Latar Belakang Masalah EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG DITI

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran di sekolah pada umumnya merupakan proses penyampaian pesan pendidikan. Kualitas ketercapaian pesan pendidikan ini dapat dipengaruhi oleh kualitas pembelajarannya. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan faktor kunci bagi suksesnya pendidikan. Usaha peningkatan kualitas pembelajaran berkaitan dengan peningkatan kualitas guru, pengadaan sarana prasarana yang memadai, pembenahan kurikulum, dan penerapan teknologi pendidikan. Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran, kegiatan pembelajaran di sekolah banyak menghadapi hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan terhadap proses pembelajaran yang muncul di lapangan bersifat umum dan dapat pula bersifat khusus yang sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi setempat. Permasalahan yang bersifat khusus tentunya perlu disikapi secara khusus sesuai dengan kebutuhan. Kemampuan menyikapi dan mengatasi permasalahan yang khusus ini perlu dimiliki oleh praktisi pendidikan karena permasalahan di lapangan sangat bervariasi. Proses pembelajaran merupakan komponen pendidikan. Kegiatan tersebut melibatkan peserta didik siswa dan pendidik guru. Pada proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan siswa. Guru mempunyai peran penting saat berlangsungnya pembelajaran. Tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tidak menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subjek pembelajaran, sehingga siswa tidak pasif dan dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajari. Oleh karena itu, guru harus memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa serta dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu materi. Matematika menjadi salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Dilihat dari jam pembelajaran di sekolah, mata commit to user 2 pelajaran matematika mempunyai jam yang lebih banyak dibanding mata pelajaran yang lain. Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Konsep-konsep pada matematika menjadi kesatuan yang bulat dan berkesinambungan. Jika dilihat dari konten pembelajarannya, matematika bersifat abstrak seperti yang dikemukakan oleh Erman Suherman 2003: 15 bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan, pola, bentuk, dan struktur; ilmu yang abstrak dan deduktif; dan matematika adalah aktivitas manusia. Akan tetapi, keabstrakan matematika tersebut dapat diupayakan menjadi lebih konkret melalui kreativitas guru dalam memilih metode pembelajaran yang dapat membangun kemampuan matematis siswa untuk berpikir abstrak dan deduktif, menciptakan suasana yang menyenangkan, dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar matematika di Indonesia sampai saat ini belum mengalami perubahan yang baik secara signifikan. Hal ini terbukti dari data hasil UN tahun ajaran 20112012 Puspendik Pusat Penelitian dan Pendidikan Balitbang Kemendikbud. Nilai rata-rata UN matematika SMP negeri tingkat nasional masih tergolong rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain yaitu 7,56. Jika dilihat dari nilai rata-rata UN matematika SMP negeri tingkat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Kulon Progo, yang mendapat nilai rata-rata paling rendah adalah Kabupaten Kulon Progo. Hal ini terlihat dalam Tabel 1.1. di bawah ini. Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Matematika Jenjang SMP Negeri Tahun Ajaran 20112012 No Daerah Nilai Ujian Matematika 1. Provinsi D.I. Yogyakarta 6,99 2. Kota Yogyakarta 8,37 3. Kabupaten Kulon Progo 6,75 Sumber: Balitbang Kemdikbud commit to user 3 Berdasarkan data di atas, prestasi belajar matematika di Kabupaten Kulon Progo dalam ujian nasional ini perlu ditingkatkan lagi dengan cara meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam kelas terlebih dahulu. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui cara penyampaian materi yang lebih inovatif dan mampu membangkitkan semangat belajar siswa di kelas. Geometri dan pengukuran merupakan salah satu ruang lingkup materi pelajaran matematika yang bersifat abstrak, sehingga sering menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Materi ini dipelajari dan diajarkan pada siswa SMP kelas VIII semester genap. Daya serap siswa dalam materi geometri memperoleh skor yang cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1.2. di bawah ini. Tabel 1.2. Serapan Hasil Ujian Nasional Tahun 2012 Jenjang SMP Mata Uji Matematika No. Kemampuan yang Diuji Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY Nasional 1. Menentukan unsur-unsur pada bangun ruang 66,58 67,83 76,65 2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kerangka atau jaring-jaring bangun ruang 93,16 93,05 88,11 3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan bangun ruang 43,91 44,51 63,93 4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang 50,98 53,08 70,53 Sumber: Balitbang Kemdikbud Dilihat dari data yang diperoleh di atas, di Kabupaten Kulon Progo terlihat bahwa daya serap pada kemampuan menyelesaikan masalah yang commit to user 4 berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang mendapat skor terendah dibandingkan di tingkat Provinsi DIY maupun tingkat nasional. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam pokok bahasan luas permukaan dan volume bangun ruang. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan proses pembelajaran matematika, agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran tergantung pada bagaimana cara siswa mengatasi kesulitan yang ada. Dalam dunia pendidikan, merupakan hal wajar apabila terdapat siswa yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibanding siswa yang lain. Kecerdasan dipandang sebagai sesuatu yang relatif tetap, sebab kecerdasan setiap individu berbeda-beda. Jika dikaitkan dengan cara mengatasi kesulitan, maka jenis kecerdasan yang digunakan adalah Adversity Quotient AQ. AQ merupakan kecerdasan individu dalam mengatasi setiap kesulitan yang muncul dan sering diindentikkan dengan daya juang untuk melawan kesulitan. AQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa kuatkah seseorang dapat terus bertahan dalam suatu masalah, sampai pada akhirnya orang tersebut dapat keluar sebagai pemenang, mundur di tengah jalan atau bahkan tidak mau menerima tantangan sedikitpun. AQ dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan mental yang dimiliki oleh seseorang. Tingkat AQ dapat dibagi menjadi tiga tipe, dimana hal ini melihat sikap dari individu tersebut dalam mengahadapi setiap masalah dan tantangan hidupnya. Tipe individu tersebut yaitu climbers, campers dan quitters Stoltz, 2007: 8. Berkaitan dengan pembelajaran matematika di kelas, tipe AQ dapat dilihat dari respon siswa dalam menghadapi suatu persoalan matematika, apakah akan terus berusaha menyelesaikannya, menyerah saat menemui kesulitan atau bahkan tidak mengerjakan sama sekali. Dengan demikian perbedaan tipe AQ pada masing-masing siswa dimungkinkan akan mempengaruhi kesungguhan, keuletan dan tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika yang dihadapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut maka AQ commit to user 5 dianggap sangat mendukung keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memperbaiki proses pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui kreativitas dan keinginan guru untuk selalu menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat agar menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai. Pendekatan pembelajaran yang sesuai merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan, mengingat keberhasilan mutu pembelajaran di kelas akan sangat tergantung dari pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru. Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar secara aktif baik fisik maupun mental yaitu pendekatan Realistic Matematics Education RME. Pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan matematika realistik ini bersifat: mengutamakan reinvention menemukan kembali, pengenalan konsep melalui masalah-masalah kontekstual, hal-hal yang konkrit atau dari sekitar lingkungan siswa, dan selama proses pematematikaan siswa mengkonstruksi pengetahuan atau idenya sendiri. RME merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika melalui bimbingan guidereinvenstion. Guru membimbing siswa untuk menemukan konsep matematik melalui proses matematisasi horizontal dan vertical melalui contextual problem. Siswa mereprentasi gagasan dan ide ke dalam model-model sehingga memahami konsep matematik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slettenhaar 2003 yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika dan proses belajar mengajar akan menjadi sangat interaktif. Belajar matematika dengan RME memungkinkan siswa mengembangkan berpikir logis, kreatif dan kritis, serta mengembangkan kemampuan komunikasi matematik. commit to user 6 Pemilihan model pembelajaran oleh guru juga mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Pada proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran langsung, dapat terlihat saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung berperilaku pasif. Siswa lebih suka menunggu pemberian materi yang disampaikan oleh guru daripada membangun sendiri pengetahuannya. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait materi yang diajarkan, kebanyakan siswa hanya diam, seolah- olah siswa sudah paham terhadap materi tersebut. Pada saat guru memberikan latihan soal, siswa tidak langsung mengerjakan soal, kebanyakan siswa justru memilih menunggu penyelesaian soal oleh guru ataupun teman lain yang sudah mengerjakan. Hal ini menunjukkan belum adanya usaha siswa untuk mengerjakan soal sendiri atau berinisiatif untuk mendiskusikan penyelesaian soal bersama temannya. Salah satu model pembelajaran yang aktif dan interaktif adalah model pembelajaran kooperatif cooperative learning karena melibatkan seluruh peserta didik dalam bentuk kelompok-kelompok. Dua model pembelajaran kooperatif yang akan dieksperimentasikan dalam penelitian ini adalah Team Assisted Individualization TAI dan Teams Games Tournament TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memotivasi siswa untuk membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan sedikit menonjolkan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Menurut Sharan 2012: 31 model pembelajaran kooperatif tipe TAI menyediakan cara penggabungan kekuatan motivasi dan bantuan teman sekelas pada pembelajaran kooperatif dengan program pengajaran individual yang mampu memberi semua siswa materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dalam bidang matematika dan memungkinkan mereka untuk memulai materi-materi berdasarkan kemampuan mereka sendiri, dan model pembelajaran ini dikembangkan untuk menerapkan teknik pembelajaran kooperatif guna memecahkan masalah pengajaran individual. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang menambahkan dimensi kegembiraan yang commit to user 7 diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi saat siswa bermain dalam tournament, teman anggota tim tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual Slavin, 2009: 14. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menerapkan dan membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan TGT, karena kedua tipe ini karakteristiknya memiliki banyak kesamaan yaitu kerjasama kelompok dan diskusi. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai lebih maksimal, peneliti mengkolaborasikan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran. Model dan pendekatan pembelajaran yang dimaksud yaitu model pembelajaran koopertif tipe TAI dan TGT yang dikolaborasikan dengan pendekatan RME. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan TGT dengan pendekatan RME ini, siswa dituntut agar dapat menyelesaikan suatu persoalan matematika dan menguasai masalah yang dihadapi itu dalam diskusi dengan memperhatikan konteks lingkungan kehidupan sehari-hari. Sehingga cukup menarik dilakukan penelitian untuk melihat prestasi belajar matematika siswa manakah yang lebih baik, apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan RME, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan RME atau menggunakan model pembelajaran langsung pada materi pokok luas permukaan dan volume bangun ruang ditinjau dari AQ siswa. Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya prestasi belajar matematika dapat dimungkinkan disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih teacher centered. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui akibat dari pembelajaran yang berorientasi student centered. commit to user 8 2. Rendahnya prestasi belajar matematika dapat dimungkinkan disebabkan oleh pemilihan model pembelajaran, sehingga perlu diadakan penelitian untuk mengetahui model pembelajaran yang paling tepat bagi siswa. 3. Rendahnya prestasi belajar matematika dapat dimungkinkan disebabkan oleh kesulitan siswa terhadap materi yang dipelajari, sehingga perlu diadakan penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami suatu materi tertentu. 4. Rendahnya prestasi belajar matematika dapat dimungkinkan disebabkan oleh kecerdasan yang dimiliki siswa, sehingga perlu diadakan penelitian untuk mengetahui akibat perbedaan tingkat kecerdasan siswa terhadap prestasi belajar matematika. Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian, maka peneliti membatasi permasalahan ini sebagai berikut. 1. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan RME, TGT dengan RME dan model pembelajaran langsung. 2. Kecerdasan siswa dalam penelitian ini adalah AQ yang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tipe climbers, campers dan quitters. 3. Prestasi belajar matematika siswa dibatasi pada hasil tes prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi luas permukaan dan volume bangun ruang.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments(TGT) dan Teams Assisted Individualization(TAI) Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP Neger

0 0 15

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Assisted Individualization (TAI) Dan Teams Games Tournaments (TGT) Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Kemampuan Spasial Siswa Kelas VIII MTs Negeri Se-Kabupaten Ngawi.

0 0 1

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT | Dewi | 668

0 0 12