Penghitungan Kos Produksi Barang Menurut PT Kusumahadi

6 Inspecting 7 Pengawas Monitor 8 Pengawas Umum Penghitungan kos tenaga kerja langsung tersebut diperoleh dengan mengalikan jumlah tenaga kerja langsung dengan hari kerja serta upah tarif yang ditetapkan. Adapun penghitungan kos tenaga kerja langsung yang penulis sajikan dalam tabel berikut. Tabel II.2 Kos Tenaga Kerja Langsung PT Kusumahadi Santosa No.Pesanan : C-101 Pemesan : PT X Jenis Produk : Kain Grey 84x8240x40 Sifat Pesanan : Segera Tgl Pesan : 2 Maret 2010 Jumlah : 270.000 m Tgl Selesai : 22 Maret 2010 Jumlah Upah per Jumlah KTKL KTKL per Karyawan hari Hari Rp meter orang Rp Kerja axbxc Rp Bagian a b c Warping 15 28.000 15 6.300.000 23 Pengkanjian 12 28.000 15 5.040.000 19 Cucuk 31 28.000 15 13.020.000 48 Palet 81 28.000 15 34.020.000 126 Tenun: Operator RRT 54 28.000 15 22.680.000 84 Operator Picanol 36 28.000 15 15.120.000 56 Operator Toyoda 92 28.000 15 38.640.000 143 Inspecting 21 28.000 15 8.820.000 33 Pengawas Monitor 10 28.000 15 4.200.000 16 Pengawas Umum 2 28.000 15 840.000 3 Total KTKL 354 148.680.000 551 Sumber : Data Sekunder Diolah Tabel II.2 menunjukkan bahwa jumlah kos tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah Rp 148.680.000,00, yang artinya setiap meter pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos tenaga kerja langsung sebesar Rp 551,00. c. Kos Listrik Berikut ini penulis sajikan tabel kos listrik yang dikeluarkan oleh PT Kusumahadi Santosa untuk memproduksi Kain Grey 84x82 40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter. Tabel II.3 Kos Listrik PT Kusumahadi Santosa No.Pesanan : C-101 Pemesan : PT X Jenis Produk : Kain Grey 84x8240x40 Sifat Pesanan : Segera Tgl Pesan : 2 Maret 2010 Jumlah : 270.000 m Tgl Selesai : 22 Maret 2010 Jumlah Produksi Kos Listrik Kos Listrik per meter m Rp Rpm Jenis Produksi a b ba Kain Grey 84x8240x40 270.000 155.500.000 576 Sumber : Data Sekunder Diolah Tabel II.3 menunjukkan jumlah kos listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 155.500.000,00. Artinya kos listrik per meter yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 576,00. d. Penghitungan Kos Overhead Pabrik Kos overhead pabrik adalah unsur kos produksi selain kos bahan baku dan kos tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama proses produksi. Penghitungan kos overhead pabrik yang dilakukan PT Kusumahadi Santosa adalah dengan membebankan kos-kos sesungguhnya yang mudah dihubungkan dengan produk yang dihasilkan selama proses produksi. Penghitungan kos overhead pabrik untuk pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel II.4 Kos Overhead Pabrik Sesungguhnya PT Kusumahadi Santosa No.Pesanan : C-101 Pemesan : PT X Jenis Produk : Kain Grey 84x8240x40 Sifat Pesanan : Segera Tgl Pesan : 2 Maret 2010 Jumlah : 270.000 m Tgl Selesai : 22 Maret 2010 Keterangan Jumlah Rp Constrat 8.800.000 PVA 20.300.000 Acrelic 1.500.000 Wex 2.400.000 Kos Gaji Kepala Bagian Dept. Weaving 1.200.000 Kos Gaji Staff Kantor Dept. Weaving 31.800.000 Kos Gaji Administrasi Dept. Weaving 3.600.000 Total Kos Overhead Pabrik 69.600.000 Sumber : Data Sekunder Diolah Tabel II.4 menunjukkan bahwa jumlah kos overhead pabrik yang diperlukan untuk memproduksi pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah Rp 69.600.000,00, yang artinya setiap meter pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos tenaga kerja langsung sebesar Rp 258,00. e. Penghitungan Kos Produksi Penghitungan kos produksi yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa untuk pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah dengan menjumlahkan semua kos yang dikeluarkan yaitu kos bahan baku, kos tenaga kerja langsung dan kos overhead pabrik sesungguhnya. Berikut ini adalah penghitungan kos produksi yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa. Tabel II.5 PT Kusumahadi Santosa Kos Produksi Kain Grey 84x8240x40 Lebar 1,3 m dan Panjang Jumlah Produksi 270.000 m PT Kusumahadi Santosa Jenis Kos Total Kos Rp Kos Bahan Baku 1.050.050.000 Kos Tenaga Kerja Langsung 148.680.000 Kos Listrik 155.500.000 Kos Overhead Pabrik Sesungguhnya 69.600.000 Jumlah Kos Produksi 1.423.830.000 Jumlah Pesanan meter 270.000 Kos Produksi per meter 5.273 Sumber : Data Sekunder Diolah Tabel II.5 menunjukkan bahwa kos produksi yang dibebankan untuk pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah Rp 1.423.830.000,00, yang artinya kos produksi yang dibebankan untuk tiap meternya adalah Rp 5.273,00.

