3 4
4 4
2 3
58
16 2
1 2
2 2
1 2
1 2
2 2
1 1
2 1
1 2
1 1
29
17 3
1 2
2 2
1 3
3 3
3 3
1 3
2 1
1 1
1 1
37
18 2
1 2
2 1
1 1
1 1
2 2
2 2
2 1
2 2
2 1
30
19 3
2 3
3 2
3 3
3 3
2 3
3 2
3 2
2 3
2 2
49
20 3
2 2
1 1
1 2
1 2
1 3
2 3
2 1
1 2
1 1
32
1 1
5
Lampiran 5
Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1.
Hasil Validitas a.
Variabel Pendapatan
Correlations
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
x1 1
Pearson Correlation 1
.597 .542
.585 .535
.747 .577
.449 .109
.612 -.452
.338 .790
Sig. 2-tailed .005
.014 .007
.015 .000
.008 .047
.648 .004
.045 .146
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 2
Pearson Correlation .597
1 .428
.492 .505
.598 .577
.456 -.117
.711 -.218
.413 .764
Sig. 2-tailed .005
.060 .027
.023 .005
.008 .043
.622 .000
.356 .071
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 3
Pearson Correlation .542
.428 1
.326 .450
.432 .556
.556 .157
.311 -.200
.420 .702
Sig. 2-tailed .014
.060 .161
.046 .057
.011 .011
.508 .182
.399 .065
.001 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 4
Pearson Correlation .585
.492 .326
1 .230
.588 .426
.505 -.168
.369 -.148
.526 .668
Sig. 2-tailed .007
.027 .161
.329 .006
.061 .023
.478 .110
.532 .017
.001 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 5
Pearson Correlation .535
.505 .450
.230 1
.559 .617
.343 -.316
.418 -.342
.180 .583
Sig. 2-tailed .015
.023 .046
.329 .010
.004 .139
.175 .066
.139 .447
.007 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 6
Pearson Correlation .747
.598 .432
.588 .559
1 .483
.429 -.223
.407 -.631
.269 .664
Sig. 2-tailed .000
.005 .057
.006 .010
.031 .059
.345 .075
.003 .252
.001 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 7
Pearson Correlation .577
.577 .556
.426 .617
.483 1
.652 .036
.629 -.087
.585 .848
Sig. 2-tailed .008
.008 .011
.061 .004
.031 .002
.881 .003
.715 .007
.000
1 1
6
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
8 Pearson Correlation
.449 .456
.556 .505
.343 .429
.652 1
-.032 .628
-.155 .693
.787 Sig. 2-tailed
.047 .043
.011 .023
.139 .059
.002 .894
.003 .515
.001 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
9 Pearson Correlation
.109 -.117
.157 -.168
-.316 -.223
.036 -.032
1 .051
.244 -.077
.081 Sig. 2-tailed
.648 .622
.508 .478
.175 .345
.881 .894
.832 .301
.747 .734
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
10 Pearson Correlation
.612 .711
.311 .369
.418 .407
.629 .628
.051 1
-.021 .398
.765 Sig. 2-tailed
.004 .000
.182 .110
.066 .075
.003 .003
.832 .932
.082 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
11 Pearson Correlation
-.452 -.218
-.200 -.148
-.342 -.631
-.087 -.155
.244 -.021
1 -.153
-.190 Sig. 2-tailed
.045 .356
.399 .532
.139 .003
.715 .515
.301 .932
.521 .422
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
12 Pearson Correlation
.338 .413
.420 .526
.180 .269
.585 .693
-.077 .398
-.153 1
.660 Sig. 2-tailed
.146 .071
.065 .017
.447 .252
.007 .001
.747 .082
.521 .002
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
x1 Pearson Correlation
.790 .764
.702 .668
.583 .664
.848 .787
.081 .765
-.190 .660
1 Sig. 2-tailed
.000 .000
.001 .001
.007 .001
.000 .000
.734 .000
.422 .002
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
1 1
7
b. Variabel Konsumsi Rumah Tangga
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
