Indeks Fungsi Sektoral Analisis dan Pengujian Hipotesis

Tabel 10 : Indeks Fungsi Sektoral Kabupaten Jember Tahun Sektor Indeks Fungsi Sektoral 2004 Pertanian Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa – jasa Industri Pengolahan 3,93 0,17 0,04 0,02 2005 Pertanian Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa – jasa Industri Pengolahan 3,94 0,17 0,03 0,02 2006 Pertanian Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa – jasa Industri Pengolahan 3,88 0,18 0,03 0,02 2007 Pertanian Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa – jasa Industri Pengolahan 4,16 0,17 0,03 0,02 Sumber : Lampiran Berdasarkan data tabel diatas sector yang merupakan sector yang paling dominan IFS ≥ 0,33 adalah sector pertanian, besarnya IFS sector pertanian pada tahun 2004 sebesar 3,93, pada tahun 2005 sebesar 3,94 pada tahun 2006 sebesar 3,88 ,pada tahun 2007 sebesar 4,16. jadi hanya terdapat satu sector unggulan saja di kabupaten Jember yaitu sector pertanian. Tabel 11 : Indeks Fungsi Sektoral Kabupaten Situbondo Tahun Sektor Indeks Fungsi Sektoral 2004 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian Industri Pengolahan Jasa – jasa 0,94 0,78 0,05 0,04 2005 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian Industri Pengolahan Jasa – jasa 0,94 0,78 0,04 0,04 2006 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian Industri Pengolahan Jasa – jasa 0,97 0,75 0,04 0,04 2007 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian Industri Pengolahan Jasa – jasa 0,85 0,88 0,04 0,04 Sumber : Lampiran Berdasarkan data tabel diatas sector yang merupakan sector yang paling dominan IFS ≥ 0,33 adalah Perdagangan, Hotel dan Restoran,sector pertanian, besarnya IFS Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 0,94 pada tahun 2005 sebesar 0,94pada tahun 2006 sebesar 0,97 pada tahun 2007 sebesar 0,85 sedangkan pada sector pertanian terjadi pada tahun 2004 sebesar 0,78, pada tahun 2005 sebesar 0,78 , pada tahun 2006 sebesar 0,75 dan tahun 2007 sebesar 0,88 jadi ada dua sector yang unggulan di kabupaten Situbondo. Tabel 11 : Indeks Fungsi Sektoral Kabupaten Bondowoso Tahun Sektor Indeks Fungsi Sektoral 2004 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian Industri Pengolahan Jasa – jasa 4,46 0,14 0,04 0,02 2005 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian Industri Pengolahan Jasa – jasa 3,89 0,16 0,05 0,03 2006 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian Industri Pengolahan Jasa – jasa 3,77 0,13 0,07 0,03 2007 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian Industri Pengolahan Jasa – jasa 3,72 0,15 0,06 0,03 Sumber : Lampiran Berdasarkan data tabel diatas sector yang merupakan sector yang paling dominan IFS ≥ 0,33 adalah sector pertanian, besarnya IFS sebesar 4,46 pada tahun 2004 pada tahun 2005 sebesar 3,89 pada tahun 2006 sebesar 3,77 dan tahun 2007 sebesar 3,72 satu sector yang unggulan di kabupaten Bondowoso yakni sector perdagangan, Hotel dan Restoran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Dari hasil analisis Locationt Quotient maka dapat ditentukan sektor – sektor yang merupakan sektor basis pada Kabupaten yang ada di Satuan Wilayah Pembangunan IV Propinsi Jawa Timur, yaitu : 1. Kabupaten Jember mempunyai sektor – sektor basis antara lain : Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, Sektor Jasa – jasa. 2. Kabupaten Situbondo mempunyai sektor – sektor basis antara lain : Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. 3. Kabupaten Bondowoso mempunyai sektor – sektor basis antara lain : Sektor Pertanian, Sektor Bangunan, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Sektor Jasa – jasa.

5.2. Saran

1. Sangatlah penting di dalam melakukan perencanaan pembangunan suatu daerah, pemerintah hendaknya juga memperhatikan potensi dan kondisi regional suatu daerah, karena masing – masing daerah mempunyai keunggulan yang tidak sama. Dengan demikian penerapan teori basis ekonomi yang menekankan agar pembangunan suatu daerah dapat diprioriotaskan pada sektor – sektor yang potensial merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan sektor yang ada. 2. Dengan pengidentifikasian sektor basis dan sektor yang dominan di suatu daerah, maka akan mempermudah dalam pelaksanaan strategi pembangunan khususnya di Satuan Wilayah Pembangunan IV atau paling tidak hal ini akan memperjelas struktur perekonomian di Satuan Wilayah Pembangunan IV. 3. Untuk pembangunan daerah, perencanaan bersama antar Pemerintah Daerah Tingkat II dan kerja sama antar daerah yang selama ini dilakukan dapat lebih ditingkatkan. 4. Untuk para peneliti selanjutnya diharapkan bisa membuat metode dan analisis untuk petumbuhan perekonomian suatu daerah.