Rancangan Penelitian SNFP UM 2016 ZAIN ASRORI

ISBN 978-602-71279-1-9 PFMO-2 filsafat Konstruktivisme, pengetahuan adalah bentukan konstruksi diri kita sendiri yang sedang menekuninya. Bila yang menekuni adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri. Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir seseorang Bettencourt, 1989. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Secara prinsip tidak ada kemungkinan transfer pegetahuan dari seseorang kepada orang lain. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Maka peran seorang guru fisika bukanlah untuk mentrasfer pengetahuan tetapi lebih sebagai mediator dan fasilitator yang membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan secara cepat dan efektif. Fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator diantaranya adalah menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa, menyediakan sarana yang merangsang berpikir siswa secara produktif. Dalam pendidikan fisika dua aliran konstruktivisme banyak digunakan dan bahkan digabungkan, yaitu Konstruktivisme Personal Piaget dan Konstruktivisme Sosial Vygotsky. Dalam pembe v 0020lajaran fisika berbasis praktikum seringkali siswa melakukan pengukuran measurement berbagai besaran dengan menggunakan alat ukur. Dua aspek penting dalam pengukuran adalah ketepatan atau akurasi accuracy dan ketelitian atau presisi precision. Akurasi dan presisi seringkali dipersepsikan sama. Padahal keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Presisi yang tinggi tidak berpengaruh apapun terhadap akurasi pengukuran. Sebuah alat ukur dengan presisi yang tinggi bisa jadi memiliki akurasi yang rendah. Rendahnya akurasi pengukuran dari alat ukur berpresisi tinggi umumnya disebabkan oleh bias pengukuran yang dapat dihilangkan melalui kalibrasi ulang. Siswa kesulitan membedakan pengertian presisi dan akurasi diatas karena terlalu konseptual dan selama ini hanya dapat dibedakan dengan cara hafalan yang membosankan. Ketika lama tidak dibaca maka pemahaman atas dua istilah diatas kembali hilang. Sehingga perlu dikembangkan alat bantu peraga atau media pembelajaran yang sederhana, menarik, menyenangkan untuk dipraktikkan, dan bersifat partisipatif sehingga siswa dapat memahami dua istilah tersebut dengan lebih mudah. Untuk itu digunakanlah permainan Throwing Dart Games. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan Throwing Dart Games untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa kelas X TSM 1 SMK Negeri 1 Nglegok terhadap konsep akurasi dan presisi pada pelajaran fisika materi pengukuran dan alat ukur. METODE PENELITIAN

1.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian tindakan kelas Action Class Research atau PTK dipilih karena masalah yang akan dipecahkan berasal dari proses pembelajaran dikelas. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Dikatakan kualitatif karena penelitian ini berusaha untuk mengungkap gejala secara menyeluruh sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data berlatar alami natural setting dengan penulis sebagai instrumen utama Sugiyono, 2008. Penelitian seperti ini bersifat deskriptif dan memiliki kecenderungan menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian ini lebih menonjolkan proses dan makna sebagai subyek. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen sebagai berikut: 1. Dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data dan penulis adalah instrumen kunci. 2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka. 3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk. 4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. ISBN 978-602-71279-1-9 PFMO-3 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dibalik data yang teramati. Menurut Kemmis dan Mac Taggart Kunandar, 2011 penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk self inquiry yang dilakukan untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan. Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul dikelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan Arikunto, 2008. Dalam penelitian ini peneliti juga merupakan guru mata pelajaran fisika. Daur ulang atau siklus penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan planning, penerapan tindakan action, mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan observation and evaluation, dan melakukan refleksi reflecting, dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai kriteria keberhasilan.

1.2 Tahap Penelitian