33 34
x2 13
Pearson Correlation 1
.435 .413
.417 .561
.370 .425
.028 .671
.656 .438
.729 .532
.346 .617
.266 .469
.381 .300
.127 .345
-.086 .620
Sig. 2-tailed .056
.070 .067
.010 .108
.062 .908
.001 .002
.053 .000
.016 .135
.004 .258
.037 .097
.199 .594
.136 .719
.004 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 14
Pearson Correlation .435
1 .416
.387 .254
.678 .545
.010 .688
.567 .503
.623 .683
.486 .705
.476 .543
.649 .537
.319 .279
.149 .728
Sig. 2-tailed .056
.068 .092
.279 .001
.013 .966
.001 .009
.024 .003
.001 .030
.001 .034
.013 .002
.015 .171
.234 .530
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 15
Pearson Correlation .413
.416 1
.562 .601
.357 .400
-.067 .573
.500 .431
.165 .415
.356 .591
.681 .398
.348 .318
.233 .394
.109 .609
Sig. 2-tailed .070
.068 .010
.005 .123
.081 .778
.008 .025
.058 .487
.069 .123
.006 .001
.082 .133
.171 .322
.085 .646
.004 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 16
Pearson Correlation .417
.387 .562
1 .772
.412 .341
.171 .639
.510 .383
.152 .427
.563 .549
.380 .242
.349 .248
.372 .440
.347 .630
Sig. 2-tailed .067
.092 .010
.000 .071
.141 .471
.002 .022
.095 .523
.060 .010
.012 .099
.304 .131
.292 .106
.052 .134
.003 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 17
Pearson Correlation .561
.254 .601
.772 1
.506 .403
.241 .574
.653 .469
.364 .390
.603 .662
.312 .298
.411 .302
.379 .459
.187 .682
Sig. 2-tailed .010
.279 .005
.000 .023
.078 .307
.008 .002
.037 .114
.089 .005
.001 .181
.201 .072
.196 .100
.042 .430
.001 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 18
Pearson Correlation .370
.678 .357
.412 .506
1 .699
.325 .588
.540 .803
.668 .720
.712 .826
.496 .441
.815 .780
.560 .490
.162 .875
Sig. 2-tailed .108
.001 .123
.071 .023
.001 .162
.006 .014
.000 .001
.000 .000
.000 .026
.051 .000
.000 .010
.028 .495
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 19
Pearson Correlation .425
.545 .400
.341 .403
.699 1
.218 .421
.286 .591
.524 .420
.282 .642
.338 .677
.697 .646
.331 .374
.202 .709
Sig. 2-tailed .062
.013 .081
.141 .078
.001 .355
.064 .222
.006 .018
.065 .229
.002 .145
.001 .001
.002 .154
.104 .392
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
Pearson Correlation .028
.010 -.067
.171 .241
.325 .218
1 -.107
.008 .133
.056 .191
.181 .014
.129 -.191
.192 .254
.284 .433
-.212 .224
Sig. 2-tailed .908
.966 .778
.471 .307
.162 .355
.653 .973
.576 .813
.421 .444
.952 .589
.421 .418
.280 .225
.057 .369
.342 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 21
Pearson Correlation .671
.688 .573
.639 .574
.588 .421
-.107 1
.848 .704
.590 .834
.637 .776
.505 .467
.645 .503
.495 .518
.125 .841
1 1
8
Sig. 2-tailed .001
.001 .008
.002 .008
.006 .064
.653 .000
.001 .006
.000 .003
.000 .023
.038 .002
.024 .026
.019 .601
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 22
Pearson Correlation .656
.567 .500
.510 .653
.540 .286
.008 .848
1 .537
.602 .730
.550 .643
.379 .247
.517 .265
.490 .429
.011 .720
Sig. 2-tailed .002
.009 .025
.022 .002
.014 .222
.973 .000
.015 .005
.000 .012
.002 .099
.295 .020
.259 .028
.059 .964
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 23
Pearson Correlation .438
.503 .431
.383 .469
.803 .591
.133 .704
.537 1
.659 .740
.636 .774
.430 .505
.666 .697
.553 .484