2. Penghitungan Kos Produksi Barang Menurut Penulis

a. Kos Bahan Baku Penghitungan untuk menentukan besarnya kos bahan baku yang digunakan dalam memproduksi pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa sudah tepat, sehingga dalam penentuan kos bahan baku yang dilakukan penulis sama dengan yang dilakukan pada PT Kusumahadi Santosa. Kos produksi dihitung berdasarkan jumlah bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi barang. Berdasarkan penghitungan kos bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter yaitu sebesar Rp 1.050.050.000,00, yang artinya bahwa setiap meter pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos bahan baku sebesar Rp 3.889,00. b. Kos Tenaga Kerja Langsung Penghitungan untuk menentukan besarnya kos tenaga kerja langsung yang digunakan dalam memproduksi pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa kurang tepat, karena dalam penghitungan kos tenaga kerja tersebut dibebankan kos pengawas monitor dan pengawas umum. Pengawas monitor dan pengawas umum memang berkaitan dengan proses produksi akan tetapi tidak secara langsung, maka kos upah pengawas monitor dan pengawas umum dibebankan pada kos tenaga kerja tidak langsung yang merupakan komponen kos overhead pabrik. Jadi penghitungan kos tenaga kerja langsung untuk memproduksi pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter yaitu sebesar Rp 143.640.000,00 Rp 148.680.000,00 – Rp 4.200.000,00 – Rp 840.000,00, sehingga kos tenaga kerja langsung setiap meter pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos tenaga kerja langsung sebesar Rp 532,00. c. Kos Overhead Pabrik Dalam melakukan penghitungan kos overhead pabrik, PT Kusumahadi Santosa menggunakan kos overhead pabrik sesungguhnya untuk pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter yang dikerjakan. Menurut penulis kos tenaga kerja pengawas monitor dan pengawas umum seharusnya dibebankan dalam kos tenaga kerja tidak langsung. Jadi untuk memperoleh kos overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah dengan menambahkan kos upah tenaga kerja pengawas monitor dan pengawas umum ke dalam kos tenaga kerja tidak langsung. Kos tenaga kerja tidak langsung yang sesungguhnya terjadi untuk pesanan kain grey 84x8240x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah sebesar Rp 41.460.000,00 Rp 36.600.000,00 + Rp 4.200.000,00 + Rp 840.000,00 atau sebesar Rp 154,22 untuk setiap meternya. Cara yang dilakukan perusahaan dalam penghitungan kos overhead pabrik menyebabkan kos overhead pabrik yang dibebankan terlalu kecil atau terlalu besar. Penghitungan kos overhead pabrik yang telah dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa kurang tepat, karena kos overhead pabrik yang dibebankan perusahaan hanya kos overhead pabrik yang mudah dihubungkan dengan produk yang dihasilkan dan dikeluarkan selama proses produksi. Padahal perusahaan juga harus memperhitungkan kos depresiasi aktiva tetap, kos kantor, kos air, dan kos telepon. Hal ini menyebabkan kos overhead pabrik yang telah dihitung oleh PT Kusumahadi Santosa menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Selain hal tersebut diatas, PT Kusumahadi Santosa memiliki dua departemen dalam proses produksi pesanan diterima, yaitu departemen weaving sebagai departemen produksi dan departemen listrik sebagai departemen pembantu. PT Kusumahadi Santosa belum memperhitungkan kos overhead pabrik departemen listrik. Cara yang dilakukan oleh perusahaan kurang tepat, karena pembebanan kos overhead pabrik hanya dilakukan dalam satu departemen saja. Hal ini menyebabkan kos overhead pabrik yang telah dihitung oleh PT Kusumahadi Santosa menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Oleh karena itu, masing-masng departemen harus menghitung tarif kos overhead pabrik yang tepat. Untuk dapat menentukan kos sebuah pesanan menurut Mulyadi 2009, kos overhead pabrik harus dibebankan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Perusahaan dapat menggunakan salah satu cara penentuan tarif di muka seperti yang telah dijelaskan di tinjauan pustaka sebelumnya. Perusahaan harus mampu menentukan tarif kos overhead pabrik di muka secara tepat, agar kos produksi yang dibebankan untuk pesanan juga menjadi tepat. Menurut penulis, dasar pembebanan yang tepat untuk departemen produksi adalah pembebanan jumlah bahan baku, karena kos yang yang paling besar dikeluarkan oleh departemen produksi weaving berkaitan dengan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pesanan tersebut, sedangkan dasar pembebanan yang tepat untuk departemen pembantu listrik adalah jam mesin. Hal ini dikarenakan, kos yang paling besar dikeluarkan oleh departemen pembantu listrik berkaitan erat dengan jam mesin yang digunakan untuk memproduksi pesanan tersebut. Untuk dapat menggunakan dasar pembebanan ini, informasi yang dibutuhkan adalah taksiran kos overhead pabrik dalam satu periode dan data taksiran pemakaian bahan baku dalam periode yang sama.