Siklus Menstruasi Normal Tinjauan Pustaka

commit to user 10

2. Siklus Menstruasi Normal

Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan deskuamasi endometrium. Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus menstruasi yang normal siklus menstruasi klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas pada tiap wanita. Panjang siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia seseorang. Panjang siklus yang biasa pada manusia adalah 28 ± 7 hari. Jika panjang siklus kurang ataupun melebihi waktu tersebut umumnya siklusnya tidak berovulasi anovulatoar Wiknjosastro dkk eds, 2006. Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan endometrium. Siklus menstruasi yang berlangsung secara teratur tiap bulan, bergantung kepada serangkaian langkah-langkah siklik yang terkoordinasi dengan baik, yang melibatkan sekresi hormon pada berbagai tingkat dalam sistem terintegrasi. Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus Hillegas, 2005. Dua hormon hipotalamus gonadotropic-releasing hormone GnRH, yaitu follicle- stimulating hormone-releasing hormone FSHRH dan luitenezing hormone-releasing hormone LHRH. Kedua hormon itu masing-masing merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi follicle stimulating hormone FSH dan luitenezing hormone LH. Rangkaian peristiwa akan diawali oleh sekresi FSH dan LH yang menyebabkan produksi estrogen commit to user 11 dan progesteron dari ovarium dengan akibat perubahan fisiologik uterus. Estrogen dan progesteron, pada gilirannya juga akan mempengaruhi produksi GnRH spesifik, sebagai mekanisme umpan balik yang mengatur kadar hormon gonadotropik Sherwood, 2001. Adapun siklus menstruasi normal meliputi : a. Siklus Ovarium 1 Fase Folikular Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya, hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel-sel granulosa menyintesis progesteron yang disekresi ke cairan folikular selama paruh waktu pertama menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya Hillegas, 2005. Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna. Selain itu, didalam folikel oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak ke dalam sistem ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif Sherwood, 2001. commit to user 12 2 Fase Luteal LH merangsang ovulasi dari oosit matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum terus menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat Hillegas, 2005 b. Siklus Endometrium 1 Fase Menstruasi Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus 28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan progesteron dan estrogen yang tajam, sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi Hillegas, 2005 2 Fase Proliferasi Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari Hillegas, 2005. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk commit to user 13 mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam dengan inti di tengah. Stroma cukup padat di lapisan basal tetapi makin ke permukaan semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda pada tiap orang, dan berakhir saat terjadinya ovulasi Bielak, 2008. 3 Fase Sekresi Setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok-kelok, dan epitel kelenjar menjadi berlipat-lipat. Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan epitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak dan pembuluh darah menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama pada setiap perempuan yaitu 14±2 hari Hillegas, 2005. commit to user 14

3. Amenorea Sekunder

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IUD DENGAN ANGKA KEJADIAN LEUKOREA PATOLOGIS PADA AKSEPTOR KB HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IUD DENGAN ANGKA KEJADIAN LEUKOREA PATOLOGIS PADA AKSEPTOR KB IUD DI PUSKESMAS KLEGO II KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLA

0 1 12

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI AKDR DENGAN KEJADIAN MENOMETRORAGI PADA AKSEPTOR KB AKDR DI HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI AKDR DENGAN KEJADIAN MENOMETRORAGI PADA AKSEPTOR KB AKDR DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI PILKOMBINASI DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Pil Kombinasi Dengan Peningkatan Tekanan Darah Di Puskesmas Kartasura.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA.

0 0 7

Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik Depo Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) dengan Kadar Hemoglobin (Hb) di Puskesmas Gajahan Surakarta.

2 12 5

Hubungan pemakaian kontrasepsi implan dengan kejadian spotting di puskesmas Sangkrah Surakarta AWAL

0 0 12

Karakteristik Demografi Akseptor Kontrasepsi Suntik Depot Medroxyprogesterone Acetate di Puskesmas Merdeka Palembang periode Januari Desember 2012

0 1 7

Karakteristik Demografi Akseptor Kontrasepsi Suntik Depot Medroxyprogesterone Acetate di Puskesmas Merdeka Palembang

0 0 6

TINJAUAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPO MEDROXY PROGESTERONE ACETATE BERDASARKAN KEJADIAN AMENOREA Yeti Trisnawati, Sri Handayani Dosen Program Studi D III Kebidanan

0 0 11

A. PENDAHULUAN - TINJAUAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPO MEDROXY PROGESTERONE ACETATE BERDASARKAN KEJADIAN AMENOREA

0 0 9