.257 .837
Sig. 2-tailed .053
.024 .058
.095 .037
.000 .006
.576 .001
.015 .002
.000 .003
.000 .059
.023 .001
.001 .011
.031 .273
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 24
Pearson Correlation .729
.623 .165
.152 .364
.668 .524
.056 .590
.602 .659
1 .656
.518 .696
.230 .634
.618 .518
.396 .227
.075 .713
Sig. 2-tailed .000
.003 .487
.523 .114
.001 .018
.813 .006
.005 .002
.002 .019
.001 .330
.003 .004
.019 .084
.336 .753
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 25
Pearson Correlation .532
.683 .415
.427 .390
.720 .420
.191 .834
.730 .740
.656 1
.768 .721
.607 .374
.661 .643
.535 .574
-.077 .840
Sig. 2-tailed .016
.001 .069
.060 .089
.000 .065
.421 .000
.000 .000
.002 .000
.000 .005
.104 .001
.002 .015
.008 .746
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 26
Pearson Correlation .346
.486 .356
.563 .603
.712 .282
.181 .637
.550 .636
.518 .768
1 .762
.483 .353
.573 .600
.501 .530
.048 .767
Sig. 2-tailed .135
.030 .123
.010 .005
.000 .229
.444 .003
.012 .003
.019 .000
.000 .031
.127 .008
.005 .025
.016 .840
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 27
Pearson Correlation .617
.705 .591
.549 .662
.826 .642
.014 .776
.643 .774
.696 .721
.762 1
.515 .605
.736 .690
.347 .396
.116 .899
Sig. 2-tailed .004
.001 .006
.012 .001
.000 .002
.952 .000
.002 .000
.001 .000
.000 .020
.005 .000
.001 .134
.084 .627
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 28
Pearson Correlation .266
.476 .681
.380 .312
.496 .338
.129 .505
.379 .430
.230 .607
.483 .515
1 .405
.563 .645
.397 .347
-.150 .636
Sig. 2-tailed .258
.034 .001
.099 .181
.026 .145
.589 .023
.099 .059
.330 .005
.031 .020
.077 .010
.002 .083
.133 .528
.003 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 29
Pearson Correlation .469
.543 .398
.242 .298
.441 .677
-.191 .467
.247 .505
.634 .374
.353 .605
.405 1
.647 .560
.367 .111
.298 .631
Sig. 2-tailed .037
.013 .082
.304 .201
.051 .001
.421 .038
.295 .023
.003 .104
.127 .005
.077 .002
.010 .112
.643 .202
.003 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 30
Pearson Correlation .381
.649 .348
.349 .411
.815 .697
.192 .645
.517 .666
.618 .661
.573 .736
.563 .647
1 .852
.687 .444
.008 .842
Sig. 2-tailed .097
.002 .133
.131 .072
.000 .001
.418 .002
.020 .001
.004 .001
.008 .000
.010 .002
.000 .001
.050 .973
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20
1 1
9
Correlations
Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed
31 Pearson Correlation
.300 .537
.318 .248
.302 .780
.646 .254
.503 .265
.697 .518
.643 .600
.690 .645
.560 .852
1 .448
.484 -.145
.764 Sig. 2-tailed
.199 .015
.171 .292
.196 .000
.002 .280
.024 .259
.001 .019
.002 .005
.001 .002
.010 .000
.048 .031
.542 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
32 Pearson Correlation
.127 .319
.233 .372
.379 .560
.331 .284
.495 .490
.553 .396
.535 .501
.347 .397
.367 .687
.448 1
.474 .238
.631 Sig. 2-tailed
.594 .171
.322 .106
.100 .010
.154 .225
.026 .028
.011 .084
.015 .025
.134 .083
.112 .001
.048 .035
.313 .003
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
33 Pearson Correlation
.345 .279
.394 .440
.459 .490
.374 .433
.518 .429
.484 .227
.574 .530
.396 .347
.111 .444
.484 .474
1 -.037
.612 Sig. 2-tailed
.136 .234
.085 .052
.042 .028
.104 .057
.019 .059
.031 .336
.008 .016
.084 .133
.643 .050
.031 .035
.878 .004
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
34 Pearson Correlation
-.086 .149
.109 .347
.187 .162
.202 -.212
.125 .011
.257 .075
-.077 .048
.116 -.150
.298 .008
-.145 .238
-.037 1
.160 Sig. 2-tailed
.719 .530
.646 .134
.430 .495
.392 .369
.601 .964
.273 .753
.746 .840
.627 .528
.202 .973
.542 .313
.878 .501
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
x2 Pearson Correlation
.620 .728
.609 .630
.682 .875
.709 .224
.841 .720
.837 .713
.840 .767
.899 .636
.631 .842
.764 .631
.612 .160
1 Sig. 2-tailed
.004 .000
.004 .003
.001 .000
.000 .342
.000 .000
.000 .000
.000 .000
.000 .003
.003 .000
.000 .003
.004 .501
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
1 2
c. Variabel Kesejahteraan Keluarga
Correlations
35 36
37 38
39 40
41 42
43 44
45 46
47 48
49 50
51 52
53 y
35 Pearson Correlation
1 .541
-.216 .439
.486 .623
.605 .690
.569 .499
.771 .539
.743 .515
.474 .388
.334 -.372
.467 .707
Sig. 2-tailed .014
.360 .053
.030 .003
.005 .001
.009 .025
.000 .014
.000 .020
.035 .091
.150 .106
.038 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 36
Pearson Correlation .541
1 .117
.433 .745
.564 .682
.332 .291
.408 .574
.451 .656
.439 .728
.520 .593
.015 .642
.774 Sig. 2-tailed
.014 .625
.057 .000
.010 .001
.153 .213
.074 .008
.046 .002
.053 .000
.019 .006
.951 .002
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
37 Pearson Correlation
-.216 .117
1 .119
.251 .141
.091 .115
.359 .223
-.037 -.040
.018 .418
.154 .012
.203 -.023
.047 .227
Sig. 2-tailed .360
.625 .618
.286 .554
.702 .628
.120 .344
.878 .868
.939 .067
.517 .960
.390 .923
.843 .336
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 38
Pearson Correlation .439
.433 .119
1 .513
.341 .420
.520 .642
.785 .559
.569 .327
.415 .619
.513 .470
-.305 .480
.699 Sig. 2-tailed
.053 .057
.618 .021
.141 .066
.019 .002
.000 .010
.009 .160
.069 .004
.021 .037
.192 .032
.001 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
39 Pearson Correlation
.486 .745
.251 .513
1 .703
.632 .399
.474 .658
.603 .301
.568 .507
.776 .666
.584 -.124
.783 .838
Sig. 2-tailed .030
.000 .286
.021 .001
.003 .081
.035 .002
.005 .198
.009 .023
.000 .001
.007 .604
.000 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 40
Pearson Correlation .623
.564 .141
.341 .703
1 .509
.591 .449
.417 .515
.487 .415
.568 .740
.703 .563
.122 .718
.806 Sig. 2-tailed
.003 .010
.554 .141
.001 .022
.006 .047
.067 .020
.030 .069
.009 .000
.001 .010
.609 .000
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
41 Pearson Correlation
.605 .682
.091 .420
.632 .509
1 .616
.518 .517
.557 .474
.519 .468
.423 .266
.342 -.163
.550 .707
Sig. 2-tailed .005
.001 .702
.066 .003
.022 .004
.019 .020
.011 .035
.019 .037
.063 .256
.140 .491
.012 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 42
Pearson Correlation .690
.332 .115
.520 .399
.591 .616
1 .695
.557 .598
.466 .346
.545 .486
.327 .291
-.147 .442
.689
1 2
1
Sig. 2-tailed .001
.153 .628
.019 .081
.006 .004
.001 .011
.005 .038
.135 .013
.030 .159
.214 .537
.051 .001
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 43
Pearson Correlation .569
.291 .359
.642 .474
.449 .518
.695 1
.696 .498
.516 .356
.503 .500
.302 .183
-.252 .427
.677 Sig. 2-tailed
.009 .213
.120 .002
.035 .047
.019 .001
.001 .025
.020 .123
.024 .025
.196 .439
.285 .060
.001 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
44 Pearson Correlation
.499 .408
.223 .785
.658 .417
.517 .557
.696 1
.617 .476
.481 .556
.676 .594
.447 -.352
.530 .774
Sig. 2-tailed .025
.074 .344
.000 .002
.067 .020
.011 .001
.004 .034
.032 .011
.001 .006
.048 .127
.016 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 45
Pearson Correlation .771
.574 -.037
.559 .603
.515 .557
.598 .498
.617 1
.540 .638
.541 .598
.448 .724
- .496
.552 .767
Sig. 2-tailed .000
.008 .878
.010 .005
.020 .011
.005 .025
.004 .014
.002 .014
.005 .047
.000 .026
.012 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 46
Pearson Correlation .539
.451 -.040
.569 .301
.487 .474
.466 .516
.476 .540
1 .214
.389 .516
.501 .426
.065 .596
.671 Sig. 2-tailed
.014 .046
.868 .009
.198 .030
.035 .038
.020 .034
.014 .364
.090 .020
.024 .061
.786 .006
.001 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
47 Pearson Correlation
.743 .656
.018 .327
.568 .415
.519 .346
.356 .481
.638 .214
1 .608
.415 .322
.392 -
.448 .244
.611 Sig. 2-tailed
.000 .002
.939 .160
.009 .069
.019 .135
.123 .032
.002 .364
.004 .069
.166 .087
.048 .301
.004 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
48 Pearson Correlation
.515 .439
.418 .415
.507 .568
.468 .545
.503 .556
.541 .389
.608 1
.452 .351
.581 -.379
.232 .678
Sig. 2-tailed .020
.053 .067
.069 .023
.009 .037
.013 .024
.011 .014
.090 .004
.045 .129
.007 .099
.325 .001
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 49
Pearson Correlation .474
.728 .154
.619 .776
.740 .423
.486 .500
.676 .598
.516 .415
.452 1
.841 .688
.126 .769
.879 Sig. 2-tailed
.035 .000
.517 .004
.000 .000
.063 .030
.025 .001
.005 .020
.069 .045
.000 .001
.597 .000
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
1 2
2
50 Pearson Correlation
.388 .520
.012 .513
.666 .703
.266 .327
.302 .594
.448 .501
.322 .351
.841 1
.584 .202
.783 .753
Sig. 2-tailed .091
.019 .960
.021 .001
.001 .256
.159 .196
.006 .047
.024 .166
.129 .000
.007 .394
.000 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 51
Pearson Correlation .334
.593 .203
.470 .584
.563 .342
.291 .183
.447 .724
.426 .392
.581 .688
.584 1
-.166 .480
.693 Sig. 2-tailed
.150 .006
.390 .037
.007 .010
.140 .214
.439 .048
.000 .061
.087 .007
.001 .007
.484 .032
.001 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
52 Pearson Correlation
-.372 .015
-.023 -.305
-.124 .122
-.163 -.147
-.252 -.352
- .496
.065 -
.448 -.379
.126 .202
-.166 1
.155 -.103
Sig. 2-tailed .106
.951 .923
.192 .604
.609 .491
.537 .285
.127 .026
.786 .048
.099 .597
.394 .484
.514 .665
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 53
Pearson Correlation .467
.642 .047
.480 .783
.718 .550
.442 .427
.530 .552
.596 .244
.232 .769
.783 .480
.155 1
.793 Sig. 2-tailed
.038 .002
.843 .032
.000 .000
.012 .051
.060 .016
.012 .006
.301 .325
.000 .000
.032 .514
.000 N
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
Y Pearson Correlation
.707 .774
.227 .699
.838 .806
.707 .689
.677 .774
.767 .671
.611 .678
.879 .753
.693 -.103
.793 1
Sig. 2-tailed .000
.000 .336
.001 .000
.000 .000
.001 .001
.000 .000
.001 .004
.001 .000
.000 .001
.665 .000
N 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.2.
1 2
3
2. Hasil Reliabilitas